Bab I. Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam organisasi, harus diakui dan diterima oleh manajemen. Tenaga kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 6, Oktober 2016 INDIKATOR-INDIKATOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA HOTEL KINI DI PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya mengelola, pengelolaan.

BAB II KAJIAN TEORITIS. para pegawai. Kegiatan yang dimaksud adalah kegiatan yang dapat memberikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Menurut Rivai dalam bukunya yang berjudul manajemen sumber daya manusia untuk perusahaan (2009;2) menyatakan :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 FAKTOR-FAKTOR KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CREDIT UNION KELING KUMANG TP KANTOR PUSAT

Bisma, Vol 1, No. 8, Desember 2016 FAKTOR-FAKTOR DISIPLIN KARYAWAN PADA CREDIT UNION MURA KOPA BALAI KARANGAN

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi ini pengelolaan sumber daya manusia merupakan hal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dorongan untuk bekerja, kerjasama dan koordinasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 1, Mei 2016 DISIPLIN KERJA KARYAWAN PADA PT MALINDO PERSADA KHATULISTIWA KARANGAN ESTATE DI KARANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah di tentukan bersama. Setiap organisasi pastilah memiliki tujuan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Manajemen pada dasarnya dibutuhkan oleh semua perusahaan. atau organisasi, karena tanpa semua usaha ataupun kegiatan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bisma, Vol 1, No. 5, September 2017 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA CV JAYA RAYA DI NGABANG

BAB I PENDAHULUAN. ada di daerahnya. Pembangunan daerah sebagai pembangunan yang dilaksanakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan, cara atau metode, material, mesin, uang dan beberapa sumberdaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Disiplin Kerja Pengertian Disiplin Kerja Disiplin kerja merupakan fungsi operatif keenam dari Manajemen

ABSTRAK. Petrus Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. kepada keputusan-keputusan, peraturan-peraturan dan nilai-nilai tinggi dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Disiplin berasal dari kata disple yang artinya patuh, patuh baik

Bisma, Vol 1, No. 3, Juli 2016 KEDISIPLINAN KERJA KARYAWAN PADA RESTORAN DAN ISTANA KUE CITA RASA DIPONTIANAK

I. PENDAHULUAN. Unsur terpenting dalam sebuah organisasi ialah manusia. Sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Definisi Manajemen Sumber Daya Manusia. 1. Menurut Tulus dalam Suharyanto dan Hadna (2005:16);

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dengan prestasi kerja yaitu proses melalui mana organisasi. mengevaluasi atau menilai prestasi kerja karyawan.

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah organisasi. Manajemen sumber daya manusia mempunyai

BAB II LANDASAN TEORI. 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) kesuksesan suatu organisasi. Banyak organisasi menyadari bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu perusahaan tidak terlepas dari sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. dan ketatnya persaingan antar organisasi, sumber daya manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Perum Perhutani Unit III Jawa Barat dan Banten sesuai dengan SK 345/KPTS/DIR/2012

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. BRI Cabang Limboto, samping kiri kantor Urusan Agama

BAB I PENDAHULUHAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai faktor penggeraknya. Dalam sumber daya manusia terdapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. A. Disiplin Kerja. penguasaan diri dengan tujuan menahan impuls yang tidak diinginkan, atau untuk

I. PENDAHULUAN. karyawan dengan fungsi-fungsi organisasi lainnya. Komunikasi merupakan sarana

ANALISIS PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP MOTIVASI BERPRESTASI PEGAWAI PADA DINAS PERTAMBANGAN PEMDA KABUPATEN BOGOR

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut rivai (2004) bahwa Disiplin adalah suatu alat yang digunakan para

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISAS ETOS KERJA ISLAM DALAM MENINGKATKAN KINERJA KARYAWAN

BAB I PENDAHULUAN. Fokus utama suatu organisasi adalah untuk mencapai suatu keberhasilan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS. pembentukan kerangka pemikiran untuk perumusan hipotesis.

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH DISIPLIN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA PEGAWAI DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI KABUPATEN ROKAN HULU

BAB II KAJIAN TEORITIS. sasaran / kriteria / yang ditentukan dan disepakati bersama. Kinerja pegawai

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dari pandangan bahwa tidak ada manusia yang sempurna, pastinya manusia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. konsumen merasa tidak puas dapat melakukan keluhan yang dapat merusak citra

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Keith Davis ( 2007 ) mengemukakan bahwa : Dicipline is management action

2.2 Manajemen Sumber Daya Manusia Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II LANDASAN TEORI. karyawan itu sendiri yang menyebabkan karyawan dapat menyesuaikan diri

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Departemen yang berada dibawah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan layanan pendidikan yang diberikan, untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Pengertian Motivasi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, tanpa aspek manusia sulit kiranya instansi untuk mengembangkan

BAB II URAIAN TEORITIS. Penelitian yang dilakukan oleh Agusafitri (2006) dengan judul Peranan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Sumber Daya Manusia 2.2. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. Menurut Veithzal Rivai (2004:309) mendefinisikan penilaian kinerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEDISIPLINAN, KONFLIK, KEPUASAN KERJA, STRESS & FRUSTASI DALAM PERKERJAAN. Pertemuan 9. 10/9/2016 Nova Yanti Maleha,S.E.MM 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber Daya Manusia merupakan faktor yang terpenting dalam suatu perusahaan maupun instansi pemerintah, hal ini disebabkan semua aktivitas dari suatu instansi serta penggunaan sumber-sumber daya seperti bahan-bahan, tanah, modal dan sebagainya baru dapat terlaksana bila ada unsur manusia. Manusia merupakan salah satu faktor produksi yang dinamis dan mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Setiap instansi akan selalu mengusahakan pegawainya dapat bekerja dengan baik, agar nantinya tujuan instansi dapat dicapai. Ilmu yang secara khusus mempelajari manusia adalah Manajemen Sumber Daya Manusia yang merupakan cabang dari Ilmu Manajemen. Bidang tugas Manajemen Personalia ini adalah sangat luas, antara lain penarikan tenaga kerja, seleksi karyawan, penempatan kerja, analisis jabatan, pelatihan, pengupahan dan lain-lain. Setiap pimpinan instansi akan selalu berusaha agar pegawai yang bekerja pada instansi memiliki disiplin kerja yang tinggi. Disiplin kerja yang tinggi dapat terwujud apabila setiap pegawai memiliki motivasi yang kuat. Keberadaan disiplin kerja menjadi sangat penting karena hanya dalam suasana kerja yang penuh disiplin, instansi dapat melaksanakan program kerja yang telah dilaksanakan. Oleh karena itu, agar setiap pegawai mempunyai motivasi kerja yang tinggi, perlu bagi instansi untuk memberikan motivasi kepada pegawainya. Dalam pemberian motivasi setiap instansi memberikan motivasi yang bervariasi, misalnya pemberian kompensasi, pemberian penghargaan, pemberian kesempatan untuk maju dan lain sebagainya. Hal ini dimaksudkan agar kebutuhan pegawai dapat terpenuhi, sehingga diharapkan para pegawai akan merasa tenang dalam bekerja dan mentaati peraturan yang telah ditetapkan, saling menghargai hak dan kewajiban dan dapat memberikan disiplin kerja yang tinggi. Disiplin sangat membentuk suasana kerja yang baik dimana pegawai mematuhi dan mentaati 1

norma-norma peraturan yang ada dalam instansi karena dengan tingkat disiplin yang tinggi yang dimiliki oleh setiap pegawai dapat menunjang dalam usaha mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam memberikan motivasi kepada pegawai, instansi harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat mendorong seseorang bekerja dengan baik, demikian juga dalam menerapkan disiplin kerja, instansi harus dapat memperhatikan faktor-faktor yang dapat menimbulkan lemahnya disiplin kerja pegawainya, karena kesalahan pihak manajemen dalam memberikan motivasi kepada pegawai maupun tidak memperhatikan gejala-gejala timbulnya disiplin kerja yang lemah akan memberikan dampak yang merugikan bagi instansi itu sendiri. Upaya untuk mendorong para karyawan mematuhi peraturan peraturan kerja memerlukan strategi dan kebijakan manajemen yang tepat. Salah satu strateginya adalah dengan meningkatkan motivasi para pegawainya. Untuk menyusun kebijakan yang terkait dengan motivasi tersebut maka institusi perlu memiliki data dan informasi yang akurat mengenai motivasi dan disiplin kerja pegawainya. Banyak fenomena yang terjadi dalam sebuah instansi pemerintahan mengenai motivasi dan disiplin kerja pegawai. Masih rendahnya motivasi dan disiplin kerja pegawai dilingkungan Kantor PPTSP dapat dilihat dari beberapa berikut ini : 1. Seringnya menunda pekerjaan serta tidak mampu menyelesaikan tugas yang diberikan atasan tepat waktu, hal ini dapat dilihat dari banyaknya proses pelayanan perijinan yang tidak selesai tepat pada waktunya sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) yaitu maksimal 14 hari kerja. 2. Tidak memanfaatkan waktu luang secara baik serta serta sering lebih mengutamakan hal-hal yang bersifat kontra produktif, seperti mengadakan acara makan bersama didalam lingkungan kantor maupun diluar kantor maupun membuka facebook pada saat jam kerja. 3. Sering bersikap acuh terhadap aturan yang ditetapkan, hal ini dapat terlihat dari kedisiplinan pegawai dalam berapakaian dinas, ketidak patuhan terhadap 2

SOP, Terlambat masuk kerja, pulang kerja sebelum waktunya, jarang mengikuti apel, sering berkeliaran pada jam kerja tanpa seijin pimpinan. 4. Tidak konsistennya penerapan aturan terkait penerapan reward and punishment dilingkungan Kantor PPTSP, walaupun dari sisi reward telah diberikan dalam bentuk Tunjangan Tambahan Penghasilan sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah dengan mempertimbangkan beban sesuai dengan tingkatan pangkat/golongan Pegawai Negeri Sipil. Hal tersebut terkesan formalitas tanpa memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan motivasi disiplin kerja para pegawai Kantor PPTSP, hal itu dikarenakan implementasi punishment yang tidak berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Sehingga memberikan kecenderungan bagi pegawai Kantor PPTSP untuk mengabaikan aturan tentang Disiplin Kerja Pegawai Negeri Sipil yang memberikan dampak negatif terhadap pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya sebagai abdi negara. Mengingat sangat pentingnya masalah disiplin kerja, penulis semakin terdorong untuk mengetahui lebih lanjut motivasi-motivasi apakah yang diberikan instansi kepada pegawai dalam bekerja. Untuk melihat hubungan antara pemberian motivasi dengan disiplin kerja maka penyusun tertarik melaksanakan penelitian di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Garut. dengan mengambil judul Pengaruh Motivasi Terhadap Disiplin Kerja Pegawai Pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP ) Kabupaten Garut. 3

1.2 Identifikasi Masalah Dengan pemberian motivasi yang baik diharapkan akan menumbuhkan disiplin kerja yang tinggi dari pegawai dan diharapkan mampu memberikan nilai positif bagi instansi. Tetapi dalam memberikan motivasi dan menerapkan disiplin kerja terhadap pegawainya instansi harus dapat memahami karakteristik dari setiap individu di instansi tersebut. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas maka yang menjadi inti permasalahan diidentifikasikan sebagai berikut: 1. Bagaimana motivasi kerja pegawai di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Garut? 2. Bagaimana disiplin kerja pegawai di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Garut? 3. Seberapa besar pengaruh motivasi terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Garut? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk mengetahui bagaimana pengaruh motivasi terhadap disiplin kerja pegawai, yang akan dijadikan sebagai bahan analisis untuk penyusunan skripsi sebagai syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi pada Fakultas Bisnis Manajemen Jurusan Manajemen S1 di Universitas Widyatama Bandung. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan motivasi yang dilakukan pada Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Garut? 2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat disiplin kerja pegawai yang dilakukan di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Garut? 4

3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh motivasi terhadap disiplin kerja pegawai di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Garut? 1.4 Kegunaan penelitian Dari hasil penelitian ini diharapkan akan menambah kegunaan sebagai berikut : 1. Instansi, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan saran khususnya dalam hal motivasi dan disiplin kerja pegawai. 2. Bagi penulis, penelitian ini merupakan pengalaman yang sangat berharga di mana penulis dapat memperoleh gambaran nyata serta dapat membandingkan antara teori-teori yang dipelajari di bangku kuliah dengan kenyataan yang terjadi dalam dunia kerja. Penelitian ini juga merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh penulis dalam rangka menempuh sidang sarjana di Fakultas Bisnis dan Manajemen, Universitas Widyatama. 3. Bagi pembaca khususnya di lingkungan perguruan tinggi, penulis berharap hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan terutama di bidang sumber daya manusia. 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Seperti telah dijelaskan sebelumnya, sumber daya manusia merupakan salah satu faktor produksi dalam organisasi atau instansi yang memegang peranan penting dalam segala aktivitas organisasi dan menjadi syarat mutlak bagi keberadaan suatu organisasi karena begitu pentingnya, maka manusia perlu diberikan perhatian yang diwujudkan secara nyata, yaitu dengan cara memenuhi kebutuhuannya. Pada dasarnya setiap manusia mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda, baik yang bersifat fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan seseorang cenderung mengalami peningkatan sesuai dengan status sosialnya sehingga suatu organisasi perlu memahami perubahan dan perkembangan kebutuhan individu agar 5

perusahaan tersebut dapat mengetahui motivator yang tepat. Oleh karena itu, organisasi perlu memahami dan memenuhi kebutuhan para pegawainya. Pegawai dalam melaksanakan tugasnya perlu sesuai dengan target yang ditetapkan instansi, tetapi bila pegawai tidak bisa menyelesaikannya karena dorongan atau motivasi rendah. Motivasi pegawai yang rendah ini karena tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka, hal inilah yang harus dicermati oleh setiap pimpinan, bagaimana mendorong atau memotivasi pegawai baik yang berasal dari dalam diri karyawan ataupun berasal dari luar diri orang tersebut. Menurut Hasibuan (2007:145) salah satu tujuan pemberian motivasi adalah untuk meningkatkan disiplin kerja karyawan sehingga manajer perlu berhati-hati dalam memberikan motivasi kepada karyawannya karena pemotivasian yang salah dapat menyebabkan dampak yang merugikan bagi perusahaan sendiri yaitu menurunnya tingkat disiplin para karyawan, oleh sebab itu manajer perlu memahami konsep-konsep motivasi. Untuk lebih jelas mengenai motivasi penulis akan menjelaskan teori kebutuhan menurut Maslow yang disebut Maslow s needs Hierarchy Theory, yaitu : 1. Physiological Needs Yaitu kebutuhan fisik, kebutuhan untuk bertahan hidup seperti makan, minum, tempat tinggal, berpakaian yang baik, dan lainnya. Keinginan untuk memenuhi kebutuhan ini merangsang seseorang untuk berperilaku atau bekerja giat. 2. Safety and Security Needs Kebutuhan akan rasa aman, terbebas dari ancaman yakni dari ancaman kecelakaan dan keselamatan dalam menjalankan pekerjaannya. Yang termasuk dalam kebutuhan ini adalah keamanan harta dan jiwa di tempat kerja. 3. Social Needs Kebutuhan bersosialisasi atau bergaul, tempat interaksi, merasa dicintai dan diterima dalam pergaulan kelompok kerja dan masyarakat di lingkungannya, karena pada dasarnya manusia tidak bisa hidup sendiri, maka ia hidup berkelompok. 6

4. Esteem Needs Kebutuhan akan penghargaan diri, pengakuan dan penghargaan dari karyawan lain, atasan dan masyarakat. Semakin tinggi kedudukan seseorang maka semakin tinggi pula tingkat penghargaannya. 5. Self Actualization Needs Kebutuhan aktualisasi diri dengan menggunakan kemampuan, keterampilan dan potensi untuk mencapai prestasi kerja yang memuaskan. Adapun alat-alat motivasi (daya perangsang) yang diberikan kepada pegawai dapat berupa material incentive dan non material incentive. Material incentive adalah motivasi yang bersifat material sebagai imbalan prestasi yang diberikan oleh karyawan. Yang termasuk material incentive adalah yang berbentuk uang contohnya seperti pemberian uang lembur yang lebih besar dari gaji pokok atau barang-barang contohnya seperti pemberian kendaraan dinas karena berprestasi Non material incentive adalah motivasi (daya perangsang) yang tidak berbentuk materi. Yang termasuk non material adalah penempatan yang tepat, pekerjaan yang terjamin, piagam penghargaan, bintang jasa, perlakuan yang wajar, dan yang sejenis lainnya. Jika instansi dapat memberikan motivasi yang baik kepada setiap pegawai, maka karyawan akan melakukan tugasnya dengan baik sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan dan saling menghargai, dan mempunyai rasa memiliki terhadap tempat ia bekerja, sehingga hal ini akan menimbulkan disiplin kerja yang baik. Kedisiplinan adalah fungsi MSDM yang terpenting dan menjadi tolak ukur untuk mengukur atau mengetahui apakah fungsi fungsi MSDM lainnya secara keseluruhan telah dilakukan secara baik atau tidak. Kedisiplinan pegawai yang baik, mecerminkan bahwa fungsi fungsi MSDM yang lainnya telah dilaksanakan sesuai rencana. Sebaliknya jika kedisiplinan pekerja kurang baik, berarti penerapan fungsi fungsi MSDM pada instansi kurang baik. 7

Menurut Veithzal Rivai (2004:444) yaitu: Disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan para manajer untuk berkomunikasi dengan karyawan agar mereka bersedia untuk mengubah suatu perilaku serta sebagian suatu upaya untuk meningkatkan kesadaran dan kesediaan seseorang menaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan menurut Henry Simamora (2004:610) yakni: Disiplin adalah prosedur yang mengoreksi atau menghukum bawahan karena melanggar peraturan atau prosedur. Disiplin merupakan bentuk pengendalian diri pegawai dan pelaksana yang teratur dan menunjukan tingkat kesungguhan tim kerja di dalam organisasi atau instansi. Disiplin pegawai merupakan alat komunikasi, terutama pada peringatan yang bersifat positif terhadap pegawai yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya. Penegakan disiplin pegawai biasanya dilakukan oleh penyelia. Sedangkan kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawabnya. Dari pengertian dan penjelasan diatas bahwa seorang pegawai harus memiliki disiplin kerja yang tinggi, jika yang bersangkutan dapat konsekuen, konsisten, taat asas, dan bertanggung jawab atas tugas yang diamanahkan kepadanya. Pada dasarnya banyak indikator yang mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai suatu organisasi menurut Malayu S.P. Hasibuan (2007:194), di antaranya: 1. Tujuan dan kemampuan Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai. Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal serta cukup menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini bebarti 8

bahwa tujuan (pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus dengan kemampuan pegawai bersangkutan, agar dia bekerja sungguh sungguh dan sisiplin dalam mengerjakannya. 2. Teladan pimpinan Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya. Pimpinan harus memberi contoh yang baik, jujur, adil serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik, kedisiplinan bawahan pun akan ikut baik. Jika teladan pimpinan kurang baik (kurang berdisiplin), para bawahan pun akan kurang disiplin. 3. Balas jasa Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai karena balasa jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai semakin baik terhadap perusahaan/ pekerjaannya. Jadi, balas jasa berperan penting untuk menciptakan kedisiplinan pegawai. Semakin besar balas jasa semakin baik disiplin pegawai. Sebaliknya, apabila balas jasa kecil kedisiplinan pegawai menjadi rendah. Pegawai sulit berdisiplin baik selama kebutuhan kebutuhan primernya tidak terpenuhi dengan baik. 2. Keadilan Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan kerja pegawai, karena ego dan sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting dan minta diperlakukan sama dengan manusia lainnya. 3. Waskat Waskat (pengawasan melekat) adalah tindakan nyata dan efektif untuk mencegah/ mengetahui kesalahan, membetulkan kesalahan, memelihara kedisiplinan, meningkatkan prestasi kerja, mengaktifkan peranan atasan dan bawahan, menggali sistem - sistem kerja yang efektif, serta menciptakan sistem internal control yang terbaik dalam mendukung terwujudnya tujuan organisasi, pegawai dan masyarakat. 9

Dengan waskat berarti atasan harus aktif dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, gairah kerja, dan prestasi kerja bawahannya. Waskat efektif merangsang disiplin dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan, dan pengawasan dari atasannya. 4. Sanksi Hukuman Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan karyawan. Dengan sanksi hukuman yang semakin berat, pegawai akan semakin takut melanggar peraturan organisasi, sikap, dan perilaku indisipliner pegawai akan berkurang. 5. Ketegasan Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mempengaruhi kedisiplina pegawai. pimpinan harus berani dan tegas, berindak untuk menghukum setiap pegawai yang indisipliner sesuai dengan sanksi hukuman yang ditetapkan. 6. Hubungan kemanusiaan Hubungan kemanusiaan yang harmonis diantara sesame pegawai ikut menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu organisasi. Pimpinan harus berusaha menciptakan suasana hubungan kemanusiaan yang serasi serta mengikat, vertikal maupun horizontal diantara semua pegawainya. Terciptanya human relationship yang serasi akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Masalah disiplin kerja ini perlu ditanggapi dengan baik oleh pimpinan instansi untuk menunjang kontinuitas instansi agar dapat memberi manfaat yang positif bagi kedua belah pihak. Masalah disiplin kerja ini dipengaruhi oleh bagaimana pemberian motivasi dari pimpinan kepada pegawainya, atau motivasi yang ada dalam dirinya akan mempengaruhi tingkat disiplin kerja para karyawannya. Motivasi adalah suatu proses menggerakkan daya dan potensi agar secara produktif berhasil dan mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. 10

Proses tersebut bisa terlaksana apabila pegawai tersebut terpenuhi kebutuhannya yang akan menyebabkan dorongan untuk bekerja lebih giat dalam bekerja maka pegawai tersebut akan patuh pada aturan yang akan mengakibatkan disiplin kerja bisa terlaksana dengan baik. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis dapat merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Jika motivasi terhadap pegawai diberikan secara efektif, maka disiplin kerja pegawai akan meningkat. 1.6 Metode Penelitian Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu untuk penelitian yang memberikan gambaran atau peristiwa yang terjadi pada waktu penelitian diadakan dengan cara mengumpulkan data, menganalisis data dan menyimpulkan data yang diperoleh pada waktu penelitian, dan mencari hubungan antara variable yang diteliti. Jenis penelitian yang dilakukan terdiri dari: 1. Library Research (studi literatur) Yaitu teknik pengumpulan data dengan mempelajari buku-buku catatan dan literatur lain yang dapat dijadikan referensi yang berhubungan dengan objek penelitian 2. Field Research (penelitian lapangan) Yaitu mengadakan penelitian langsung kepada instansi yang bersangkutan, yang merupakan objek penelitian dengan cara: a. Wawancara Merupakan teknik penelitian dimana penulis mengadakan komunikasi langsung dengan pihak-pihak instansi, meminta dan memepelajari dokumendokumen yang yang berhubungan dengan masalah yang dibahas. b. Observasi Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti. 11

1.7 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu Satu Pintu (PPTSP) Kabupaten Garut, Jl. Patriot No. 3 Garut. 12