UPAYA MENURUNKAN KELUHAN NYERI SENDI LUTUT PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEJAHTERA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keberhasilan pemerintah dalam pembangunan Nasional telah mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan gejala utama nyeri (Dewi, 2009). Nyeri Sendi merupakan penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar

BAB I PENDAHULUAN. hingga kematian. Proses menua berlangsung secara alamiah dalam tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI MICRO WAVE DIATHERMY DAN TERAPI LATIHAN PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS GENU UNILATERAL

PENGARUH LATIHAN GERAK KAKI (STRETCHING)

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: usia pertengahan (middle age) adalah tahun, lanjut usia

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENYAKIT REUMATIK PADA WANITA LANJUT USIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WREDHA BUDI PERTIWI BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan menjadi sekitar 11,34%. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010 menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian umum, angka kematian bayi, dan angka kelahiran. Hal ini. meningkatnya jumlah penduduk golongan lanjut usia.

BAB I PENDAHULUAN. telah meningkatkan kualitas hidup manusia dan menjadikan rata-rata umur

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Menua bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsurangsur

EFEKTIFITAS DAN KENYAMANAN TRANSCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION

BAB 1 PENDAHULUAN. menahun yang disebabkan oleh penyakit degeneratif, diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (lansia) adalah kelompok usia 60 tahun ke atas dan mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan struktur umur penduduk yang ditunjukkan dengan meningkatnya jumlah

Pada sistem kardiovaskuler dan respirasi terjadi perubahan yaitu penurunan kekuatan otot otot pernafasan, menurunnya aktivitas silia, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. semua organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan

BAB I PENDAHULUAN. Lanjut usia (Lansia) adalah seseorang yang berusia di atas 60 tahun (UU 13

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan dan menjadi beban tanggungan baik oleh keluarga, masyarakat,

BAB 1 PENDAHULUAN. organ dan jaringan tubuh terutama pada sistem muskuloskeletal dan jaringan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dilihat dari data Departemen Pendidikan dan Kesejahteraan Amerika

SENAM TAI CHI TERHADAP FLEKSIBILITAS PUNGGUNG LANSIA

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) yang. berdampak terhadap meningkatnya populasi Lanjut Usia (Lansia).

BAB I PENDAHULUAN. Osteoarthritis berasal dari bahasa Yunani yaitu osteo yang berarti tulang,

LAPORAN PENGABDIAN MASYARAKAT KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG REMATIK PADA LANSIA. TIM PENGABMAS Yenni, M.kep, Ns, Sp, Kep kom. Ns. Emira Apriyeni, S.

BAB 1 PENDAHULUAN. berfungsi mempermudah manusia dalam kehidupan sehari hari,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Indonesia sebagai salah satu negara dengan tingkat perkembangan yang

Mata Ajar                   : Keperawatan Komunitas. Pokok Pembahasan    : Rematik (Artritis reumatoid dan Osteoartritis)

SATIN Sains dan Teknologi Informasi

BAB I PENDAHULUAN. terjadi penyakit degeneratif yang meliputi atritis gout, Hipertensi, gangguan

MANIFESTASI ASAM URAT PADA LANSIA DI PUSKESMAS KOTA WILAYAH SELATAN KOTA KEDIRI

KARYA TULIS ILMIAH PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS KNEE DEXTRA DI RSUD KOTA SRAGEN

PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA USIA TAHUN DI RW 08 KELURAHAN SUKUN KECAMATAN SUKUN KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan teknologi yang sangat modern untuk meningkatkan

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

KOMPRES HANGAT MENURUNKAN NYERI PERSENDIAN OSTEOARTRITIS PADA LANJUT USIA

BAB I PENDAHULUAN. diprediksikan jumlah lansia sebesar 28,8 juta jiwa (11,34%) dengan usia

KATA PENGANTAR Hubungan Dukunan Keluarga Dengan Upaya Penanganan Nyeri Sendi Pada Lansia Di Desa Batubulan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penduduk lansia pada umumnya banyak mengalami penurunan akibat

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu gerak yang merupakan kebutuhan dasar manusia untuk beraktivitas

BAB I PENDAHULUAN. yang manifestasi utamanya melibatkan seluruh organ tubuh yang dapat terjadi

PENURUNAN KELUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA MELALUI SENAM LANSIA DECREASING JOINT PAIN TO ELDERLY THROUGH ELDERLY EXERCISE ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG METODE PENURUNAN BERAT BADAN PADA MAHASISWA OVERWEIGHT DI STIKES RS. BAPTIS KEDIRI

PENGARUH KESEJAHTERAAN PSIKOLOGIS LANSIA TERHADAP STATUS GIZI LANSIA DI KELURAHAN MERANTI PANDAK PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit asam urat atau biasa dikenal sebagai gout arthritis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tentunya keadaan ini juga akan berdampak pada penurunan kondisi fisik. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa 40%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. deformitas sendi progresif yang menyebabkan disabilitas dan kematian dini

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan bertambahnya jumlah penduduk dan semakin tingginya. tuntut untuk memperbaiki kualitas kehidupan manusia, karena banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN SENAM LANSIA DAN KEKAMBUHAN NYERI SENDI PADA LANSIA PENDERITA ARTHRITIS

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkakan kesadaran, kemauan

PENATALAKSANAAN DIET JANTUNG DAN STATUS GIZI PASIEN PENDERITA HIPERTENSI KOMPLIKASI PENYAKIT JANTUNG RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM BANDUNG MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EFEKTIVITAS KOMPRES HANGAT MENINGKATKAN TINGKAT KEMANDIRIAN ACTIVITY DAILY LIVING PADA LANSIA DENGAN NYERI SENDI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. degeneratif atau osteoarthritis (OA). Sendi merupakan faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. masa yang dilalui merupakan tahap-tahap yang saling berkaitan dan tidak

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

TINGKAT PENGETAHUAN DALAM PERILAKU PENCEGAHAN PENYAKIT RADANG SENDI PADA PASIEN USIA TAHUN

Kata kunci : Tekanan darah, Terapi rendam kaki air hangat, Lansia.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan (Constantindes, 1994; Darmojo 2004, dalam Azizah, 2011).

DENGAN METODE GERAKAN PERSENDIAN RANGE OF MOTION (ROM) APLIKASI KETERAMPILAN TANGAN BAGI LANSIA PREVENTIF REUMATOID ARTHRITIS DI PSTW

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

GAMBARAN PEMENUHAN KEBUTUHAN SPIRITUAL PADA LANJUT USIA (Description Of Spiritual Needs On Elderly)

HUBUNGAN PENGETAHUAN HIPERTENSI DENGAN POLA HIDUP SEHAT LANSIA DI UNIT REHABILITASI SOSIAL PUCANG GADING SEMARANG ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, mobilitas manusia menjadi. semakin tinggi. Dengan dampak yang diakibatkan, baik positif maupun

BAB I PENDAHULUAN. penelitian telah banyak di kembangkan untuk mengatasi masalah-masalah penuaan.

Lampiran materi MYALGIA (NYERI OTOT) 1. Pengertian myalgia 2. Jenis Myalgia Fibromyalgia

BAB I PENDAHULUAN. periode dewasa akhir atau usia tua. Lansia merupakan bagian dari anggota

BAB I PENDAHULUAN. aspek psikologis, biologis, fisiologis, kognitif, sosial, dan spiritual yang akan

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DALAM PEMENUHAN NUTRISI DENGAN TEKANAN DARAH LANSIA DI MANCINGAN XI PARANGTRITIS KRETEK BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENERAPAN FUNGSI AFEKTIF KELUARGA PADA LANSIA DALAM PEMENUHAN ACTIVITY DAILY LIVING

GAMBARAN MASALAH KESEHATAN DAN PERILAKU PENGOBATAN LANSIA DI DESA RANDEGAN WETAN KECAMATAN JATITUJUH KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2012

Adelima C R Simamora Jurusan Keperawatan Poltekkes Medan. Abstrak

EFEKTIVITAS DAN KENYAMANAN TRANCUTANEUS ELECTRICAL NERVE STIMULATION (TENS) DALAM MENGURANGI NYERI KRONIK MUSKULOSKELETAL PADA USIA LANJUT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN POLA TIDUR TERHADAP TEKANAN DARAH PADA LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI SEJAHTERA MARTAPURA PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

Kiat-Kiat Menjaga Kesehatan Sendi Lutut. Fanny Aliwarga Spesialis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit yang berkaitan dengan faktor penuaanpun meningkat, seiring

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat 125 juta orang dengan usia 80 tahun bahkan lebih. (World Health

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, begitu juga dalam bidang kesehatan. Salah satu Negara kita, yaitu dari

HUBUNGAN PENGETAHUAN LANSIA TENTANG OSTEOPOROSIS DENGAN PERILAKU MENGKONSUMSI MAKANAN BERKALSIUM DI PANTI WREDHA X YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pada

BAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

PENELITIAN PERILAKU LANSIA DALAM PENCEGAHAN NYERI SENDI Di Desa Tatung Kecamatan Balong Kabupaten Ponorogo. Oleh: ENDAH AYU PRATIWI NIM:

BAB I PENDAHULUAN. dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh sejak awal kehidupan

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

Transkripsi:

UPAYA MENURUNKAN KELUHAN NYERI SENDI LUTUT PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA SEJAHTERA EFFORTS TO REDUCE THE KNEE JOINT PAIN COMPLAINTS IN ELDERLY ELDERLY POSYANDU PROSPER Sri Handono Selvia David Richard STIKES RS Baptis Kediri (selviadavid.richard@yahoo.co.id) ABSTRAK Penatalaksanaan nyeri sendi lutut adalah medikamentosa, koreksi postur tubuh, diet, terapi konservatif. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut Di Posyandu Bakti Kediri. Desain penelitian ini adalah deskriptif, populasinya seluruh lansia yang mengalami nyeri sendi sebanyak 76 lansia, dengan jumlah sampel 50 lansia, menggunakan teknik Acidental sampling. Variabel penelitian adalah perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut. Pengumpulan data menggunakan kuesioner. Data dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan paling banyak responden memiliki perilaku penatalaksanaan nyeri sendi lutut dengan medikamentosa yaitu 22 responden (44,0%), lebih dari 50% responden dengan koreksi postur tubuh yaitu 32 responden (64,0%), lebih dari 50% responden dengan diet yaitu 30 responden (60,0%), lebih dari 50% responden dengan terapi konservatif yaitu 29 responden (58,0%). Kesimpulan dari penelitian ini yaitu perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut dengan medikamentosa, koreksi postur tubuh, diet, terapi konservatif yaitu baik. Kata kunci : lansia, perilaku, penatalaksanaan nyeri sendi lutut ABSTRACT Pain in the elderly, one of which resulted because of the aging process in the musculoskeletal system. The objective is study of the behavior of older adults in treatment of knee joint pain in the elderly Integrated Health Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Design was descriptive, with a sample of 50 elderly, acidental sampling technique. Research variables the behavior of older adults in treatment of knee joint pain. Data questionnaires were analyzed by frequency distribution. Based on the analysis results showed most respondents have a behavior management of knee pain with good medikamentosa is 22 respondents (44.0%), more than 50% with posture correction is 32 respondents (64.0%), more than 50% with diet is 30 respondents (60.0%), more than 50% with either conservative therapy is 29 respondents (58.0%). The conclusion of this study is the behavior of older adults in treatment of knee joint pain with medical, posture correction, diet, conservative therapy has been well. Key words: elderly, behavior, management of knee joint pain 63

Upaya Menurunkan Keluhan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Posyandu Lansia Sejahtera Sri Handono, Selvia David Richard Pendahuluan Proses penuaan akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh, sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Depkes RI; 2004). Memasuki masa tua berarti mengalami kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat dan figur tubuh yang tidak proporsional (Kushariyadi, 2008). Semua sistem dalam tubuh lansia mengalami kemunduran, termasuk pada sistem muskuloskeletal lansia sering mengalami rematik, penyakit gout, nyeri sendi dan lumbago (Maryam, 2008). Nyeri sendi adalah suatu peradangan sendi yang ditandai dengan pembengkakan sendi, warna kemerahan, panas, nyeri dan terjadinya gangguan gerak. Pada keadaan ini lansia sangat terganggu, apabila lebih dari satu sendi yang terserang (Santoso, 2009). Pada tahun 2000 jumlah lansia di Indonesia diproyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi sebesar 11,43% (Maryam, 2008). Menurut Nugroho (2008) hampir 8% orang yang berusia 50 tahun keatas mempunyai keluhan pada sendinya, terutama linu, pegal dan kadang-kadang terasa sangat nyeri. Bagian yang terkena biasanya adalah persendian pada jari-jari, tulang punggung, sendi penahan berat tubuh (lutut dan panggul). Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan peneliti pada saat pengambilan data awal di Posyandu Sejahtera Gereja Baptis Indonesia Setia Bakti Kediri pada tanggal 30 Desember 2011 didapatkan data 50 lansia yang mengalami nyeri sendi pada bagian panggul, sendi lutut dan kaki. Penyakit pada sendi yang sering menyebabkan gejala nyeri adalah akibat degenerasi atau kerusakan pada permukaan sendi tulang yang banyak ditemukan pada lanjut usia, terutama yang gemuk (Nugroho, 2008). Perubahan yang terjadi pada lansia menyebabkan jaringan ikat sekitar sendi, ligament dan kartilago mengalami penurunan elastisitas karena terjadi degenerasi, erosi dan kalsifikasi sehingga kehilangan fleksibilitasnya (Pudjiastuti, 2003). Beberapa kelainan akibat perubahan sendi yang banyak terjadi pada lansia antara lain; osteoarthritis, arthritis rheumatoid dan gout. Kelainan ini dapat menimbulkan gangguan berupa rasa nyeri, bengkak, kekakuan sendi, keterbatasan luas gerak sendi, gangguan berjalan dan aktivitas keseharian lainnya (Bangun, 2009). Salah satu tugas keperawatan lansia dalam meningkatkan kualitas hidup lansia adalah dengan mengatasi gangguan kesehatan yang umum terjadi pada lansia. Lansia dengan nyeri sendi dapat diberikan asuhan keperawatan khusus untuk menangani nyeri tersebut yaitu dengan cara medikamentosa, perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, diet, dukungan psikososial, persoalan seksual, operasi dan terapi konservatif. Berdasarkan data diatas peneliti tertarik untuk meneliti Perilaku Lansia Dalam Menurunkan Intensitas Nyeri Sendi Pada Lansia Di Posyandu Bakti Kediri. Metodologi Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif, yaitu rancangan yang bertujuan untuk menjelaskan, memberi suatu nama, situasi, atau fenomena dalam menemukan hal baru (Nursalam, 2008). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh Lansia yang mengalami nyeri sendi di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri yang berjumlah 70 orang. Sampel dalam penelitian ini 50 orang lansia menggunakan teknik acidental sampling Variabel penelitian adalah perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut. Pengumpulan data menggunakan 64

kuesioner. Data tersebut dianalisis dengan distribusi frekuensi. Hasil Penelitian Data Umum Data umum menyajikan karakteristik responden lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut di Posyandu Sejahtera Gereja Baptis Indonesia Setia Bakti Kediri berdasarkan jenis kelamin, umur dan tinggal dengan. Tabel 1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis kelamin Bakti Kediri pada Tanggal 27 April - 7 Mei 2012 Jenis kelamin Frekuensi % Laki-Laki 27 54 Perempuan 23 46 Dari tabel 1 menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden berjenis kelamin laki-laki 54% artinya penderita nyeri sendi lebih banyak berjenis kelamin laki-laki. Tabel 2 Karakteristik Responden berdasarkan Umur Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri pada Tanggal 27 April - 7 Mei 2012 Umur Frekuensi % 45-59 21 42 60-74 23 46 75-90 6 12 Tabel 3 Karakteristik Responden berdasarkan Tinggal dengan Bakti Kediri pada Tanggal 27 April - 7 Mei 2012 Tinggal Dengan Frekuensi % Sendiri 15 30 Istri/Suami 26 52 Keluarga 9 18 Dari tabel 3 diketahui lebih dari 50% responden tinggal dengan suami atau istri 52% dimana bisa saling memberi dukungan psikologis sehingga bisa mengurangi nyeri sendi yang dialami lansia. Data Khusus Data khusus menyajikan karakteristik perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut yaitu medikamentosa, koreksi postur tubuh, diet, terapi konservatif. Tabel 4 Karakteristik Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut di Posyandu Bakti Kediri 2012 pada tanggal 27 April - 7 Mei 2012 Medikamentosa Frekuensi % Kurang - - Cukup 8 16 Baik 22 44 Baik Sekali 20 40 Dari tabel 4 menunjukkan bahwa responden sebagian besar memiliki perilaku penatalaksanaan medikamentosa baik dan baik sekali 84%. Dari tabel 2 menunjukkan bahwa paling banyak responden berumur 60-74 tahun yaitu 46%. Pada usia ini telah terjadi regerasi pada organ tubuh terutama muskuloskeletal. 65

Upaya Menurunkan Keluhan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Posyandu Lansia Sejahtera Sri Handono, Selvia David Richard Tabel 5 Karakteristik Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut di Posyandu Bakti Kediri 2012 pada tanggal 27 April - 7 Mei 2012 Koreksi postur tubuh Frekuensi % Kurang - - Cukup 11 22 Baik 32 64 Baik Sekali 7 14 Dari tabel 5 diketahui bahwa responden sebagian besar memiliki perilaku penatalaksanaan koreksi postur tubuh secara tepat 78%. Tabel 6 Karakteristik Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut di Posyandu Bakti Kediri 2012 pada tanggal 27 April - 7 Mei 2012 Diet Frekuensi % Kurang - - Cukup 10 20 Baik 30 60 Baik Sekali 10 20 Dari tabel 6 dapat kita lihat bahwa responden sebagian besar memiliki perilaku penatalaksanaan diet secara tepat 80% Tabel 7 Karakteristik Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut di Posyandu Bakti Kediri pada tanggal 27 April - 7 Mei 2012 Terapi Konservatif Frekuensi % Kurang - - Cukup 18 36 Baik 39 58 Baik Sekali 3 6 Dari tabel 7 diketahui bahwa responden memiliki perilaku penatalaksanaan terapi konservatif secara tepat 64%. Tabel 8 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Medikamentosa di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012. Jenis Medikametosa Kelamin Baik Sekali Baik Cukup Laki laki 13 48 11 41 3 11 27 100 perempuan 7 30 11 48 5 22 23 100 Jumlah 20 40 22 44 8 16 50 100 Pada tabel 8 menggambarkan bahwa penatalaksanaan medikamentosa secara tepat dilakukan oleh responden laki-laki 99%. Tabel 9 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut Koreksi Postur Tubuh di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012. Jenis kelamin Koreksi Postur Tubuh Baik Sekali Baik Cukup Laki-Laki 3 11 18 67 6 22 27 100 Perempuan 4 17 14 61 5 22 23 100 7 14 32 64 11 22 50 100 66

Pada tabel 9 menggambarkan bahwa dari 50 responden, paling banyak berjenis kelamin laki-laki dengan penatalaksanaan koreksi postur tubuh baik 67%. Tabel 10 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Diet di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012. Jenis kelamin Diet Laki-laki 5 19 19 70 3 11 27 100 Perempuan 5 22 11 48 7 30 23 100 10 20 30 60 10 20 50 100 Pada tabel 10 diketahui bahwa responden laki laki memiliki penatalaksanaan diet baik 70%. Tabel 11 Tabulasi Silang Jenis Kelamin dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Terapi Konservatif di Posyandu Bakti Kediripada 27 April 7 Mei 2012. Jenis kelamin Terapi Konservatif Laki-laki 3 11 20 74 4 15 27 100 Perempuan 0 0 9 39 14 61 23 100 3 6 29 58 18 36 50 100 Pada tabel 11 menggambarkan bahwa responden laki laki yang melakukan terapi konservatif baik 74%, tetapi ada 11% yang melakukannya secara tepat Tabel 12 Tabulasi Silang Umur dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Medikamentosa di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012. Umur Medikamentosa 45-59 tahun 8 38 10 48 3 14 21 100 60-74 tahun 10 43 8 35 5 22 23 100 75-90 tahun 2 33 4 67 0 0 6 100 20 40 22 44 8 16 50 100 Pada tabel 12 menggambarkan responden yang mendapatkan penatalaksanaan medikamentosa baik terdapat pada umur 45 59 tahun sejumlah 48%. Tabel 13 Tabulasi Silang Umur dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Koreksi Postur Tubuh di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012 Umur Koreksi Postur Tubuh 45-59 tahun 2 9 13 62 6 29 21 100 60-74 tahun 3 13 15 65 5 22 23 100 75-90 tahun 2 33 4 67 0 0 6 100 7 14 32 64 11 22 50 100 67

Upaya Menurunkan Keluhan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Posyandu Lansia Sejahtera Sri Handono, Selvia David Richard Pada tabel 13 diketahui bahwa mayoritas responden dengan koreksi postur tubuh adalah baik ada pada rentang umur 60-74 tahun sejumlah 65%. Tabel 14 Tabulasi Silang Umur dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Diet di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012. Umur Diet 45-59 tahun 4 19 12 57 5 24 21 100 60-74 tahun 6 26 13 57 4 17 23 100 75-90 tahun 0 0 5 83 1 17 6 100 10 20 30 60 10 20 50 100 Pada tabel 14 menggambarkan diketahui 57% responden umur 45-59 tahun mendapat diet baik, dan 57% responden umur 60-74 tahun juga mendapat diet baik. Tabel 15 Tabulasi Silang Umur dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Terapi Konservatif di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012 Terapi Konservatif Umur 45-59 tahun 1 5 13 62 7 33 21 100 60-74 tahun 2 9 13 56 8 35 23 100 75-90 tahun 0 0 3 50 3 50 6 100 3 6 29 58 18 36 50 100 Pada tabel 15 menggambarkan bahwa pada umur 45-59 tahun 62% mendapatkan terapi konservatif baik. Mayoritas responden mendapatkan terapi konservatif baik 58%. Tabel 16 Tabulasi Silang Tinggal dengan dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Medikamentosa di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012. Tinggal dengan Medikamentosa Sendiri 9 60 5 33 1 7 15 100 Suami atau Istri 9 35 10 38 7 27 26 100 Keluarga 2 22 7 78 0 0 9 100 20 40 22 44 8 16 50 100 Pada tabel 16 diketahui bahwa responden yang tinggal dengan suami atau istri mendapatkan penatalaksanaan medikamentosa baik, tetapi ada 60% responden yang tinggal sendiri yang mendapatkan medikamentosa secara tepat. 68

Tabel 17 Tabulasi Silang Tinggal dengan dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Koreksi Postur Tubuh di Posyandu Bakti Kediripada 27 April 7 Mei 2012. Tinggal dengan Koreksi Postur Tubuh Sendiri 2 13 11 74 2 13 15 100 Suami atau Istri 4 15 15 58 7 27 26 100 Keluarga 1 11 6 67 2 22 9 100 7 14 32 64 11 22 50 100 Pada tabel 17 menggambarkan bahwa responden yang tinggal dengan suami/istri 58% memiliki koreksi postur yubuh yang baik. Tabel 18 Tabulasi Silang Tinggal dengan dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut dengan Diet di Posyandu Bakti Kediripada 27 April 7 Mei 2012. Tinggal dengan Diet Sendiri 5 33 10 67 0 0 15 100 Suami atau Istri 4 15 14 54 8 31 26 100 Keluarga 1 11 6 67 2 22 9 100 10 20 30 60 10 20 50 100 Pada tabel 18 menggambarkan bahwa responden yang tinggal sendiri mendapatkan diet baik 67% sedangkan responden yang tinggal dengan suami/istri yang mendapat diet baik 54%. Tabel 19 Tabulasi Silang Tinggal dengan Dengan Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut Dengan Terapi Konservatif Di Posyandu Bakti Kediri pada 27 April 7 Mei 2012. Tinggal dengan Terapi Konservatif Sendiri 1 7 12 80 2 13 15 100 Suami atau Istri 1 4 12 46 13 50 26 100 Keluarga 1 11 5 56 3 33 9 100 3 6 29 58 18 36 50 100 Pada tabel 19 menggambarkan bahwa 80% responden yang tinggal sendiri mendapatkan terapi konservatif baik dan 46% responden yang tinggal dengan suami/istri mendapat terapi konservatif juga baik. 69

Upaya Menurunkan Keluhan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Posyandu Lansia Sejahtera Sri Handono, Selvia David Richard Pembahasan Perilaku Lansia Dalam Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut Dengan Medikamentosa Di Posyandu Bakti Kediri. Hasil penelitian perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut medikamentosa baik dan baik sekali 84%. Banyak lansia mencari tenaga kesehatan saat mengalami nyeri hebat. Lansia berespon terhadap nyeri dengan menggunakan obat-obatan di resepkan. Menurut (Stanley Beare 2007), medikamentosa berkenaan dengan obatobatan dalam pengobatan atau perawatan penyakit. Hendrik L.Blum memetakan bahwa derajad kesehatan manusia dipengaruhi olah berbagai faktor dan salah satunya adalah perilaku manusia itu sendiri, (Sudarna, 2008). Secara umum lansia sering kali mengalami nyeri pada persendian, ini di sebabkan karena proses degeneratif dari sel-sel pada semua. Rasa nyeri yang sering lansia rasakan ini sangat mengganggu aktivitas sehari-hari karena rasa nyeri yang sangat mengganggu seringkali lansia mencari pengobatan sendiri. Ini di buktikan dengan hasil penelitian dalam perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut di dapatkan 22 responden memiliki perilaku dalam penatalaksanaan medikamentosa baik, hal ini di pengaruhi oleh dukungan sosial yang di dapatkan dari istri atau suami maupun keluarga. Ini di buktikan bahwa lebih dari 50% responden yaitu 70% lansia tinggal dengan suami atau istri dan keluarga. Analgesik secara kontinyu merupakan terapi utama dalam penatalaksanaan nyeri. Paling banyak (48,1) berjenis kelamin laki-laki dengan penatalaksanaan medikamentosa baik sekali karena responden laki-laki lebih mengandalkan obat-obatan dari pada penatalaksanaan yang lain. Paling banyak responden berumur 45-59 tahun dengan penatalaksanaan medikamentosa baik sebanyak 10 responden (47,6%), dalam usia ini responden masih bisa memilih obat yang cocok dan tepat. Paling banyak responden berumur 60-74 tahun dengan penatalaksanaan medikamentosa baik sekali sebanyak 10 responden (43,5%). Hampir separuh responden tinggal dengan suami atau istri dengan penatalaksanaan medikamentosa baik sebanyak 10 responden (38,5%). Perilaku Lansia Dalam Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut Dengan Koreksi Postur Tubuh Di Posyandu Bakti Kediri. Hasil penelitian yaitu lebih dari 50% responden memiliki perilaku penatalaksanaan koreksi postur tubuh secara tepat 78%. Menurut (Stanley Beare 2007), Koreksi postur tubuh adalah awal yang sangat baik untuk mulai menyehatkan fisik, pikiran, dan roh kita. Sedangkan perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan, yang dapat dialami secara langsung maupun tidak langsung. Perilaku manusia adalah aktifitas yang timbul karena adanya stimulus dan respon serta dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung (Sunaryo, 2004). Seorang lansia sering sekali suka memposisiskan diri dengan tidak benar. Hal ini dapat mempengaruhi bentuk tubuh menjdi buruk, disebabkan karena proses penuaan. Penatalaksanaan dengan koreksi postur tubuh harus di lakukan dengan benar. Hasil penelitian ini didapatkan 32 responden memiliki perilaku penatalaksanaan nyeri sendi lutut dengan koreksi postur tubuh baik. Pada kuisioner dibuktikan paling banyak responden menjawab sering pada penatalaksanaan koreksi postur tubuh dengan cara jalan-jalan pagi, latihan senam pagi. Latihan ini dilakukan bilamana responden sudah mengetahui bahwa pada sendinya ada kerusakan 70

sehingga responden dapat mencegah atau menghindari aktivitas yang berat dan sangat disarankan untuk pemakaian alatalat untuk meringankan kerja sendi. Koreksi postur tubuh, tanpa memperhatikan posisi, mempengaruhi mobilitas. Semua posisi (duduk, berbaring miring, dll) harus di evaluasi dengan posisi tegak yang normal sebagai reverensi. Mengatur posisi juga digunakan untuk meningkatkan tekanan darah balik vena. Jika seseorang diposisikan dengan tungkai tergantung, pengumpulan penurunan tekanan darah balik vena akan terjadi. Mengatur posisi tungkai dengan posisi ketergantungan (misalnya meninggikan tungkai di atas dudukan kaki mencegah pengumpulan darah pada ekstermitas bawah). Paling banyak (66,7) berjenis kelamin laki-laki dengan penatalaksanaan koreksi postur tubuh baik sekali. Lebih dari 50% responden berumur 60-74 tahun dengan penatalaksanaan koreksi postur tubuh baik sekali sebanyak 15 responden (65,2%). Kemudian lebih dari 50% responden berumur 75-90 tahun dengan penatalaksanaan koreksi postur tubuh baik sebanyak 4 responden (66,7%). Lebih dari 50% responden tinggal sendiri dengan penatalaksanaan koreksi postur tubuh baik sebanyak 11 responden (73,3%), Selanjutnya lebih dari 50% responden tinggal dengan suami/istri dengan penatalaksanaan koreksi postur tubuh baik sebanyak 15 responden (57,7%) Perilaku Lansia Dalam Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut Dengan Diet Di Posyandu Lansia Sejahtera GBI Setia Bakti Kediri. Hasil penelitian perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut dengan diet yaitu lebih dari 50% responden yang telah diteliti didapatkan bahwa responden memiliki perilaku penatalaksanaan diet secara tepat 80%. Menurut (Sunita Almatsier 2005), diet adalah jumlah makanan yang di konsumsi oleh seseorang untuk mencegah atau menghambat. Diet sehat dan seimbang membantu membangun tulang yang kuat. Tulang kuat dapat membuat kaki tegak, dan mencegah jatuh yang dapat menyebabkan kerusakan sendi. Salah satu penyebab nyeri sendi adalah obesitas atau kelebihan berat badan, obesitas atau kelebihan berat badan dapat memperberat kerja sendi sehingga terjadi nyeri sendi. Nyeri sendi adalah gangguan sendi yang bersifat kronis disertai kerusakan tulang dan sendi berupa disintregasi dan pelunakan progresif yang diikuti dengan pertambahan pertumbuhan pada tepi tulang dan tulang rawan sendi yang disebut osteofit, dan fibrosis pada kapsul sendi (Arif Muttaqin; 2008). Bila dilihat dari hasil penelitian didapatkan bahwa 30 responden memiliki perilaku penatalaksanaan diet yang baik. Dari hasil penelitian ini bisa disimpulkan lebih dari 50% responden memiliki perilaku penatalakanaan nyeri sendi lutut diet baik. Diet dalam menurunkan berat badan baik untuk mengurangi timbulnya keluhan karena dapat mengurangi beban dari sendi lutut itu sendiri. Dalam hal ini diikuti dengan terbentuknya timbunan kristal garam urat di persendian yang menyebabkan peradangan sendi pada lutut. Diet rendah puri, rendah lemak, cukup vitamin dan mineral sangat baik untuk pendirita nyeri sendi lutut. Diet ini dapat menurunkan berat badan, bila ada tanda-tanda berat badan yang berlebih. Tujuan diet ini berguna untuk mencapai dan mempertahankan status gizi yang optimal. Bila berat badan berlebih atau kegemukan, asupan energi sehari-hari harus dikurangi secara bertahap sampai kebutuhan energi menjadi normal hingga mencapai berat badan yang normal. lebih dari 50% responsen (70,4%) responden berjenis kelamin laki-laki dengan penatalaksanaan diet baik sekali. Lebih dari 50% responden berumur 60-74 tahun dengan penatalaksanaan diet baik sekali sebanyak 13 responden (56,5%). Lebih dari 50% responden tinggal dengan suami atau istri dengan penatalaksanaan 71

Upaya Menurunkan Keluhan Nyeri Sendi Lutut Pada Lansia Di Posyandu Lansia Sejahtera Sri Handono, Selvia David Richard diet baik sebanyak 14 responden (53,8%). Perilaku Lansia Dalam Penatalaksanaan Nyeri Sendi Lutut Dengan Terapi Konservatif Di Posyandu Bakti Kediri. Hasil penelitian perilaku lansia dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut terapi konservatif yaitu lebih dari 50% responden yang telah diteliti didapatkan bahwa responden memiliki perilaku penatalaksanaan terapi konservatif secara tepat 64%. Menurut (Arif Muttaqin 2008), Terapi konservatif adalah suatu terapi dalam pengobatan atau perawatan penyakit. Terapi ini mencegah memburuknya atau mempertahankan tulang sehingga dapat mengurangi keluhan nyeri sendi. Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingkatannya, dan hanya orang tersebutlah yang dapat menjelaskan ata mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya (Hidayat, 2007). Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres air hangat, latihan rentang gerak sendi dan upaya untuk mengistirahatkan sendi serta menghindari sendi yang berlebihan pemakaian alatalat ortotail. Untuk menyangga sendi yang mengalami inflamasi dan latian isometrik serta postural. Terapi okupasianal dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi strategi penanganan mandiri. Terapi konservatif diharapkan dapat di lakukan oleh setiap lansia secara mandiri. Latihan rentan gerak aktif dan pasif memberikan keuntungan-keuntungan yang berbeda. Latihan aktif membantu mempertahankan flesibilitas sendi dan kekuatan otot serta meningkatkan penampilan koknitif. Sebaliknya, gerakan pasif, yaitu menggerakkan sendi seseorang melalui rentang geraknya oleh orang lain, hanya mempertahankan fleksibilitas. Untuk mempertahankan rentan gerak, sendisendi harus dilatih dua sampai tiga kali pengulangan per hari. Jika nyeri atau inflamasi terjadi, gerakan yang perlahan atau rujukan pada ahli fisioterapi diindikasikan. Lebih dari 50% responsen (74,1%) responden berjenis kelamin lakilaki dengan penatalaksanaan terapi konservatif baik sekali. Sebagian besar responden (60,9%) berjenis kelamin perempuan dengan penatalaksanaan terapi konservatif baik sebanyak. lebih dari 50% responden berumur 45-59 tahun dengan penatalaksanaan terapi konservatif baik sebanyak 13 responden (61,7%), lebih dari 50% responden berumur 60-74 tahun dengan penatalaksanaan terapi konservatif baik sekali sebanyak 13 responden (56,5%). Lebih dari 50% responden tinggal sendiri dengan penatalaksanaan terapi konservatif baik sebanyak 12 responden (80,0%), Selanjutnya separuh responden tinggal dengan suami/istri dengan penatalaksanaan terapi konservatif baik sebanyak 13 responden (50,0%), Kemudian lebih dari 50% responden tinggal dengan keluarga dengan penatalaksanaan terapi konservatif baik sebanyak 5 responden (55,6%). Kesimpulan Paling banyak responden memiliki perilaku penatalaksanaan nyeri sendi lutut dengan medikamentosa baik dan baik sekali 84,0%. Lebih dari 50% responden memiliki perilaku penatalaksanaan nyeri sendi lutut dengan koreksi postur tubuh secara tepat 78%. Sedangkan responden memiliki perilaku penatalaksanaan nyeri sendi lutut dengan penatalaksanaan diet secara tepat 80%. Lebih dari 50% responden didapatkan memiliki perilaku penatalaksanaan terapi konservatif secara tepat 64%. 72

Saran Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi lansia untuk mengurangi nyeri sendi yang di alami. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai motivator bagi seluruh civitas akademik terutama lansia sehingga dapat menjadi budaya yang baik untuk peningkatan derajat kesehatan dalam penatalaksanaan nyeri sendi lutut. Hasil dari penelitian dapat digunakan untuk memberikan informasi bagi peneliti berikutnya, untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri sendi lutut. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan untuk mengelola kesehatan diri sendiri.. Santoso. (2009). Kesehatan dan Gizi. Jakarta : Rineka Cipta Stanley, Mickey. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi 2. Jakarta : EGC. Sunaryo. (2004). Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC Daftar Pustaka Almatsier, Sunita (2005). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Arif Muttaqin. (2008). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Muskuloskeletal. Jakarta : EGC Bangun. (2009). Terapi Jus dan Ramuan Tradisional untuk Hipertensi. Jakarta : Argo Media Pustaka Dep. Kes RI. (2004). Prevalensi Nyeri Sendi pada Lansia. Jakarta. Hidayat, A. Alimul Aziz. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika Kushariyadi. (2008). Asuhan Keperawatan pada Klien Lanjut Usia. Jakarta : Salemba Medika Maryam, R. Siti dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan perawatannya. Jakarta : Salemba Medika Nugroho, W. (2008). Keperawatan Lanjut Usia. Jakarta : EGC Nugroho, Wahyudi. (2008). Keperawatan Gerontik. Jakarta : EGC. Pudjiastuti, Sri Surini. (2003). Fisioterapi pada Lansia. Jakarta : EGC 73