BAB I PENDAHULUAN. hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hidupnya sendiri tanpa bantuan dari orang lain. Dalam memenuhi kebutuhan

PERTANGGUNGJAWABAN PT. POS INDONESIA ATAS KLAIM TERHADAP PENGIRIMAN PAKET BARANG DI KANTOR POS KOTA SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI SKRIPSI

TANGGUNG JAWAB PT. POS INDONESIA (PERSERO) TERHADAP PENGIRIMAN PAKET POS DI SUKOHARJO

I. PENDAHULUAN. berlaku pada manusia tetapi juga pada benda atau barang. Perpindahan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah No. 69 Tahun 2001 tentang Kepelabuhanan, pelabuhan adalah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan yang tidak terbatas bagi para konsumen yang meliputi

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN

BAB I PENDAHULUAN. didirikan dengan berbagai layanan, mulai dari pengiriman barang secara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi alat penghubung pengangkutan antar daerah, untuk pengangkutan orang

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN EVITA KARINA PUTRI JATUHNYA PESAWAT AIR ASIA DENGAN NOMOR PENERBANGAN QZ8501

Dengan adanya pengusaha swasta saja belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Hal ini antara lain karena perusahaan swasta hanya melayani jalur-jalur

BAB I PENDAHULUAN. transportasi merupakan salah satu jenis kegiatan pengangkutan. Dalam. membawa atau mengirimkan. Sedangkan pengangkutan dalam kamus

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan pada khususnya mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. adalah untuk mencapai tujuan dan menciptakan maupun menaikan utilitas atau

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. strategis dalam memperlancar roda perekonomian, memperkukuh persatuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran arus lalu lintas penduduk dari dan kesuatu daerah tertentu.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. pihak yang mengadakan perjanjian pengangkutan laut ini. Tetapi karena

BAB I PENDAHULUAN. ketepatan pelayanan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. pembayaran biaya tertentu untuk pengangkutan tersebut 2. Kedudukan pengirim dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kerangka Teori

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT, PENUMPANG DAN KECELAKAAN. menyelenggarakan pengangkutan barang semua atau sebagian secara time charter

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan meningkatnya transaksi perdagangan luar negeri. Transaksi

BAB I PENDAHULUAN. bidang transportasi dalam penyediaan sarana transportasi. Pemerintah juga melakukan. peningkatan pembangunan di bidang perhubungan.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting dan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. pulau-pulau di dunia. Seperti diketahui bahwa Negara Indonesia merupakan tentang Wawasan Nusantara yang meliputi:

BAB I PENDAHULUAN. Perpindahan barang dari satu tempat ke tempat lain memerlukan sarana yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pengirim. Dimana ekspeditur mengikatkan diri untuk mencarikan pengangkut

BAB I PENDAHULUAN. Lintas dan Angkutan Jalan Pasal 1 angka (3) Angkutan adalah perpindahan orang

BAB II KAJIAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN BARANG. A. Sejarah dan Pengertian Pengangkutan Barang

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan akan jasa pengiriman barang. Banyaknya penduduk yang saling

BAB II PERJANJIAN SEBAGAI DASAR TERJADINYA PENGANGKUTAN DALAM UNDANG-UNDANG. atau aktivitas kehidupan manusia sehari-hari. Mulai dari zaman kehidupan

TANGGUNG JAWAB HUKUM PT ASURANSI JASA INDONESIA DALAM MENYELESAIKAN KLAIM ASURANSI PENGANGKUTAN BARANG DI LAUT

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Harus diakui bahwa globalisasi merupakan gejala yang dampaknya

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan sarana yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. musibah. Manusia dalam menjalankan kehidupannya selalu dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara alamiah menghendaki agar dalam kehidupannya dapat dijalani dengan layak dan serba

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN BARANG MENGGUNAKAN KAPAL PETI KEMAS MELALUI LAUT (STUDI KASUS PT. MERATUS LINE CABANG PADANG)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Hidup pada era modern seperti sekarang ini, mengharuskan manusia

TANGGUNG JAWAB PERUSAHAAN ANGKUTAN UDARA TERHADAP PENGIRIMAN KARGO MELALUI UDARA

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

HUKUM PENGANGKUTAN LAUT DI INDONESIA

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas perairan laut, sungai, dan danau.diatas teritorial daratan dan perairan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PENGANGKUTAN, TANGGUNG JAWAB HUKUM DAN PENGIRIMAN BARANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas yang tinggi, seperti berpindah dari satu tempat ke tempat lain

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan masyarakat. Perubahan tersebut juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. khususnya dalam menunjang pertumbuhan ekonomi negara. Bank adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang kaya akan Sumber Daya Alam (SDA),

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN KLAIM DALAM ASURANSI JIWA PADA PT. ASURANSI WANA ARTHA LIFE SURAKARTA

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara geografis Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri atas

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS JAMBI FAKULTAS HUKUM

BAB I PENDAHULUAN. dimulai dari suatu badan dengan nama Pos en Telegraafdients yang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan manusia dalam membantu kegiatannya sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. penerbangan yang diukur dari pertumbuhan penumpang udara.1

BAB I PENDAHULUAN. merupakan hakikat sebagai makhluk sosial. Proses interaksi tersebut bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dikatakan sangat vital karena sebagai suatu penunjang penting dalam maju

BAB I PENDAHULUAN. sarana transportasi merupakan salah satu bagian yang memegang peranan yang

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PENGANGKUTAN. Menurut R. Djatmiko Pengangkutan berasal dari kata angkut yang berarti

PENYELESAIAN SENGKETA PERJANJIAN SEWA MENYEWA RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pembiayaan (finance) berdasarkan Surat Keputusan Menteri

BAB I PENDAHULUAN. kepercayaan pada diri sendiri. Pembangunan ketenagakerjaan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Transportasi adalah salah satu bidang kegiatan yang sangat vital dalam

BAB I PENDAHULUAN. mobilitas masyarakat yang semakin tinggi di era globalisasi sekarang ini. mengakibatkan kerugian pada konsumen.

A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan manusia.peranan itu makin menentukan sehubungan

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan penyakit serta karena usia tua, yang dapat mengakibatkan

BAB II PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGANGKUTAN. A. Pengertian Perjanjian Pengangkutan dan Asas-Asas Pengangkutan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya dalam kegiatan pengangkutan udara niaga terdapat dua

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya tekhnologi transportasi dan telekomunikasi. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam zaman modern ini segala sesuatu memerlukan kecepatan dan

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia sebagai makanan pokok. Dengan jumlah penduduk

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

BAB I PENDAHULUAN. dan memperlancar perdagangan dalam maupun luar negeri karena adanya

Tanggung Jawab Pengangkut di Beberapa Moda Transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Negara kesatuan Republik Indonesia adalah negara kepulauan yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya selalu dipenuhi dengan risiko. Risiko adalah kemungkinan

PELAKSANAAN PERJANJIAN ANTARA AGEN DENGAN PEMILIK PRODUK UNTUK DI PASARKAN KEPADA MASYARAKAT. Deny Slamet Pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai negara kepulauan yang luas maka modal transportasi udara

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat pesat. Hal ini ditandai dengan banyaknya pengguna jasa. yang percaya untuk menggunakan jasa pengangkutan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Tingkat perkembangan ekonomi dunia dewasa ini ditandai dengan

BAB II PENGANGKUTAN PENUMPANG MELALUI PENGANGKUTAN UDARA

III. METODE PENELITIAN. kebenaran secara sistematis, metodologis dan konsisten. Sistematis artinya

BAB I PENDAHULUAN. haknya atas tanah yang bersangkutan kepada pihak lain (pembeli). Pihak

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan serta semakin pesatnya persaingan bisnis. Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pengangkutan dapat dilakukan melalui darat, laut

BAB I PENDAHULUAN. makmur berdasaarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, maka

BAB I PENDAHULUAN. dari sarana pengangkutnya. Hal tersebut akan mempengaruhi lancar tidaknya. dapat dipastikan proses perdagangan akan terhambat.

I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara yang terdiri dari beribu-ribu pulau besar dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN. A. Pengertian Pengangkutan Dan Hukum Pengangkutan

BAB I PENDAHULUAN. (komprehensif) dan abadi ( universal) bagi seluruh umat manusia. Al Quran

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUT DAN PENUMPANG ANGKUTAN UMUM. yang mengangkut, (2) alat (kapal, mobil, dsb) untuk mengangkut.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jasa pengiriman paket dewasa ini sudah menjadi salah satu kebutuhan hidup. Jasa pengiriman paket dibutuhkan oleh perusahaan, distributor, toko, para wiraswastawan, dan pribadi yang mengirim barang dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Sekarang ini banyak bermunculan jasa pengiriman barang swasta, sedangkan jasa pengiriman pemerintah dari dahulu sampai sekarang hanya satu, yaitu PT. Pos Indonesia (Persero). Menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos, dijelaskan bahwa: Pos adalah layanan komunikasi tertulis dan/atau surat elektronik, layanan paket, layanan logistik, layanan transaksi keuangan, dan layanan keagenan pos untuk kepentingan umum. Pasal di atas menjelaskan bahwa penyelenggaraan pos merupakan perwujudan dari fungsi pengangkutan, yaitu memindahkan barang atau orang dari satu tempat ke tempat lainnya, dengan maksud untuk meningkatkan daya guna dan nilai antar bangsa penyelenggaraan pos diarahkan untuk menunjang pembangunan dengan mempererat pelayanan yang sebaik mungkin bagi masyarakat di seluruh tanah air dan mempererat kerja sama dalam hubungan antar bangsa. 1 1 H.M.N. Purwosutjipto, 1994, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia. Jakarta: Penerbit Djambatan. Hal. 2 1

2 Keberadaan PT. Pos Indonesia (Persero) merupakan bagian integral dari pembangunan nasional, yaitu mempercepat pembangunan melalui pembangunan jaringan komunikasi antar daerah. Oleh karena itu pos merupakan sarana komunikasi dan informasi yang mempunyai peran penting dan strategis dalam mendukung pelaksanaan pembangunan, mendukung persatuan dan kesatuan, mencerdaskan kehidupan bangsa, mendukung kegiatan ekonomi, serta meningkatkan hubungan antarbangsa. Mengingat PT. Pos Indonesia (Persero) bergerak dalam bidang jasa, maka faktor penting yang patut diperhatikan adalah kepercayaan pengguna jasa, dimana mereka menggunakan jasa pos karena mereka percaya bahwa barang atau kiriman yang mereka kirim melalui jasa pos akan sampai dengan selamat di tempat tujuan dengan tepat waktu. Hal tersebut berhubungan erat dengan tanggung jawab PT. Pos Indonesia (Persero) dalam memberikan pelaya nan jasa berupa pengiriman paket pos. Tanggung jawab PT. Pos Indonesia (Persero) melalui jajarannya melaksanakan kewajiban untuk mengantarkan paket barang, berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada masyarakat. Namun kadangkala tetap saja ada pelaksanaan pelayanan pos yang tidak sesuai dengan yang dijanjikan sehingga pengiriman paket pos berakibat terhadap timbulnya kerugian-kerugian tertentu bagi pengguna jasa pos, seperti paket yang dikirimkan mengalami keterlambatan sampai ke tujuan atau barang yang dikirimkan mengalami kerusakan yang sebelumnya pada saat dikirim kondisi barang masih bagus dan pada saat sampai di tujuan berbeda keadaannya atau

3 bahkan bisa saja terjadi paket barang kiriman tidak sampai ke tujuan alamat penerima karena paket barang hilang atau musnah. Biasanya permasalahan di atas terjadi karena kesalahan dan/atau kelalaian baik penyelenggara pos atau sumber daya manusianya (pegawaipegawainya) maupun pengguna jasa pos itu sendiri. Hal ini membuat pengguna jasa paket PT. Pos Indonesia (Persero) dirugikan karena paket barang yang terlambat, tidak sampai, rusak, atau hilang. Pemerintah telah mengantisipasi permasalahan ini dengan mengaturnya pada Pasal 28 Undangundang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos bahwa: Pengguna layanan pos berhak mendapatkan ganti rugi apabila terjadi kehilangan kiriman, kerusakan isi paket, keterlambatan kiriman dan Ketidaksesuaian antara barang yang dikirim dan yang diterima Ketentuan di atas merupakan wujud tanggung jawab PT. Pos Indonesia harus sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati antara pihak konsumen (pengirim) dengan pihak penyedia jasa, yaitu pengirim menghendaki mengirimkan barangnya dengan syarat tertentu berupa pembayaran sejumlah uang dan pihak PT. Pos Indonesia (Persero) bersedia memenuhi kewajibannya dengan mengantarkan atau mengirim barang tepat pada waktu dan sampai di tujuan dengan aman. Perjanjian pengangkutan barang memang harus dilaksanakan dengan itikad baik bagi para pihak. Apabila karena kelalaian pihak yang wajib melakukan prestasi telah melakukan wanprestasi ini mempunyai akibat hukum. Salah satu bentuk wanprestasi dalam bidang pengiriman paket pos adalah seperti hilang atau rusak. Selain wanprestasi, masalah resiko sering

4 juga terjadi dalam suatu perjanjian. Persoalan resiko ini sering berpokok pangkal pada terjadinya suatu peristiwa di luar kesalahan salah satu pihak yang mengadakan perjanjian. Setiap terjadinya wanprestasi dan resiko tentu akan menyebabkan timbulnya kerugian, sehingga pihak yang dirugikan tentu akan melakukan klaim. Sayangnya dalam pelaksanaannya, perjanjian pengangkutan didasarkan kepada hukum kebiasaan yaitu dokumen-dokumen pengangkutan saja. Dokumen tersebut menerangkan tujuan pengiriman, nama pengirim, nama pengangkut serta biaya pengangkutan. Berdasarkan hukum kebiasaan tersebut para pihak melakukan kewajiban-kewajibannya, sehingga apabila terjadi suatu sengketa di belakang hari maka yang diajukan sebagai bukti adalah dokumendokumen tersebut. Banyak peristiwa hukum yang berkaitan dengan perjanjian pengangkutan khususnya yang berkaitan dengan tanggungjawab pihak jasa pengiriman barang terhadap rusaknya atau hilangnya barang kiriman tersebut. Kenyataan yang ditemukan sering kali klaim yang diajukan oleh pengirim kurang ditanggapi oleh pihak perusahaan pengiriman sehingga terkadang timbul sengketa. Oleh karena itu perlu diketahui pelaksanaan perjanjian dalam hukum pengangkutan terutama tentang kapan dan bagaimanakah bentuk perjanjian pengangkutan tersebut disepakati. Berdasarkan hal-hal diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang: Pertanggungjawaban PT. Pos Indonesia Atas Klaim Terhadap Pengiriman Paket Barang di Kantor Pos Kota Surakarta.

5 B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas yang menjadi permasalahan dalam pembahasan selanjutnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah bentuk perjanjian pengangkutan paket barang yang dilaksanakan di PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta? 2. Bagaimanakah bentuk tanggung jawab penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang diberikan oleh PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta kepada pengguna jasa pengiriman paket barang? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan bentuk perjanjian pengangkutan paket barang yang dilaksanakan di PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta 2. Untuk mendeskripsikan bentuk tanggung jawab penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang diberikan oleh PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta kepada pengguna jasa pengiriman paket barang D. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya untuk menambah wawasan bagi kalangan akademik tentang perlindungan konsumen dalam kaitannya dengan penggunaan jasa paket barang di PT. Pos Indonesia.

6 2. Secara Praktis Sebagai bahan informasi dan masukan bagi semua pihak yang terkait dengan pengguna jasa pelayanan paket dan bagi kalangan penegak hukum untuk mengetahui bagaimanakah bentuk perjanjian pengangkutan dan bentuk tanggung jawab atas klaim dan ganti kerugian bagi pengguna jasa paket pengiriman barang. E. Kerangka Pemikiran Pengangkutan dapat diartikan sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan. Dalam hal ini terkait unsur-unsur pengangkutan sebagai berikut: 1. Ada sesuatu yang diangkut. 2. Tersedianya kendaraan sebagai alat angkutan. 3. Ada tempat yang dapat dilalui oleh angkutan. 2 Jasa pengangkutan menimbulkan perjanjian timbal balik antara pengangkut dan pengirim barang atau penumpang, dimana pihak pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelengarakan pengangkutan barang atau orang ke suatu tempat tujuan tertentu, dan pihak pengirim barang atau penumpang mengikatkan diri untuk membayar ongkos angkutannya. 3 Ada berbagai jenis-jenis pengangkutan adalah yaitu: 1. Pengangkutan udara, Pasal 1 butir 13 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penerbangan menjelaskan Angkutan Udara adalah setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk mengangkut 2 Ridwan Khairandy, dkk, 1999, Pengantar Hukum Dagang Indonesia I, Yogyakarta: Gama Media. Hal. 194 3 H.M.N. Purwosutjipto, 1994, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Jakarta: Djambatan, Hal. 2

7 penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau beberapa bandar udara. 2. Pengangkutan Laut, yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk penangngkutan orang atau barang yang dijalankan di laut. Yang diatur di dalam: a) KUHD, Buku II, Bab V, tentang Perjanjian Carter kapal. b) KUHD, Buku II, Bab V-A, tentang Pengangkutan barang-barang. c) KUHD, Buku II, Bab V -B, tentang Pengangkutan orang. d) Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran yang menjelaskan angkutan laut merupakan angkutan di perairan. Pasal 1 butir 3 Undang-Undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran, menjelaskan angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan atau barang dengan menggunakan kapal. 3. Pengangkutan Darat, yaitu kendaraan yang digerakkan oleh peralatan tehnik yang ada pada kendaraan itu dan biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang. Terdiri dari: a) Pengangkutan kereta api (Pasal 1 butir 14 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 Tentang Perkeretaa pian) b) Pengangkutan jalan raya (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Dan Angkutan Jalan) 4. Pengangkutan Perairan darat atau perairan pedalaman, yaitu kendaraan yang biasanya dipergunakan untuk pengangkutan orang atau barang yang

8 dijalankan di atas perairan seperti sungai, danau ataupun terusan-terusan. Yang diatur di dalam: a) KUHD, Buku II, Bab XIII, pasal 748 sampai dengan 754, mengenai kapal-kapal yang melalui perairan darat. b) Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 Tentang Angkutan Di Perairan. Jasa pengangkutan menimbulkan perjanjian pengangkutan yang mengikat para pihak. Perjanjian pengangkutan adalah perjanjian antara pengangkut dengan pengirim, dimana pengangkut mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dan atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat, sedangkan pengirim mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan. 4 Perjanjian pengangkutan adalah suatu perjanjian dimana satu pihak menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari satu tempat ke tempat lain, sedangkan pihak lain menyanggupi akan membayar ongkosnya. 5 Para pihak yang terlibat dalam perjanjian pengangkutan itu adalah pengangkut dan pengirim. Dengan kata lain bahwa, pengangkut dan pengirimlah yang mengadakan perjanjian pengangkutan. Pengangkut adalah orang yang mengikatkan dirinya untuk menyelenggarakan pengangkutan barang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat dan tepat pada waktunya. Sedangkan pengirim adalah orang yang mengikatkan diri untuk membayar uang angkutan (ongkos) sebagai imbalan jasa yang dilakukan 4 Ibid, Hal. 1. 5 R. Subekti, 1999, Aneka Perjanjian, Bandung: Penerbit Alumni Hal. 81

9 oleh pihak pengangkut dalam menyelenggarakan pengangkutan itu. Pihak pengirim adalah pihak yang berkepentingan atas perpindahan barang yang dikirimkan ke tempat tujuan. Pengangkut mengikatkan diri untuk mengangkut barang muatan yang diserahkan kepadanya, selanjutnya menyerahkan barang itu kepada orang yang ditunjuk (tempat tujuan) sebagai penerima, dan menjaga keselamatan barang muatan itu. Dalam hal ini, maka si penerima barang tersebut, mungkin saja di pengirim sendiri atau juga orang lain sebagai pihak ketiga. 6 Perusahaan pengangkutan umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh penumpang, pengirim atau pihak ketiga karena kelalaiannya dalam melaksanakan pelayanan penga ngkutan. Selama pelaksanaan pengangkutan, keselamatan penumpang atau barang yang diangkut pada dasarnya berada dalam tanggung jawab perusahaan pengangkutan umum. Oleh karena itu, sudah sepatutnya apabila kepada perusahaan pengangkutan umum dibebankan tanggung jawab terhadap setiap kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim, yang timbul karena pengangkutan yang dilakukannya. 7 Prinsip tanggung jawab mutlak pengangkut hanya dapat membebaskan diri dari tanggung jawab apabila ia dapat membuktikan bahwa kerugian ditimbulkan karena kesalahan penumpang sendiri atau karena sifat mutu barang yang diangkut. Prinsip tanggung jawab mutlak ini baru dipergunakan 6 Abdul Kadir Muhammad, 1994, Hukum Pengangkutan Darat, laut dan Udara, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, Hal. 17 7 H.M.N. Purwosutjipto, 2003, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia: Hukum Pengangkutan, Jilid III. Jakarta: Penerbit Djambatan. Hal. 25

10 pada penerbangan dan angkutan udara internasional, yaitu berdasarkan Konvensi Roma tahun 1952 yang mengatur tanggung jawab operator pesawat udara untuk kerugian yang diderita pihak ketiga di permukaan bumi. Dasar hukum pihak ketiga untuk meminta pertanggungjawaban pihak pengangkut adalah UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Pasal 234 UU No. 22 Tahun 2009 menyatakan: Perusahaan pengangkutan umum dibebankan tanggung jawab terhadap setiap kerugian yang diderita oleh penumpang atau pengirim, yang timbul karena pengangkutan yang dilakukannya. Selanjutnya Pasal 190 UU No. 22 Tahun 2009: Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum dapat menurunkan penumpang dan/atau barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika Penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan keamanan dan keselamatan angkutan. Selain itu Pasal 191 dan Pasal 192 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 menyatakan: Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan penyelenggaraan angkutan. Selain itu Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang diderita oleh Penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan Penumpang.

11 F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan sesuai dengan pokok masalah yang akan diteliti adalah penelitian hukum yuridis empiris. Yuridis empiris adalah yaitu pendekatan yang digunakan untuk memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu untuk kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian data primer di lapangan. Yuridis empiris merupakan suatu pendekatan yang mengacu pada peraturanperaturan tertulis untuk kemudian dilihat bagaimana implementasinya di lapangan. 8 2. Spesifikasi Penelitian Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala -gejala lainnya. Deskriptif analitis karena hal ini diharapkan mampu memberikan gambaran secara rinci, sistematik dan menyeluruh mengenai segala hal yang berhubungan dengan perjanjian kredit perbankan. 9 Analitis digunakan untuk melakukan analisis terhadap bentuk tanggung jawab PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta atas penyelesaian klaim pengguna jasa pengiriman paket barang. 3. Lokasi Penelitian Untuk kepentingan penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian di PT. Pos Indonesia Cabang Kota Surakarta. 8 Soekanto, Soejono. 2007. Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Pr ess. Hal. 17 9 Ibid. Hal. 23

12 4. Sumber data a. Data Primer Yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan yang berasal dari pihak PT. Pos Indonesia (Persero) Medan dan pihak-pihak yang terkait. b. Data sekunder Data sekunder meliputi : 1) Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan terdiri dari: a) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata b) Kitab Undang-Undang Hukum Dagang c) Undang-undang Nomor 38 Tahun 2009 tentang Pos; d) Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian 2) Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer, seperti Rancangan Undang-Undang (RUU), hasil-hasil penelitian atau pendapat pakar hukum. 3) Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, seperti kamus (hukum) dan ensiklopedia. 5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

13 a. Penelitian Lapangan (Field Research), yaitu suatu pengumpulan data lapangan guna memperoleh data-data yang diperlukan dan data yang diperoleh itu disebut dengan data primer. Penelitian ini didukung dengan wawancara (interview ), yaitu situasi peran antar pribadi bertatap muka Wawancara adalah metode pengumpulan data melalui tanya jawab yang dilakukan kepada responden. Tujuan wawancara adalah untuk mendapatkan informasi dan penjelasan lebih lengkap yang berhubungan dengan masalah penelitian. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab yang bersifat sepihak, yang dilakukan secara sistematis didasarkan pada tujuan research. 10 Wawancara dilakukan ter hadap sumber informasi yang telah ditentukan sebelumnya dengan berdasarkan pada pedoman wawancara sehingga diharapkan dapat memberikan gambaran tentang bentuk tanggung jawab PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta atas penyelesaian klaim pengguna jasa pengirima n paket barang b. Penelitian Kepustakaan (Library Research), yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penulisan skripsi ini antara lain, artikel-artike l baik yang diambil dari media cetak maupun elektronik, dokumen-dokumen pemerintah, termasuk peraturan perundang-undangan. 10 Ibid. hal 67

14 6. Analisis Data Teknik analisis data menggunakan analisis kualitatif. Ada tiga komponen utama analisis kualitatif yaitu: (1) reduksi data, (2) sajian data, (3) penarikan kesimpulan atau verifikasi. Tiga komponen tersebut terlibat dalam proses dan saling berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. 11 Melalui metode analisis ini diharapkan akan memperoleh jawaban mengenai bentuk tanggung jawab PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta atas penyelesaian klaim pengguna jasa pengiriman paket barang. Komponen pertama adalah reduksi data, yaitu suatu komponen proses seleksi, pemfokusan, dan penyederhanaan. Proses ini berlangsung terus menerus sepanjang pelaksanaan penelitian. Bahkan prosesnya diawali sebelum pelaksanaan pengumpulan data. Artinya, reduksi data sudah berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka kerja konseptual, melakukan pemilihan kasus dan menyusun pertanyaan penelitian. 12 Komponen kedua adalah sajian data, yaitu suatu rakitan organisasi informasi yang memungkinkan penelitian dapat dilakukan. Sajian ini merupakan rakitan kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga bila dibaca, akan bisa dipahami berbagai hal yang terjadi dan memungkinkan peneliti untuk membuat suatu analisis berdasarkan pemahaman tersebut. 11 Moleong, Lexy J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: Tarsito. Hal. 179 12 Ibid. Hal 181

15 Selanjutnya komponen ketiga dilakukan verifikasi agar validitas hasil penelitian dapat terjadi secara kokoh dan mantap. Dalam melaksanakan penelitian tersebut, tiga komponen analisis tersebut saling berkaitan dan berinteraksi yang dilakukan secara terus menerus di dalam proses pelaksanaan pengumpulan data. Oleh karena itu, sering dinyatakan bahwa proses analisis dilakukan di lapangan, sebelum peneliti meninggalkan lapangan studinya. G. Sistematika Penulisan Sistematika dalam penulisan skripsi ini dibagi dalam 4 (empat) bab dan masing-masing bab dibagi lagi dalam beberapa sub bab: Bab I : Bab ini menerangkan secara ringkas mengenai Latar Belakang, Perumusan Masalah, Tinjauan dan Manfaat Penulisan, Kerangka Pemikiran, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. Bab II : Tinjauan Pustaka. Bab ini membahas tentang Pengertian Perjanjian Pengangkutan, Asas-Asas Dalam Perjanjian Pengangkutan, Jenis- Jenis Perjanjian Pengangkutan, Hak dan Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Pengangkutan, Perjanjian Penggunaan Jasa Pos Express di PT. Pos Indonesia (Persero) Medan; Sejarah PT. Pos dan Jenis-jenis Layanan Produk Pos. Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan. Bab ini menguraikan dengan jelas tentang: 1) bentuk perjanjian pengangkutan paket barang yang dilaksanakan di PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta; 2) bentuk tanggung

16 jawab penyelesaian klaim dan ganti kerugian yang diberikan oleh PT. Pos Indonesia Cabang Surakarta kepada pengguna jasa pengiriman paket barang Bab IV : Bab ini berisikan kesimpulan dan saran yang berguna untuk menyempurnakan penelitian di masa mendatang.