Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia Simposium Nasional dan Kongres X Jakarta, 12 14 November 2008 Makalah Profesional IATMI 08-027 STUDI LABORATORIUM UNTUK REAKTIVASI LAPANGAN-X DENGAN INJEKSI KIMIA Oleh : Hestuti Eni, Suwartiningsih, Sugihardjo PPPTMGB LEMIGAS Jl. Ciledug Raya, Kav. 109, Cipulir - Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230 Telp. (021)7394422-Ext.1431, Fax. (021)7222978 e-mail : hestuti@lemigas.esdm.go.id Abstrak Studi laboratorium untuk penentuan rancangan fluida injeksi kimia diperlukan sebelum implementasinya di lapangan minyak. Untuk mereaktivasi suatu lapangan minyak tua (lapangan-x) telah dilakukan serangkaian studi yang meliputi beberapa tahap pekerjaan, seperti screening surfaktan, screening polimer, pencampuran surfaktan-polimer dan core flooding. Screening surfaktan dilakukan untuk memastikan kandidat surfaktan yang digunakan cocok (compatible) dengan air formasi. Dalam penelitian ini, screening dilakukan terhadap 4 jenis surfaktan, yaitu, S-F2, S-A1,. Pada masing-masing surfaktan dilakukan serangkaian uji dengan perlakuan sama. Rangkaian uji tersebut adalah uji kompatibilitas, pengukuran IFT (interfacial tension), uji kestabilan terhadap panas, uji filtrasi dan uji adsorpsi. Dari keempat jenis surfaktan, diambil 2 jenis surfaktan yang terbaik untuk dilakukan uji pencampuran dengan polimer. Screening polimer dilakukan terhadap 3 jenis polimer, yaitu, dan. Polimer diperlukan untuk memperbaiki mobilitas rasio selama pendesakan. Adapun jenis-jenis uji yang dilakukan adalah uji rheologi, uji kestabilan terhadap panas, uji filtrasi dan uji adsorpsi. Selain screening polimer, pada ketiga jenis polimer juga dilakukan serangkaian uji laboratorium setelah dicampur dengan 2 jenis surfaktan terbaik yang telah dilakukan pada uji sebelumnya. Dari hasil screening terhadap surfaktan dan polimer, campuran surfaktan dan polimer menunjukkan performa terbaik. Oleh karena itu, core flooding dilakukan menggunakan campuran keduanya. Recovery minyak hasil core flooding menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan, hampir mencapai 25% OOIP. Kata kunci : kompatibilitas, IFT, thermal stability, filtrasi, rheologi, injeksi (core flooding) Pendahuluan Meningkatnya kebutuhan terhadap energi, melambungnya harga minyak mentah mencapai US$100 per barrel dan banyaknya lapanganlapangan minyak tua di Indonesia, menjadi alasan utama mengapa peningkatan pengurasan minyak tahap lanjut (EOR) sangat perlu untuk dilakukan. Selain itu, adanya peraturan dari pemerintah melalui Peraturan Menteri ESDM No. 1 tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan minyak bumi pada sumur tua, dan kebijakan pemerintah yang terdapat pada Pedoman dan Pola Tetap Pengembangan Industri Minyak dan Gas Bumi Nasional 2005-2020 tentang adanya paket insentif untuk pengembangan lapangan marjinal dan lapangan minyak tua (brownfield), IATMI 08-027 2
menjadi faktor pendorong diaplikasinya EOR di Indonesia. Ada beberapa teknologi pengurasan tahap lanjut (EOR) yang sudah dikembangkan para peneliti, disamping penemuan-penemuan baru yang terus berlanjut seperti injeksi mikroba dan fibro-seismik yang masih terus dikembangkan. Beberapa teknologi pengurasan tahap lanjut yang sudah dikembangkan meliputi beberapa jenis, yaitu: injeksi gas, injeksi panas, injeksi kimia, dan beberapa kombinasi darinya seperti WAG (water alternating gas), foam dan sebagainya. Injeksi kimia merupakan teknologi EOR yang sangat menjanjikan, terutama pada lapanganlapangan dangkal yang tidak mungkin dilakukan injeksi gas CO2 atau N2 karena tekanan rekahnya yang rendah. Data-data lapangan membuktikan injeksi kimia sebagai cara efektif untuk me-recover minyak yang masih tersisa. Hasil evaluasi penelitian laboratorium secara mendetail juga mendukung kelayakan injeksi kimia. Apalagi, chemical yang digunakan sekarang ini terbukti mampu bekerja lebih efektif pada konsentrasi 10 kali lipat lebih rendah dibanding chemical hasil penemuan terdahulu. Tentu saja ini menjadi hal yang penting karena berarti chemical cost menjadi lebih rendah. Injeksi kimia dilakukan dengan menginjeksikan chemical seperti surfaktan, polimer dan alkali baik secara sendiri, gabungan atau berkelanjutan pada sumur-sumur tua yang diyakini masih mengandung minyak potensial. Material tersebut menyebabkan perubahan pada interaksi batuan dengan fluida dan meningkatkan recovery factor meningkat pada daerah kontak reservoir. Sebelum implementasi injeksi kimia dilaksanakan di lapangan, perlu dilakukan beberapa tahap studi laboratorium. Pada penelitian ini, chemical yang digunakan adalah gabungan surfaktan dan polimer. Oleh karena itu, tahapan studi yang dilakukan adalah screening surfaktan, screening polimer, pencampuran surfaktan dan polimer, dan yang terakhir dilakukan untuk mengetahui seberapa besar kinerja chemical yang digunakan adalah core flooding. Sampel fluida dan batuan berasal dari Lapangan-X dengan viskositas minyak 4,20 cp dan temperature reservoir 85 oc. SCREENING SURFAKTAN Surfaktan adalah senyawa organik yang dalam molekulnya memiliki sedikitnya satu gugus hidrofilik dan satu gugus hidrofobik dimana apabila ditambahkan ke suatu cairan pada konsentrasi rendah, dapat merubah karakteristik tegangan permukaan dan antarmuka cairan tersebut. Untuk meningkatkan recovery minyak secara optimum, sejumlah uji terhadap surfaktan dilakukan di laboratorium seperti uji kompatibilitas, uji pengukuran IFT, uji kestabilan terhadap panas, uji filtrasi dan uji adsorpsi sebelum implementasi injeksi surfaktan di lapangan. Screening dilakukan pada empat jenis surfaktan, yaitu :, S-F2, S-A1 dan S- A2. Uji Kompatibilitas Uji kompatibilitas merupakan uji screening paling awal untuk mengetahui apakah suatu jenis surfaktan compatible dengan air formasi dari reservoar tertentu. Keempat jenis surfaktan tersebut dilarutkan dalam air formasi dengan konsentrasi 0,1%, 0,2% dan 0,3%. Kemudian masing-masing larutan dimasukkan dalam tabung, dan dilakukan pengamatan tiap waktu tertentu. Hasil lengkap tertera pada Tabel 1. Pada larutan surfaktan sudah terlihat warna putih susu (milky color) dan sejak hari pertama dibuat. Ini mengindikasikan adanya presipitasi yang berarti tidak kompatibel dengan air formasi Pengamatan yang hampir sama juga terlihat pada surfaktan S-A1. Sedangkan larutan surfaktan S-F2 dan terlihat dari awal sampai akhir pengamatan. Gambar 1 menunjukkan hasil uji kompatibilitas surfaktan dan S-F2 hari ke-1. Uji Tegangan Antarmuka Tegangan antar muka antara minyak/air dengan mikroemulsi merupakan salah satu parameter utama dalam EOR. Pengukuran nilai tegangan antarmuka menggunakan alat Spinning Drop Tensiometer pada suhu sekitar 60oC. Indikasi dari kinerja surfaktan adalah menurunnya tegangan antarmuka minyak-air, semakin rendah semakin baik. Nilai IFT yang sekarang ini diyakini bagus agar surfaktan disebut layak untuk diinjeksikan adalah sekitar 10-3 Dyne/cm. Hasil pengukuran tegangan antarmuka untuk ketiga jenis surfaktan tertera pada Tabel 2. Berdasarkan seluruh hasil pengukuran tegangan antar muka menunjukkan surfaktan S- A2 dengan konsentrasi 0.3% mempunyai harga IFT yang paling kecil yaitu sebesar 3,46.10-3 Dyne/cm. IATMI 08-027 3
Uji Thermal Stability Uji thermal stability dilakukan untuk mengetahui ketahanan surfaktan terhadap panas. Surfaktan yang bagus, kinerjanya akan tetap stabil oleh pengaruh panas. Uji ini dilakukan dengan cara memasukkan larutan pada botol borosilikat yang tertutup rapat kemudian diletakkan pada oven pada temperatur reservoir, yaitu 85oC. Tiap waktu tertentu dilakukan pengamatan dan pengukuran IFT. Diharapkan hasil pengukuran IFT stabil yang berarti surfaktan tidak rusak oleh panas. Hasil pangamatan ditunjukkan pada Tabel 3 dan hasil pengukuran IFT pada Tabel 4. Sampai waktu 1 minggu, surfaktan S-F2 dan S- A2 menunjukkan performance yang bagus, dimana tidak terjadi perubahan signifikan yang menunjukkan tidak adanya kerusakan pada surfaktan secara kasat mata. Tapi pada minggu kedua, sudah mulai tampak adanya perubahan. Pada larutan surfaktan S-F2 terbentuk sedikit endapan. Keberadaan endapan sangat tidak diharapkan. Walaupun endapan ini jumlahnya sangat sedikit, tapi ini juga berpotensi menyumbat pori batuan jika dilakukan flooding. Sedangkan perubahan yang terjadi pada larutan surfaktan masih bisa ditoleran karena tidak menunjukkan adanya perubahan yang signifikan. Pada pengukuran IFT sebagai rangkaian uji thermal stability untuk semua jenis surfaktan terlihat bahwa surfaktan S-F2 dan lebih stabil dibanding yang lain. Namun demikian, seperti telah dijelaskan sebelumnya, bahwa nilai IFT yang dianggap bagus adalah pada kisaran 10-3 Dyne/cm. Jadi, surfaktan S-F2 dianggap kurang bagus. Uji Filtrasi Uji filtrasi dilakukan dengan melewatkan 500 ml larutan surfaktan melalui membran saring ukuran 0,22 mikron dengan diberi tekanan. Setiap 50 ml larutan surfaktan yang yang melewati kertas saring, dicatat waktunya. Kemudian dibuat grafik volume (ml) versus waktu (detik). Semua larutan surfaktan, kecuali S-F2 menunjukkan garis lurus (Gambar 2), yang berarti laju alir konstan yang mengindikasikan tidak adanya penyumbatan pada saat melewati membran saring. Hasil ini harus dipenuhi agar suatu jenis surfaktan dinyatakan layak untuk diinjeksikan ke dalam batuan. Uji Adsorpsi Ada 2 tipe uji adsorpsi, yaitu adsorpsi statik dan dinamik. Sebagaimana namanya, adsorpsi statik dilakukan pada keadaan statik/diam, sedangkan adsorpsi dinamik, sebaliknya, surfaktan diinjeksikan pada core. Kemudian diukur konsentrasinya. Jika konsentrasi setelah proses adsorpsi berkurang banyak, maka jelas akan sangat mengurangi kinerja surfaktan dalam menurunkan tegangan antarmuka minyak dan batuan.karena berarti chemical loss yang tinggi. Hasil uji adsorpsi baik statik maupun dinamik ditampilkan pada Tabel 5. Pada surfaktan S-F2 tidak dilakukan uji adsorpsi karena dari serangkaian uji sebelumnya, surfaktan ini menunjukkan performance yang kurang bagus. Surfaktan menunjukkan adsorpsi terkecil dibanding lainnya. Dari semua uji yang sudah dilakukan terhadap surfaktan, surfaktan dan dianggap lebih bagus dibanding lainnya dan pada keduanya akan dilakukan uji lebih lanjut dengan dicampur polimer. SCREENING POLIMER Selain surfaktan, polimer juga diperlukan untuk proses chemical flooding, yaitu sebagai fluida pendorong minyak untuk memperbaiki mobilitas rasio. Pada kajian ini, beberapa uji screening seperti rheologi polimer, uji thermal stability, uji filtrasi dan uji adsorpsi dilakukan terhadap 3 (tiga) jenis polimer, yaitu, dan P- MC. Rheologi Polimer Uji rheologi polimer bertujuan untuk menentukan konsentrasi polimer yang optimal untuk core flooding, yaitu konsentrasi dimana viskositas larutan polimer sedikit lebih tinggi di atas minyak, sehingga proses pendesakan minyak menjadi efektif. Injeksi larutan polimer sebagai salah satu metode EOR dimaksudkan untuk menghindari fingering yang kadang terjadi pada injeksi air. Fingering terjadi karena viskositas air sebagai fluida pendesak lebih rendah dibanding fluida minyak yang didesak. Efektifitas penyapuan dapat ditingkatkan dengan penambahan polimer ke dalam air injeksi agar mobilitas air injeksi mengecil. Pada ketiga jenis polimer dibuat larutan masingmasing dengan konsentrasi 800, 1000, 1500, dan 2500 ppm. Pengukuran viskositas dilakukan pada suhu reservoar, yaitu 85oC dan shear rate 7 s-1. Diasumsikan fluida dalam reservoir mengalir pada shear rate tersebut. Hasil pengukuran viskositas ditampilkan pada Tabel 6. Pertimbangan dalam menentukan IATMI 08-027 4
konsentrasi optimum polimer selain harus lebih tinggi dari viskositas minyak, juga harus diperhatikan cost dari polimer itu sendiri, yang tentunya semakin tinggi konsentrasi, semakin tinggi pula cost polimer. Uji Thermal Stability Salah satu faktor yang mempengaruhi efektivitas larutan polimer selama mengalir dalam media berpori adalah degradasi polimer, yaitu terputusnya rantai molekul polimer menjadi unit-unit yang lebih kecil. Ini merupakan fenomena kehilangan berat molekul polimer yang tentunya akan menyebabkan pengurangan viskositas. Salah satu jenis degradasi polimer adalah degradasi thermal yang disebabkan oleh suhu yang tinggi. Oleh sebab itu, dalam kajian ini, perlu dilakukan uji thermal stability. Uji ini dilakukan untuk mengetahui kestabilan viskositas larutan polimer, jika dipanaskan sampai pada suhu tertentu, dalam hal ini suhu reservoar. Untuk uji ini, diambil data harga viskositas polimer sebelum dan sesudah dipanaskan (Tabel 7). Terlihat bahwa polimer dan P- MC cukup stabil dengan penurunan viskositas sekitar 5%, yang berarti masih masuk dalam batas toleransi, yaitu 20%. Uji Filtrasi Penurunan harga permeabilitas batuan dapat terjadi selama uji core flooding dengan menggunakan larutan polimer. Untuk mengantisipasi kejadian tersebut, dilakukan uji filtrasi. Uji dilakukan dengan menggunakan kertas saring (membran) berukuran 3 mikron, yaitu dengan cara mencatat waktu yang diperlukan untuk melewatkan sejumlah fluida melalui kertas saring tersebut. Gambar 3 adalah plot volume terhadap waktu hasil uji filtrasi ketiga jenis polimer. Surfaktan P- MB membentuk garis melengkung yang mengindikasikan adanya penyumbatan pada kertas saring sehingga laju alir menjadi tidak konstan. Uji Adsorpsi Sebagaimana surfaktan, pada polimer juga dilakukan uji adsorpsi untuk mengetahui seberapa jauh chemical loss pada saat berinteraksi dengan batuan. Tentunya diharapkan hasilnya adalah serendah mungkin. Pada Tabel 8 terlihat bahwa adsorpsi yang terjadi pada polimer dan cukup rendah untuk kedua jenis batuan. PENCAMPURAN SURFAKTAN- POLIMER (SP) Untuk mengoptimalkan recovery minyak, polimer ditambahkan pada surfaktan. 2 jenis surfaktan yang lolos screening adalah dan. Pada keduanya akan dilakukan serangkaian uji dengan pencampuran dengan 3 jenis polimer. Surfaktan masing-masing dengan konsentrasi 0,3% dan polimer masing-masing 1000 ppm. Uji Kompatibilitas Hasil Uji kompatibilitas campuran surfaktanpolimer ( SP ) ditunjukkan pada Tabel 9. Pada pencampuran semua jenis polimer dengan surfaktan, terbentuk larutan milky (warna susu) dan terbentuk gumpalan di atas. Sedangkan pencampuran polimer dengan surfaktan menunjukkan warna dari hari pertama sampai pengamatan berakhir ( Gambar 4 ). Uji Tegangan Antarmuka Pada dasarnya, pencampuran dengan polimer tidak mempengaruhi hasil pengukuran IFT. Hasil menunjukkan hampir semua sistem mempunyai nilai IFT 10-3 Dyne/cm, kecuali laruran surfaktan dicampur dengan polimer (Tabel 10). Uji Rheologi Tabel 11 memperlihatkan viskositas larutan polimer setelah dicampur dengan surfaktan. Secara umum, viskositas polimer akan menurun setelah dicampur dengan surfaktan. Uji Thermal Stability Uji dilakukan dengan mengukur IFT dan viskositas secara berkala terhadap campuran surfaktan dan polimer yang dipanaskan pada suhu reservoir.selain itu, juga dilakukan pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada larutan (Tabel 12). Tabel 13 menunjukkan hasil pengukuran IFT sampai 2 bulan. Terlihat bahwa IFT cukup stabil terhadap panas. Sedangkan viskositas, untuk kedua jenis surfaktan dan polimer dan penurunannya relatif kecil, dibawah 10%, namun tidak demikian dengan polimer (Tabel 14). Gambar 5 adalah contoh larutan dalam uji thermal stability. Uji Filtrasi IATMI 08-027 5
Hasil uji filtrasi ditunjukkan pada Gambar 6. Hampir semuanya membentuk garis lurus, kecuali sampuran surfaktan dan yang cenderung melengkung. CORE FLOODING Dari semua uji screening, campuran surfaktan dan polimer menunjukkan performance terbaik, karenanya, campuran ini dipersiapkan untuk diinjeksikan pada batuan dengan konsentrasi surfaktan 0,3% dan polimer 1000 ppm sebagai slug utama. Selain itu, untuk lebih mengoptimalkan penyapuan, setelah slug utama juga diinjeksikan polimer 800 ppm. Pemilihan konsentrasi tersebut karena mempunyai viskositas relatif di atas slug utama sebagai fluida yang akan didorong. Uji core flood dilakukan pada native core dengan volume main slug 0,3 PV dan volume polimer pendorong 0,2 PV. Recovery factor dari minyak yang dihasilkan adalah sekitar 23.5%. Hasil secara lengkap ditunjukkan pada Gambar 7. KESIMPULAN Berdasarkan kajian yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan : 1. Dari 4 jenis surfaktan yang telah discreening, surfaktan dengan konsentrasi 0,3% menunjukkan performance terbaik pada hampir semua uji screening. 2. Campuran surfaktan 0,3% dan Polimer 1000 ppm menghasilkan IFT dan viskositas yang optimal, karenya terpilih sebagai slug utama untuk uji core flooding. 3. Untuk lebih mengoptimalkan penyapuan, setelah slug utama juga diinjeksikan polimer 800 ppm yang mempunyai viskositas relatif di atas slug utama sebagai fluida yang akan didorong 4. Recovery factor hasil core flooding dengan 0,3 PV slug utama dan 0,2 PV polimer pendorong menggunakan native core hampir mencapai 25%. DAFTAR PUSTAKA 1. www.migas.go.id 2. www.oil-chem.com 3. Don W.Green, G. Paul Willhite, Enhanced Oil Recovery SPE Textbook Series Vol.6, 1998 4. API RP 63, Recommended Practice for Evaluation of Polymer Used in EOR Operations 1st Edition, 1990 5. Laurier L. Schramm, Surfactants: Fundamentals And Applications In The Petroleum Industry, Cambridge University Press, Cambridge, UK, 2000 6. DR. Ezzat E. Gomma, Enhanced Oil Recovery : Microbiology, gas Injection, Chemical Injection, Thermal and Practical Aspects Diklat IATMI-IWPL Migas, 1995 7. Holm L.W., Robertson S.D.,: Improved Micellar-Polimer Flooding with High ph Chemicals, SPE 7583, Okt. 1978. IATMI 08-027 6
Jenis Surfaktan Konsentrasi Tabel 1. Hasil Uji Kompatibiltas Surfaktan 0.10% 0.20% 0.10% 0 1 7 14 30 60 S-F2 0.20% S-A1 0.10% 0.20% 0.10% 0.20% warna seperti kabut warna seperti kabut Hasil Pengamatan Hari ke- warna seperti kabut warna agak warna agak warna Tabel 2. Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka Surfaktan Surfaktan S-F2 S-A1 Konsentrasi IFT Dyne/cm 0,10% 1.14E-02 0,20% 9.91E-03 0,30% 8.75E-03 0,10% 1.45E-01 0,20% 1.31E-01 0,30% 1.75E-01 0,10% 3.45E-01 0,20% 7.31E-02 0,30% 4.75E-02 0,10% 7.96E-03 0,20% 6.31E-03 0,30% 3.46E-03 Surfaktan S-F2 S-A1 Table 3. Hasil Uji Ketahanan terhadap Panas pada Surfaktan Konsentrasi 0.10% 0 1 7 14 30 60 0.20% 0.10% 0.20%, sedikit endapan 0.10% sedikit 0.20% seperti kabut sedikit sedikit 0.10% 0.20% Hasil Pengamatan Hari kewarna agak coklat, warna agak coklat, warna agak coklat, warna agak coklat,, seperti kabut warna agak coklat,, sedikit endapan, seperti kabut warna agak coklat,, sedikit endapan, seperti kabut IATMI 08-027 7
Tabel 4. Hasil Pengukuran IFT pada Uji Ketahanan terhadap Panas Hasil Pengamatan IFT (Dyne/cm) Hari ke- Surfaktan Konsentrasi 1 7 14 30 60 S-F2 S-A1 0,10% 4.535E-02 2.822E-02 2.495E-03 1.150E-02 1.892E-02 0,20% 4.276E-03 1.531E-02 1.273E-02 1.427E-02 3.100E-02 0,30% 6.391E-03 6.167E-03 7.876E-03 1.876E-01 7.765E-01 0,10% 2.052E-01 4.247E-01 4.452E-01 1.905E-01 4.206E-01 0,20% 2.144E-01 2.767E-01 3.033E-01 3.156E-01 3.532E-01 0,30% 3.894E-01 2.783E-01 3.861E-01 5.626E-01 2.784E-01 0,10% 1.469E-02 1.230E-01 1.422E-02 1.105E-02 8.271E-02 0,20% 2.718E-02 5.431E-02 1.137E-01 1.134E-02 1.418E-01 0,30% 1.133E-02 2.739E-01 2.167E-02 1.512E-02 9.524E-02 0,10% 5.96E-03 9.358E-03 1.585E-03 2.385E-03 4.498E-03 0,20% 8.31E-03 7.989E-03 4.276E-03 4.046E-02 4.192E-03 0,30% 2.71E-03 5.282E-03 6.391E-03 5.371E-03 1.528E-03 Tabel 5. Hasil uji Adsorpsi surfaktan Surfaktan Adsorpsi ( µgr/gr ) Statik Dinamik 1487.07 1424.55 S-A1 4208.18 2975.85 1200.03 1004.34 Tabel 6. Viskositas polimer pada suhu reservoir dan shear rate 7 s -1 Polimer Konsentrasi ppm Viskositas @ Tres, 7 s -1 cp 800 2.89 1000 4.25 1500 7.63 2500 21.39 800 4.3 1000 5.72 1500 9.27 2500 45.80 800 5.79 1000 6.88 1500 9.61 2500 29.92 IATMI 08-027 8
Polimer Tabel 7. Uji Thermal Stability polimer Konsentrasi Viscositas @ Tres, 7 s-1 cp Penurunan Viskositas ppm hari ke-0 hari ke-30 % 1000 4.25 4.02 5.23 1000 5.72 3.85 32.73 1000 6.88 6.46 6.16 Tabel 8. Hasil Uji Adsorpsi Polimer Polimer Konsentrasi Adsorpsi ( µgr/gr ) ppm Batuan I Batuan II 1000 585.752 391.862 1500 558.668 363.14 2500 604.724 370.058 1000 801.794 505.94 1500 861.914 497.324 2500 1001.222 530.606 1000 104.222 468.596 1500 79.298 413.204 2500 100.346 426.122 Surfaktan Tabel 9. Hasil Uji Kompatibilitas Surfaktan Polimer ( SP ) Hasil Pengamatan Hari ke- Polimer 0 1 7 14 30 60 milky, sedikit gumpalan di atas warna susu (milky ) milky, gumpalan di atas light milky, lebih banyak gumpalan di atas light milky, lebih banyak gumpalan di atas Tabel 10. Hasil Pengukuran Tegangan Antarmuka Surfaktan Polimer ( SP ) Surfaktan Polimer IFT ( Dyne/cm ) 5.72E-02 7.21E-03 4.58E-03 7.13E-03 8.20E-03 4.29E-03 IATMI 08-027 9
Tabel 11. Hasil Pengukuran Viskositas Surfaktan Polimer ( SP ) Surfaktan Polimer Viscosity @ Tres, 7 s -1 cp 3.97 4.44 5.31 4.02 5.25 5.45 Tabel 12. Hasil Pengamatan Uji Thermal Stability Surfaktan Polimer ( SP ) Hasil Pengamatan Hari ke- Surfaktan Polimer 0 1 7 14 30 60 warna susu (milky ) light milky, gumpalan di atas milky, sedikit gumpalan light milky, gumpalan milky, gumpalan milky Tabel 13. Hasil Pengukuran IFT pada Uji Thermal Stability Surfaktan Polimer ( SP ) Surfaktan Polimer Pangukuran IFT ( Dyne/cm ) hari ke- 0 7 30 60 5.72E-02 5.09E-02 3.00E-02 5.94E-02 7.21E-03 6.04E-02 3.19E-02 2.52E-02 4.58E-03 1.98E-03 2.98E-03 4.50E-03 7.13E-03 1.76E-03 5.34E-03 1.35E-03 8.20E-03 2.54E-02 2.11E-03 2.53E-03 4.29E-03 2.57E-03 1.20E-03 1.62E-03 Tabel 14. Hasil Pengukuran Viskositas pada Uji Thermal Stability Surfaktan Polimer ( SP ) Surfaktan Polimer Viscositas ( cp ) @ Tres, 7 s -1 Penurunan Viskositas hari ke-0 hari ke-60 % 3.97 3.78 4.75 4.44 3.16 28.82 5.31 4.88 8.05 4.02 3.74 7.01 5.25 3.40 35.33 5.45 5.26 3.57 IATMI 08-027 10
Gambar 1. Hasil Uji Kompatibilitas Surfaktan dan S-F2 Hari Ke-1 120 Uji Filtrasi Surfaktan 100 volume ( ml ) 80 60 40 20 0 0 500 1000 1500 2000 waktu ( detik ) Gambar 2. Uji Filtrasi surfaktan S-F2 S-A1 Gambar 3. Uji Filtrasi Polimer IATMI 08-027 11
Gambar 4. Uji Kompatibilitas Surfaktan-Polimer Gambar 5. Pengamatan uji thermal stability campuran Surfaktan Polimer ( SP ) Gambar 6. Uji Filtrasi campuran Surfaktan Polimer ( SP ) IATMI 08-027 12
Gambar 7. Hasil Core Flood pada Native Core IATMI 08-027 13