Vol.12.No.1. Februari 2012 Jurnal Momentum ISSN : X

dokumen-dokumen yang mirip
Dasman 1), Rudy Harman 2)

ANALISIS DISTRIBUSI TEGANGAN LEBIH AKIBAT SAMBARAN PETIR UNTUK PERTIMBANGAN PROTEKSI PERALATAN PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv di YOGYAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA

Oleh: Dedy Setiawan IGN SatriyadiI H., ST., MT. 2. Dr. Eng. I Made Yulistya N., ST., M.Sc

SISTEM PROTEKSI TERHADAP TEGANGAN LEBIH PADA GARDU TRAFO TIANG 20 kv

III. METODE PENELITIAN

ANALISIS ARUS TRANSIEN PADA SISI PRIMER TRANSFORMATOR TERHADAP PELEPASAN BEBAN MENGGUNAKAN SIMULASI EMTP

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi setiap orang. Ketergantungan masyarakat terhadap listrik

Studi Pengaman Tegangan Lebih pada Saluran Kabel Tegangan Tinggi 150kV yang Dilindungi oleh Arester Surja

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

PROFIL SURJA HUBUNG KARENA PROSES ENERGIZED PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV

KARAKTERISTIK TEGANGAN LEBIH KONDISI TRANSIENT SAAT PROSES ENERGIZED (PEMBERIAN TENAGA) PADA SALURAN TRANSMISI 500 KV

STUDI PENGARUH KONFIGURASI 1 PERALATAN PADA SALURAN DISTRIBUSI 20 KV TERHADAP PERFORMA PERLINDUNGAN PETIR MENGGUNAKAN SIMULASI ATP/EMTP

Vol.3 No1. Januari

STUDI KARAKTERISTIK TRANSIEN LIGHTNING ARRESTER PADA TEGANGAN MENENGAH BERBASIS PENGUJIAN DAN SIMULASI

BAB III PELINDUNG SALURAN TRANSMISI. keamanan sistem tenaga dan tak mungkin dihindari, sedangkan alat-alat

Model Arrester SiC Menggunakan Model Arrester ZnO IEEE WG

Studi Pengaruh Lokasi Pemasangan Surge Arrester pada Saluran Udara 150 Kv terhadap Tegangan Lebih Switching

BAB I PENDAHULUAN. Desain isolasi untuk tegangan tinggi (HV) dimaksudkan untuk

ANALISIS KOORDINASI ISOLASI SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI 150 KV TERHADAP SAMBARAN PETIR DI GIS TANDES MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK EMTP RV

TUGAS PAPER MATA KULIAH SISTEM PROTEKSI MENENTUKAN JARAK PEMASANGAN ARRESTER SEBAGAI PENGAMAN TRAFO TERHADAP SAMBARAN PETIR

Sela Batang Sela batang merupakan alat pelindung surja yang paling sederhana tetapi paling kuat dan kokoh. Sela batang ini jarang digunakan pad

I Gusti Ngurah Satriyadi Hernanda, ST. MT Dr. Eng. I Made Yulistya Negara, ST. M.Sc

PENGARUH PENGGUNAAN REAKTOR TERHADAP TEGANGAN LEBIH TRANSIENT PADA OPERASI PELEPASAN BEBAN DI GARDU INDUK 500 KV UNGARAN-PEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisis Pengaruh Surja Hubung Terhadap Tegangan Lebih Transien Dengan Menggunakan Electromagnetic Transients Program

PENGGUNAAN ATP DRAW 3.8 UNTUK MENENTUKAN JUMLAH GANGGUAN PADA SALURAN TRANSMISI 150 kv AKIBAT BACKFLASHOVER

Analisis Pengaruh Resistansi Pentanahan Menara Terhadap Terjadinya Back Flashover

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

BAB III LIGHTNING ARRESTER

OPTIMASI JARAK MAKSIMUM PENEMPATAN LIGHTNING ARRESTER SEBAGAI PROTEKSI TRANSFORMATOR PADA GARDU INDUK. Oleh : Togar Timoteus Gultom, S.

Analisis Perbandingan Shielding Gardu Induk Menggunakan Model Electrogeometric

BAB I PENDAHULUAN. gelombang berjalan juga dapat ditimbulkan dari proses switching atau proses

EVALUASI ARRESTER UNTUK PROTEKSI GI 150 KV JAJAR DARI SURJA PETIR MENGGUNAKAN SOFTWARE PSCAD

EVALUASI PERLINDUNGAN GARDU INDUK 150 KV PANDEAN LAMPER DI TRAFO III 60 MVA TERHADAP GANGGUAN SURJA PETIR

PEMODELAN PERLINDUNGAN GARDU INDUK DARI SAMBARAN PETIR LANGSUNG DI PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 KV NGIMBANG-LAMONGAN

KOORDINASI ISOLASI. By : HASBULLAH, S.Pd., MT ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. FPTK UPI 2009

PENGARUH POSISI STUB ISOLATOR TERHADAP DISTRIBUSI TEGANGAN PADA ISOLATOR PIRING GELAS

Studi Pengaruh Konfigurasi Peralatan pada Saluran Distribusi 20 kv Terhadap Performa Perlindungan Petir Menggunakan Simulasi ATP/EMTP

STUDY ON SURGE ARRESTER PERFORMANCE DUE TO LIGHTNING STROKE IN 20 KV DISTRIBUTION LINES. Agung Warsito, Abdul Syakur, Liliyana NS *)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMAKAIAN DAN PEMELIHARAAN ARRESTER GARDU INDUK 150 KV UNGARAN PT. PLN (PERSERO) APP SEMARANG

ANALISIS PERLINDUNGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI YANG EFEKTIF TERHADAP SURJA PETIR. Lory M. Parera *, Ari Permana ** Abstract

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2012) 1-6 1

STUDI TEGANGAN LEBIH IMPULS AKIBAT PENGGUNAAN KONFIGURASI MIXED LINES (HIGH VOLTAGE OVERHEAD-CABLE LINES) 150 KV

DAFTAR ISI PUSPA LITA DESTIANI,2014

PEMELIHARAAN DAN PERTIMBANGAN PENEMPATAN ARRESTER PADA GARDU INDUK 150 KV PT. PLN (PERSERO) P3B JB REGION JAWA TENGAH DAN DIY UPT SEMARANG

ARESTER SEBAGAI SISTEM PENGAMAN TEGANGAN LEBIH PADA JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20KV. Tri Cahyaningsih, Hamzah Berahim, Subiyanto ABSTRAK

ANALISA PROTEKSI PETIR PADA GARDU DISTRIBUSI 20 KV PT PLN (PERSERO) RAYON INDERALAYA

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RESPON TRANSIEN PEMBUMIAN GRID

Studi Analisis Gangguan Petir Terhadap Kinerja Arrester Pada Sistem Distribusi Tegangan Menengah 20 KV Menggunakan Alternative Transient Program (ATP)

Studi Analisa Keandalan Isolator Pada Saluran Transmisi 150 kv Sirkit Ganda Waru-Bangil TUGAS AKHIR. oleh : Nama : Nifta Faturochman NIM :

KINERJA ARRESTER AKIBAT INDUKSI SAMBARAN PETIR PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH 20 kv

BAB III LANDASAN TEORI

OPTIMASI PELETAKKAN ARESTER PADA SALURAN DISTRIBUSI KABEL CABANG TUNGGAL AKIBAT SURJA PETIR GELOMBANG PENUH

METODE PENELITIAN. Pengukuran Besaran Elektrik Laboratorium Teknik Elektro Terpadu Jurusan

STUDI PENGARUH STRAY CAPACITANCE TERHADAP KINERJA ARRESTER TEGANGAN TINGGI 150 KV DENGAN FINITE ELEMENT METHODS (FEM)

Analisa Rating Lightning Arrester Pada Jaringan Transmisi 70 kv Tomohon-Teling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Analisa Pengaruh Sambaran Petir pada Jaringan Distribusi 13,8 kv di BOB PT. BSP - Pertamina Hulu Bandar Pedada Menggunakan Software ATP-EMTP

SIMULASI DISTRIBUSI TEGANGAN PETIR DI JARINGAN DISTRIBUSI TEGANGAN MENENGAH 20 KV PENYULANG KENTUNGAN 2 YOGYAKARTA

BAB III TEORI DASAR DAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LIGHTNING ARRESTER

BAB IV MENENTUKAN KAPASITAS LIGHTNING ARRESTER

Analisa Sambaran Petir Terhadap Kinerja Arrester pada Transformator Daya 150 kv Menggunakan Program ATP

ET 355 Transmisi Daya dan Gardu Induk: S-1, 2 SKS, semester 5

Perbandingan Tegangan Residu Arester SiC dan ZnO Terhadap Variasi Front Time

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Penelitian Terdahulu Tentang Pentanahan Netral

PERALATAN KOPLING POWER LINE CARRIER

SIMULASI INDUKSI SAMBARAN PETIR DAN KINERJA ARESTER PADA JARINGAN TEGANGAN MENENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

1 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II GANGGUAN TEGANGAN LEBIH PADA SISTEM TENAGA LISTRIK

Proteksi Terhadap Petir. Distribusi Daya Dian Retno Sawitri

L/O/G/O RINCIAN PERALATAN GARDU INDUK

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB III PROTEKSI SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) TERHADAP SAMBARAN PETIR

Abstrak. 1.2 Tujuan Mengetahui pemakaian dan pemeliharaan arrester yang terdapat di Gardu Induk 150 kv Srondol.

PROTEKSI PETIR PADA TRANSISI SALURAN UDARA DAN BAWAH TANAH TEGANGAN MENENGAH 20 kv

Simulasi Tegangan Lebih Akibat Sambaran Petir terhadap Penentuan Jarak Maksimum untuk Perlindungan Peralatan pada Gardu Induk

Kata Kunci Proteksi, Arrester, Bonding Ekipotensial, LPZ.

ANALISIS HUBUNG SINGKAT 3 FASA PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 18 BUS DENGAN ADANYA PEMASANGAN DISTRIBUTED GENERATION (DG)

PROSES DAN SISTEM PENYALURAN TENAGA LISTRIK OLEH PT.PLN (Persero)

STUDI ANALISA SISTEM KOORDINASI ISOLASI PERALATAN DI GARDU INDUK 150 KV NEW-TUREN

DAMPAK PEMBERIAN IMPULS ARUS TERHADAP KETAHANAN ARRESTER TEGANGAN RENDAH

Analisis Arus Dan Tegangan Transien Akibat Pelepasan Beban Pada Sisi Primer Transformator Unit 5, Unit 6, dan Unit 7 Suralaya

Hendri Kijoyo Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Insttut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SIMULASI DAN ANALISIS PENGARUH TEGANGAN LEBIH IMPULS PADA BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI 20 KV

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

ANALISIS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT TIGA FASE PADA SISTEM DISTRIBUSI STANDAR IEEE 13 BUS

ANALISIS PENGARUH DIAMETER DAN PANJANG ELEKTRODA PENTANAHAN ARESTER TERHADAP PERLINDUNGAN TEGANGAN LEBIH

MITIGASI GANGGUAN TRANSMISI AKIBAT PETIR PADA PT. PLN (PERSERO) P3B SUMATERA UPT TANJUNG KARANG

MAKALAH SEMINAR KERJA PRAKTEK

GARDU INDUK TRANSFORMATOR

Analisa Pengaruh Perilaku Petir pada Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv Menggunakan Metode Burgsdorf

PERBANDINGAN WATAK PERLINDUNGAN ARESTER ZnO DAN SiC PADA PERALATAN LISTRIK MENURUT LOKASI PENEMPATANNYA

Penentuan Nilai Arus Pemutusan Pemutus Tenaga Sisi 20 KV pada Gardu Induk 30 MVA Pangururan

Transkripsi:

Perencanaan Koordinasi Isolasi Peralatan Tegangan Tinggi Gardu Induk 150 Kv Berdasarkan Arus Surja Petir Pada Sistem Interkoneksi Sumbagsel Dan Sumbagteng Yusreni Warmi, Minarni, Dasman*) *)Dosen Teknik Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Jl. Gajah Mada Kandis Nanggalo Padang Telp. 0751-7055202, 444842 Fax.0751-444842 E-mail: mn_nafi@yahoo.com Abstrak Penelitian ini mempelajari masalah tegangan lebih yang terjadi pada gardu induk akibat sambaran petir pada saluran transmisi, baik sambaran langsung pada kawat fasa maupun sambaran petir pada kawat tanah. Simulasi dilakukan dengan menggunakan Electromagnetic Transients Program (EMTP) sebagai perangkat lunak dengan cara memodelkan gardu induk sesuai representasi peralatan-peralatan di gardu, dengan menerapkan bentuk gelombang petir arus standar IEC (8/20 s, 1/70 s ), dan melihat pengaruh peletakan arrester terhadap transformator daya untuk mengevaluasi koordinasi isolasi pada gardu induk. Studi kasus dilakukan pada gardu induk 150 kv Muaro Bungo. Hasil simulasi menunjukkan adanya pengaruh peletakan arrester, terhadap besarnya tegangan lebih yang terjadi pada transformator daya seperti; untuk peletakan lightning arrester pada jarak 6 meter, maka nilai tegangan puncak pada masing-masing peralatan, CT adalah 543,837 kv, CB adalah 566,659 kv, DS adalah 579,357 kv, Arrester adalah 527,884 dan Transformator Daya adalah 527,884 kv. Sedangkan pada jarak 10 meter, tegangan lebih yang timbul pada masing-masing peralatan bertambah, CT adalah 543,600 kv, CB adalah 567,269, DS adalah 579,381, Arrester adalah 528,097 kv dan Transformator Daya adalah 528,123 kv. Kata kunci: Koordinasi Isolasi, Tegangan Lebih Transien, EMTP PENDAHULUAN Saluran Transmisi memegang peranan penting dalam proses penyaluran daya dari pusat-pusat pembangkit hingga ke pusat-pusat beban. Agar dapat melayani kebutuhan tersebut maka diperlukan sistem transmisi tenaga listrik yang handal dengan tingkat keamanan yang memadai. Pada sistem interkoneksi kelistrikan di Pulau Sumatera Bagian Tengah (Sumbagteng), dipergunakan Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) 150 kv. Sambaran petir pada saluran transmisi dapat menimbulkan tegangan lebih transien pada peralatan, hal ini akan membahayakan bila tegangan tersebut melampaui tingkat isolasi dasar peralatan (BIL). Sehingga untuk menanggulangi permasalahan tersebut diterapkan konsep koordinasi isolasi pada sistem. Koordinasi isolasi pada sistem tenaga listrik merupakan permilihan kekuatan listrik dari peralatan dan aplikasinya. Hal ini berhubungan dengan tegangan yang akan timbul di dalam sistem, dimana peralatan harus mampu menahan tegangan tersebut dengan memperhitungkan karakteristik dari peralatan proteksi, sehingga dapat mengurangi ancaman tegangan lebih yang akan timbul pada peralatan secara teknis dan ekonomis (Warmi Y., 2000). Pada kasus-kasus dimana saluran daya (kawat fasa) langsung terkena petir (kegagalan perlindungan), kerusakan peralatan mungkin terjadi pada ujung-ujung saluran, hal ini disebabkan oleh adanya tegangan lebih transien yang merambat menuju gardu induk. Tegangan ini biasanya sampai lebih dari satu juta volt. 81

Bila tegangan tersebut tidak diamankan dengan alat pengaman, maka akan menyebabkan kerusakan isolasi pada peralatan. Sambaran petir pada kawat tanah atau menara dapat juga menimbulkan back flashover pada kawat fasa. Back flashover terjadi bila gelombang arus petir yang mengenai kawat tanah merambat melalui impedansi surja menara ke tanah, namun karena resistansi tanah cukup besar menyebabkan gelombang arus pantul akan merambat kembali ke puncak menara. Bila gelombang tegangan pantul tersebut melebihi tegangan tembus isolator yang ada pada tiang transmisi, maka arus petir akan terinjeksi ke kawat fasa (E Kuffel W. S. Zaengl dalam Warmi Y., 2000). Perlindungan peralatan pada gardu induk biasanya menggunakan arrester yang dapat membatasi harga tegangan surja di bawah tingkat isolasi dasar peralatan. Namun pengaruh gelombang berjalan akan menimbulkan tegangan yang lebih tinggi di tempat-tempat yang agak jauh dari arrester (E Kuffel, W. S. Zaengl 1984). Oleh karena itu jarak optimal yang diizinkan antara arrester dan peralatan yang dilindungi dapat ditentukan dengan memperhatikan kecuraman dari gelombang surja yang datang, kecepatan perambatan gelombang, tegangan percik arrester, sehingga konsep perlindungan terhadap peralatan dalam hal ini koordinasi isolasi dapat tercapai secara optimal. Studi kasus akan dilakukan pada gardu induk 150 kv Kiliranjao Muaro Bungo. Untuk memperoleh koordinasi isolasi yang optimal pada peralatan-peralatan gardu induk, akan dilamati pengaruh peletakan arrester pada gardu induk tersebut dengan menggunakan simulasi komputer. METODOLOGI EMTP adalah suatu program komputer terintegrasi yang didesain untuk menyelesaikan permasalahan peralihan (transients) pada sistem tenaga listrik untuk rangkaian terkosentrasi (lumped), rangkaian terdistribusi, atau kombinasi dari kedua rangkaian tersebut. Program ini pertama kali dikembangkan oleh H.M. Dommel yang mengembangkan versi pertama di Munich Institute of Technology pada awal tahun 1960-an. H.M. Dommel melanjutkan pekerjaannya tersebut di BPA (Bonneville Power Administration) dan bekerja sama dengan S. Meyer. Selanjutnya H.M. Dommel mengembangkan program ini di University of British Columbia. Seperti disebutkan diatas, EMTP lebih ditekankan untuk menyelesaikan persoalan transient pada sistem tenaga listrik, walaupun demikian program ini juga dapat menyelesaikan persoalan tenaga listrik dalam keadaan tunak. EMTP dapat digunakan untuk menganalisis transients pada rangkaian yang mengandung parameter terkosentrasi (R, L, dan C), saluran transmisi dengan parameter terdistribusi, saluran yang ditransposisi atau saluran yang tidak ditransposisi. EMTP sangat baik digunakan untuk menganalisis transients pada operasi switching surge dan lightning surge karena program ini menyediakan fasilitas pemodelan untuk generator, CB (Circuit Breaker), transformator, arrester, sumber surja petir, dan pemodelan saluran transmisi baik untuk saluran yang tergantung frekuensi maupun tidak (Dommel, Herman, 1996). Persamaan-persamaan differensial pada saluran transmisi tanpa rugi-rugi untuk saluran multi konduktor dengan N fasa, diperoleh : 2V z 2 2V z 2 (2.1) = Z Y V = Z Y I (2.2) Dengan V dan I adalah besaran fasa, juga dinyatakan dengan Vfasa dan Ifasa. Dengan menggunakan transformasi node dua matrik eigenvector, TV, dan TI, untuk [Y] [Z] diperoleh : I = I fasa = TI I node V = V fasa = TV Vnode TI 1 TV t Dengan menggunakan transformasi node, sistem terkopel N fasa awal dapat ditransformasikan ke dalam sistem-sistem N fasa tunggal tak terkopel (atau konduktor 82

tunggal), seperti yang diperlihatkan pada gambar 1. a. Domain Waktu b. Domain frekuensi Gambar 1. Bagian terkecil dari saluran transmisi dua konduktor HASIL Arus petir diinjeksikan 87 ka (8/20 µs) yang paralel dengan impedansi surja petir sebesar 400 ohm pada konduktor fase A di menara yang terdekat dengan GITET (T3), diperoleh profil tegangan di setiap fase A pada, Transformator arus (CT), Circuit Breaker (CB), Saklar Pemisah (DS), Lightning Arrester (AR), dan Transformator Daya (TD). Harga-harga puncak profil tegangan dari peralatan dapat dilihat pada tabel 1 berikut. 83

Tabel 1. Harga Puncak Profil Tegangan Peralatan Gardu Induk Untuk Sambaran Petir 40 ka (8/20 µs) Jarak Tegangan maksimum pada Fasa A Peralatan Lightning Arrester CT1K1 CB1K1 DS1K1 AR TR (m) 6 142,11 137,07 136,41 10 166,85 177,64 181,89 151,53 12 166,78 177,58 181,82 152,89 20 166,63 177,53 181,52 155,25 30 165,35 177,46 181,01 151,49 158,74 40 165,28 176,88 180,88 151,47 162,03 500 [kv] 400 300 200 100 0-100 -200 0 5 10 15 20 25 30 35 [us] 40 (file Kiliranjao2_16m 4.pl4; x-var t) v:impa v:ds1k1a v:a2a v:cvta v:bs1k1 v:vtrk1a v:ct1k1a v:cb1k1a Gambar 2. Profil Tegangan Pada Peralatan Bila Terjadi Sambaran Petir 40 ka 8/20 µs Untuk Jarak Peralatan 6 meter dari Transformator Daya 84

85 Vol.12.No.1. Februari 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X Grafik hasil profil tegangan puncak pada proses simulasi dapat dilihat pada gambar 3 dan 4 berikut: 500 [kv] 400 300 200 100 0-100 -200 0 5 10 15 20 25 30 35 [us] 40 (file Kiliranjao2_16m 4.pl4; x-var t) v:impa v:ds1k1a v:a2a v:cvta v:bs1k1 v:vtrk1a v:ct1k1a v:cb1k1a Gambar 3. Profil Tegangan Pada Peralatan Bila Terjadi Sambaran Petir40 ka 8/20 µs Untuk Jarak Peralatan 10 meter dari Transformator Daya 500 [kv] 400 300 200 100 0-100 0 5 10 15 20 [us] 25 (file Kiliranjao2_112m4.pl4; x-var t) v:impa v:ds1k1a v:a2a v:cvta v:bs1k1 v:vtrk1a v:ct1k1a v:cb1k1a Gambar 4. Profil Tegangan Pada Peralatan Bila Terjadi Sambaran Petir 40 ka 8/20 µs Untuk Jarak Peralatan 12 meter dari Transformator Daya

Vol.12.No.1. Februari 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X 500 [kv] 400 300 200 100 0-100 0 5 10 15 20 [us ] 25 (file Kiliranjao2_120m4.pl4; x-var t) v:impa v:ds1k1a v:a2a v:cvta v:bs1k1 v:vtrk1a v:ct1k1a v:cb1k1a Gambar 5. Profil Tegangan Pada Peralatan Bila Terjadi Sambaran Petir 40 ka 8/20 µs Untuk Jarak Peralatan 20 meter dari Transformator Daya 86

Vol.12.No.1. Februari 2012 Jurnal Momentum ISSN : 1693-752X PEMBAHASAN Dari simulasi yang telah dilakukan terlihat bahwa untuk simulasi kegagalan perlindungan tegangan lebih yang terjadi pada peralatan akan melebihi Tingkat Isolasi Dasar (BIL) dari peralatan tanpa pemasangan lightning arrester. Setelah dipasang lightning arrester pada jarak tertentu dari transformator daya tegangan lebih tersebut dipotong oleh arrester sehingga dalam beberapa mikro detik setelah sambaran tegangan kembali ke tegangan sistem daya. Simulasi arus surja petir 40 ka (8/20 s ), terlihat bahwa pengaruh peletakan lightning arrester pada peralatan mempengaruhi besar tegangan lebih yang sampai pada peralatan. Makin jauh jarak lightning arrester dari tranformator daya, maka makin besar tegangan lebih yang sampai pada transformator tersebut (pada jarak sebenarnya 30 meter tegangan lebih pada transformator daya adalah 158,34 kv, sedangkan pada jarak 40 meter tegangan lebih pada transformator daya mencapai 162,03 kv pada jarak 40 meter. Hal ini disebabkan oleh pengaruh perambatan gelombang surja yang cukup lama untuk jarak yang lebih besar, sehingga terjadi proses pantulan gelombang dengan waktu yang lama menyebabkan tegangan yang sampai pada peralatan merupakan akumulasi tegangan lebih selama proses pantuln sampai arresternya mulai bekerja. Untuk analisis koordinasi isolasi, dari data BIL peralatan masing-masing: - Current Transformer - Saklar pemisah (DS) - Circuit Breaker (CB) - Trafo daya (CT) = 725 kv = 725 kv = 725 kv = 650 kv Kondisi di atas dengan tingkat perlindungan lightning arrester pada jarak 100 meter dari transformator daya, tegangan yang terjadi masih jauh di atas standar yang direkomendasikan oleh ANSI, IEEE yaitu lebih besar dari 1,20 atau hasil yang diperoleh sebesar 1,201. Sedangkan untuk jarak peletakan lightning arrester lebih dari 100 meter akan menyebabkan kegagalan perlindungan, karena tingkat perlindungan hanya mencapai 1,18 untuk jarak 120 meter. SIMPULAN Pola penghantar Simpang Tiga Prabumulih line 1 dan line 2 selama 0,03 detik, diikuti dengan Bukit Kemuning Batu Raja line 1 sedangkan pembangkit dan penghantar yang lain dalam keadaan terhubung Pola penghantar Simpang Tiga Prabumulih line 1 dan line 2 selama 0,03 detik, diikuti dengan Bukit Kemuning Batu Raja line 1 dan line 2 sedangkan pembangkit dan penghantar yang lain dalam keadaan terhubung Pola penghantar Batu Raja Bukit Asam line 1 selama 0,03 detik sedangkan pembangkit dan penghantar yang lain dalam keadaan terhubung Pola penghantar Batu Raja Bukit Asam line 1 dan line 2 selama 0,03 detik sedangkan pembangkit dan penghantar yang lain dalam keadaan terhubung. Pada simulasi pensaklaran tidak terjadi tegangan transien yang membahayakan pada penghantar 150kV Payakumbuh Koto Panjang dengan berbagai macam pola pembebanan Pembangkit, kecuali saat PLTA Koto Panjang tidak operasi. Pada saatpensaklaran dengan PLTA Koto Panjang tidak operasi tegangan akan mengalami kenaikan meskipun tidak signifikan tetapi kemudian secara berangsur-angsur seiring pertambahan waktu tegangan di Pulau Pekan Baru akan mengalami penurunan, dikarenakan tidak ada lagi Pembangkit di Pulau Pekan Baru yang operasi. Saat pelepasan Unit Pembangkit PLTA Koto Panjang baik hanya satu Unit maupun tiga unit sekaligus, tegangan transien di GI Koto Panjang & GI Payakumbuh masih berada dalam batas yang diijinkan, dipilihnya GI-GI tersebut karena merupakan GI yang berdekatan dengan pusat gangguan (PLTA Koto Panjang). 4.2 Saran Penelitian ini harus dilanjutkan dengan menginterkoneksikan kedua sistem tersebut, kemudian menganalisa tengan lebih yang terjadi pada masing- 87

masing peralatan Gardu Induk atau lebih kurang 100 Gardu Induk. Menentukan nilai tegangan yang terjadi pada semua peralatan Gardu Induk (Transformator Daya, Arrester, Circuit Breaker ) DAFTAR PUSTAKA Deniz A. Zalar, A guide to the Application of Surge Arrester for Transformer Protection, IEEE Transaction on Industry Application, Vol, I A-15 No.6 Nopember/Desember 1979. Dommel, Herman W. Electromagnetic Transients Program, Vancouver, Canada, Agustus 1996 Dr. A. Arismunandar, Teknik Tegangan Tinggi, PT. Pradnya Paramita, Jakatra 1978 Dr. Lorenzo Thione, Trend In Sualtion Coordination Toward the Year 2000, International Symposium on Modern Insulator Technologies E. Kuffel, W. S. Zaengl, High Voltage Engineering, Pergamon press, Oxford, 1984 Fast Front Transients, IEEE Transaction on PWRD Vol. 11, No.1, Januari 1996 James D. M. Phelps, P.S. Pugh, James E. Beehler, 765 kv Station Insulation Coordination, Journal, IEEE, Vol Pa-88 No.9,1969 J. Arif. Evaluasi Koordinasi GITET 500 kv dengan Mempehatikan Bentuk Gelombang Surja Petir. Tugas Akhir S2 UGM, 2000. John Wiley & Sons, Electromagnetic Transients in Power System, Reseacrh Studies\press Ltd, 1996 L.V. Bewley, Travelling Waves on Transmission System, 2 nd. Ed, John Wiley & Sons, Newyork, 1951 M.S Naidu, V. Kamaraju, High Voltage Engineering, Tata MC Graw-Hill Publishing Company Limited, 1995 R.E. Clayton, I.S. Grant, D.E. Hedman, D.D. Wilson, Surge Arrester and Very Fast Surge, Journal, IEEE, Vol. Pas-102, No.8, 1993 EMTP EMTP EMTP Develpoment Coordination Group. The Electromagnetic Transients Program, Version 3, Rule Book 1. Volume 1 EPRI Report 1998 Develpoment Coordination Group. The Electromagnetic Transients Program, Version 3, Rule Book 2. Volume 1 EPRI Report 1998 Develpoment Coordination Group. The Electromagnetic Transients Program, Version 3, Rule Book 3. Volume 1 EPRI Report 1998 IEEE Modeling and Analysis of Sistem Transients Working Group, Modeling Guidelines for T.S. Hutauruk, Gelombang Berjalan dan Proteksi Surja, Erlangga, 1988 Warmi Y., Analisis Pengaruh Pelepasan Beban Terhadap Tegangan Lebih Transien Dengan Menggunakan Electro Magnetic Progam. Tugas Akhir S2 UGM, 2000. Yamada T, et al, Experimental Evaluation of UHV Tower Model for Lightning Surge Analysis, IEEE Transaction on PWRD, Vol 10, No.1 January 1995