BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. sebagai ikhtisar yang memberikan fakta tentang hal-hal khusus. Sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh Semoga Apa yang kita lakukan hari ini bernilai ibadah disisi Allah SWT. Amin

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Akreditasi terhadap program dan satuan pendidikan dilakukan oleh lembaga mandiri yang berwenang sebagai bentuk akuntabilitas publik.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI PROGRAM PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN PUSAT SUMBER BELAJAR (PSB) SMA... 2

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

: Babakan Ciomas RT. 2/3 ds. Parakan Kec. Ciomas Kab. Bogor

PENYUSUNAN KTSP. Sosialisasi KTSP 1

MATERI PELATIHAN KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA (NSPK) PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) FORMAL DAN PENDIDIKAN DASAR DI KABUPATEN/KOTA

PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP)

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

LAPORAN PETA MUTU PENDIDIKAN KABUPATEN BLORA PROVINSI JAWA TENGAH BERBASIS SNP TAHUN 2016

PENYUSUNAN PENYUSUN KTSP

PENGEMBANGAN KURIKULUM SATUAN PENDIDIKAN SMK

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

Lamp 1. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PROSES UNTUK SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II LANDASAN TEORI

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

I. STANDAR ISI. hal. 1/61. Instrumen Akreditasi SMP/MTs

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) komponen muatan KTSP.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Profil Sekolah Pelaksana Pusat Sumber Belajar

Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 (sembilan) muatan KTSP. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 8 (delapan) muatan KTSP.

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

KONSEP PUSAT SUMBER BELAJAR SMA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEBIJAKAN SARANA PRASARANA UNTUK SEKOLAH SWASTA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). A.

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. perhatian anak didik agar terpusat pada yang akan dipelajari. Sedangkan menutup

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG

Draft 2010 PANDUAN PELAKSANAAN SKS SMA NEGERI 78 JAKARTA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1. Sekolah/Madrasah melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR, DAN KRITERIA DI BIDANG PENDIDIKAN

RESPONDEN KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya. meningkatkan kualitas sumberdaya manusia yang dimilikinya.

PENGEMBANGAN KTSP dengan Model Sistematik. Oleh Wachyu Sundayana

WALIKOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

PENYUSU S NA N N KTSP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

PERATURAN DAERAH KOTA TERNATE NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

KATA PENGANTAR. Jakarta, 00Juni 2015 Direktur Pembinaan SMA, Harris Iskandar, Ph.D NIP. Dit.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARAAN KEOLAHRAGAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 11 menyebutkan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan pelayanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warganegara tanpa diskriminasi. Selanjutnya pasal 35 ayat 2 menyebutkan bahwa standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan. Oleh sebab itu, maka pemerintah dan pemerintah daerah wajib memberikan pelayanan yang bermutu mengacu pada standar nasional pendidikan. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan kebijakan kriteria minimal sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia dalam bentuk standar nasional pendidikan (SNP). Kebijakan SNP tersebut bertujuan untuk menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Sedangkan fungsinya sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar Nasional Pendidikan dimaksudkan untuk memacu pengelola, penyelenggara, dan satuan pendidikan agar dapat meningkatkan kinerjanya dalam memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Selain itu, SNP juga dimaksudkan sebagai perangkat untuk mendorong terwujudnya transparansi dan akuntabilitas publik dalam penyelenggaraan sistem pendidikan nasional. Ruang lingkup SNP meliputi 8 (delapan) standar yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Sejalan dengan pemberlakuan SNP, maka Pemerintah memetakan sekolah berdasarkan tingkat pemenuhan SNP yaitu sekolah yang sudah atau hampir memenuhi SNP dan sekolah yang belum memenuhi SNP. Terkait dengan pemetaan tersebut, Pemerintah mengkategorikan sekolah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP ke dalam kategori mandiri, dan sekolah yang belum memenuhi SNP kedalam kategori standar. Berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumberdaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori mandiri. Masih berkaitan dengan kebijakan SNP, pada penjelasan pasal 91 ayat (1) PP No. 19 Tahun 2005 disebutkan bahwa dalam rangka lebih mendorong penjaminan mutu ke arah pendidikan yang relevan dengan kebutuhan masyarakat, pemerintah dan pemerintah daerah memberikan perhatian khusus pada penjaminan mutu satuan pendidikan tertentu yang berbasis keunggulan lokal. Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik. Satuan pendidikan dapat memasukan PBKL dalam kurikulum yang pelaksanaannya dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal. Disamping itu peserta didik dapat memperoleh PBKL dari satuan pendidikan formal lain dan/atau nonformal yang sudah memperoleh akreditasi. Kebutuhan dan kecepatan penguasaan dan penerapan IPTEK dalam rangka menghadapi tuntutan global semakin meningkatkan peran teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam berbagai aspek kehidupan termasuk dalam bidang pendidikan. TIK semakin 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 1-40

dibutuhkan dalam pengelolaan pendidikan dan pembelajaran untuk berbagi informasi dan pengetahuan. Kondisi tersebut selanjutnya menjadi perhatian utama Dit. Pembinaan SMA dengan menempatkan TIK sebagai salah satu ikon utama pembinaan SMA yang salah satunya diwujudkan dalam program pengelolaan bahan ajar berbasis TIK melalui Pusat Sumber Belajar (PSB). Pengalaman dalam pelaksanaan rintisan SKM, PBKL, dan PSB menunjukkan bahwa suatu kebijakan pendidikan ternyata tidak langsung dapat diimplementasikan oleh institusi pelaksana kebijakan seperti Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/ Kota dan sekolah. Substansi kebijakan pada umumnya dengan mudah dapat dimengerti dan dipahami, namun pengetahuan dan pengalaman untuk melaksanakan kebijakan tersebut masih terbatas karena berbagai alasan, seperti kesiapan pelaksana, acuan yang belum operasional, pendanaan dan lain-lain. Akibat ketidaksiapan ini kebijakan tersebut belum dapat dilaksanakan sesuai dengan hasil yang diharapkan. Masih diperlukan contoh bentuk nyata suatu kebijakan seperti halnya wujud SKM, PBKL dan PSB. Menjembatani kondisi di atas dengan berdasar pengalaman rintisan 3 tahun program SKM, PBKL dan PSB maka implementasi pencapaian SNP perlu dikoordinasikan secara bersama-sama antara Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota dan sekolah melalui program rintisan dan bimbingan teknis. Program rintisan SKM, PBKL dan PSB secara operasional telah mampu menggerakkan dan menyadarkan semua pihak terkait untuk mulai melaksanakan upaya pemenuhan SNP sebagaimana diamanatkan dalam PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Oleh karena itu Dit. Pembinaan SMA memandang perlu untuk mengkonsolidasikan program-program tersebut menjadi program komprehensif dalam satu satuan pendidikan dalam bentuk SMA Model SKM-PBKL-PSB. B. LANDASAN HUKUM Pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-PSB mengacu pada : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, jo. UU No. 32 Tahun 2004. 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan 4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota 5. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pembiayaan Pendidikan 6. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan 7. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi 8. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan 9. Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007, sebagai Penyempurnaan Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan 23 Tahun 2006 10. Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah 11. Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Standar Kepala Sekolah/Madrasah 12. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru 13. Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan 14. Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan 15. Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007 tentang Standar Penilaian Pendidikan 16. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007 tentang Standar Sarana dan Prasarana Pendidikan 17. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 2-40

18. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/ Madrasah 19. Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah 20. Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah 21. Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Konselor Sekolah/ Madrasah 22. Permendiknas Nomor 39 Tahun 2009 tentang Beban Kerja Guru 23. Permendiknas Nomor 63 Tahun 2009 tentang Penjaminan Mutu Pendidikan 24. Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009 tentang Standar Biaya Operasi Nonpersonalia Tahun 2009 untuk SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, SMK, SDLB, SMPLB, dan SMALB 25. Rencana Strategis Kemendiknas Tahun 2010-2014 C. LANDASAN OPERASIONAL Landasan operasional pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-PSB sebagai berikut : 1. Kewajiban satuan pendidikan untuk menyesuaikan diri dengan ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Pasal 94, Butir b) paling lambat 7 (tujuh) Tahun setelah berlakunya Peraturan Pemerintah tersebut mencakup 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan yaitu : a. Standar isi (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006) meliputi : 1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum 2) Beban belajar 3) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 4) Kalender pendidikan 5) Lampiran Standar Isi tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) untuk setiap mata pelajaran b. Standar kompetensi lulusan (Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 dan Permendiknas Nomor 48 Tahun 2008) meliputi : 1) Standar Kompetensi Lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah 2) Standar Kompetensi Lulusan minimal kelompok mata pelajaran 3) Standar Kompetensi Lulusan minimal mata pelajaran c. Standar Proses (Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007) mencakup : 1) Perencanaan proses pembelajaran 2) Pelaksanaan proses pembelajaran 3) Penilaian hasil pembelajaran 4) Pengawasan proses pembelajaran d. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan mencakup kualifikasi dan kompetensi meliputi : 1) Standar Pengawas Sekolah (Permendiknas Nomor 12 Tahun 2007) 2) Standar Kepala Sekolah (Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007) 3) Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru (Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007) 4) Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 24 Tahun 2008) 5) Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008) 6) Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah (Permendiknas Nomor 26 Tahun 2008) 7) Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Konselor (Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008) 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 3-40

e. Standar Sarana dan Prasarana (Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007) meliputi antara lain : 1) Satuan pendidikan 2) Lahan 3) Bangunan gedung 4) Kelengkapan prasarana dan sarana : ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/berolahraga. f. Standar Pengelolaan (Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007) meliputi : 1) Perencanaan program 2) Pelaksanaan rencana kerja 3) Pengawasan dan evaluasi 4) Kepemimpinan sekolah/madrasah 5) Sistem informasi manajemen g. Standar Pembiayaan (PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 62; PP No. 48 Tahun 2008 tentang pendanaan pendidikan dan Permendiknas Nomor 69 Tahun 2009) meliputi : 1) Biaya investasi 2) Biaya operasi non personalia 3) Biaya personal h. Standar Penilaian Pendidikan (Permendiknas Nomor 20 Tahun 2007) mencakup : 1) Prinsip penilaian 2) Teknik dan instrumen penilaian 3) Mekanisme dan prosedur penilaian 4) Penilaian oleh pendidik 5) Penilaian oleh satuan pendidikan 6) Penilaian oleh pemerintah 2. Pemetaan sekolah berdasarkan tingkat pemenuhan SNP (Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, Penjelasan Pasal 11 Ayat (2) dan Ayat (3)) : a. Berkaitan dengan diberlakukannya SNP, Pemerintah memiliki kepentingan untuk memetakan sekolah/madrasah menjadi sekolah/madrasah yang sudah atau hampir memenuhi SNP dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi SNP. b. Pemerintah mengkategorikan sekolah/madrasah yang telah memenuhi atau hampir memenuhi SNP ke dalam kategori mandiri, dan sekolah/madrasah yang belum memenuhi SNP ke dalam kategori standar. c. Berbagai upaya ditempuh agar alokasi sumberdaya Pemerintah dan Pemerintah Daerah diprioritaskan untuk membantu sekolah/madrasah yang masih dalam kategori standar untuk bisa meningkatkan diri menuju kategori mandiri. 3. Pelaksanaan PBKL (Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal) (UU No. 20 Tahun 2003, PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 14, PP No. 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan, Permendiknas No. 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan) : a. Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang diselenggarakan setelah memenuhi Standar Nasional Pendidikan dan diperkaya dengan keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah b. Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 4-40

c. Pemerintah kabupaten/kota mengelola dan menyelenggarakan paling sedikit 1 (satu) satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang berbasis keunggulan lokal d. Keunggulan lokal dikembangkan berdasarkan keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah di bidang seni, pariwisata, pertanian, kelautan, perindustrian, dan bidang lain e. Satuan pendidikan dasar dan menengah yang dikembangkan menjadi berbasis keunggulan lokal harus diperkaya dengan muatan pendidikan kejuruan yang terkait dengan potensi ekonomi, sosial, dan/atau budaya setempat yang merupakan keunggulan kompetitif dan/atau komparatif daerah f. Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi, dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik g. Kurikulum SMA atau bentuk lain yang sederajat dapat memasukkan pendidikan berbasis keunggulan lokal h. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dan global dapat merupakan bagian dari semua mata pelajaran dan juga dapat menjadi mata pelajaran muatan lokal i. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat merupakan bagian dari pendidikan kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, pendidikan kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, pendidikan kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi, pendidikan kelompok mata pelajaran estetika, atau kelompok mata pelajaran pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan j. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang sudah memperoleh akreditasi. k. Penjaminan mutu pendidikan oleh satuan atau program pendidikan ditujukan untuk memenuhi tiga tingkatan acuan mutu yaitu SPM, SNP dan standar mutu pendidikan di atas SNP. Standar mutu pendidikan di atas SNP dapat berupa standar mutu di atas SNP yang berbasis keunggulan lokal, dan standar mutu di atas SNP yang mengadopsi dan/atau mengadaptasi standar internasional tertentu (Permendiknas No. 63 Tahun 2009, Bab III, Pasal 10) l. Standar mutu di atas SNP yang berbasis keunggulan lokal dapat dirintis pemenuhannya oleh satuan pendidikan yang telah memenuhi SPM dan sedang dalam proses memenuhi SNP. 4. Pemenuhan sumber belajar berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan : a. Kewajiban satuan pendidikan memiliki buku dan sumber belajar lainnya antar lain jurnal, majalah, artikel, website, dan compact disk (Lampiran Permendiknas Nomor 24 Tahun 2007, Pasal 42). b. Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik (PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 19 Ayat 1) c. Sekolah mengelola sistem informasi manajemen yang memadai untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel (Lampiran Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan, butir E. Sistem Informasi Manajemen) d. Pengembangan sistem pengelolaan pengetahuan untuk mempermudah dalam berbagi informasi dan pengetahuan antar peserta didik dan tenaga kependidikan (Renstra Kemendiknas 2010-2014, 4.2.7 Penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK di bidang pendidikan, butir c) 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 5-40

e. Pengembangan pusat sumber belajar berbasis TIK pada pendidikan dasar dan menengah (Renstra Kemendiknas 2010-2014, 4.2.7 Penguatan dan perluasan pemanfaatan TIK di bidang pendidikan, butir d) 5. Tugas Ditjen. Mandikdasmen dalam pelaksanaan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan (Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007, Pasal 5, butir b dan c) : a. Melakukan bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi pelaksanaan kurikulum yang didasarkan pada Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. b. Melakukan usaha secara nasional agar sarana dan prasarana satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mendukung penerapan Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah dan Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. 6. Tugas dan fungsi Direktorat Pembinaan SMA (Permendiknas Nomor 14 Tahun 2005, Pasal 65 dan 66) : a. Tugas : Melaksanakan penyiapan bahan perumusan kebijakan, pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi di bidang pembinaan sekolah menengah atas b. Fungsi : 1) Penyiapan bahan perumusan kebijakan di bidang pembinaan sekolah menengah atas 2) Penyiapan perumusan standar, kriteria, pedoman, dan prosedur di bidang pembinaan sekolah menengah atas 3) Pemberian bimbingan teknis, supervisi, dan evaluasi di bidang pembinaan sekolah menengah atas 7. Peran pemerintah dan pemerintah daerah dalam pengelolaan pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005, Pasal 50, butir 2, 4 dan 5) : a. Pemerintah menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk menjamin mutu pendidikan nasional b. Pemerintah daerah provinsi melakukan koordinasi atas penyelenggaraan pendidikan, pengembangan tenaga kependidikan, dan penyediaan fasilitas penyelenggaraan pendidikan lintas daerah kabupaten/kota untuk tingkat pendidikan dasar dan menengah c. Pemerintah kabupaten/kota mengelola pendidikan dasar dan pendidikan menengah, serta satuan pendidikan yang berbasis keunggulan lokal. D. LANDASAN EMPIRIS Landasan empiris pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-PSB sebagai berikut : 1. Program RSKM/RSSN SMA telah dilakukan sejak tahun 2007, dimulai dengan membina sebanyak 441 SMA yang tersebar di 32 provinsi di 286 kabupaten/kota, dan Tahun 2008 diperluas menjadi 2.465 SMA yang tersebar di 317 Kabupaten/Kota di 33 Provinsi. Selanjutnya pada tahun 2009 diperluas kembali menjadi 3.252 SMA yang tersebar di 483 kabupaten/kota di 33 provinsi. Bentuk pembinaan yang telah diberikan kepada SMA RSKM/RSSN meliputi (a) penyiapan dokumen/perangkat pendukung, (b) asistensi dan sinkronisasi program sekolah, (c) bantuan dana block grant, (d) peningkatan kemampuan pendidik dan tenaga kependidikan dalam pengembangan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK serta bimtek KTSP, (e) supervisi dan evaluasi. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 6-40

Rintisan Sekolah Kategori Mandiri/Sekolah Standar Nasional (RSKM/RSSN) merupakan program pembinaan pemenuhan 8 (delapan) SNP yang diberikan pada sejumlah SMA dengan tujuan : (a) mendorong sekolah untuk mencapai kondisi memenuhi/hampir memenuhi SNP, (b) memberikan arahan upaya-upaya yang harus dilakukan sekolah untuk dapat memenuhi/hampir memenuhi SNP, (c) memberikan pendampingan kepada sekolah untuk mewujudkan sekolah kategori mandiri dalam kurun waktu tertentu, (d) menjalin kerjasama dan meningkatkan peran serta pemangku kepentingan pendidikan di SMA baik ditingkat pusat dan daerah dalam mengembangkan SMA kategori mandiri, dan (e) mendapatkan model/rujukan SMA kategori mandiri. 2. Rintisan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (RPBKL) adalah program pembinaan pelaksanaan pendidikan berbasis keunggulan lokal yang dalam pelaksanaannya dapat terintegrasi dalam semua mata pelajaran, sebagai mata pelajaran muatan lokal, atau mata pelajaran keterampilan. Tujuan dari program tersebut adalah : (a) mendorong sekolah mencapai kondisi memenuhi/hampir memenuhi SNP, (b) memberikan pendampingan kepada sekolah untuk mewujudkan PBKL. Bentuk bantuan dan pembinaan yang telah diberikan meliputi : (a) penyiapan dokumen/perangkat pendukung, (b) asistensi dan sinkronisasi program pencapaian SNP dan PBKL, (c) bantuan dana block grant, (d) peningkatan kompetensi guru dalam pengembangan bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK, dan (e) supervisi dan evaluasi. RPBKL telah dilaksanakan sejak Tahun 2007 di 100 SMA yang tersebar di 33 provinsi dan 90 kabupaten/kota, dan tetap dalam jumlah yang sama sampai Tahun 2009. 3. Rintisan Pusat Sumber Belajar (RPSB) merupakan program pembinaan yang diberikan pada sejumlah SMA dalam rangka pengembangan dan pemenuhan bahan ajar berbasis TIK. Tujuan dari program tersebut adalah meningkatkan efektivitas dan efisiensi kegiatan pembelajaran dengan memanfaatkan berbagai sumber belajar berbasis TIK secara maksimal dengan cara antara lain : (a) menyediakan sumber bahan ajar dan bahan ujian berbasis TIK untuk seluruh mata pelajaran di SMA; dan (b) membangun kebersamaan dan berbagi pengalaman antar tenaga pendidik di seluruh pelosok tanah air melalui jejaring komunikasi. Bentuk bantuan dan bimbingan teknis yang diberikan meliputi : (a) penyiapan dokumen/perangkat pendukung, (b) peningkatan kompetensi SDM, (c) pengembangan konten, (d) pemberian dana bantuan block grant, (e) asistensi dan sinkronisasi program, dan (f) supervisi dan evaluasi. Program RPSB telah dilaksanakan sejak tahun 2008 di 33 SMA yang tersebar di 20 provinsi dan 32 kabupaten/kota. Sampai dengan tahun 2009 telah dihasilkan sebanyak 404 judul bahan ajar dari 16 mata pelajaran, dan telah ditempatkan pada situs Pusat Sumber Belajar (PSB) SMA agar dapat diakses khususnya oleh pendidik SMA. 4. Bimbingan teknis KTSP (Bimtek KTSP) merupakan kegiatan bimbingan yang diberikan kepada sekolah (pendidik dan tenaga kependidikan) dalam rangka memberikan pemahaman konsep dan teknis persiapan, pelaksanaan dan evaluasi KTSP yang dilaksanakan dalam bentuk workshop. Tujuan dari program tersebut adalah : (a) mendiseminasikan landasan hukum/peraturan (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Permendiknas dan Panduan yang diterbitkan BSNP) yang menjadi acuan dalam pencapaian Standar Nasional Pendidikan (SNP) dan pelaksanaan KTSP, (b) meningkatkan kemampuan/keterampilan sekolah antara lain dalam : penyusunan rencana pencapaian SNP, penyusunan KTSP, pengembangan perangkat dan pelaksanaan pembelajaran, penyiapan perangkat dan pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik, dan penyusunan program muatan lokal. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 7-40

Program bimtek pelaksanaan KTSP di SMA telah dilaksanakan sejak tahun 2006. Sampai dengan tahun 2009 pelaksanaan bimtek telah menjangkau 7.467 sekolah, dengan melibatkan 58.812 orang guru, kepala sekolah dan pengawas, serta unsur Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota. Bimtek KTSP dilaksanakan secara berjenjang dan bertahap, mulai dari penyiapan rancangan program, bahan/materi dan strategi pelaksanaannya, sampai dengan bimtek di tingkat sekolah, dan supervisi keterlaksanaan KTSP di sejumlah sekolah. Kebijakan Penenuhan 8 SNP (SKM SMA) Rintisan (3 Thn) RSKM Model SKM/SSN (Seluruh SMA) Pemetaan RPBKL SMA Model SKM-PBKL-PSB Siap SKM (Seluruh SMA) RPSB RSKM Mandiri (SMA Lainnya) Gambar 1. Kedudukan SMA Model SKM-PBKL-PSB dalam pembinaan implementasi SNP E. TUJUAN 1. Tujuan program SMA Model SKM-PBKL-PSB sebagai berikut : a. Memberikan pendampingan/pembinaan kepada sekolah untuk mewujudkan SKM yang menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan lokal, dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran dan manajemen sekolah. b. Menjalin kerjasama dan meningkatkan peranserta pemangku kepentingan (stakeholder) pendidikan di SMA, baik di tingkat pusat maupun daerah dalam memenuhi SNP, dan menerapkan PBKL serta memfungsikan PSB di sekolah c. Mewujudkan SMA Model SKM-PBKL-PSB untuk dapat digunakan sebagai rujukan bagi SMA yang akan memenuhi SNP, dan menyelenggarakan PBKL dan PSB 2. Tujuan Konsep dan Strategi Implementasi program SMA Model SKM-PBKL-PSB sebagai berikut : a. Memberikan infomasi kepada pemangku kepentingan tentang konsep dan strategi implementasi SMA Model SKM-PBKL-PSB b. Memberikan acuan bagi institusi pembina yaitu Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota dalam memberikan bantuan teknis, manajerial dan pendanaan untuk mendukung terwujudnya SMA Model SKM-PBKL-PSB c. Memberikan arahan bagi SMA Model SKM-PBKL-PSB dalam melaksanakan program SMA Model SKM-PBKL-PSB d. Memberikan acuan bagi SMA lain yang berkeinginan untuk merintis pemenuhan 8 SNP, menyelenggarakan PBKL dan PSB 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 8-40

F. HASIL YANG DIHARAPKAN Hasil yang diharapkan dari program SMA Model SKM-PBKL-PSB adalah : 1. Terlaksananya pendampingan/pembinaan oleh Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota terhadap SMA Model SKM-PBKL-PSB dalam mewujudkan SKM yang menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran dan manajemen sekolah. 2. Terlaksananya kerjasama antara Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, dan pemangku kepentingan lainnya dan berperan serta dalam pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-PSB 3. Terwujudnya 132 SMA model SKM-PBKL-PSB yang dapat dijadikan rujukan sebagai SKM yang menyelenggarakan pendidikan berbasis keunggulan lokal dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran dan manajemen sekolah 4. Terpahaminya Konsep dan Strategi Implementasi SMA Model SKM-PBKL-PSB sekaligus sebagai acuan oleh institusi pembina, pemangku kepentingan, SMA Model SKM-PBKL-PSB, dan SMA lain yang berkeinginan mencapai SKM dan melaksanakan PBKL dan PSB G. SASARAN Mempertimbangkan luas wilayah dan sebaran SMA maka program SMA Model SKM-PBKL- PSB dimulai di 132 SMA yang tersebar di 33 provinsi dan akan dikembangkan secara bertahap di sejumlah kabupaten/kota. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 9-40

BAB II PENGERTIAN DAN KARAKTERISTIK MODEL SKM-PBKL-PSB A. PENGERTIAN SMA Model SKM-PBKL-PSB adalah SMA yang telah memenuhi/hampir memenuhi 8 (delapan) SNP, menyelenggarakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL), dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dalam proses pembelajaran dan manajemen sekolah. SMA Model SKM-PBKL-PSB bukan pengkategorian SMA tetapi merupakan strategi pembinaan untuk melaksanakan dan memenuhi SNP. Model merupakan SMA yang dinilai mempunyai potensi dan kemampuan sebagai prototype Sekolah Kategori Mandiri yang menyelenggarakan PBKL dan memanfaatkan TIK dalam pembelajaran dan manajemen sekolah. Pengintegrasian PBKL pada SMA Model tersebut merupakan bagian dari upaya untuk mewujudkan dan menunjukkan model penyelenggaraan PBKL. Sedangkan pemanfaatan TIK di sekolah dalam bentuk Pusat Sumber Belajar (PSB) merupakan model TIK untuk pembelajaran dan manajemen sekolah. Keterkaitan 8 SNP, PBKL dan PSB dalam pengertian SMA Model SKM-PBKL-PSB dapat dijelaskan dalam gambar berikut ini. Standar Penilaian Standar Isi Standar Kompetensi Lulusan PBKL Pusat Sumber Belajar Standar Proses Standar Pendidik dan Tendik Standar Pembiayaan Standar Sarpras Standar Pengelolaan Gambar 2. Komponen SMA Model SKM-PBKL-PSB Keberadaan SMA Model SKM-PBKL-PSB sangat diperlukan sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di SMA melalui pemenuhan standar minimal pendidikan. Oleh karena itu dalam pelaksanaanya SMA Model SKM-PBKL-PSB harus mendapat dukungan internal sekolah dan menggali dukungan dari pemangku kepentingan lainnya. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 10-40

B. KARAKTERISTIK Karakteristik adalah ciri atau tanda yang menjadi pembeda satu dengan lainnya. Pada naskah ini yang dimaksud karakteristik adalah ciri atau tanda suatu SMA disebut sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB untuk membedakan dengan istilah/model/program SMA lainnya. Berdasarkan pengertian di atas, maka karakteristik dari SMA Model SKM-PBKL- PSB adalah : 1. Memenuhi atau hampir memenuhi 8 (delapan) standar nasional pendidikan yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pengelolaan, Standar Pembiayaan, Standar Penilaian Pendidikan 2. Melaksanakan Pendidikan Berbasis Keunggulan Lokal (PBKL) Pendidikan berbasis keunggulan lokal adalah pendidikan yang memanfaatkan keunggulan lokal dalam aspek ekonomi, budaya, bahasa, teknologi informasi dan komunikasi, ekologi dan lain-lain, yang semuanya bermanfaat bagi pengembangan kompetensi peserta didik (panduan pengembangan KTSP, BSNP). Sedangkan Dit. Pembinaan SMA mengoperasionalkan konsep PBKL adalah pendidikan yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan daerah dengan memanfaatkan berbagai sumber seperti sumberdaya alam, sumberdaya manusia, geografis, budaya, historis dan potensi daerah lainnya yang bermanfaat dalam proses pengembangan kompetensi sesuai dengan potensi, bakat dan minat peserta didik. 3. Memanfaatkan dan mengembangkan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran dan manajemen administrasi sekolah. Pemanfaatan TIK untuk pembelajaran di SMA dikembangkan salah satunya melalui konsep Pusat Sumber Belajar. sistem pengelolaan yang terorganisir di sekolah untuk menyusun, mengembangkan, dan menyediakan sumber belajar untuk mendukung proses pembelajaran dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. 4. Menerapkan Sistem Kredit Semester (SKS) sesuai dengan panduan yang diterbitkan oleh BSNP (sambil menunggu dikeluarkannya ketentuan pelaksanaannya, maka belum dibahas secara khusus dalam naskah ini) C. PROFIL Kata profil berasal dari bahasa Italia profilo dan profilare, yang berarti gambaran garis besar atau kerangka. Pada naskah ini yang dimaksud dengan profil SMA Model SKM-PBKL- PSB adalah pernyataan secara garis besar dalam bentuk persyaratan/kondisi yang menggambarkan wujud SMA Model SKM-PBKL-PSB yang dituangkan dalam bentuk komponen, aspek dan indikator. Profil SMA Model SKM-PBKL-PSB disusun mengacu pada Permendiknas yang mengatur 8 (delapan) SNP yang memuat 8 (delapan) SNP. Berikut adalah profil SMA Model SKM-PBKL-PSB secara umum, sedangkan profil secara rinci pada Lampiran 1. 1. Standar Isi a. Memiliki dokumen KTSP yang didukung dengan dokumen hasil analisis kontek dan dokumen hasil analisis keunggulan lokal. b. Dokumen KTSP telah dinyatakan berlaku oleh kepala sekolah dengan pertimbangan dari komite sekolah dan diketahui oleh Dinas Pendidikan Provinsi 2. Standar Kompetensi Lulusan a. Pencapaian rata-rata KKM peserta didik per mata pelajaran 75% b. NIlai kelulusan US minimal sama dengan KKM setiap mata pelajaran c. Tingkat kelulusan 100% d. Tingkat lulusan yang diterima di Perguruan Tinggi 75% 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 11-40

3. Standar Proses a. Melakukan dokumen perencanaan proses pembelajaran berupa silabus, RPP dan bahan ajar yang disusun sesuai ketentuan dan telah mengintegrasikan PBKL dan TIK b. Melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan persyaratan rombongan belajar (32 peserta didik), beban kerja minimal guru (24 jam tatap muka/ minggu), buku teks pelajaran, pengelolaan kelas, c. Melaksanakan pembelajaran berdasarkan RPP dengan menerapkan pendekatan tatap muka, kegiatan terstruktur dan kegiatan mandiri tidak terstruktur dengan memanfaatkan perpustakaan dan TIK d. Melaksanakan pembelajaran PBKL yang terintegrasi dalam mata pelajaran yang relevan/mulok/keterampilan e. Melaksanakan dan melaporkan pengawasan proses pembelajaran dalam bentuk pemantauan pembelajaran, supervisi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran 4. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan a. Memiliki lebih dari 75% pendidik yang telah memenuhi kualifikasi akademik, latar belakang pendidikan, sertifikasi profesi guru, kompetensi TIK dan pengembangan bahan ajar b. Memiliki tenaga kependidikan sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium yang telah memenuhi persyaratan jenis, kualifikasi akademik dan kompetensi dibidang TIK c. Memiliki minimal 4 tenaga layanan khusus yaitu penjaga sekolah, tenaga kebersihan, pengemudi, tukang kebun, pesuruh yang telah memenuhi kualifikasi dan kompetensi. 5. Standar Sarana dan Prasarana a. Memiliki minimum 3 rombongan belajar dan maksimum 27 rombongan belajar b. Memiliki luas lahan sesuai persyaratan standar (Tabel 4.1 atau 4.2, Permendiknas No. 24 tahun 2007) dan secara sah menempati lahan yang telah disetujui untuk peruntukan sekolah c. Semua bangunan gedung memenuhi persyaratan luas, keselamatan, kesehatan, menyediakan fasilitas dan aksesibilitas bagi penyandang cacat, kenyamanan, sistem keamanan, dan ketersediaan listrik sesuai kebutuhan, serta terpelihara secara berkala d. Memiliki prasarana sekurang-kurangnya adalah ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, dan tempat bermain/berolahraga, telah yang memenuhi persyaratan luas dan kelengkapan sarana e. Memiliki sarana pendukung PSB berupa berupa website dan perangkat audio visual 6. Standar Pengelolaan a. Memiliki dokumen perencanaan program berupa Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKA-S) yang dikembangkan berdasarkan visi, misi dan tujuan sekolah b. Memiliki pedoman-pedoman (KTSP; kalender pendidikan/akademik; struktur organisasi sekolah; pembagian tugas di antara guru; pembagian tugas di antara tenaga kependidikan; peraturan akademik; tata tertib sekolah; kode etik sekolah; biaya operasional sekolah) yang berfungsi sebagai petunjuk pelaksanaan operasional dan struktur organisasi sekolah yang diuraikan secara jelas dan transparan 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 12-40

c. Melaksanakan rencana kerja bidang kesiswaan dalam bentuk memberikan layanan konseling kepada peserta didik; melaksanakan kegiatan ekstra dan kokurikuler untuk para peserta didik; melakukan pembinaan prestasi unggulan; melakukan pelacakan terhadap alumni dan didukung dengan tersedianya petunjuk proses penerimaan peserta didik d. Melaksanakan rencana kerja bidang kurikulum dan kegiatan pembelajaran berdasarkan persyaratan yang tertuang dalam KTSP, kalender pendidikan, program pembelajaran, penilaian hasil belajar peserta didik, dan peraturan akademik e. Melaksanakan rencana kerja bidang pendidik dan tenaga kependidikan meliputi pemberdayaan, pengangkatan, promosi, penempatan, dan pendayagunaan f. Melaksanakan rencana kerja bidang sarana dan prasarana meliputi pemenuhan, pendayagunaan, pemeliharaan sarana dan prasarna, dan pengelolaan perpustakaan, laboratorium, fasilitas fisik untuk kegiatan ekstrakurikuler g. Melaksanakan rencana kerja bidang keuangan dan pembiayaan mengacu pedoman pengelolaan biaya investasi dan operasional h. Melaksanakan rencana kerja bidang budaya dan lingkungan sekolah untuk menciptakan suasana, iklim dan lingkungan pendidikan yang kondusif dengan menerapkan tata tertib sekolah, dan kode etik sekolah i. Melaksanakan rencana kerja bidang peran serta masyarakat dan kemitraan sekolah dengan sasaran menjalin kemitraan dengan lembaga pemerintah dan non-pemerintah, berkaitan dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan. j. Melaksanakan pengawasan pengelolaan sekolah dalam bentuk pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan, dan tindak lanjut hasil pengawasan k. Melakukan evaluasi diri proses pembelajaran, program kerja Tahunan, KTSP, pendayagunaan tenaga pendidik dan kependidikan secara periodik l. Hasil akreditasi sekolah adalah A m. Mempunyai kepemimpinan yang terdiri dari Kepala Sekolah dengan dibantu 3 Wakil Kepala Sekolah yang diangkat sesuai dengan ketentuan n. Memiliki Sistem Informasi Manajemen (SIM) untuk mendukung administrasi pendidikan yang efektif, efisien dan akuntabel dengan sumberdaya manusia dan fasilitas yang efisien, efektif, dan mudah diakses 7. Standar Pembiayaan a. Mengalokasikan dan memenuhi biaya investasi, biaya operasi, biaya personal dan non personal b. Memiliki program dan upaya sekolah menggali dan mengelola serta memanfaatkan dana dari berbagai sumber c. Membuat laporan pertanggung-jawaban secara akuntabel dan transparan 8. Standar Penilaian Pendidikan a. Menerapkan prinsip-prinsip penilaian b. Menerapkan teknik dan instrumen penilaian c. Menerapkan mekanisme dan prosedur penilaian d. Menerapkan penilaian oleh pendidik e. Menerapkan penilaian oleh satuan pendidikan 9. Kesiapan Sekolah dan Dukungan Eksternal a. Menyatakan kesiapan sebagai SMA Model SKM-PBKL-PSB dengan dukungan penuh dari pendidik, tenaga kependidikan dan tenaga administrasi b. Mengupayakan penggalangan dukungan dari eksternal sekolah seperti Komite Sekolah, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Perguruan Tinggi, LPMP/P4TK, asosiasi profesi, dan lain-lain 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 13-40

BAB III STRATEGI IMPLEMENTASI A. TAHAPAN PELAKSANAAN PROGRAM Pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-PSB dilakukan secara terpadu, sitematis dan berkelanjutan dengan melibatkan unsur Dit. Pembinaan SMA, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota, Sekolah dan pemangku kepentingan lainnya sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing. SKM, PBKL, dan PSB merupakan satu kesatuan program yang akan dicapai secara bersamaan oleh SMA Model SKM-PBKL-PSB. SKM merupakan kategori memenuhi/hampir memenuhi SNP yang harus dicapai oleh semua SMA dan merupakan induk dari program ini, sedangkan PBKL merupakan upaya pemerintah untuk memberikan pembekalan pengetahuan/keterampilan dan PSB merupakan tuntutan global dalam rangka mendapatkan sumber belajar yang bervariasi dan mewujudkan pembelajaran berbasis TIK. Agar seluruh program dan kegiatan dapat terlaksana secara efektif perlu adanya upaya dan aktivitas di sekolah yang dilakukan secara sistematis dan berkelanjutan. Berikut ini acuan umum dalam pemenuhan SNP, PBKL dan PSB yang harus dilakukan SMA Model SKM-PBKL-PSB mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan supervisi dan evaluasi : Permendiknas 8 SNP Mempelajari dan Memahami Dokumen SNP Penguasaan Substansi Strateg. Implement. 8 SNP Instrumen Analisis Kondisi Analisis Kontek : 8 SNP, Satuan Pendk, Lingkungan Menyusun dan Menetapkan Skala Prioritas Kond. Ideal, Kond. Riil, dan Kesenjangan Rencana Tindak Lanjut Juknis KTSP dan Penyusunan Program Kerja Menyusun KTSP, RKJM dan RKA-S KTSP, RKJM dan RKA-S KTSP, RKJM dan RKA-S Pelaksanaan Kegiatan Sekolah Peningkatan Profil SKM-PBKL-PSB Instrumen Supervisi dan Evaluasi Supervisi dan Evaluasi Hasil dan Rekomendasi Gambar 3. Alur strategi pelaksanaan program SMA Model SKM-PBKL-PSB 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 14-40

Penjelasan alur di atas sebagai berikut : 1. Perencanaan a. Pemahaman substansi 8 SNP Operasionalisasi SNP sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 19 Tahun 2005 tentang SNP tertuang dalam Permendiknas yang mengatur tentang 8 SNP yaitu Standar Isi, Standar Kompetensi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, dan Standar Penilaian. Penguasaan isi 8 SNP mutlak diperlukan baik oleh institusi pembina maupun sekolah sebagai dasar untuk mempelajari konsep SMA Model SKM-PBKL-PSB. Oleh karena itu 8 SNP harus dikuasai sampai menemukan indikator-indikator kunci yang harus dipenuhi oleh satuan pendidikan. Pada dasarnya pemahaman institusi pembina dan SMA Model SKM-PBKL-PSB sudah tidak diragukan lagi. Namun berkaitan dengan program SMA Model ini perlu didalami lebih lanjut indikator-indikator kunci 8 SNP yang harus dipenuhi sekolah kaitannya dengan PBKL dan PSB. Pendalaman indikator kunci 8 SNP tersebut dapat dilakukan melalui workshop maupun IHT baik ditingkat pusat, provinsi, maupun kabupaten/kota. Sedangkan di tingkat sekolah dapat dilakukan dengan strategi : 1). Membentuk tim/koordinator pengkajian 8 SNP dan PBKL 2). Mengidentifikasi sasaran yang ingin dicapai pada tiap Standar yang dapat dilakukan melalui : a). Workshop/IHT secara rutin yang melibatkan seluruh warga sekolah b). Workshop/IHT MGMP Sekolah secara rutin c). Mengundang narasumber/fasilitator dari Dinas Provinsi/Kab/Kota/ sekolah setempat secara periodik sesuai kebutuhan d). Memanfaatkan sarana TIK melalui website, email, chatting yang tersedia untuk berkomunikasi, berbagi informasi atau konsultasi dengan pihak-pihak yang terkait, misalnya : BSNP, Direktorat PSMA, atau Sekolah Lainnya. b. Analisis Konteks Prinsip dasar program SMA Model SKM-PBKL-PSB adalah meningkatkan pemenuhan SNP sekolah dari kondisi saat ini menuju kondisi memenuhi/ hampir memenuhi SNP, sekaligus melaksanakan PBKL dan meningkatkan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran dan manajemen sekolah. Peningkatan pemenuhan SNP tersebut dilakukan berdasarkan kesenjangan antara kondisi nyata sekolah saat ini dengan kondisi yang diharapkan sebagaimana di syaratkan dalam SNP. Oleh karena itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan identifikasi kondisi sekolah saat ini untuk mengetahui tingkat pemenuhan indikator-indikator 8 SNP, PBKL dan PSB dalam bentuk keberhasilan, kekurangan, dan permasalahan. Keberhasilan menggambarkan indikator 8 SNP yang telah memenuhi/hampir memenuhi SNP dan merupakan modal awal yang harus dipertahankan dan dikembangkan oleh sekolah untuk masa yang akan datang. Kekurangan adalah indikator 8 SNP yang belum memenuhi/hampir memenuhi 8 SNP dan merupakan kondisi yang harus ditingkatkan sampai mencapai memenuhi/ hampir memenuhi 8 SNP selambat-lambatnya 7 tahun sejak dikeluarkannya PP No. 19 Tahun 2005 yaitu tahun 2013. Sedangkan permasalahan adalah segala sesuatu yang menyebabkan belum terpenuhinya 8 SNP. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 15-40

SMA Model SKM-PBKL-PSB meruapakan SMA program rintisan SKM, PBKL dan PSB Tahun sebelumnya sehingga data identifikasi kondisi awal sekolah dapat menggunakan data dan informasi hasil supervisi dan evaluasi RSKM/RSSN tahun 2009 yang dilakukan Dit. Pembinaan SMA. Sedangkan bagi SMA yang belum dilakukan supervisi dan evaluasi maka data identifikasi kondisi awal menggunakan hasil verifikasi calon SMA Model SKM-PBKL-PSB tahun 2010 yang dilakukan oleh Dit. Pembinaan bersama-sama Dinas Pendidikan Provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. c. Penetapan skala prioritas Identifikasi kondisi awal sekolah akan menghasilkan sejumlah data dan informasi tentang keberhasilan, kekurangan dan permasalahan dalam pemenuhan SNP, pelaksanaan PBKL dan pemanfaatan TIK untuk pembelajaran dan manajemen sekolah. Berbekal data dan infomasi tersebut maka dilakukan analisis kekurangan dan permasalahan berdasarkan tingkat kemendesakan dan kepentingannya. Analisis menghasilkan daftar kekurangan dan permasalahan yang perlu diselesaikan berdasarkan skala prioritas. Penetapan skala prioritas memperhatikan hal-hal sebagai berikut : 1). Standar yang memiliki ketercapaian tinggi, dengan memanfaatkan sumber daya yang tersedia di sekolah, baik tenaga, sarana prasarana maupun pembiayaan 2). Standar yang pengelolaan dan penyelenggaraannya sepenuhnya menjadi kewenangan sekolah (sesuai prinsip MBS) dan tidak tergantung pada kebijakan daerah atau pusat 3). Standar yang berkaitan langsung pada proses pembelajaran (Standar Isi, Standar Kompetesi Lulusan, Standar Proses, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian) d. Penyusunan KTSP, RKJM dan RKA-S Mengacu pada hasil analisis kondisi dan penetapan skala prioritas, sekolah menyusun atau menyempurnakan rencana kerja sekolah berupa Rencana Kerja Jangka Menengah (RKJM) empat Tahunan dan Rencana Kegiatan dan Anggaran Sekolah (RKA-S) satu Tahunan. RKJM dan RKA-S memuat kegiatankegiatan pemenuhan 8 SNP termasuk didalamnya pemenuhan PBKL dan PSB sebagaimana skala prioritas yang telah ditetapkan dengan mempertimbangkan sasaran per standar sebagai berikut : 1). Standar Isi (SI) Standar Isi merupakan salah satu acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum yang selanjutnya disebut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Terkait dengan fungsi kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai penyelenggaraan kegiatan pembelajaran maka substansi kurikulum SMA Model SKM-PBKL- PSB harus menggambarkan seluruh program yang diselenggarakan oleh sekolah termasuk PBKL dan pemanfaatan TIK dalam pembelajaran dan menajemen sekolah yang diprioritaslan pada pembelajaran. KTSP yang sudah dimiliki sekolah perlu dikembangkan lagi dengan memasukkan unsur PBKL dan TIK untuk pembelajaran dan manajemen sekolah. 2). Standar Kompetensi Lulusan (SKL) SKL terdiri atas SKL satuan pendidikan, SKL kelompok mata pelajaran, dan SKL mata pelajaran, selain merupakan salah satu acuan utama 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 16-40

dalam pengembangan KTSP juga digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik. Oleh karena itu substansi SKL harus menjadi acuan bagi sekolah dalam mengembangkan visi, misi, tujuan dan program kerja termasuk di dalamnya PBKL dan pemanfaatan TIK. Hal ini dimaksudkan agar sekolah dapat menyiapkan proses pemenuhan SKL peserta didik yang akan diukur melalui penilaian oleh pendidik, satuan pendidikan dan pemerintah. Keberhasilan pembelajaran salah satunya diawali dari pemahaman fungsi ketiga SKL di atas. Oleh karena itu SMA Model SKM-PBKL-PSB harus melakukan pengkajian kembali terhadap tingkat pemanfaatan ketiga SKL tersebut dalam KTSP, proses pembelajaran, dan penilaian penilaian hasil belajar dengan mempertimbangkan integrasi PBKL dan TIK untuk pembelajaran. 3) Standar Proses Standar Proses selain merupakan salah satu acuan utama dalam pengembangan KTSP juga merupakan acuan bagi satuan pendidikan untuk melaksanakan pembelajaran dalam mencapai kompetensi lulusan. Standar Proses mencakup perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajar, dan pengawasan proses pembelajaran. Agar proses pembelajaran dapat terlaksana secara efektif dan mendapatkan hasil yang optimal diperlukan adanya keterpaduan terhadap keseluruhan proses mulai dari perencanaan sampai dengan pengawasan. Perencanaan pembelajaran meliputi silabus dan RPP yang memuat mata pelajaran, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator pencapaian kompt, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar dan sumber belajar. RPP disusun dengan mengakomodasi pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar dan keragaman budaya, dan mempertimbangkan penerapan TIK secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan guru dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotifasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Dalam standar proses dijelaskan bahwa salah satu aspek yang perlu diperhartikan dam merancang dan melaksanakan pembelajaran antara lain adalah bakat, potensi, latar belakang budaya, norma, nilai, dan atau lingkungan peserta didik. Hal ini sejalan dengan pendekatan pembelajaran pendidikan berbasis keunggulan lokal. Dengan demikian program PBKL harus terintegrasi sebagai satu kesatuan dalam proses pembelajaran pada SMA Model SKM-PBKL-PSB. Di samping itu untuk membantu siswa dalam meningkatkan intelektual, kreatifitas dan membangkitkan minat, motivasi belajar, dan sekaligus meningkatkan efektifitas pembelajaran dapat dilakukan dengan menerapkan TIK. Konsekuensinya maka SMA Model SKM-PBKL-PSB harus melakukan pengembangan terhadap silabus, RPP, bahan ajar dan pelaksanaan pembelajaran dengan mengintegrasikan PBKL dan TIK untuk pembelajaran. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 17-40

4). Standar Pengelolaan Standar Pengelolaan berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Pemenuhan Standar Pengelolaan bagi SMA Model menjadi salah satu prioritas utama yang dititik beratkan pada pemantapan visi, misi dan tujuan sekolah; penguatan program kerja sekolah (RKJM dan RKA-S); pemenuhan pedoman-pedoman pengelolaan sekolah; pemantapan pelaksanaan program kesiswaan; peningkatan kompetensi pendidik khususnya dibidang TIK dan konten pembelajaran; penguatan budaya dan lingkungan sekolah, dan peningkatan sistem pengawasan. 5). Standar Sarana dan Prasarana Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang satuan pendidikan, lahan, bangunan gedung, dan kelengkapan prasarana dan sarana (ruang kelas, ruang perpustakaan, ruang laboratorium biologi, ruang laboratorium fisika, ruang laboratorium kimia, ruang laboratorium komputer, ruang laboratorium bahasa, ruang pimpinan, ruang guru, ruang tata usaha, tempat beribadah, ruang konseling, ruang UKS, ruang organisasi kesiswaan, jamban, gudang, ruang sirkulasi, tempat bermain/ berolahraga). Mempertimbangkan bahwa sarana dan prasarana merupakan standar yang membutuhkan pendanaan yang relative besar, maka pemenuhannya diprioritaskan sarana dan prasarana yang secara langsung mendukung proses pembelajaran yaitu prasarana dan sarana ruang kelas, perpustakaan, dan semua jenis laboratorium. Sarana dan prasarana lainnya dipenuhi kemudian secara bertahap. 6). Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Standar pendidik dan tenaga kependidikan mencakup kualifikasi dan kompetensi serta kesesuaian pendidikan dengan mata peajaran yang diajarkan. Pemenuhan kompetensi guru menjadi prioritas utama khususnya pada kompetensi pembelajaran, penilaian, dan penguasaan TIK untuk pembelajaran. Selanjutnya adalah pemenuhan tenaga perpustakaan dan laboran dengan prioritas memberdayakan dan meningkatkan kompetensi tenaga yang sudah ada. 7). Standar Pembiayaan Standar pembiayaan adalah standar yang mengatur komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang berlaku selama satu Tahun. Permasalahan umum pemenuhan standar pembiayaan adalah keterbatasan ketersediaan dana oleh pemerintah dan pemerintah daerah. Oleh karena itu perlu digalakan penggalian dana dari pihak ketiga untuk keperluan operasional pendidikan dengan tetap mengedepankan ketentuan yang mengatur tentang pembiayaan sekolah. 2010,Dit. Pembinaan SMA-Ditjen. Mandikdasmen 18-40