PENENTUAN POLA SEKUENSIAL PADA DATA TRANSAKSI PERPUSTAKAAN IPB MENGGUNAKAN ALGORITMA GRAPH SEARCH TECHNIQUES HAMZAH AGUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Penentuan Pola Sekuensial pada Data Transaksi Perpustakaan IPB Menggunakan Algoritma Graph Search Techniques

PENGEMBANGAN APLIKASI FUZZY TEMPORAL ASSOCIATION RULE MINING (STUDI KASUS : DATA TRANSAKSI PASAR SWALAYAN ) HANDAYANI RETNO SUMINAR

Data Mining. Tidak. Mulai. Data transaksi. Pembersihan data. Seleksi data. Transformasi data. Pemberian nilai minimum support

Pembersihan Data Lingkungan Pengembangan Sistem HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN. Proses Dasar Sistem

IMPLEMENTASI FUZZY OLAP PADA DATA POTENSI DESA DI PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2003 DAN 2006 SOFIYANTI INDRIASARI G

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II LANDASAN TEORI

Pengembangan Aplikasi Market Basket Analysis Menggunakan Algoritma Generalized Sequential Pattern pada Supermarket

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. 1.2 Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

APLIKASI DATA MINING ANALISIS DATA TRANSAKSI PENJUALAN OBAT MENGGUNAKAN ALGORITMA APRIORI (Studi Kasus di Apotek Setya Sehat Semarang)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Data Mining. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. yang akan diteliti. Pemanfaatan algoritma apriori sudah cukup banyak digunakan, antara lain

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan 1.2 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENYELESAIAN MASALAH PENGIRIMAN PAKET KILAT UNTUK JENIS NEXT-DAY SERVICE DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: WULAN ANGGRAENI G

Timor Setiyaningsih, Nur Syamsiah Teknik Informatika Universitas Darma Persada. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan di dalam database. Data mining adalah proses yang menggunakan

APLIKASI PENGGALIAN POLA SEKUENSIAL INTERVAL WAKTU FUZZY PADA PROSES BISNIS ERP MENGGUNAKAN ALGORITMA FP-GROWTH-PREFIXSPAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

APLIKASI DATA MINING UNTUK ANALISIS ASOSIASI POLA PEMBELIAN DENGAN ALGORITMA APRIORI

Pola Kompetensi Mahasiswa Program Studi Informatika Menggunakan FP-Growth

PERSYARATAN PRODUK. 1.1 Pendahuluan Latar Belakang Tujuan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan dibahas tentang konsep dasar dan teori-teori pendukung yang berhubungan dengan sistem yang akan dibangun.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DATA MINING ANALISA POLA PEMBELIAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA APRIORI

Lingkungan Pengembangan HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Setiap tahapan di dalam penelitian ini akan ditunjukkan di dalam Tabel 2.

Rancang Bangun Fitur Rekomendasi Buku Menggunakan Algoritma PrefixSpan pada Sistem Peminjaman Buku Berbasis Web di Perpustakaan Universitas Ciputra

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM

APLIKASI MONITORING KETERSEDIAAN STOK BARANG MINIMARKET DENGAN METODE MARKET BASKET ANALYSIS (MBA)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mewakilkan objek dan peristiwa yang memiliki arti dan sangat penting bagi

Aplikasi Data Mining untuk meneliti Asosiasi Pembelian Item Barang di Supermaket dengan Metode Market Basket Analysis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Journal of Informatics and Technology, Vol 2, No 2, Tahun 2013, p

PENERAPAN ALGORITME PREFIXSPAN DAN GSP UNTUK MENCARI POLA SEKUENSIAL PADA DATA PEMINJAMAN BUKU DI PERPUSTAKAAN IPB ARINA PRAMUDITA

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian untuk Sistem Optimalisasi Produksi ini menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. desaign dan coding program. Dibutuhkan waktu selama kurang lebih 8 bulan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Microsoft SQL Server Microsoft Sharepoint Microsoft.Net Framework 4.0.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PEMBANGUNAN SISTEM DATA MINING UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT DIABETES MENGGUNAKAN ALGORITME CLASSIFICATION BASED ASSOCIATION HERWANTO

MODUL 7 STRUCTURED QUERY LANGUAGE

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Data

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM MEMPREDIKSI PERSEDIAAN BUKU PADA PERPUSTAKAAN SMA DWI TUNGGAL TANJUNG MORAWA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS KERANJANG BELANJA PADA DATA TRANSAKSI PENJUALAN (STUDI KASUS TOSERBA YOGYA BANJAR) SKRIPSI. Oleh TRI LESTARI H

APLIKASI DATA MINING UNTUK MENAMPILKAN INFORMASI TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA

4 Web server mengakses kubus data Palo server melalui Palo PHP API. Aplikasi OLAP menggunakan library JpGraph untuk menampilkan grafik.

STRUTS FRAMEWORK DAN J2EE PATTERN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI AKADEMIK IPB HADIKUSUMA WAHAB G

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. yang tepat. Sistem data mining mampu memberikan informasi yang tepat dan

ALGORITMA GENERALIZED SEQUENTIAL PATTERN UNTUK MENGGALI DATA SEKUENSIAL SIRKULASI BUKU PADA PERPUSTAKAAN UK PETRA

METODE PENELITIAN HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggalian Pola Sekuensial Interval Waktu Fuzzy Pada Proses Bisnis ERP Menggunakan Algoritma FP-Growth PrefixSpan

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI DALAM PERANGKAT LUNAK DATA BASE Amroni, S.Kom, M.Kom

BAB 3 ANALISIS HIPOTESIS

ANALISIS DATA POLA PEMBELIAN KONSUMEN DENGAN ALGORITMA APRIORI PADA TRANSAKSI PENJUALAN SUPERMARKET PAMELLA YOGYAKARTA 1.

DESAIN APLIKASI UNTUK MENAMPILKAN INFORMASI TINGKAT KELULUSAN MAHASISWA. Oleh : Rita Prima Bendriyanti ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN Pengantar

KAJIAN PENDEKATAN REGRESI SINYAL P-SPLINE PADA MODEL KALIBRASI. Oleh : SITI NURBAITI G

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI PROGRAM. Oriented Programming) atau secara procedural.

ALGORITMA GENERALIZED SEQUENTIAL PATTERN UNTUK MENGGALI DATA SEKUENSIAL SIRKULASI BUKU PADA PERPUSTAKAAN UK PETRA

PENCARIAN ASSOCIATION RULES PADA DATA LULUSAN MAHASISWA PERGURUAN TINGGI MENGGUNAKAN ALGORITMA FP-GROWTH SKRIPSI SHARFINA FAZA

BAB IV METEDOLOGI PENELITIAN

ANALISA ALGORITMA APRIORI UNTUK MENENTUKAN MEREK PAKAIAN YANG PALING DIMINATI PADA MODE FASHION GROUP MEDAN

Penerapan Stuktur FP-Tree dan Algoritma FP-Growth dalam Optimasi Penentuan Frequent Itemset

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN SISTEM

ANALISA KONSISTENSI POLA PEMINJAMAN BUKU MENGGUNAKAN ALGORITMA FP-GROWTH (Studi Kasus: UPT Perpustakaan Universitas Sebelas Maret)

PENGUKURAN KEMIRIPAN CITRA BERBASIS WARNA, BENTUK, DAN TEKSTUR MENGGUNAKAN BAYESIAN NETWORK RIZKI PEBUARDI

jumlah keluarga, dan jumlah rumah. Data diambil dari hasil sensus potensi desa yang dilakukan BPS tahun 1996, 1999, 2003, dan 2006.

Jurnal Edik Informatika Penelitian Bidang Komputer Sains dan Pendidikan Informatika V1.i1(52-62)

Gambar Tahap-Tahap Penelitian

1.4. Batasan Masalah Batasan-batasan masalah dalam pembuatan tugas akhir ini adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN

ANALISA PENCARIAN FREQUENT ITEMSETS MENGGUNAKAN ALGORITMA FP-MAX

PENERAPAN ALGORITMA APRIORI UNTUK MENENTUKAN FREKUENSI ITEM SET SEBAGAI STRATEGI PENJUALAN DI TOKO PUTRA MANIS SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 6 METODE PENGUJIAN

BAB III ANALISIS DAN DESAIN SISTEM

POLA SEKUENSIAL KEMUNCULAN TITIK PANAS BERDASARKAN DATA CUACA DI PROVINSI RIAU TRIA AGUSTINA

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

PENERAPAN DATA MINING UNTUK EVALUASI KINERJA AKADEMIK MAHASISWA MENGGUNAKAN ALGORITMA NAÏVE BAYES CLASSIFIER


UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep Data Mining DATA MINING & KNOWLEDGE DISCOVERY IN DATABASES. Bertalya Universitas Gunadarma 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lingkungan Pengembangan Data Mining HASIL DAN PEMBAHASAN Preprocessing Data

1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

PENENTUAN POLA SEKUENSIAL PADA DATA TRANSAKSI PERPUSTAKAAN IPB MENGGUNAKAN ALGORITMA GRAPH SEARCH TECHNIQUES HAMZAH AGUNG DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

For beloved Mom and Dad, my spring of blessing

PENENTUAN POLA SEKUENSIAL PADA DATA TRANSAKSI PERPUSTAKAAN IPB MENGGUNAKAN ALGORITMA GRAPH SEARCH TECHNIQUES HAMZAH AGUNG DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006

PENENTUAN POLA SEKUENSIAL PADA DATA TRANSAKSI PERPUSTAKAAN IPB MENGGUNAKAN ALGORITMA GRAPH SEARCH TECHNIQUES Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Oleh: HAMZAH AGUNG G64103019 DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006

ABSTRAK HAMZAH AGUNG. Penentuan Pola Sekuensial pada Data Transaksi Perpustakaan IPB Menggunakan Algoritma Graph Search Techniques. Dibimbing oleh IMAS S. SITANGGANG dan FIRMAN ARDIANSYAH. Data transaksi di Perpustakaan IPB terutama peminjaman buku dicatat setiap hari sehingga menghasilkan kumpulan data transaksi peminjaman buku dalam ukuran besar. Untuk mengetahui pola perilaku peminjaman buku oleh seluruh anggota perpustakaan khususnya mahasiswa Strata 1 (S1) tahun masuk 2003 digunakan salah satu metode dalam data mining yaitu sequential pattern mining dengan algoritma Graph Search Techniques (GST) sebagai pembentuk large sequence. Algortima GST dapat menemukan urutan large k-sequence (k 3) tanpa mengetahui langsung large (k-1) sequence. Pola sekuensial yang merupakan large sequence maksimal dicari dari seluruh large sequence yang terbentuk. Pola sekuensial yang diperoleh kemudian direpresentasikan agar mudah dipahami dan diinterpretasikan. Informasi yang diperoleh diharapkan dapat berguna bagi pengelola perpustakaan dalam peningkatan mutu layanan di Perpustakaan IPB. Berdasarkan pola sekuensial yang diperoleh dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa minimum support tertinggi hingga masih terbentuk large sequence berada pada nilai 30% dan time constraint 6 bulan dengan transaksi peminjaman terbanyak dilakukan oleh mahasiswa yang berasal dari Departemen Pemuliaan Tanaman dan Teknologi Benih (sebanyak 209 transaksi), sedangkan minimum support yang menghasilkan sequence dengan jumlah item terbanyak berada pada nilai 4% dan time constraint 2 bulan. Pada beberapa penggunaan minimum support ternyata large sequence tidak terbentuk yang diakibatkan oleh tidak ada 2-sequence pada tabel L 2 dan terjadi cycle pada IRG (Item Relation Graph). Variasi jumlah large sequence yang terbentuk tidak dipengaruhi oleh nilai time constraint. Sebagian besar transaksi yang dilakukan mahasiswa S1 tahun masuk 2003 masih dilakukan dalam skala kecil dengan sedikit jumlah item (kelas buku) yang dipinjam pada selang waktu antar transaksi peminjaman yang lama. Semakin tinggi penggunaan minimum support, maka jumlah item yang membentuk pola sekuensial cenderung semakin sedikit, selain itu waktu yang dibutuhkan untuk membentuk large sequence semakin cepat. Kata kunci: data mining, sequential pattern mining, algoritma GST, large sequence

Judul Skripsi : Penentuan Pola Sekuensial Pada Data Transaksi Perpustakaan IPB Menggunakan Algoritma Graph Search Techniques Nama : Hamzah Agung NIM : G64103019 Menyetujui: Pembimbing I, Pembimbing II, Imas S. Sitanggang, S.Si, M.Kom. Firman Ardiansyah, S.Kom, M.Si. NIP 132206235 NIP 132311919 Mengetahui: Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS NIP 131473999 Tanggal Lulus:

RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Tulungagung pada tanggal 4 Juli 1985 dari pasangan Pitoyo dan Siti Asiyah. Penulis merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Pada tahun 2003 penulis lulus dari SMU Negeri 1 Situbondo. Pada tahun yang sama penulis diterima di Program Studi Ilmu Komputer, Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa FMIPA tahun kepengurusan 2004/2005. Selain itu, penulis juga pernah menjadi pengurus Himpunan Mahasiswa Ilmu Komputer tahun kepengurusan 2003/2004 dan 2004/2005.

PRAKATA Alhamdulillah, puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala curahan rahmat dan karunia-nya sehingga penelitian dan karya tulis ilmiah ini berhasil diselesaikan. Karya ilmiah ini merupakan hasil kegiatan penelitian dengan tema data mining yang berjudul Penentuan Pola Sekuensial pada Data Transaksi Perpustakaan IPB Menggunakan Algoritma Graph Search Techniques. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penulisan karya ilmiah ini berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak dan Ibu atas segala doa, kasih sayang, semangat, harapan, dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis. Ibu, seluruh doa dan harapanmu adalah cita-cita dan harapanku, dan Bapak, setiap keluh kesah dan kucuran keringatmu adalah cambuk bagiku untuk selalu memberikan yang terbaik untukmu. 2. Bu Imas S. Sitanggang, S.Si, M.Kom sebagai dosen Pembimbing I dan Pak Firman Ardiansyah S.Kom, M.Si sebagai dosen Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan saran dan bimbingannya selama penelitian dan penulisan karya ilmiah ini. 3. Pak Hari Agung Adrianto, S.Kom sebagai moderator seminar dan penguji. 4. Pak Yunus yang telah memberikan doa, semangat, dan harapan agar penulis segera menyelesaikan kuliah di IPB. 5. Adik-adikku Frida dan Mentari yang selalu memberikan keceriaan pada penulis. 6. Pak Mustafa, Bu Yuyu, dan Bu Irma yang telah membantu penulis dalam mendapatkan dan mengolah data transaksi Perpustakaan IPB. 7. Angga atas saran, keceriaan, semangat, dan doa yang telah diberikan selama ini hingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di IPB. 8. Ajeng Aggraeni yang telah memberikan penulis semangat, doa, bantuan, kebersamaan, dan dukungan selama ini hingga penulis dapat segera menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. 9. Yin Fu Huang dan Kak Supri atas bantuannya ketika penulis merancang dan membuat perangkat lunak dalam karya ilmiah ini. 10. Tresna, Bayu, dan Rianti yang telah bersedia menjadi pembahas dalam seminar. 11. Meymey dan Nova yang telah membantu dalam mempersiapkan snack dalam seminar dan sidang. 12. Qwill, Jemi, Edi, Nono, Nacha, Dhiku, PIS, Ghoffar, Rizal, Pandi, Firat, dan seluruh rekan-rekan ilkomerz 38, ilkomerz 39, ilkomerz 40, serta ilkomerz 41 atas dukungan dan kebersamaan kalian selama ini. 13. Faisal, Jurist, Kak Gede, Ika, Nathania, Iik, Risma, Ebith, Boan, Frans, Wagner, Stefanus, Mathias, dan Ardo atas dukungan dan kebersamaan kalian ketika penulis berada di Perwira 47 selama beberapa bulan terakhir ini. 14. Seluruh staf dosen dan pegawai Departemen Ilmu Komputer yang telah memberikan layanan terbaik kepada penulis. 15. Semua pihak lain yang telah membantu penulis, dan tidak dapat disebutkan satu persatu, jazakumullah khairan katsira. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat, amin. Bogor, Desember 2006 Hamzah Agung

DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL...vi DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR LAMPIRAN...viii PENDAHULUAN1 Latar Belakang...1 Tujuan Penelitian...1 Ruang Lingkup Penelitian...1 Manfaat Penelitian...1 TINJAUAN PUSTAKA2 Basis Data...2 Data Mining...2 Knowledge Discovery in Database (KDD)...2 Pola Sekuensial...3 Algoritma GST (Graph Search Techniques)...3 METODE PENELITIAN4 Proses Dasar Sistem...5 Spesifikasi Implementasi Sistem...5 HASIL DAN PEMBAHASAN5 Transformasi Data...5 Seleksi Data...6 Pembersihan Data...6 Data Mining...7 Evaluasi Pola...11 Representasi Pengetahuan...12 KESIMPULAN DAN SARAN13 Kesimpulan...13 Saran...13 DAFTAR PUSTAKA...13 LAMPIRAN...15 v

DAFTAR TABEL Halaman 1 Daftar nilai minimum support penyebab tidak terbentuknya large sequence pada time constraint 6 bulan...7 2 Daftar nilai minimum support penyebab tidak terbentuknya large sequence pada time constraint 4 bulan...8 3 Daftar nilai minimum support penyebab tidak terbentuknya large sequence pada time constraint 2 bulan...9 4 Daftar nilai minimum support penyebab tidak terbentuknya large sequence pada time constraint 20 hari...10 5 Ringkasan hasil percobaan...10 6 Daftar pola sekuensial yang menarik...12 7 Distribusi departemen dari mahasiswa yang meminjam buku dengan pola sekuensial <(631)(633)>...12 vi

DAFTAR GAMBAR Halaman 1 Tahapan dalam KDD (Han & Kamber 2001)....2 2 Struktur C 1 dan L 1....4 3 Struktur L 2...4 4 IRG untuk sequence <(AB)>, <(A)(C)>, dan <(B)(C)>....4 5 Urutan konversi data...6 6 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk dengan time constraint 6 bulan....7 7 IRG yang membentuk large sequence <(631)(633)> pada nilai minimum support 30%...8 8 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk dengan time constraint 4 bulan....8 9 IRG yang membentuk large sequence <(519)(681)> dan <(636)(681)> pada nilai minimum support 17%...8 10 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk dengan time constraint 2 bulan....9 11 IRG di mana tidak terbentuk large sequence pada nilai minimum support 16%....9 12 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk dengan time constraint 20 hari...9 13 IRG yang membentuk large sequence <(630)(551)> pada nilai minimum support 14%...10 14 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk untuk seluruh time constraint...11 15 Grafik perbandingan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk large sequence....11 vii

DAFTAR LAMPIRAN Halaman 1 Contoh penerapan algoritma GST untuk 24 record data transaksi dengan minimum support 40%.16 2 Deskripsi field data transaksi peminjaman buku...18 3 Deskripsi field data transaksi peminjaman buku setelah melewati tahap praproses (C1.db)...18 4 Contoh record data transaksi peminjaman buku setelah melewati tahap praproses...18 5 Data hasil percobaan dengan time constraint 6 bulan...19 6 Data hasil percobaan dengan time constraint 4 bulan...20 7 Data hasil percobaan dengan time constraint 2 bulan...21 8 Data hasil percobaan dengan time constraint 20 hari...22 9 Pola sekuensial dengan time constraint 6 bulan...24 10 Pola sekuensial dengan time constraint 4 bulan...25 11 Pola sekuensial dengan time constraint 2 bulan...26 12 Pola sekuensial dengan time constraint 20 hari...26 viii

PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi komputer yang sangat cepat, masalah ketersediaan data yang melimpah menjadi salah satu konsekuensi dari peningkatan kebutuhan manusia dan semakin banyaknya kegiatan pengelolaan data yang sudah dilakukan secara terkomputerisasi. Selain itu, penyimpanan dan pengolahan data yang melimpah di dalam komputer tidak lagi menjadi suatu masalah. Hal ini disebabkan oleh semakin berkembangnya kemampuan dan kapasitas media penyimpanan, serta bermunculannya teknologi perangkat lunak yang baru. Data transaksi di Perpustakaan IPB terutama peminjaman buku dicatat setiap hari sehingga menghasilkan kumpulan data transaksi peminjaman buku dalam ukuran besar. Akan tetapi seringkali data tersebut hanya disimpan tanpa diolah lebih lanjut sehingga kumpulan data yang tersimpan tidak mempunyai nilai guna. Padahal jika diolah atau dianalisis lebih lanjut akan menghasilkan informasi atau pengetahuan yang penting dan berharga sebagai penunjang dalam pengambilan keputusan. Pengolahan dan analisis yang mendalam terhadap kumpulan data transaksi peminjaman buku menjadi suatu pengetahuan yang berharga dapat dilakukan dengan menerapkan data mining. Data mining merupakan proses ekstraksi informasi atau pola yang penting dalam basis data berukuran besar (Han & Kamber 2001). Penerapan data mining dalam data transaksi peminjaman buku di Perpustakaan IPB diharapkan akan mampu menggali informasi mengenai pola perilaku mahasiswa dalam meminjam buku yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan peningkatan mutu layanan di Perpustakaan IPB. Metode data mining yang akan digunakan pada penelitian ini adalah metode sequential pattern mining. Sequential pattern mining pertama kali diperkenalkan oleh Agrawal & Srikant (1995). Sebagai salah satu metode dalam data mining, sequential pattern mining ditujukan untuk mencari inter-transaction pattern yaitu kemunculan item yang diikuti oleh item lain yang terurut berdasarkan waktu transaksi. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan metode association rule mining yang bertujuan untuk mencari intra-transaction pattern yaitu item apa yang muncul bersama pada suatu transaksi. Pola sekuensial mengindikasikan bahwa transaksi dari suatu sequence biasanya terjadi secara serial terhadap waktu (Lin & Lee 1998). Oleh karena itu, analisis terhadap pola sekuensial didasarkan pada urutan waktu atau urutan terjadinya transaksi. Sebagai contoh, seseorang membeli buku The Basic C Language pada enam bulan yang lalu mungkin juga akan membeli buku The Reference Dictionary of C Language pada bulan berikutnya (Lin & Huang 2003). Beberapa penelitian data mining dengan menggunakan metode sequential pattern mining telah menghasilkan berbagai macam algoritma, di antaranya AprioriAll, AprioriSome, Generalized Sequential Pattern (GSP), dan Graph Search Techniques (GST). Algoritma yang digunakan pada penelitian ini adalah algoritma GST. Menurut Lin & Huang (2003), algoritma GST dapat menemukan urutan large k-sequence (k 3) tanpa mengetahui secara langsung large (k - 1)-sequence. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode sequential pattern mining terhadap data transaksi peminjaman buku di Perpustakaan IPB menggunakan algoritma GST untuk mencari sequence yang maksimal dari semua frequent sequence atau large sequence, yaitu sequence yang mempunyai support count lebih dari atau sama dengan minimum support. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada penerapan proses data mining menggunakan metode sequential pattern mining pada data transaksi peminjaman buku di Perpustakaan IPB untuk mahasiswa Strata 1 (S1) tahun masuk 2003 mulai tanggal 1 September 2005 sampai dengan tanggal 29 Maret 2006. Pembentukan large sequence dilakukan menggunakan algoritma GST (Graph Search Techniques). Penelitian ini akan menghasilkan aplikasi data mining menggunakan metode sequential pattern mining. Manfaat Penelitian Aplikasi yang dihasilkan dari penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui pola perilaku mahasiswa Strata 1 (S1) tahun masuk 2003 ketika meminjam buku di Perpustakaan IPB, diharapkan hasil yang diperoleh dapat berguna dalam peningkatan mutu layanan di Perpustakaan IPB. 1

TINJAUAN PUSTAKA Basis Data Basis data merupakan sekumpulan data/entitas (beserta deskripsinya) yang secara logika berelasi, dibuat untuk memenuhi kebutuhan informasi suatu organisasi serta dapat digunakan bersama-sama. Tujuan utama suatu basis data adalah pengelolaan dan pengolahan data yang begitu kompleks dengan mudah, cepat dan efisien untuk berbagai kebutuhan (Connolly & Begg 2002). Sistem Manajemen Basis Data (Database Management System/DBMS) adalah sistem perangkat lunak yang memungkinkan pengguna mendefinisikan, menciptakan, dan mengelola suatu basis data, serta menyediakan akses kontrol terhadap basis data tersebut. SQL (Structured Query Language) merupakan bahasa query standar yang digunakan untuk mengakses basis data relasional (Connolly & Begg 2002). Data Mining Data mining merupakan proses ekstraksi informasi atau pola yang penting dalam basis data berukuran besar (Han & Kamber 2001). Data mining merupakan penggunaan algoritma dalam proses Knowledge Discovery in Database (KDD) untuk menemukan pola yang bermanfaat (Goharian & Grossman 2003). Data mining juga didefinisikan sebagai suatu proses yang menggunakan berbagai perangkat analisis data untuk menemukan pola dan relasi data agar dapat digunakan untuk membuat prediksi dengan tepat (Two Crows Corporation 1999). Proses data mining dapat dibedakan menjadi dua tujuan utama yaitu (Han & Kamber 2001): 1. Descriptive data mining Deskripsi konsep atau task-relevant data dalam bentuk yang ringkas, informatif, dan diskriminatif. 2. Predictive data mining Berdasarkan analisis data, dibuat model untuk kemudian dijadikan sebagai alat prediksi trend dan data-data yang tidak diketahui nilainya. Tedapat dua kunci sukses dalam data mining, yaitu ketepatan formulasi masalah yang akan dipecahkan dan penggunaan data yang tepat (Two Crows Corporation 1999). Setelah mendapatkan data yang akan digunakan untuk di-mining, ketepatan dalam mentransformasikan dan mengolahnya sangat mempengaruhi ketepatan pengetahuan hasil data mining. Beberapa karakteristik umum yang dimiliki data yang akan di-mining ialah (Han & Kamber 2001): 1. Ukuran data besar. 2. Data tidak lengkap, sehingga perlu dilakukan proses cleaning. 3. Struktur data kompleks. 4. Merupakan kumpulan data yang heterogen. Knowledge Discovery in Database (KDD) Knowledge Discovery in Database (KDD) adalah proses menemukan informasi yang berguna serta pola-pola yang ada dalam data (Goharian & Grossman 2003). KDD merupakan sebuah proses yang terdiri dari serangkaian proses iteratif yang terurut, dan data mining merupakan salah satu langkah dalam proses KDD (Han & Kamber 2001). Tahapan-tahapan proses KDD secara berurut dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Tahapan dalam KDD (Han & Kamber 2001). Tahapan proses KDD menurut Han & Kamber (2001), adalah: 1. Pembersihan data Pembersihan terhadap data dilakukan untuk menghilangkan data yang tidak konsisten dan mengandung noise. 2. Integrasi data Proses integrasi data dilakukan untuk menggabungkan data dari berbagai sumber. 3. Seleksi data Proses seleksi data mengambil data yang relevan digunakan untuk proses analisis. 4. Transformasi data Proses ini mentransformasikan atau menggabungkan data ke dalam bentuk yang tepat untuk di-mining dengan cara melakukan peringkasan atau operasi agregasi. 2

5. Data mining Data mining merupakan proses yang penting di mana metode-metode cerdas diaplikasikan untuk mengekstrak pola-pola dalam data. 6. Evaluasi pola Evaluasi pola diperlukan untuk mengidentifikasi beberapa pola-pola yang menarik dalam merepresentasikan pengetahuan. 7. Presentasi pengetahuan Penggunaan visualisasi dan teknik representasi untuk menunjukkan pengetahuan hasil penggalian gunung data kepada pengguna. Pola Sekuensial Diberikan basis data transaksi D dari suatu transaksi customer, di mana setiap transaksi berisi tiga field, yaitu customer-id, waktu transaksi, dan item yang dibeli. Diasumsikan bahwa tidak ada seorang customer yang mempunyai lebih dari satu transaksi dengan waktu transaksi yang sama. Selain itu, banyaknya masing-masing item pada setiap transaksi diabaikan, artinya setiap item direpresentasikan dengan nilai boolean yang menunjukkan apakah item tersebut dibeli atau tidak (Lin & Huang 2003). Misal (i 1 i 2 i 3 i m ) adalah itemset yang merupakan himpunan item yang tidak kosong dan i k adalah item. Sequence s dinotasikan <s 1 s 2 s 3 s n > di mana s adalah daftar urutan dari itemset dan s j adalah itemset yang itemnya dibeli oleh customer pada waktu transaksi yang sama. Item i k hanya dapat muncul satu kali pada s j, akan tetapi dapat muncul lebih dari satu kali pada s i dan s j dengan waktu transaksi yang berbeda (Lin & Huang 2003). Sequence s dikatakan maksimal jika s tidak termuat pada sequence lainnya. Sequence a = <a 1 a 2 a 3 a n > dikatakan termuat pada sequence yang lain b = <b 1 b 2 b 3 b m > jika terdapat integer i 1 < i 2 < i n, 1 i k m, sehingga a 1 b i1, a 2 b i2,, a n b in (Agrawal & Srikant 1995). Dapat dikatakan juga bahwa sequence a merupakan subsequence dari sequence b (Lin & Lee 1998). Sebagai contoh, sequence <(A)(BC)> termuat pada sequence <(A)(BC)(D)>, akan tetapi tidak termuat pada sequence <(A)(B)(C)> karena B dan C harus dibeli secara bersama-sama. Sequence <(A)(D)> juga termuat pada sequence <(A)(BC)(D)>, meskipun terdapat itemset (BC) di antara (A) dan (D) (Lin & Huang 2003). Menurut Lin & Huang (2003), sequence dengan k item disebut k-sequence, dan mungkin mempunyai tiga tipe, yaitu terurut (ordered), tidak terurut (non-ordered), dan campuran (hybrid). Sebagai contoh, <(A)(B)> adalah 2- sequence yang terurut, <(AB)> adalah 2- sequence yang tidak terurut, dan <(AB)(C)> adalah 3-sequence yang hybrid. Semua transaksi dari customer yang sama dapat dikelompokkan bersama, kemudian diurut berdasarkan waktu transaksi secara menaik (increasing) menjadi customer sequence. Support count untuk sequence s didefinisikan sebagai total dari seluruh customer sequence yang memuat s. Suatu sequence dapat dikatakan sebagai frequent sequence atau large sequence jika memiliki support count lebih dari atau sama dengan minimum support yang telah ditentukan pengguna (Lin & Lee 1998). Diberikan basis data transaksi D dan ambang batas minimum support ε, dapat didefinisikan masalah dari sequential pattern mining adalah mencari large sequence yang maksimal di antara semua sequence yang mempunyai support count lebih besar atau sama dengan ε. Setiap large sequence yang ditemukan merepresentasikan suatu pola sekuensial. Sebagai tambahan, time constraint juga akan dipertimbangkan ketika mencari pola sekuensial, dan hal ini akan membuat pola sekuensial yang ditemukan lebih efektif dan berguna (Lin & Huang 2003). Algoritma GST (Graph Search Techniques) Algoritma GST (Graph Search Techniques) pertama kali diperkenalkan oleh Lin & Huang (2003). Berbeda dengan algoritma Apriori, algoritma GST dapat menemukan large k- sequence (k 3) tanpa harus mengetahui large (k-1)-sequence. Dengan demikian, performa dari algortima GST lebih baik dari algoritma Apriori. Dalam melakukan proses mining untuk mendapatkan pola sekuensial, algoritma GST mempunyai empat tahap yaitu (Lin & Huang 2003): 1. Menelusuri basis data untuk membuat large 1-sequence (L 1 ) Untuk setiap 1-sequence dalam tabel C 1 akan dihitung support count-nya. Jika nilai support count-nya lebih dari atau sama dengan minimum support maka akan disisipkan ke dalam tabel L 1, selainnya akan dibuang. Struktur dari C 1 dan L 1 dapat dilihat pada Gambar 2, di mana CID adalah customer-id, Time adalah waktu transaksi, dan Item adalah item yang dibeli. 3

Item CID Time Gambar 2 Struktur C 1 dan L 1. 2. Menggabungkan L 1 dengan dirinya sendiri untuk membuat large 2-sequence (L 2 ) Langkah selanjutnya adalah menggabungkan L 1 dengan dirinya sendiri berdasarkan customer-id dan waktu transaksi untuk membuat L 2. Penggabungan ini dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis. Jenis pertama dinotasikan <(AB)> yang berarti bahwa item A dan item B dibeli oleh CID yang sama pada waktu yang sama pula. Jenis kedua dinotasikan <(A)(B)> yang berarti bahwa item A dan item B dibeli oleh CID yang sama, tetapi item A terjadi terjadi sebelum item B. Support count dari masing-masing 2- sequence dihitung, kemudian membuang 2- sequence yang mempunyai support count kurang dari minimum support. Struktur dari L 2 dapat dilihat pada Gambar 3, di mana Sequence menunjukkan 2-sequence yang memenuhi minimum support, CID adalah customer-id, STime adalah waktu dari item yang pertama kali muncul pada Sequence, dan ETime adalah waktu dari item yang terakhir kali muncul pada pada Sequence. Selanjutnya, membuang semua large 2- sequence yang mempunyai support count kurang dari minimum support. Prosedurnya dalam kalimat SQL adalah sebagai berikut (Lin & Huang 2003): (1) DELETE * (2) FROM L 2 (3) WHERE Sequence NOT IN (SELECT Sequence FROM L 2 GROUP BY Sequence HAVING COUNT(*) the minimum support) 3. Mengkonstruksi IRG (Item Relation Graph) IRG (Item Relation Graph) merupakan suatu graf yang menggambarkan hubungan relasi antar item. Node pada IRG adalah item yang muncul pada 2-sequence di dalam tabel L 2. Jenis edge pada IRG merepresentasikan hubungan (relationship) di antara item. Terdapat 2 jenis edge pada IRG. Jenis pertama, jika 2-sequence adalah <(A)(B)>, maka akan digambarkan seperti A B. Jenis kedua, jika 2- sequence adalah <(AB)>, maka akan digambarkan seperti A-->B. Edge akan diberi label (CID, STime, ETime). IRG untuk sequence <(AB)>, <(A)(C)>, dan <(B)(C)> dapat dilihat pada Gambar 4. Sequence CID STime ETime Gambar 3 Struktur L 2. Pada tahap ini, batasan waktu juga akan diperiksa dengan memangkas sequence yang mempunyai interval waktu yang lama. Prosedur pembuatan L 2 dalam bentuk kalimat SQL (Structured Query Language) adalah sebagai berikut (Lin & Huang 2003): (1) INSERT INTO L 2 (2) SELECT (p.item, q.item), p.cid, p.time, q.time /* <(AB)> */ (3) FROM L 1 p, L 1 q (4) WHERE p.cid = q.cid AND p.time = q.time AND p.item < q.item /* sort the items at the same time */ (5) UNION (6) SELECT ((p.item), (q.item)), p.cid, p.time, q.time /* <(A)(B)> */ (7) FROM L 1 p, L 1 q (8) WHERE p.cid = q.cid AND p.time < q.time AND (min-interval q.time p.time max-interval) /* time constraints check */ Gambar 4 IRG untuk sequence <(AB)>, <(A)(C)>, dan <(B)(C)>. 4. Menelusuri IRG untuk mencari large sequence Untuk setiap vertex (node) dalam IRG, akan dibentuk semua large sequence di mana rootnya dimulai dari vertex tersebut. Jadi, setiap path adalah large n-sequence jika n vertex telah sukses dikunjungi. Contoh penerapan algoritma GST untuk 24 record data transaksi dengan minimum support 40% dapat dilihat pada Lampiran 1. METODE PENELITIAN Data yang akan di-mining pada penelitian ini adalah data transaksi peminjaman (sirkulasi) buku di Perpustakaan IPB. Data tersebut diperoleh dalam format CDS/ISIS (circ.mst) yang terdiri atas 57.839 record dan 14 field. 4

Deskripsi field data transaksi peminjaman buku di Perpustakaan IPB dapat dilihat pada Lampiran 2. Sebelum di-mining, data harus melewati tahap praproses (preprocessing) terlebih dahulu yang meliputi integrasi data, transformasi data, seleksi data, dan pembersihan data. Hal ini dilakukan agar data benar-benar lengkap, valid, dan sesuai dengan input yang dibutuhkan oleh algoritma. Proses Dasar Sistem Proses dasar sistem mengacu pada proses dalam Knowledge Discovery in Database (KDD) yang meliputi: 1. Integrasi data Merupakan tahap di mana koleksi data yang berasal dari berbagai sumber digabungkan. Pada penelitian ini, integrasi data tidak akan dilakukan karena data hanya berasal dari satu sumber, yaitu Perpustakaan IPB. 2. Transformasi data Merupakan tahap untuk mengubah koleksi data ke dalam format yang sesuai agar dapat dimining. Koleksi data tersebut dikonversi dari format CDS/ISIS (circ.mst) menjadi format Paradox (C1.db). 3. Seleksi data Merupakan tahap untuk memutuskan data mana yang akan digunakan pada tahap data mining. Melalui tahap ini, diharapkan data yang terpilih akan dapat memberikan hasil informasi atau pengetahuan pola sekuensial yang berguna. Selain itu, tahap seleksi data juga akan memilih field atau atribut data yang dibutuhkan sebagai input untuk algoritma yang digunakan pada tahap data mining. 4. Pembersihan data Merupakan tahap untuk membersihkan data yang mengandung noise, data yang mempunyai nilai kosong, dan data yang tidak konsisten untuk dibuang dari koleksi data. Data tersebut dibuang dan tidak diikutkan pada tahap selanjutnya. Dari tahap ini akan dihasilkan koleksi data yang lengkap dan valid. 5. Data mining Merupakan tahap yang paling utama karena koleksi data yang telah diolah pada tahap sebelumnya akan di-mining menggunakan metode sequential pattern mining dengan menerapkan algoritma GST (Graph Search Techniques). Dalam tahap ini, prosedur yang telah ditetapkan pada algoritma GST diaplikasikan untuk mendapatkan semua kemungkinan large sequence. 6. Evaluasi pola Merupakan tahap untuk mendapatkan pola sekuensial, yaitu mencari large sequence yang maksimal dari semua large sequence yang diperoleh setelah proses mining selesai. 7. Presentasi pengetahuan Pola sekuensial yang telah ditemukan kemudian direpresentasikan kepada pengguna agar mudah dipahami dan dinterpretasikan. Teknik yang digunakan untuk merepresentasikan pola sekuensial adalah dalam bentuk aturan logika. Spesifikasi Implementasi Sistem Implementasi sistem menggunakan komputer personal yang memiliki perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut: Perangkat keras: 1. Processor Intel Pentium Mobile 740 (1,7 GHz) Centrino. 2. Memori 768 MB DDR II. 3. Harddisk 60 GB. 4. Monitor 12 XGA dengan resolusi 1024 768 pixel. 5. Mouse dan keyboard. Perangkat lunak: 1. Microsoft Windows XP Professional sebagai sistem operasi. 2. Microsoft Excel 2003 sebagai lembar kerja (worksheet) dalam pengolahan data. 3. Microsoft Access 2003 sebagai data converter ke format Paradox. 4. Borland C++Builder 6 sebagai editor pemrograman. 5. CDS/ISIS for Windows sebagai data converter ke format text. 6. Paradox 7 sebagai sistem manajemen basis data (DBMS). HASIL DAN PEMBAHASAN Transformasi Data Untuk dapat di-mining, koleksi data yang diperoleh dalam format CDS/ISIS (circ.mst) dikonversi ke dalam format Paradox (C1.db). Urutan konversi data dari format CDS/ISIS menjadi format Paradox dapat dilihat pada Gambar 5. Alasan penggunaan Paradox sebagai DBMS adalah kesederhanaan dan kemudahan konfigurasi ketika diintegrasikan dengan Borland C++Builder bila dibandingkan dengan penggunaan Microsoft Access sebagai DBMS. Tahap seleksi data dan pembersihan data juga dilakukan bersama pada tahap transformasi data. Hasil yang diperoleh dari tahap ini adalah 5

sebuah basis data dalam format Paradox yang terdiri dari satu tabel, yaitu tabel C 1. Gambar 5 Urutan konversi data. Seleksi Data Koleksi data transaksi peminjaman buku yang tersedia kemudian diseleksi untuk mendapatkan data yang akan di-mining. Prosedur yang dilakukan pada tahap seleksi data adalah: 1. Memilih tiga field dari 14 field yang tersedia. Prosedur ini diimplemetasikan ketika data akan dikonversi dari format CDS/ISIS ke format text. Input data yang dibutuhkan oleh algoritma Graph Search Techniques (GST) hanya tiga field, yaitu field nomor identitas peminjam, field kelas buku yang dipinjam, dan field tanggal peminjaman. Field kelas buku memiliki tiga sub-field, yaitu kelas buku K, kelas buku L, dan kelas buku M. Ketiga subfield ini menunjukkan tingkatan kelas buku berdasarkan klasifikasi UDC (Universal Decimal Codes). 2. Memilih data transaksi yang terjadi pada periode 1 September 2005 sampai dengan 29 Maret 2006. Data transaksi yang sudah dalam format text kemudian dikonversi menjadi format Microsoft Excel. Hasil konversi ini menghasilkan data transaksi peminjaman buku dengan lima field, yaitu field nomor identitas peminjam, field kelas buku K, field kelas buku L, field kelas buku M, dan field tanggal peminjaman. Dari 57.839 record, diambil sebanyak 54.904 record yang berada pada periode transaksi 1 September 2005 sampai dengan 29 Maret 2006. Pemilihan ini didasarkan melalui pengamatan bahwa record data transaksi yang terjadi di luar periode tersebut banyak yang hilang ketika proses backup yang dilakukan oleh petugas Perpustakaan IPB. 3. Memilih data transaksi yang dilakukan oleh mahasiswa Strata 1 (S1) tahun masuk 2003. Pada tahap ini, dipilih nomor identitas peminjam yang berupa xx4x03xxx. Angka 4 pada digit ketiga menunjukkan S1, sedangkan angka 03 pada digit kelima dan keenam menunjukkan tahun masuk ke IPB, yaitu 2003. Dari 54.904 record, diambil sebanyak 11.472 record yang merupakan record transaksi peminjaman buku yang dilakukan oleh mahasiswa S1 tahun masuk 2003. 4. Memilih kelas buku M untuk dijadikan item. Kelas buku M merupakan tingkatan kelas buku yang ketiga berdasarkan klasifikasi UDC. Pemilihan ini dilakukan karena kelas buku M memiliki jenis yang lebih banyak daripada kelas buku K dan kelas buku L, sehingga kombinasi dari item yang dipinjam menjadi lebih beragam. Kemudian mengganti nilai field pada kelas buku M agar bertipe numerik, misalnya nilai mkls=639 diganti menjadi 639. Hasil yang diperoleh adalah data transaksi dengan tiga field, yaitu field kelas buku M, field nomor identitas peminjam, dan field tanggal peminjaman. Kemudian nama field tersebut diganti, kelas buku M diganti menjadi Item, nomor identitas peminjam diganti menjadi CID, dan tanggal peminjaman diganti menjadi Time. Pembersihan Data Data transaksi yang telah diseleksi kemudian dibersihkan untuk membuang record yang mempunyai nilai invalid. Dari pengamatan diperoleh: 1. 488 record yang mempunyai nilai invalid dan nilai NULL pada field Item. 2. 344 record yang mempunyai nilai invalid pada field CID. Selanjutnya seluruh record tersebut (sebanyak 832 record) dibuang agar tidak ikut pada tahap selanjutnya, sehingga jumlah record yang tersisa sebanyak 10.640 record. Untuk menghindari adanya record yang sama, maka dilakukan query terhadap data transaksi peminjaman buku untuk mengambil satu record saja terhadap beberapa record yang sama. Dari 10.640 record, tersisa sebanyak 7.799 record yang berbeda dengan komposisi 179 jenis Item, 1.037 jenis CID, dan 127 jenis Time. Data yang tersisa sebanyak 7.799 record ini merupakan data yang sudah valid dan sesuai dengan input yang dibutuhkan algoritma GST. Deskripsi field data transaksi peminjaman buku yang sudah melewati tahap praproses dapat dilihat pada Lampiran 3, sedangkan beberapa contoh record-nya dapat dilihat pada Lampiran 4. Data transaksi tersebut kemudian dikonversi dari format Microsoft Excel menjadi format 6

Microsoft Access, untuk selanjutnya dikonversi menjadi format Paradox. Data Mining Pada tahap ini, metode sequential pattern mining diterapkan untuk membentuk semua kemungkinan large sequence dengan menggunakan algoritma GST. Ketika tahap keempat dari algoritma GST dilakukan, pemilihan root dimulai dari node (vertex) yang mempunyai nilai item terkecil dan large n- sequence yang terbentuk merupakan hasil penelusuran hingga ditemui node terakhir yang tidak mempunyai arc (edge berarah) yang keluar dari node tersebut. Percobaan dilakukan pada data transaksi peminjaman buku yang telah melewati tahap praproses (7.799 record) dengan minimum support dari 3% sampai 30%, sehingga jumlah iterasi yang terjadi sebanyak 28 kali. Time constraint yang digunakan adalah 6 bulan, 4 bulan, 2 bulan, dan 20 hari. Pada penelitian ini, diasumsikan bahwa jumlah hari dalam 1 bulan sama dengan 30 hari. a. Pembentukan large sequence dengan time constraint 6 bulan Time constraint 6 bulan menunjukkan bahwa selang waktu maksimal antar transaksi peminjaman buku yang dilakukan oleh seorang mahasiswa adalah 6 bulan (180 hari). Data hasil percobaan dengan time constraint 6 bulan dapat dilihat pada Lampiran 5, sedangkan grafik yang menunjukkan jumlah large sequence yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 6. Jumlah Large Sequence (buah) 24 20 16 12 8 4 0 Time Constraint 6 bulan 0 4 8 12 16 20 24 28 32 Minimum Support (%) Gambar 6 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk dengan time constraint 6 bulan. Dari grafik pada Gambar 6, jumlah maksimal large sequence yang terbentuk adalah 16 buah pada posisi minimum support 9%. Sedangkan nilai minimum support tertinggi hingga masih terdapat large sequence yang terbentuk adalah 30% dengan jumlah large sequence sebanyak 1 buah. Pada beberapa nilai minimum support yang digunakan pada saat percobaan, ternyata large sequence tidak terbentuk. Hal ini disebabkan oleh tidak ada 2-sequence pada tabel L 2 atau terjadi cycle pada IRG (Item Relation Graph). Tidak terbentuknya 2-sequence pada tabel L 2 disebabkan oleh semua 2-sequence hasil penggabungan dari kombinasi 1-sequence mempunyai support count kurang dari minimum support atau selang waktu antar transaksi peminjaman melebihi time constraint yang ditetapkan. Cycle pada IRG terjadi karena hanya sedikit kombinasi item (jenis buku) yang dipinjam oleh mahasiswa, sehingga jenis buku yang telah dipinjam pada transaksi sebelumnya seringkali dipinjam kembali. Hal ini wajar terjadi karena peminjaman buku di perpustakaan mempunyai batas waktu, sehingga jika waktu peminjaman sudah habis, mahasiswa dimungkinkan akan memperpanjang status peminjaman atau meminjam kembali pada waktu dan transaksi yang berbeda. Tabel 1 Daftar nilai minimum support di mana tidak terbentuk large sequence pada time constraint 6 bulan No Minimum Support Keterangan 1 3% terjadi cycle 2 5% terjadi cycle 3 6% terjadi cycle 4 10% terjadi cycle 5 11% terjadi cycle 6 12% terjadi cycle 7 13% terjadi cycle 8 14% terjadi cycle 9 15% terjadi cycle 10 16% terjadi cycle 11 17% terjadi cycle 12 18% terjadi cycle 13 26% terjadi cycle Berdasarkan Tabel 1, large sequence tidak terbentuk pada 13 nilai minimum support yang digunakan pada saat percobaan. Hal ini disebabkan oleh cycle yang terjadi pada IRG. Rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 5. Dengan menggunakan time constraint 6 bulan, ternyata maksimal item yang dapat dibentuk pada sebuah sequence adalah 6 buah (6-sequence). Hal ini menunjukkan bahwa 7

terdapat paling banyak enam jenis buku yang pernah dipinjam mahasiswa secara sekuensial dalam selang waktu antar transaksi peminjaman paling lama 6 bulan (180 hari). Contoh 6- sequence yang terbentuk adalah <(632)(631)(519)(658)(665)(639)>, sedangkan contoh IRG yang membentuk large sequence <(631)(633)> pada nilai minimum support 30% dapat dilihat pada Gambar 7. Gambar 7 IRG yang membentuk large sequence <(631)(633)> pada nilai minimum support 30%. b. Pembentukan large sequence dengan time constraint 4 bulan Data hasil percobaan dengan time constraint 4 bulan dapat dilihat pada Lampiran 6, sedangkan grafik yang menunjukkan jumlah large sequence yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 8. Dari grafik pada Gambar 8, jumlah maksimal large sequence yang terbentuk adalah 8 buah pada posisi minimum support 4%. Sedangkan nilai minimum support tertinggi hingga masih terdapat large sequence yang terbentuk adalah 18% dengan jumlah large sequence sebanyak 1 buah. Jumlah Large Sequence (buah) 24 20 16 12 8 4 0 Time Constraint 4 bulan 0 4 8 12 16 20 24 28 32 Minimum Support (%) Gambar 8 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk dengan time constraint 4 bulan. Berdasarkan Tabel 2, tabel L 2 kosong terjadi pada lima nilai minimum support, sedangkan cycle terjadi pada 19 nilai minimum support. Rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 6. Dengan menggunakan time constraint 4 bulan, ternyata maksimal item yang dapat dibentuk pada sebuah sequence adalah 5 (5-sequence). Contoh 5-sequence yang terbentuk adalah <(574)(551)(331)(301)(316)>, sedangkan contoh IRG yang membentuk large sequence <(519)(681)> dan <(636)(681)> pada nilai minimum support 17% dapat dilihat pada Gambar 9. Tabel 2 Daftar nilai minimum support di mana tidak terbentuk large sequence pada time constraint 4 bulan No Minimum Support Keterangan 1 3% terjadi cycle 2 5% terjadi cycle 3 7% terjadi cycle 4 8% terjadi cycle 5 9% terjadi cycle 6 10% terjadi cycle 7 11% terjadi cycle 8 12% terjadi cycle 9 13% terjadi cycle 10 14% terjadi cycle 11 15% terjadi cycle 12 16% terjadi cycle 13 19% terjadi cycle 14 20% terjadi cycle 15 21% terjadi cycle 16 22% terjadi cycle 17 23% terjadi cycle 18 24% terjadi cycle 19 25% terjadi cycle 20 26% tabel L 2 kosong 21 27% tabel L 2 kosong 22 28% tabel L 2 kosong 23 29% tabel L 2 kosong 24 30% tabel L 2 kosong Gambar 9 IRG yang membentuk large sequence <(519)(681)> dan <(636)(681)> pada nilai minimum support 17%. 8

c. Pembentukan large sequence dengan time constraint 2 bulan Data hasil percobaan dengan time constraint 2 bulan dapat dilihat pada Lampiran 7, sedangkan grafik yang menunjukkan jumlah large sequence yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 10. Jumlah Large Sequence (buah) 24 20 16 12 8 4 0 Time Constraint 2 bulan 0 4 8 12 16 20 24 28 32 Minimum Support (%) Gambar 10 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk dengan time constraint 2 bulan. Tabel 3 Daftar nilai minimum support di mana tidak terbentuk large sequence pada time constraint 2 bulan No Minimum Support Keterangan 1 3% terjadi cycle 2 4% terjadi cycle 3 5% terjadi cycle 4 6% terjadi cycle 5 7% terjadi cycle 6 8% terjadi cycle 7 14% terjadi cycle 8 15% terjadi cycle 9 16% terjadi cycle 10 17% terjadi cycle 11 18% terjadi cycle 12 19% terjadi cycle 13 20% terjadi cycle 14 21% terjadi cycle 15 22% terjadi cycle 16 23% terjadi cycle 17 24% terjadi cycle 18 25% terjadi cycle 19 26% terjadi cycle 20 27% tabel L 2 kosong 21 28% tabel L 2 kosong 22 29% tabel L 2 kosong 23 30% tabel L 2 kosong Dari grafik pada Gambar 10, jumlah maksimal large sequence yang terbentuk adalah 22 buah pada posisi minimum support 4%. Sedangkan nilai minimum support tertinggi hingga masih terdapat large sequence yang terbentuk adalah 13% dengan jumlah large sequence sebanyak 1 buah. Berdasarkan Tabel 3, tabel L 2 kosong terjadi pada empat nilai minimum support, sedangkan cycle terjadi pada 19 nilai minimum support. Rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7. Dengan menggunakan time constraint 2 bulan, ternyata maksimal item yang dapat dibentuk pada sebuah sequence adalah 8 (8-sequence). Contoh 8-sequence yang terbentuk adalah <(665)(681)(519)(633)(630) (331)(301)(316)>, sedangkan contoh IRG yang mengakibatkan tidak terbentuknya large sequence pada nilai minimum support 16% dapat dilihat pada Gambar 11. Gambar 11 IRG di mana tidak terbentuk large sequence pada nilai minimum support 16%. d. Pembentukan large sequence dengan time constraint 20 hari Data hasil percobaan dengan time constraint 20 hari dapat dilihat pada Lampiran 8, sedangkan grafik yang menunjukkan jumlah large sequence yang terbentuk dapat dilihat pada Gambar 12. Jumlah Large Sequence (buah) 24 20 16 12 8 4 0 Time Constraint 20 hari 0 4 8 12 16 20 24 28 32 Minimum Support (%) Gambar 12 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk dengan time constraint 20 hari. 9

Dari grafik pada Gambar 12, jumlah maksimal large sequence yang terbentuk adalah 1 buah pada posisi minimum support 3%, 13%, 14%, 18%, dan 19%. Sedangkan nilai minimum support tertinggi hingga masih terdapat large sequence yang terbentuk adalah 19% dengan jumlah large sequence sebanyak 1 buah. Berdasarkan Tabel 4, tabel L 2 kosong terjadi pada sebelas nilai minimum support, sedangkan cycle terjadi pada 12 nilai minimum support. Rincian lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Tabel 4 Daftar nilai minimum support di mana tidak terbentuk large sequence pada time constraint 20 hari No Minimum Support Keterangan 1 4% terjadi cycle 2 5% terjadi cycle 3 6% terjadi cycle 4 7% terjadi cycle 5 8% terjadi cycle 6 9% terjadi cycle 7 10% terjadi cycle 8 11% terjadi cycle 9 12% terjadi cycle 10 15% terjadi cycle 11 16% terjadi cycle 12 17% terjadi cycle 13 20% tabel L 2 kosong 14 21% tabel L 2 kosong 15 22% tabel L 2 kosong 16 23% tabel L 2 kosong 17 24% tabel L 2 kosong 18 25% tabel L 2 kosong 19 26% tabel L 2 kosong 20 27% tabel L 2 kosong 21 28% tabel L 2 kosong 22 29% tabel L 2 kosong 23 30% tabel L 2 kosong Dengan menggunakan time constraint 20 hari, ternyata maksimal item yang dapat dibentuk pada sebuah sequence adalah 2 (2- sequence). Contoh 2-sequence yang terbentuk adalah <(519)(658)>, sedangkan contoh IRG yang membentuk large sequence <(630)(551)> pada nilai minimum support 14% dapat dilihat pada Gambar 13. Gambar 13 IRG yang membentuk large sequence <(630)(551)> pada nilai minimum support 14%. Berdasarkan ringkasan hasil percobaan yang terdapat pada Tabel 5, diperoleh informasi sebagai berikut: Jumlah maksimal large sequence yang terbentuk adalah 22 buah yang terjadi pada minimum support 4% dan time constraint 2 bulan. Nilai minimum support 3%, 4%, 9%, 13%, 14%, 18% dan 19% memiliki jumlah large sequence yang maksimal pada masingmasing time constraint yang ditetapkan. Hal ini menunjukkan bahwa pada minimum support tersebut, jumlah cycle yang terjadi pada IRG lebih sedikit dibandingkan dengan penggunaan nilai minimum support yang lain pada time constraint yang sama. Nilai minimum support tertinggi hingga masih terbentuk large sequence adalah 30% pada time constraint 6 bulan dengan jumlah large sequence yang terbentuk sebanyak 1 buah. Hal ini menunjukkan bahwa untuk penggunaan minimum support di atas 30% tidak akan dihasilkan large sequence untuk sembarang time constraint yang ditetapkan. Tabel 5 Ringkasan hasil percobaan Large Sequence Minimum Support Maksimal Time Constraint Jumlah Nilai Jumlah Large Item pada Minimum Support Maksimal Tertinggi Sequence Sequence 6 bulan 16 buah 9% 30% 1 buah 6-sequence 4 bulan 8 buah 4% 18% 1 buah 5-sequence 2 bulan 22 buah 4% 13% 1 buah 8-sequence 20 hari 1 buah 3%,13%,14%,18%,19% 19% 1 buah 2-sequence 10

Jumlah maksimal item yang terbentuk pada sebuah sequence adalah 8 buah (8- sequence). Hal ini menunjukkan bahwa jumlah peminjaman item (jenis buku) yang dilakukan oleh mahasiswa adalah paling banyak 8 item. Jumlah Large Sequence (buah) 24 20 16 12 8 4 Hasil Percobaan 0 0 4 8 12 16 20 24 28 32 Minimum Support (%) 6 bulan 4 bulan 2 bulan 20 hari Gambar 14 Grafik jumlah large sequence yang terbentuk untuk seluruh time constraint. Dari grafik pada Gambar 14 yang menunjukkan perbandingan jumlah large sequence yang terbentuk untuk berbagai minimum support pada seluruh time constraint, diperoleh informasi bahwa ternyata nilai time constraint tidak mempengaruhi jumlah large sequence yang terbentuk. Variasi jumlah large sequence yang terbentuk lebih dipengaruhi oleh variasi penggunaan nilai minimum support. Waktu eksekusi yang diperlukan untuk membentuk large sequence sangat dipengaruhi oleh minimum support dan time constraint yang digunakan. Perbandingan waktu eksekusi yang diperlukan untuk membentuk large sequence dari seluruh percobaan yang telah dilakukan dapat dilihat pada Gambar 15. Waktu Eksekusi (detik) 240 210 180 150 120 90 60 30 Perbandingan Waktu Eksekusi 0 0 4 8 12 16 20 24 28 32 Minimum Support (%) 6 bulan 4 bulan 2 bulan 20 hari Gambar 15 Grafik perbandingan waktu yang dibutuhkan untuk membentuk large sequence. Menurut grafik pada Gambar 15, semakin tinggi nilai minimum support yang digunakan, maka semakin cepat waktu yang diperlukan untuk membentuk large sequence. Hal ini dikarenakan semakin sedikit sequence yang mendukung terbentuknya large sequence sehingga proses pembentukan large sequence semakin cepat. Jumlah sequence yang sedikit diakibatkan oleh banyaknya sequence yang support count-nya tidak memenuhi nilai minimum support yang digunakan. Akan tetapi, semakin lama time constraint yang digunakan, maka semakin lama waktu yang diperlukan untuk membentuk large sequence pada penggunaan minimum support yang sama. Hal ini dikarenakan semakin banyak sequence yang mendukung terbentuknya large sequence sehingga proses pembentukan large sequence semakin lama. Jumlah sequence yang banyak diakibatkan oleh banyaknya sequence yang selisih waktu antar transaksinya memenuhi time constraint yang digunakan. Evaluasi Pola Seluruh large sequence yang dihasilkan pada tahap data mining kemudian dievaluasi untuk mendapatkan pola sekuensial. Evaluasi dilakukan dengan mencari large sequence yang maksimal dari seluruh large sequence yang ada. Suatu sequence dikatakan maksimal jika sequence tersebut tidak termuat pada sequence lainnya. Pola sekuensial yang merupakan hasil evaluasi pola yang dilakukan terhadap seluruh large sequence yang terbentuk dari hasil percobaan pada tahap data mining dapat dilihat pada Lampiran 9 sampai Lampiran 12. Dari seluruh pola sekuensial yang terbentuk, diambil pola sekuensial yang mempunyai minimum support tertinggi dari setiap jenis polanya. Hal ini berarti bahwa dari beberapa pola sekuensial yang sama, diambil satu pola sekuensial saja yang terjadi pada nilai minimum support tertinggi. Setiap pola sekuensial yang terjadi pada minimum support yang tinggi merupakan pola yang menarik. Daftar pola sekuensial yang menarik dari seluruh percobaan yang telah dilakukan terhadap data transaksi peminjaman buku di Pepustakaan IPB dapat dilihat pada Tabel 6. Dari daftar pola sekuensial yang terdapat pada Tabel 6, diperoleh informasi sebagai berikut: Semakin tinggi nilai minimum support, maka jumlah item yang membentuk pola sekuensial cenderung semakin sedikit. Nilai minimum support yang menghasilkan sequence dengan item terbanyak adalah 4% dengan jumlah item yang terbentuk adalah 8 (8-sequence). 11

Transaksi peminjaman buku yang dilakukan oleh mahasiswa S1 tahun masuk 2003 sebagian besar terjadi dalam skala kecil dengan sedikit jumlah item yang dipinjam. Tabel 6 Daftar pola sekuensial yang menarik Minimum Pola Sekuensial Support Tertinggi <(631)(633)> 30% <(519)(658)> 25% <(633)(636)> 25% <(519)(681)> 19% <(636)(681)> 19% <(632)(631)> 18% <(630)(551)> 14% <(634)(633)> 13% <(632)(631)(519)(658)(338)> 9% <(632)(631)(519)(658)(665)(639)> 9% <(633)(631)(519)(658)(338)> 9% <(633)(631)(519)(658)(665)(639)> 9% <(635)(631)(519)(658)(338)> 9% <(635)(631)(519)(658)(665)(639)> 9% <(664)(613)> 9% <(681)(519)(658)(338)> 9% <(681)(519)(658)(665)(639)> 9% <(658)(338)> 8% <(658)(665)(639)> 8% <(664)(613)> 8% <(330)(338)> 8% <(665)(639)> 7% <(615)(613)> 6% <(633)(519)(334)> 4% <(665)(519)(338)> 4% <(681)(519)(334)> 4% <(556)(551)(331)(301)(316)> 4% <(574)(551)(331)(301)(316)> 4% <(633)(630)(331)(301)(316)> 4% <(634)(630)(331)(301)(316)> 4% <(556)(551)(331)(338)(330)> 4% <(574)(551)(331)(338)(330)> 4% <(634)(630)(331)(338)(330)> 4% <(665)(681)(519)(633)(630)(331) (301)(316)> 4% <(665)(681)(519)(633)(630)(331) (338)(330)> 4% <(338)(330)> 3% Presentasi Pengetahuan Presentasi pengetahuan dari pola sekuensial yang diperoleh sangat diperlukan agar pola yang ada mudah untuk dipahami dan diinterpretasikan. Hasil presentasi pengetahuan yang dihasilkan adalah dalam bentuk aturan logika, diharapkan dapat diperoleh pengetahuan yang berharga dari koleksi data yang telah dimining. Pada penelitian ini, presentasi pengetahuan hanya dilakukan pada pola sekuensial yang terjadi dengan nilai minimum support 30% dan pada pola sekuensial yang memiliki jumlah item terbanyak (8-sequence). Pola sekuensial yang terjadi pada minimum support 30% adalah <(631)(633)> dengan time constraint 6 bulan. Pola sekuensial tersebut mempunyai arti bahwa sedikitnya sekitar 312 transaksi dilakukan oleh mahasiswa S1 tahun masuk 2003 untuk meminjam buku pada kelas 631 (teknik pertanian) terlebih dahulu kemudian diikuti meminjam buku pada kelas 633 (tanaman ladang dan perkebunan) pada waktu transaksi yang berbeda dalam selang waktu maksimal 6 bulan (180 hari). Distribusi departemen dari mahasiswa yang meminjam buku dengan pola sekuensial <(631)(633)> dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Distribusi departemen dari mahasiswa yang meminjam buku dengan pola sekuensial <(631)(633)> No Kode Nama Jumlah CID Departemen Transaksi 1 A141 Manajemen Agribisnis 1 buah 2 A143 Ekonomi Pertanian dan 6 buah Sumberdaya 3 A241 Ilmu Tanah 2 buah 4 A341 Agronomi 26 buah 5 A343 Hortikultura 12 buah 6 A344 Pemuliaan Tanaman dan 209 buah Teknologi Benih 7 A441 Hama dan Penyakit 53 buah Tumbuhan 8 A541 Gizi Masyarakat dan Sumberdaya 1 buah Keluarga 9 F341 Teknologi Industri 1 buah Pertanian 10 G241 Meteorologi 14 buah 11 G541 Matematika 2 buah Berdasarkan distribusi departemen dari mahasiswa yang meminjam buku dengan pola sekuensial <(631)(633)> pada Tabel 7, diperoleh informasi sebagai berikut: Mahasiswa yang meminjam buku dengan pola sekuensial <(631)(633)> berasal dari sebelas departemen yang mayoritas berada pada Fakultas Pertanian. 12