KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN PAPUYU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) MARWANA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN ABALON (HALIOTIS SQUAMATA) HASIL DOMESTIKASI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) SAGO

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) JAYASAKTI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH SIRATU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS MERAH NAJAWA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN TAWES (PUNTIUS JAVANICUS) JOIS

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.23/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA NIRWANA II

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.48/MEN/2012 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN UDANG GALAH GI MACRO II

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) NIRWANA III

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.47/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA MERAH NILASA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 45/MEN/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PELEPASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO) RAJADANU SUPER RD

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.15/MEN/2002 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG ROSTRIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 26/MEN/2004 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN LELE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP. 52/MEN/2004 T E N T A N G PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA JICA SEBAGAI VARIETAS BARU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.78/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME UNGGUL NUSANTARA I

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 42/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG GALAH SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP. 44/MEN/2006 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN Nomor: KEP. 41/MEN/2001 TENTANG PELEPASAN VARIETAS UDANG VANAME SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.25/MEN/2006 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN PATIN PASUPATI SEBAGAI VARIETAS BENIH UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/KEPMEN-KP/2013 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.79/MEN/2009 TENTANG PELEPASAN VARIETAS IKAN NILA LARASATI SEBAGAI BENIH BERMUTU

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN BENIH SEBAR IKAN LELE MANDALIKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAHAN DAN METODE. Percobaan 1. Pengaruh pemberian bahan aromatase inhibitor pada tiga genotipe ikan nila sampai tahap pendederan.

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas benih sebar

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas benih sebar

Budidaya Nila Merah. Written by admin Tuesday, 08 March :22

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Kodok Lembu (Rana catesbeiana Shaw) kelas benih sebar

LINGKUNGAN BISNIS PELUANG BISNIS BUDIDAYA IKAN MAS : IMADUDIN ATHIF N.I.M :

II. METODOLOGI. a) b) Gambar 1 a) Ikan nilem hijau ; b) ikan nilem were.

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2008 TENTANG JENIS IKAN BARU YANG AKAN DIBUDIDAYAKAN

Teknik pembenihan ikan air laut Keberhasilan suatu pembenihan sangat ditentukan pada ketersedian induk yang cukup baik, jumlah, kualitas dan

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 30 TAHUN 2016 TENTANG

I PENDAHULUAN Latar Belakang

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (KAK)

Produksi benih ikan patin jambal (Pangasius djambal) kelas benih sebar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 15/MEN/2009 TENTANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

USAHA PEMBENIHAN IKAN (salah satu faktor penentu di dalam usaha budidaya ikan)

Ikan lele dumbo (Clarias sp.) Bagian 2 : Benih

-2- tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun ; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 39/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR 12/PERMEN-KP/2015 TENTANG

Peraturan...

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan Lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM 5.1. Sejarah Perusahaan 5.2. Struktur Organisasi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 128/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 127/KEPMEN-KP/2015 TENTANG

Induk ikan nila hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

IKAN HARUAN DI PERAIRAN RAWA KALIMANTAN SELATAN. Untung Bijaksana C / AIR

AQUACULTURE POND BOTTOM SOIL QUALITY MANAGEMENT

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Sinyonya kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi Benih Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas benih sebar

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Nila Hitam (Oreochromis niloticus Bleeker) kelas induk pokok (Parent Stock)

Deskripsi. METODA PRODUKSI MASSAL BENIH IKAN HIAS MANDARIN (Synchiropus splendidus)

I. PENDAHULUAN. lemak omega 3 yang ada pada ikan (Sutrisno, Santoso, Antoro, 2000).

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat

SNI : Standar Nasional Indonesia. Benih ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas benih sebar

Kisi-kisi Soal Uji Kompetensi Program studi Agribisnis Sumberdaya Perairan. Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Indikator Essensial

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Ikan kakap putih (Lates calcarifer, Bloch 1790) Bagian 1: Induk

Meningkatkan Wirausaha Budidaya Ikan. Lele Sangkuriang. (Lingkungan Bisnis)

BAHAN DAN METODE. 3.1 Waktu dan tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2009 di Balai Budidaya Air Tawar (BBAT) Jambi.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23/KEPMEN-KP/2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas induk pokok (Parent Stock)

1) Staf Pengajar pada Prog. Studi. Budidaya Perairan, Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan lele sangkuriang (Clarias gariepinus var) menurut Kordi, (2010) adalah. Subordo : Siluroidae

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk Ikan Mas (Cyprinus carpio Linneaus) strain Majalaya kelas induk pokok (Parent Stock)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clarias fuscus yang asli Taiwan dengan induk jantan lele Clarias mossambius yang

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi induk ikan patin siam (Pangasius hyphthalmus) kelas induk pokok (Parent Stock)

Pembesaran udang galah Macrobrachium rosenbergii kini mengadopsi

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KARYA ILMIAH KULIAH LINGKUNGAN BISNIS. Oleh: Nama : Fandhi Achmad Permana NIM : Kelas : 11-S1TI-11 Judul : Bisnis Budidaya Ikan Nila

SNI : Standar Nasional Indonesia. Produksi benih ikan lele dumbo (Clarias gariepinus x C.fuscus) kelas benih sebar

Transkripsi:

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa guna lebih memperkaya jenis dan varietas Ikan Gabus yang beredar di masyarakat, telah dihasilkan Ikan Gabus Haruan sebagai jenis ikan baru yang merupakan hasil domestikasi yang dilakukan oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Mandiangin; b. bahwa dalam rangka memperkenalkan Ikan Gabus Haruan sebagai komoditas unggul baru dalam perikanan budidaya dan guna menunjang peningkatan produksi perikanan budidaya serta peningkatan produksi Ikan Gabus nasional, pendapatan, dan kesejahteraan pembudidaya ikan, perlu melepas Ikan Gabus Haruan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan tentang Pelepasan Ikan Gabus Haruan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan, dan Tumbuhan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Penelitian dan Pengembangan Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4840); 5. Peraturan

-2-5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara, serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah, terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 189); 6. Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 339); 7. Peraturan Presiden Nomor 7 Tahun 2015 tentang Organisasi Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 8); 8. Keputusan Presiden Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pembentukan Kabinet Kerja 2014-2019; 9. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan; 10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.25/MEN/2012 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 1); 11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 25/PERMEN-KP/2014 tentang Jenis Ikan Baru yang Akan Dibudidayakan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 816); MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN. KESATU KEDUA KETIGA : Melepas varietas Ikan Gabus Haruan dengan deskripsi dan gambar sebagaimana tersebut dalam Lampiran I dan Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Menteri ini. : Pelepasan Ikan Gabus Haruan sebagaimana dimaksud diktum KESATU apabila dalam perkembangannya ternyata mengakibatkan dampak negatif terhadap manusia, pembudidaya ikan, dan/atau ekosistem perairan, maka Direktur Jenderal Perikanan Budidaya berkewajiban untuk menarik kembali Ikan Gabus Haruan tersebut dari peredaran. : Penyediaan dan pemantauan terhadap perkembangan serta peredaran Ikan Gabus Haruan sebagaimana dimaksud diktum KESATU diatur lebih lanjut oleh Direktur Jenderal Perikanan Budidaya. KEEMPAT

-3- KEEMPAT : Keputusan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 30 Maret 2015 MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSI PUDJIASTUTI

LAMPIRAN I KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN DESKRIPSI IKAN GABUS HARUAN 1. Informasi Sumber Ikan - Waktu awal Tahun 2011 - Daerah asal Desa Garung Kec. Jabiren Raya Kab. Pulang Pisau (Rawa gambut), Provinsi Kalimantan Tengah - Keunggulan jenis dan/atau varietas Merupakan ikan spesifik lokal, lebih mudah diproduksi, dapat dipijahkan secara alami dan semibuatan, dapat dipijahkan sepanjang tahun, dapat memakan pakan buatan (pelet apung), dan adaptif terhadap lingkungan budidaya terutama kondisi ph asam 2. Klasifikasi - Famili Channidae - Nama Latin Channa striata (Bloch 1793) - Nama Dagang Striped Snakehead; Snakehead murrel - Nama Indonesia Ikan gabus 3. Uji Fenotipe a. Morfometrik - Panjang total 26,95 ± 2,31 - Bobot total badan 178,07 ± 42,77 - Panjang Standar 22,55 ± 1,90 - Panjang Badan 16,21 ± 1,29 - Tinggi Badan 4,36 ± 0,39 - Panjang Kepala 6,46 ± 0,68 - Tinggi Kepala 3,22 ± 0,33 - Lebar Kepala 4,15 ± 0,39 b. Meristik - Rumus jari-jari sirip ikan gabus D.40-42, P.13-17, V.5-7, A. 23-26, C.13-16; - Data meristik lainnya Sungut 1 pasang; Linea lateralis 50-55; Tulang tapis insang 4; Ruas tulang belakang 48-49 c. Warna - Pola warna Warna tubuh bagian atas abu kehitaman dan bagian bawah berwarna keputihan, pada sisi tubuh terdapat garis-garis miring vertikal membentang dari bagian atas ke bawah berpola menyerupai bentuk < dan bentuk tubuh bulat memanjang ke belakang makin pipih d. Pertumbuhan.

- 2 - d. Pertumbuhan - Ukuran ikan Larva umur 1 jam : 3,286 mm; Benih umur 3 hari : 7 mm Benih umur 31 hari : 1,6 cm Jantan matang gonad umur 10 bulan panjang 22,70 ± 2,44 cm; berat 177,67 ± 57,70 g Betina matang gonad umur 10 bulan panjang 22,40 ± 1,21 cm; berat 178,47 ± 21,46 g - Pertumbuhan bobot harian Laju pertumbuhan spesifik (LPS) bobot ikan gabus G0 sebesar 1,48 ± 0,09% LPS ikan gabus G1 sebesar 1,53 ± 0,19 % - Pertumbuhan panjang harian LPS panjang ikan gabus G0 sebesar 1,48 ± 0,09 % panjang badan/hari LPS panjang ikan gabus G1 sebesar 1,53 ± 0,19% panjang badan % /hari e. Nilai toleransi lingkungan - Salinitas < 10 g/l - Suhu Pemijahan : 27,9-31,2 C Pendederan : 27,8-32,5 C Pembesaran : 26,8-32,1 C - Oksigen > 0,2 mg/l - ph 4-7 f. Kualitas daging - Karkas (%) Jantan : 53,97 ± 2,32 %; Betina : 50,76 ± 2,32 %. - Fillet (%) Jantan : 40,74 ± 3,35 %; Betina : 38,62 ± 3,35 % - Analisis proksimat Protein 18,14%, Lemak 1,28%, Serat 0,43%, Abu 2,13%, Air 76,56%, BETN 1,46% (bobot basah) Protein 77,41%, Lemak 5,41%, Serat 1,85%, Abu 9,06%, BETN 6,27% (bobot kering) g. Jenis pakan dan kebiasaan makan - Jenis pakan (Food habit) Karnivor, dapat diadaptasikan memakan pelet apung dengan cara menyambar - Kebiasaan makan (Feeding habit) h. Reproduksi - Umur ikan awal dewasa (bulan) Respons makan pada pagi dan sore hari, pengambilan pakan dengan mengambil pakan ke permukaan Jantan berumur 10 bulan Betina berumur 10 bulan - Fekunditas (butir/g) 29 ± 2 (bobot induk 300 g) - Derajat Pembuahan 79-93% - Derajat

- 3 - - Derajat Penetasan 41-83% - Jenis pemijahan Pemijahan parsial (partial spawning) - Musim pemijahan Dapat dipijahkan sepanjang tahun (puncaknya awal musim hujan) - Ukuran diameter telur (mm) 1,72 ± 0,03 - Rematurasi induk (bulan) 3-4 i. Ketahanan penyakit - Bakteri patogen Kelangsungan hidup rerata sebesar 100% pada injeksi bakteri Aeromonas hydrophila kepadatan 10 5, 10 6, 10 7 sel/ml; Kelangsungan hidup rerata sebesar 90% pada injeksi bakteri Aeromonas hydrophila kepadatan 10 8 sel/ml; Kelangsungan hidup rerata sebesar 40% pada injeksi bakteri Aeromonas hydrophila kepadatan 10 9 sel/ml; Kelangsungan hidup rerata sebesar 5% pada injeksi bakteri Aeromonas hydrophila kepadatan 10 10 sel/ml. - Jamur Jenis jamur yang menyerang benih: Oodinium sp; Achlya sp. - Parasit Jenis parasit yang menyerang benih: Ichthoptirius multifilis /White spot; Trichodina sp. j. Produktivitas - Pembenihan Panjang akhir Kelangsungan hidup Jumlah benih - Pembesaran Bobot akhir Bobot biomassa FCR Kelangsungan hidup - Produktivitas pada teknologi Hasil panen sebesar 4,75 kg/m 2 non-intensif - Pemasaran ikan konsumsi Marketable pada pasar tradisional, warung makan, dan restoran dalam bentuk ikan hidup segar dan produk olahan 4. Uji Genotipe - Keragaman genetik Analisis genetik ikan gabus sedang dilakukan di Laboratorium Genetik IPB Bogor Sampel ikan gabus yang diuji terdiri dari ikan G0, G1, dan G2 masing-masing sebanyak 40 ekor 5. Ketersediaan

- 4-5. Ketersediaan induk - Induk G0 Jantan 25 ekor Betina 30 ekor - Induk G1 Jantan 250 ekor Betina 400 ekor - Induk G2 Jantan 1.000 ekor Betina 1.000 ekor 6. Manfaat - Aspek Teknologi (Mudah diterapkan di masyarakat) - Aspek Ekonomi (memberikan keuntungan yang optimal) Teknologi pembenihan ikan gabus aplikatif dan sangat mudah untuk diintroduksikan dan diterapkan masyarakat, telah dibuktikan di Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Teknik budidaya ikan gabus sangat mudah diadopsi oleh masyarakat Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Wadah budidaya yang mudah dan aplikatif sangat bervariasi (hapa, kolam, bak terpal, kolam terpal, dan karamba). Pemijahan dapat dilakukan secara alami dan semi-buatan, dapat dipijahkan sepanjang tahun, dapat memakan pakan buatan (pelet apung), wadah pemeliharaan yang bervariasi dan ketahanan ikan terhadap ph dan oksigen terlarut menarik minat masyarakat untuk melakukan usaha budidaya ikan gabus. Nilai ekonomis tergantung pada ukuran (size) ikan konsumsi, harga jual ikan gabus segar ukuran 5-8 ekor/kg mencapai Rp. 30.000,- s/d Rp. 40.000,- per kg, harga jual untuk ukuran 1-3 ekor/kg antara Rp. 50.000,- s/d Rp. 60.000,- per kg; dan harga ikan gabus olahan (ikan asin/kering) antara Rp. 30.000,- s/d Rp. 70.000,- per kg. Harga benih ikan gabus hasil budidaya sangat menguntungkan. Harga benih ukuran 1-3 cm Rp. 200,- s/d Rp. 300,-; ukuran 3-5 cm Rp. 500,- s/d Rp. 700,-; dan ukuran 5-8 cm 800,- s/d Rp. 1.000,- Usaha

- 5 - Usaha pembenihan ikan gabus layak dan menguntungkan (rasio R/C sebesar 2,29) dengan modal sebesar Rp. 3.950.000,- mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 3.150.000,- dari tebar benih 10.000 ekor ukuran 1-3 cm dalam hapa yang dipasang di kolam selama 2 bulan diperoleh panen benih dengan jumlah sekitar 7.000 ekor ukuran 5-8 cm perekor dengan harga Rp. 800,-/ekor. Usaha budidaya pembesaran ikan gabus layak dan menguntungkan (rasio R/C sebesar 1,56) dengan modal sebesar Rp. 11.000.000,- mendapatkan keuntungan sebesar Rp. 5.000.000,- dari tebar benih 2.000 ekor ukuran 5-8 cm di kolam seluas 80 m 2 selama 7 bulan diperoleh panen 350 kg dengan jumlah sekitar 1.400 ekor ukuran 0,2-0,3 kg perekor dengan harga Rp. 40.000,-/kg. - Aspek Sosial (dapat diterima oleh masyarakat) Budidaya ikan gabus sebagai lapangan pekerjaan baru. Kegiatan pembenihan sudah dilakukan UPR dan BBI di Kab. Kapuas dan pembesaran ikan gabus sudah banyak dilakukan pembudidaya di wilayah Provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah. Benih G1 hasil domestikasi telah terdistribusi di masyarakat sejak tahun 2012, meliputi Kab. Pulang Pisau dan Kota Palangka Raya. Telah memasyarakat di wilayah Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Timur sebagai ikan khas yang banyak diminati. Usaha budidaya ikan gabus juga ikut berperan dalam mendukung ketahanan pangan di daerah dimana ketersediaan ikan gabus hasil budidaya tidak tergantung dari musim seperti halnya ikan gabus hasil tangkapan di alam. Dalam

- 6 - Dalam bidang kesehatan kandungan albumin dalam daging ikan gabus menjadi makanan yang bermanfaat sebagai obat untuk mempercepat kesembuhan luka pascaoperasi. - Aspek Lingkungan (memberikan kontribusi terhadap kelestarian alam) Ikan gabus hasil domestikasi dapat dibudidayakan dan diminati masyarakat sehingga mengurangi kegiatan penangkapan di alam. Benih ikan gabus hasil budidaya dapat digunakan untuk kegiatan restocking di daerah habitat asli ikan gabus sehingga dapat menjaga kelestarian ikan gabus di alam dan keseimbangan ekositem. MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSI PUDJIASTUTI

LAMPIRAN II KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GABUS HARUAN GAMBAR IKAN GABUS HARUAN Ikan Gabus Haruan Jantan Ikan Gabus Haruan Betina MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, ttd. SUSI PUDJIASTUTI