II. TINJAUAN PUSTAKA. Irigasi didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PENAMBAHAN ARANG SEKAM PADI TERHADAP SIFAT KONDUKTIVITAS HIDROLIK PIPA MORTAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbawa selama proses pengendapan. Pasir kuarsa yang juga dikenal dengan nama

BAB III LANDASAN TEORI. Beton pada umumnya adalah campuran antara agregat. kasar (batu pecah/alam), agregat halus (pasir), kemudian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli Oktober 2015 dengan tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. A. Karakteristik Tanah Lempung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

SIFAT-SIFAT FISIK dan MORFOLOGI TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB II STUDI PUSTAKA

a. Jenis I merupakan semen portland untuk penggunaan umum yang memerlukan persyaratan persyaratan khusus seperti yang disyaratkan pada jenis-jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN ABU JERAMI TERHADAP KUAT TEKAN BETON

Efek Substitusi Semen dengan Limbah Padat Industri Pupuk PT. Petrokimia terhadap Kuat Lentur Genteng Beton di PT.

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB I. PENDAHULUAN. maka tanah harus memiliki struktur yang baik, karena tanah merupakan material

Semen (Portland) padatan berbentuk bubuk, tanpa memandang proses

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Lapisan bumi ditutupi oleh batuan, dimana material tersebut mengandung

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Pertumbuhan penduduk, dan kemajuan IPTEK memberikan tantangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digunakan beton non pasir, yaitu beton yang dibuat dari agregat kasar, semen dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beton merupakan fungsi dari bahan penyusunnya yang terdiri dari bahan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2013 di Laboratorium

BAB III LANDASAN TEORI. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis (density) lebih ringan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. disukai dan popular di daerah-daerah yang memiliki masalah kekurangan air.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Batako merupakan salah satu alternatif bahan dinding yang murah dan

TUGAS AKHIR PEMANFAATAN LUMPUR BAKAR SIDOARJO UNTUK BETON RINGAN DENGAN CAMPURAN FLY ASH, FOAM, DAN SERAT KENAF

TINJAUAN PUSTAKA. didukung oleh hasil pengujian laboratorium.

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK DALAM PEMBUATAN BETON RINGAN NON PASIR RAMAH LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah vertikultur diserap dari bahasa Inggris yang berasal dari kata vertical dan culture

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

PENAMBAHAN CaCO 3, CaO DAN CaOH 2 PADA LUMPUR LAPINDO AGAR BERFUNGSI SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung, jembatan, jalan, dan lainnya baik sebagai komponen

ANALISIS DIFUSI LARUTAN PUPUK MELALUI DINDING MORTAR ARANG SEKAM PADI DIFFUSION ANALYSIS OF NUTRIENT SOLUTION THROUGH RICE HUSK CHARCOAL MORTAR WALL

PEMANFAATAN LIMBAH KULIT KOPI SEBAGAI AGREGAT CAMPURAN BETON RINGAN MATERIAL WALL/FLOORING

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

II. TINJAUAN PUSTAKA. media tanamnya. Budidaya tanaman dengan hidroponik memiliki banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. induk batuan sedimen masam (Soil Survey Staff, 2006). Di Indonesia jenis tanah

BAB I I TINJAUAN PUSTAKA. direkatkan oleh bahan ikat. Beton dibentuk dari agregat campuran (halus dan

PEMANFAATAN LIMBAH ASPAL HASIL COLD MILLING SEBAGAI BAHAN TAMBAH PEMBUATAN PAVING. Naskah Publikasi

PERBANDINGAN PEMAKAIAN AIR KAPUR DAN AIR TAWAR SERTA PENGARUH PERENDAMAN AIR GARAM DAN AIR SULFAT TERHADAP DURABILITAS HIGH VOLUME FLY ASH CONCRETE

PENGENALAN SEMEN SEBAGAI BAHAN PEMBENTUK BETON. Ferdinand Fassa

BAB 3 METODOLOGI. berpori di Indonesia, maka referensi yang digunakan lebih banyak diperoleh dari hasil

HASIL PENELITIAN AWAL (VICAT TEST) I. Hasil Uji Vicat Semen Normal (tanpa bahan tambah) Penurunan (mm)

Modul ini mencakup bahasan tentang sifat fisik tanah yaitu: 1.tekstur, 2. bulk density, 3. porositas, 4. struktur 5. agregat 6. warna tanah 7.

BAB III LANDASAN TEORI

PEMANFAATAN LIMBAH PECAHAN KERAMIK TERHADAP BERAT JENIS DAN KUAT TEKAN PADA BETON RINGAN RAMAH LINGKUNGAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. II. a. Pozolan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TEKNIK FERTIGASI KENDI; untuk Pertanian Lahan Kering Edisi 2, oleh Dr. Ir. Hermantoro Sastrohartono, M.S. Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV DATA DAN ANALISIS

PENGARUH PENAMBAHAN WATERGLASS PADA SIFAT MEKANIK BETON. Oleh: Anita Setyowati Srie Gunarti, Subari, Guntur Alam ABSTRAK

PERBANDINGAN KUAT TEKAN DAN PERMEABILITAS BETON YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND POZZOLAN DENGAN YANG MENGGUNAKAN SEMEN PORTLAND TIPE I

Scanned by CamScanner

PEMANFAATAN ABU SEKAM PADI DENGAN TREATMENT HCL SEBAGAI PENGGANTI SEMEN DALAM PEMBUATAN BETON

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Beton merupakan unsur yang sangat penting dan paling dominan sebagai

/BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh faktor air semen dan suhu selama perawatan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

KARAKTERISTIK LUMPUR SIDOARJO

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisa Kuat Tekan Mortar Geopolimer Berbahan Abu Sekam Padi dan Kapur Padam

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

PENGARUH PENGGANTIAN SEBAGIAN SEMEN DENGAN ABU SEKAM PADI TERHADAP KEKUATAN BETON K-400

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. Agregat yang digunakan untuk penelitian ini, untuk agregat halus diambil dari

proporsi perbandingan tertentu dengan ataupun tanpa bahan tambah yang

Transkripsi:

5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Irigasi Bawah Permukaan Tanah Irigasi didefinisikan sebagai penggunaan air pada tanah untuk keperluan penyediaan ciaran yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman (Hansen dkk,1992). Secara umum terdapat dua jenis sistem irigasi yaitu irigasi permukaan (surface irrigation) dan irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation). Irigasi permukaan merupakan irigasi yang menyupali air dari atas permukaan tanah sedangkan irigasi bawah permukaan tanah mensuplai air langsung pada zona perakaran tanaman. Sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation) membutuhkan alat aplikasi yang dapat memberikan air dengan debit yang rendah secara terusmenerus. Tingkat kelembaban tanah harus dapat dipertahankan jika menggunakan sistem irigasi ini. Syarat alat aplikasi sistem irigasi bawah permukaan tanah harus terbuat dari bahan yang poros sehingga dapat merembeskan air. Selain itu alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah harus terbuat dari bahan-bahan yang kuat sehingga dapat menerima tekanan dari dalam/luar permukaan tanah. Alat alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah yang biasa digunakan yaitu pot/kendi, pipa poros, selang dan lain sebagainya. Cara penggunaan alat aplikasi irigasi bawah permukaan tanah berbeda satu sama lain tergantung dengan perancang yang membuat alat tersebut. Cara penggunaan

6 alat irigasi seperti kendi berbeda dengan pipa poros, selang maupun alat irigasi yang lainnya. Hermantoro (2010) melakukan penelitian tentang fertigasi menggunakan media kendi. Kendi yang terbuat dari tanah liat dapat merembeskan air secara konstan sehingga dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. Selain itu proses irigasi kendi tersebut bersamaan dengan proses pemupukan. Air yang sebelumnya telah dicampur pupuk dimasukkan ke dalam kendi melalui mulut kendi. Kendi diletakkan pada selah tanaman sehingga rembesan air yang keluar dari dalam kendi dapat langsung menjangkau tanaman. Model pemasangan kendi dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Posisi kendi pada selah-selah tanaman Gambar 1 menunjukkan letak kendi pada selah-selah tanaman yang berfungsi sebagai alat irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrgation). Hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa laju rembesan air antara 0,56 1,30 liter/hari dengan rerata 0,81 liter/hari. Irigasi kendi ini sangat efisien dalam menghemat air dan pupuk sehingga sangat disarankan untuk diterapkan di daerah dengan sumber daya air yang kurang. Ashrafi dkk (2002) melakukan penelitian mengenai infiltrasi dari pipa tanah liat sebagai sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation) dengan dua jenis tanah yang berbada. Pipa ditanam pada kedalaman 25 cm dari atas

7 permukaan tanah dan dialiri oleh air. Hasil penelitian menunjukkan bahwa air yang hilang akibat evaporasi hanya pada kisaran 3,44 4,05 cm 3 /hari dari 200 cm 3 yang dikeluarkan oleh pipa. Data tersebut membuktikan tingkat efisiensi penggunaan air yang tinggi pada sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Menurut Hermantoro (2006) irigasi bawah permukaan tanah menggunakan pipa gerabah layak diaplikasikan. Desain berbentuk pipa/lorong merupakan desain yang baik dan ekonomis sebagai kontruksi irigasi bawah permukaan tanah (subsurface irrigation). Air dalam pipa gerabah merembes secara perlahan melalui selah-selah pipa mengakibatkan tingkat efisiensi penggunaan air tinggi. Hasil pengamatan yang dilakukan didapatkan data bahwa debit air yang merembes dari pipa tanah liat tersebut sebesar 4,66 liter/hari. Sifat pipa gerabah yang mampu merembeskan air secara perlahan dan kontinyu tersebut dapat dijadikan sebagai sistem irigasi defisit. Setianingrum dkk (2014), melakukan penelitian rancangan sistem irigasi tetes sederhana surface dan subsurface. Emitter yang digunakan terbuat dari kain berbahan polylhilene (PE) dan masing-masing sistem menggunakan 16 tanaman. Berikut skema rangkaian sistem irigasi bawah permukaan tanah (subsurface). Gambar 2. Rangkaian sistem irigasi tetes bawah permukaan tanah

8 Hasil pengamatan yang telah dilakukan didapatkan bahwa sistem irigasi tetes bawah tanah (subsurface) memiliki debit penates (Q) sebesar 1,08 liter/jam. Debit tersebut menunjukkan sistem irigasi tetes subsurface dapat menghemat penggunaan air. Laju evapotranspirasi tanaman rata-rata (ETc rata-rata ) pada sistem irigasi tetes subsurface sebesar 8,2 mm/hari. Hasil ETc rata-rata menunjukkan tingkat kahilangan air yang sedikit pada sistem irigasi tetes bawah permukaan tanah. 2.2 Mortar Arang Sekam Padi Penambahan arang sekam padi (ASP) ke dalam mortar akan mempengaruhi porositasnya. Chindaprasirt dan Rukzon (2008) melakukan uji porositas dari berbagai perbandingan campuran semen OPC dan arang sekam padi (ASP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi kandungan ASP dalam mortar pozzolan, maka porositas dari mortar tersebut menjadi semakin tinggi. Berikut data hasil uji porositas dapat di lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Porositas mortar ASP pada berbagai perlakuan komposisi No Komposisi perlakuan Porositas (%) Umur mortar 7 hari 1. OPC 90% ASP 10 % 17,0 2. OPC 80% ASP 20% 17,8 3. OPC 60% ASP 40% 21,8 Sumber: Chindaprasirt dan Rukzon, 2008 Mortar ASP cukup kuat untuk menahan beban tekan. Oyetolla dan Abdullahi (2006) melakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi campuran antara semen OPC dan arang sekam padi (ASP) dengan katahanan tekannya. Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa mortar arang sekam padi dengan

9 perbandingan 50:50 mampu menahan gaya tekan sebesar 0,59 N/mm 2. Selain itu kuantitas komposisi arang sekam padi pada mortar memiliki perbandingan linier dengan tingkat kerapatan bahan tersebut. Semakin tinggi komposisi sekam padi dalam mortar maka tingkat kerapatan jenis (bulk density) mortar tersebut akan semakin rendah. Hubungan komposisi mortar ASP umur 28 hari dengan tingkat kerapatan jenis (bulk density) dan gaya tekannya dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Kerapatan jenis (bulk density) dan gaya tekan mortar ASP No Rasio campuran Massa rata-rata mortar (Kg) Kerapatan jenis mortar (Kg/m 3 ) Gaya tekan (N/mm 2 ) 1. 100% OPC, 0% RHA 21,08 1976,06 4,60 2. 90% OPC, 10% RHA 19,58 1835,45 4,09 3. 80% OPC, 20% RHA 19,28 1807,32 3,65 4. 70% OPC, 30% RHA 19,14 1794,20 2,07 5. 60% OPC, 40% RHA 18,94 1775,45 1.05 6. 50% OPC, 50% RHA 18,74 1756,70 0.59 Sumber: Oyetolla dan Abdullahi, 2006. 2.3 Kriteria Material Mortar 2.3.1 Arang sekam padi (ASP) Arang sekam padi (ASP) merupakan material yang didapatkan dari hasil pembakaran sekam padi. Menurut Rao dkk (2011), setiap 1000 kg padi menghasilkan sekitar 22% sekam padi. Pembakaran sekam padi akan menghasilkan sekitar 25% arang sekam dari total volume pembakaran. Jadi dalam 100 kg pembakaran sekam padi menghasilkan ± 25 kg arang sekam padi.

10 Sekam padi mempunyai sifat fisik kasar, berwarna hitam hingga keabu-abuan dan mempunyai porositas tinggi. Sifat kasar arang sekam padi dikarenakan kandungan silika yang cukup tinggi. Menurut Oyetolla dan Abdullahi (2006) kandungan silika arang sekam padi mencapai 67,30 %. Selain menimbulkan rasa kasar kandungan silika dalam arang sekam padi membuat tekstur arang sekam padi menjadi keras dan cukup kuat sebagai agregat mortar. Gambar 3. Arang sekam padi 2.3.2 Pasir Pasir merupakan agregat halus yang menpunyai ukuran (0,14 2) mm. Pasir umumnya berwarna putih, putih kekuningan, sampai putih kemerahan. Di Indonesia didominasi dua jenis pasir yaitu pasir kuarsa dan pasir silika yang mempunyai tekstur putih dan tingkat kekerasan yang cukup tinggi. Pasir digunakan untuk bahan baku bangunan karena memiliki sifat yang kuat dan mempunyai daya ikat terhadap semen yang cukup tinggi (Kusuma, 2013). Pasir silika merupakan salah satu jenis pasir dominan di Indonesia yang terdiri atas kristal-kristal silika (SiO 2 ) dan mengandung senyawa pengotor yang

11 terkandung di dalamnya selama selama proses pengendapan. Umumnya senyawa pengotor tersebut terdiri atas oksida besi, oksida kalium, oksida alkali, oksida magnesium, lempung dan zat organik hasil pelapukan sisa-sisa hewan serta tumbuhan. Pasir silika Indonesia umumnya mempunyai komposisi kimia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komposisi kimia pasir silika No Kandungan Presentase 1. SiO 2 55,3-99,87% 2. CaO 0,01-3,24% 3. TiO 2 0,01-0,49% 4. Fe 2 O 3 0,01-9,14% 5. MgO 0,01-0,26% 6. K 2 O 0,01-17% 7. A1 2 O 3 0,01-18% Sumber: Sirin dkk, 2009. Beberapa sifat-sifat fisik yang dimiliki pasir silika seperti berwarna putih bening atau warna lain tergantung dengan senyawa pengotornya. Pasir berwarna bening cenderung memiliki kandungan silika yang tinggi sedangkan pasir yang berwarna kuning banyak mengandung oksida besi di dalamnya. Sifat fisik lain dari pasir silika di Indonesia adalah tingkat kekerasan mencapai 7 (skala mohs), berat jenis 2,65 g/cm 3 dan titik leburnya mencapai ± 1.715 C. Pasir silika berbentuk kristal heksagonal dengan panas spesifik 0,185 Kj/(Kg.K) dan konduktivitas panas mencapai 12 100 W/m.K (Fairus dkk, 2009). Bentuk dan karakteristik pasir silika dapat dilihat pada Gambar 4.

12 Gambar 4. Pasir silika 2.3.3 Semen Semen merupakan salah satu material yang sangat penting dalam konstruksi suatu bangunan. Fungsi utama semen adalah sebagai perekat dan panguat agregatagregat dari bahan konstruksi bangunan itu sendiri. Kualitas semen dapat dilihat dari berbagai indikator sifat fisik dan kimia semen. Salah satu sifat fisik dari semen adalah pengikatan dan pengerasan (setting time and hardening). Pencampuran semen dengan air akan membuat semen menjadi keras. Ketika bahan semen dicampur dengan air unsur semen akan berubah teksturnya menjadi pasta selama 1 2 jam yang sering di sebut sebagai fase tidur (dormant periode). Saat semen dalam fase (dormant periode) dapat dibentuk sesuai dengan yang dinginkan. Setelah didiamkan selama proses (dormant periode) tersebut semen akan mengalami proses pengerasan (hardening) (Hariawan, 2012). Menurut standar SNI 15-0301-94 dan ASTM C 595-00a massa jenis semen sebesar 3,166 g/cm 3, kehalusan butiran 90,8 %, uji konsistensi semen sebesar 24,5 %, nilai pengikatan awal 135 menit dan akhir masing-masing sebesar

13 170 menit. Selain itu semen juga harus dalam kondisi baik sehingga dapat digunakan dalam campuran mortar. Gambar 5. Semen 2.4 Konduktivitas Hidrolik Konduktivitas hidrolik (permeabilitas) merupakan kemampuan suatu bahan/materi untuk meloloskan air. Nilai konduktivitas hidrolik (K s ) suatu bahan bargantung dengan nilai kerapatan (bulk density) dan porositas bahan tersebut. Jika porositas dan bulk density suatu bahan besar, maka nilai K s bahan tersebut menjadi semakin besar. Sebaliknya, jika porositas dan bulk density suatu bahan kecil, maka nilai K s bahan tersebut menjadi semakin kecil. Untuk mendapatkan nilai K s bahan harus melalui beberapa penurunan rumus. Hukum Hagen-Poiseuille menyatakan tentang persamaan aliran air pada tabung kapiler. Semakin besar kecepatan aliran air maka debit luaran air yang dihasilkan akan semakin besar. Namun kecepatan aliran air pada tabung benbanding terbalik dengan luas tabung tersebut. Semakin besar luas tabung maka kecepatan aliran air

14 pada tabung tersebut akan semakin kecil. Berikut adalah persamaan hukum Hagen-Poiseuille. V =...(1) Keterangan: V : kecepatan aliran air dalam tabung (L/T) Q : debit aliran (L 3 /T) A : luas penampang tabung (L 2 ) Persamaan di atas hanya digunakan untuk aliran air yang mengalir pada pipa kapiler. Persamaan kecepatan aliran air melewati material porous dapat menggunakan hukum Darcy s. Hukum darcy s menyatakan kecepatan aliran air yang melewati media porous dipengaruhi oleh gradient hidrolik dan nilai konduktivitas hidrolik bahan tersebut. Gradient hidrolik merupakan hasil pembagian dari head aliran dengan ketebalan material yang dialiri air. Sedangkan nilai konduktivitas hidrolik merupakan nilai koefisien bahan/material yang digunakan. Berikut adalah persamaan persamaan kecepatan aliran air dari hukum Darcy: V = Ks. I...(2) Keterangan: V : kecapatan aliran air (cm/dt) (L/T) K s : nilai konduktivitas hidrolik bahan/material (L/T) i : : gradient hidrolik jika persamaan hukum Hagen-Poiseuille disubtitusikan dengan persamaan hukum Darcy maka nilai konduktivitas hidrolik menjadi:

15 K s =.....(3) Keterangan: K s = nilai konduktivitas hidrolik (L/T) Q = debit rembesan (L 3 /T) A = luas permukaan (L 2 ) l = tebal dinding kendi (L) H = beda tinggi permukaan air (L) (Bowles, 1984).