BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam penggunaan bahasa, selalu ada pesan yang ingin ditonjolkan juga pesan yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bus merupakan simpul utama dalam jaringan yang dalam jaringan ini

BAB I PENDAHULUAN. untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat. Alat komunikasi itu disebut

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. kualitatif. Pendekatan kualitatif berfokus pada penunjukan makna, deskripsi,

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bahasanya. Bahasa setiap daerah memiliki style atau gaya tersendiri dalam

IDENTIFIKASI BENTUK GAYA BAHASA DALAM KARIKATUR POLITIK PADA MEDIA INTERNET NASKAH PUBLIKASI

ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN TERMINAL SEKITAR WILAYAH BOJONEGORO DENGAN PRINSIP KESANTUNAN LEECH

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran bahasa sebagai media komunikasi merasuk di berbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang lebih besar berdasarkan kaidah-kaidah sintaksis atau kalimat yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Zeta_Indonesia btarichandra Mimin Mintarsih, 2015

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

2015 ANALISIS GAYA BAHASA SARKASME DALAM FILM CROWS ZERO

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SARKASME PADA TUTURAN REMAJA (Suatu Tinjauan Sosiolinguistik)

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA DI LINGKUNGAN PASAR JUANA BARU KECAMATAN JUANA KABUPATEN PATI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. lambang berupa bunyi yang bersifat sewenang-wenang (arbitrer) yang dipakai oleh

BAB I PENDAHULUAN. ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang. transportasi darat, transportasi laut dan transportasi udara.

BAB I PENDAHULUAN. realitas, dan sebagainya. Sarana yang paling vital untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Manusia sebagai mahluk sosial pasti melakukan proses komunikasi dalam kehidupan

REALISASI PRINSIP KESOPANAN TUTURAN PENGAMEN PANTURA DAN PENGAMEN PASUNDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi bisa terjadi apabila ada korelasi yang baik antara penutur dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan kegiatan yang menjadi konteks dan tempat tuturan itu tejadi.

REALISASI KESANTUNAN BERBAHASA PADA PERCAKAPAN SISWA DENGAN GURU DI SMA MUHAMMADIYAH 3 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wujud pragmatik imperatif dipilih sebagai topik kajian penelitian ini karena di dalam kajian dapat

BAB I PENDAHULUAN. Berkomunikasi adalah salah satu keterampilan berbahasa. Keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. kebencian. Benci (a) ialah sangat tidak suka dan kebencian (n) ialah sifat-sifat benci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tempat lainnya dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakkan

BAB I PENDAHULUAN. mulai pudar karena perkembangan bahasa yang pesat dan modernisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah alat komunikasi atau alat interaksi yang digunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. disebut bahasa lisan sedangkan yang digunakan secara tertulis yang disebut

BAB 1 PENDAHULUAN. komunikasinya. Seseorang yang kaya dengan kosa kata akan mudah

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

WACANA KARTUN EDITORIAL OOM PASIKOM PADA RUBRIK OPINI HARIAN KOMPAS: SUATU TINJAUAN PRAGMATIK SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peran penting bagi kehidupan manusia karena bahasa adalah milik

BAB I PENDAHULUAN. suatu kota, terutama kota besar yang memiliki banyak aktivitas dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. bahasa Jepang, ungkapan disebut dengan hyougen. Menurut Ishimori (1994:710),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat pertukaran informasi. Namun, kadang-kadang

BAB I PENDAHULUAN. tuturanlisan adalah media elektronik, seperti televisi dan radio. Adapun, untuk

BAB VI PENUTUP. terkait langsung dengan sistem transportasi. Evaluasi dari manajemen sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran Bahasa Indonesia masih sering dilaksanakan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam kesehariannya tidak lepas dari interaksi. Salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi. Bahasa merupakan alat penting dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. yang menunjukkan kesantunan antara lain adalah deiksis sosial.

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi, sebab bahasa adalah alat komunikasi yang sangat penting,

BAB I PENDAHULUAN. sama dengan pegawai lainnya. Kaum minoritas berjumlah sedikit dibanding kaum

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa adalah kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam kehidupan bermasyarakat orang membutuhkan alat

TINJAUAN PRAGMATIK TINDAK TUTUR DIREKTIF DALAM SCRIP ADA APA DENGAN CINTA? KARYA RUDI SOEDJARWO

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

BAB V PENUTUP. 1. Jenis makna konotatif yang terdapat dalam antologi cerkak majalah Djaka

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi atau berinteraksi.

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan baik antarsesama. (Keraf, 1971:1), bahasa merupakan alat

TINDAK TUTUR PERLOKUSI PADA PERCAKAPAN PARA TOKOH OPERA VAN JAVA DI TRANS7. Naskah Publikasi Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia pertelevisian ditandai dengan banyaknya jenis acara yang

BAB I PENDAHULUAN. lain. Untuk menjalin hubungan tersebut diperlukan suatu alat komunikasi. Alat

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. kedua deiksis ini saling melengkapi fungsinya masing-masing saat dipergunakan

PENGGUNAAN GAYA BAHASA SARKASME DALAM STIKER HUMOR DI DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Guna mencapai derajat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. interaksi dan kerjasama dalam kehidupan sehari-hari. Dengan berinteraksi,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang atau simbol bunyi yang arbitrer berupa

BAB I PENDAHULUAN. lisan merupakan ragam bahasa yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Ragam bahasa

BAB I PENDAHULUAN. maupun isyarat. Bahasa digunakan oleh siapa saja, mulai dari anak-anak sampai

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah hiburan yang garis besarnya untuk menghibur orang lain

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ade Nur Eva, 2014 Wujud prinsip kerja sama wacana humor Pada buku watir (kajian pragmatik)

BAB I PENDAHULUAN. mencakup benda hidup dan benda mati dari satu tempat ke tempat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

BAB I PENDAHULUAN. karena bahasa merupakan sistem suara, kata-kata serta pola yang digunakan oleh

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia membutuhkan interaksi dengan manusia

PELANGGARAN PRINSIP KERJA SAMA PADA SINETRON PREMAN PENSIUN. Veria Septianingtias STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung

2015 ANALISIS PRAANGGAPAN DALAM NOVEL NEGERI DI UJUNG TANDUK DAN PEMANFAATANNYA SEBAGAI BAHAN DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPOSISI

ANALISIS CAMPUR KODE DAN GAYA BAHASA SARKASME PADA PEMENTASAN LUDRUK KIRUN CAMPURSARI GOBYOK. Jurnal Ilmiah. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. mereka. Dalam bertutur atau berkomunikasi sangat erat hubungannya dengan

KESANTUNAN BERBAHASA PADA TUTURAN SISWA SMP

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB I PENDAHULUAN. interaksi sosial antara orang satu dengan yang lainnya. Dalam. komunikasi dibutuhkan alat komunikasi agar hubungan antarmanusia

HUBUNGAN ANTARA STRESS KERJA DENGAN PERSEPSI KETAATAN TERHADAP ATURAN LALU LINTAS PADA SUPIR BUS JURUSAN PURWODADI-SOLO SKRIPSI

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Setiap bahasa di dunia memiliki gaya bahasa yang spesifik dan unik sesuai

sesuai dengan jenjang pendidikan (Depdiknas, 2006:1).

I. PENDAHULUAN. komunikasi, melalui bahasa manusia dapat saling berhubungan (berkomunikasi)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Nani Astuti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam proses berpikir manusia. Tahap kelanjutan dari proses berpikir

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

RETORIKA KH. ANWAR ZAID SAAT CERAMAH TENTANG KEAGAMAAN DI TUBAN ARTIKEL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. tenggelamnya kapal vanderwick diceritakan bahwa tokoh Randy Danistha sebagai

WALI KOTA DEPOK PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALI KOTA DEPOK NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG ANGKUTAN ORANG DENGAN SEPEDA MOTOR

BAB I PENDAHULUAN. Berbahasa merupakan aktivitas sosial bagi manusia. Seperti aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya berlangsung dalam suatu proses yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, satu sama lain manusia melakukan interaksi sosial

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

I. PENDAHULUAN. Proses tersebut dapat ditemukan dalam lingkungan yang paling kecil,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa berpengaruh penting untuk perkembangan intelektual, sosial dan emosional siswa. Materi pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. Percakapan tersebut melibatkan setidaknya dua orang yakni seorang pembicara

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan kita sehari-hari tidak pernah terlepas dari percakapan.

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam penggunaan bahasa, selalu ada pesan yang ingin ditonjolkan juga pesan yang ingin disamarkan. Hal tersebut rasanya sulit diwujudkan tanpa adanya gaya bahasa. Menurut Kridalaksana (2000:63) gaya bahasa merupakan pemanfaatan kekayaan bahasa seseorang dalam bentuk bertutur atau menulis untuk memperoleh efek-efek tertentu. Henry Guntur Tarigan (1990:5) menyebutkan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau memengaruhi penyimakan dan pembacaan. Pengertian gaya bahasa yang lain adalah cara mempergunakan bahasa secara imaginative, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah saja (Warriner dalam Tarigan, 1990:5). Pendek kata penggunaan gaya bahasa tertentu dapat mengubah serta menimbulkan konotasi tertentu (Dale dalam Tarigan, 1990:5). Salah satu aktivitas komunikasi masyarakat berada di lingkungan terminal. Masyarakat di lingkungan tersebut tentulah akrab dengan istilah-istilah seperti sopir, kernet, calo, ngetem, rit, nembak. Sopir adalah pengemudi mobil, baik kendaraan pribadi 1

2 maupun angkutan umum seperti angkot, bus atau taksi yang biasanya berada di lingkungan terminal. Kernet adalah orang yang membantu sopir dalam mengurusi penumpang. Sedangkan calo adalah orang menjadi perantara dan meberikan jasanya dalam mendapatkan penumpang, sehingga seringkali ia meminta imbalan kepada sopir atau kernet. Ngetem adalah aktivitas menunggu penumpang sampai kendaraan terisi penuh oleh penumpang. Rit adalah satuan yang sama dengan rute pulang-pergi angkutan umum. Nembak dapat diartikan sebagai pengganti atau angkutan umum yang tidak mengetem. Dalam realitasnya, gaya bahasa tidak pernah lepas dari konteksnya. Berikut ini adalah contoh tuturan sopir dan calo yang peneliti dapatkan di terminal Ledeng Kota Bandung. Tuturan ini diucapkan oleh salah satu calo dan sopir angkot, yakni sebagai berikut: Sopir : Yeuh dua rebu? ( Nih dua ribu? ) Calo : Anjing naon ngan sakieu! ( Anjing masa cuman segini! ) Sopir : Terus sabaraha? Aing ge can nyetor ai sia! ( Terus berapa? Aku juga belum setoran! ) Calo : Mbung nyaho aing mah, sarebu deui atuh boy! ( Gak mau tau, seribu lagi dong! ) Sopir : Tah hakan plok!

3 ( Makan tu duit! ) Calo : Euh... monyet ( Monyet lu ) Tuturan di atas terjadi pada saat seorang sopir yang sedang beradu mulut dengan seorang calo. Hal tersebut terjadi karena calo tidak terima dengan upah yang diberikan oleh sopir yang dianggapnya masih kurang. Dalam tuturan tersebut status sosial antara penutur dan mitra tutur sama, sehingga tuturan yang digunakan cenderung menjadi kasar sekaligus mencerminkan pelanggaran prinsip kesopanan. Hal tersebut menunjukkan bahwa konteks memang berpengaruh terhadap penggunaan gaya bahasa antara sopir dan calo. Gaya bahasa yang digunakan oleh sopir dan calo itu sendiri dapat diklasifikasikan ke dalam gaya bahasa sarkasme. Gorys Keraf (2005:144) mendefinisikan sarkasme sebagai suatu acuan yang lebih kasar dari ironi dan sinisme. Ia adalah suatu acuan yang mengandung kepahitan dan celaan yang getir. Sarkasme dapat saja bersifat ironi, dapat juga tidak. Kata sarkasme diturunkan dari kata Yunani sarkasmos, yang lebih jauh diturunkan dari kata kerja sarkasein yang berarti merobek-robek daging seperti anjing, menggigit bibir karena marah atau berbicara dengan kepahitan, sedangkan menurut Poerwadarminta (1976:874) dalam Tarigan (1990:92), sarkasme adalah sejenis gaya bahasa yang mengandung olok-olok atau sindiran pedas dan menyakiti hati. Perlu diingat bahwa

4 sarkasme mempunyai ciri utama, yaitu selalu mengandung kepahitan dan celaan yang getir, menyakiti hati lawan tuturnya, dan kurang enak di dengar (Tarigan, 1990:92). Penelitian mengenai kesantunan berbahasa, khususnya di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia, FPBS UPI belum banyak dilakukan. Sepengetahuan penulis, beberapa penelitian tentang kekasaran berbahasa pernah dilakukan oleh Febrianti (2006), dengan judul Sarkasme pada Film Anak-anak. Hasil dari penelitian tersebut antara lain menyebutkan bahwa bentuk kekasaran berbahasa tidak hanya terjadi pada orang dewasa saja, tetapi sudah menjalar ke anak-anak. Penyebab terjadinya hal ini antara lain akibat dengan ditayangkannya film anak-anak yang bahasanya terkadang kasar. Selain Febrianti penelitian mengenai sarkasme juga diteliti oleh Herlina (2007) dengan judul Kajian Penggunaan Gaya Bahasa Sarkasme Pada Tuturan Remaja. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa makna tuturan sarkasme yang paling banyak yaitu celaan getir dan kurang enak didengar meskipun tingkatan sarkasmenya tergolong biasa-biasa saja. Tuturan sarkasme tersebut mengarah pada sifat lebih besar daripada fisik dan jenis binatang. Penelitian tentang Penggunaan Gaya Bahasa di Lingkungan Terminal (Studi Kasus terhadap Sopir, Kernet, dan Calo di Terminal ini memiliki keunikan tersendiri. Selain belum dilakukan di Prodi Bahasa dan Sastra Indonesia FPBS UPI, penelitian ini juga berpotensi menguak berbagai temuan ilmiah mengenai ragam gaya bahasa yang digunakan di lingkungan terminal dengan luwes. Melalui kajian Sosiopragmatik, penelitian ini akan sangat leluasa mendeskripsikan hal tersebut. Pasalnya,

5 penelitian ini tidak hanya memandang gaya bahasa dari satu sudut saja, akan tetapi penelitian ini menempatkan gaya bahasa bersama dengan konteks kulturalnya. Itulah nilai pembeda yang membuat persoalan ini lebih dari sekadar layak dan menarik untuk diteliti. 1.2 Masalah Penelitian 1.2.1 Identifikasi Masalah Identifikasi masalah dari penelitian ini diuraikan seperti di bawah ini. a. Penggunaan gaya bahasa di lingkungan terminal berpotensi menimbulkan berbagai tindakan kriminal, misalnya perkelahian atau percekcokan. Hal tersebut boleh jadi dipicu akibat kesalahpahaman antara peserta tutur dari tuturan yang diucapkan dengan maksud yang diterima. b. Penggunaan gaya bahasa dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, baik secara sosiologis maupun psikologis, bahkan pragmatis. Dengan perkataan dari masalah tersebut bisa dikaji dengan menggunakan kajian sisiolinguistik, psikolinguistik, dan sosiopragmatik. 1.2.2 Batasan Masalah Mengingat kompleknya masalah tersebut, penelitian ini akan membatasi kajiannya pada hal-hal berikut. a. Klasifikasi gaya bahasa yang digunakan oleh sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung;

6 b. Situasi tuturan komunikasi gaya bahasa yang digunakan oleh sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung; c. Respon pendengar terhadap gaya bahasa yang digunakan oleh sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung. 1.2.3 Rumusan Masalah Penelitian ini diwujudkan dalam pertanyaan berikut. a. Gaya bahasa apa sajakah yang digunakan dalam tuturan sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung? b. Dalam situasi tuturan komunikasi apakah gaya bahasa tersebut digunakan oleh sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung? c. Bagaimanakah respon pendengar terhadap penggunaan gaya bahasa yang digunakan oleh sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian yang ingin dicapai dalam penelitian ini dijabarkan berikut ini: a. Mendeskripsikan gaya bahasa yang digunakan pada tuturan sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung. b. Mendeskrpsikan situasi komunikasi penggunaan gaya bahasa yang dituturkan oleh sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung. c. Mendeskripsikan respon pendengar terhadap gaya bahasa yang digunakan dalam tuturan sopir, kernet, dan calo di terminal Ledeng Kota Bandung.

7 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis. 1.4.1 Manfaat Teoretis Secara teoretis penelitian ini sekurang-kurangnya diharapkan memiliki dua manfaat. a. Memberikan sumbangan analisis bagi perkembangan disiplin ilmu sosiopragmatik. Pasalnya, penelitian ini berisi model analisis terhadap persoalan penggunaan gaya bahasa di lingkungan terminal yang dapat digunakan untuk model analisis dengan persoalan serupa. b. Memperkaya data tentang penelitian gaya bahasa. Mengingat penelitian ini memuat berbagai data mengenai gaya bahasa di terminal (Ledeng), sehingga sewaktu-waktu data dalam penelitian ini dapat menjadi rujukan. 1.4.2 Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini sekurang-kurangnya memiliki dua manfaat. a. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan bagi penulis buku maupun penulis skenario yang bergelut dalam tema-tema sosial. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendokumetasikan penggunaan gaya bahasa yang dituturkan di lingkungan terminal. 1.5 Anggapan Dasar

8 Setiap tuturan pada dasarnya berorientasi pada tujuan tertentu. Dalam hal ini, gaya bahasa diasumsikan memiliki tujuan komunikasi tertentu. Itu artinya, gaya bahasa dipengaruhi oleh konteks dan status sosial para peserta tutur. 1.6 Definisi Operasional Berikut ini dijelaskan beberapa definisi operasional dari beberapa istilah yang penulis gunakan dalam penelitian ini. 1) Gaya bahasa adalah bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau mempengaruhi penyimakan dan pembacaan. Pengertian gaya bahasa yang lain adalah cara mempergunakan bahasa secara imaginative, bukan dalam pengertian yang benar-benar secara alamiah saja (Warriner dalam Tarigan, 1990:5). 2) Situasi komunikasi adalah unsur yang berkaitan dengan tempat, waktu, dan orangorang yang terlibat dalam percakapan. 3) Sopir adalah pengemudi mobil, baik kendaraan pribadi maupun angkutan umum seperti angkot, bus atau taksi yang biasanya berada di lingkungan terminal. 4) Kernet adalah orang yang membantu sopir dalam mengurusi penumpang. 5) Calo adalah orang menjadi perantara dan meberikan jasanya dalam mendapatkan penumpang, sehingga seringkali ia meminta imbalan kepada sopir atau kernet. 6) Terminal adalah tempat perhentian atau penghabisan angkutan umum dan bis.

9