BAB I PENDAHULUAN. aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk:

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

umum yang muncul adalah rendahnya mutu kegiatan belajar siswa seperti adanya siswa yang ingin mencapai target hanya sekedar lulus dalam sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. ketekunan dan keteladanan baik dari pendidik maupun peserta didik.

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menduduki posisi sentral dalam pembangunan. Kualitas sumber

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. merupakan satu usaha yang sangat penting dan dianggap pokok dalam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki. latihan bagi peranannya di masa mendatang.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang Latar Belakang Masalah. berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas akan memajukan

BAB I PENDAHULUAN. datang. Pendidikan bukan hanya belajar dari tidak tahu untuk menjadi tahu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuanita, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dipenuhi. Mutu pendidikan yang baik dapat menghasilkan sumber daya manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu bagian terpenting dalam suatu pembangunan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Pemerintah Indonesia merumuskan dalam Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hal yang sangat penting bagi suatu bangsa, dikatakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang sekolah dasar mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik agar menjadi manusia dewasa yang hidup mandiri. Pendidikan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. yang telah maju. Pendidikan mepunyai peranan yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan kesuksesan masa depan masyarakat semuanya yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. sikap dan keterampilan peserta didik. Pelaksanaannya bukanlah usaha mudah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana dia hidup.

mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke 4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah segala usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikian pada hakikatnya adalah usaha sadar yang dilakukuan oleh. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya.

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

BAB I PEDAHULUAN. pendidikan nasional di Indonesia menyatakan bahwa: Pendidikan nasional

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan diharapkan dapat menghasilkan manusia berkualitas dan mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

BAB 1 PENDAHULUAN. berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum 2013 bertujuan untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cara menjelaskan dan mendefinisikan makna belajar (learning). Di antaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah pilar kehidupan suatu bangsa. Masa depan suatu bangsa

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan budaya kehidupan. Pendidikan yang dapat mendukung pembangunan di masa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Undang No.20 tahun 2003). Pendidikan memegang peranan penting dalam

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. setelah melalui kegiatan interaksi dengan lingkungannya. Perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. dan evaluasi. Untuk mendapat out-put belajar-mengajar yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh bangsa tersebut. UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. diselenggarakan secara optimal supaya menghasilkan lulusan-lulusan yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan suatu negara, pendidikan memiliki peran strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat menuntut

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya. Hal ini dijelaskan dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN. semata-mata untuk hari ini melainkan untuk masa depan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan selalu

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. terdiri atas murid, guru, pegawai serta sarana dan prasarana sekolah.

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar

BAB I PENDAHULUAN. tentang sistem pendidikan nasional dalam bab II pasal 3 tentang fungsi dan tujuan

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (2003, h. 1) menyatakan: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi Marusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003) (2003, h. 3) Mengenai tujuan pendidikan nasional, pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan 1

2 keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang (Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 31 ayat 3). Salah satu usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkannya, yaitu dengan memberikan pendidikan kepada peserta didik pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Sekolah dasar merupakan jenjang pendidikan paling dasar yang ditempuh dalam waktu enam tahun, mulai dari kelas satu sampai kelas enam dan merupakan salah satu lembaga pendidikan formal yang memegang peranan penting sebagai fundamental bagi perkembangan siswa, oleh karena itu pendidikan di sekolah dasar harus betul-betul memberikan bekal yang dapat dijadikan modal bagi siswa untuk menempuh jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Proses belajar mengajar merupakan suatu kegiatan yang dapat membantu siswa mencari tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif bila seluruh komponen yang berpengaruh dalam proses tersebut saling mendukung dalam rangka mencapai tujuan. Komponen-komponen tersebut antara lain siswa, guru, kurikulum, metode, sarana dan prasarana serta lingkungan sekolah. Dari komponenkomponen tersebut yang paling berpengaruh adalah guru. Karena gurulah yang dapat mengelola komponen-komponen yang lainnya. Peranan guru dalam proses belajar mengajar sangat menentukan keberhasilan siswa, sebab gurulah yang langsung berinteraksi dengan siswa di sekolah. Sehubungan

3 dengan tugas guru sebagai pendidik, agar siswa benar-benar mengerti dan memahami pelajaran yang diberikan, guru harus memikirkan dan membuat strategi belajar mengajar yang baik sesuai dengan materi dan mata pelajaran yang akan diajarkannya, sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang diharapkan. Salah satu mata pelajaran pendidikan di sekolah dasar ialah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). IPS merupakan mata pelajaran yang diberikan di SD yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Materi dalam IPS merupakan perpaduan dari materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk Sekolah Dasar, mata pelajaran IPS dikelompokkan ke dalam dua aspek yakni (1) kemampuan untuk mengembangkan konsep kehidupan sosial, dan (2) kemampuian untuk menerpakan kehidupan sosial melalui praktis pengalaman belajar. Kedua hal tersebut harus dijadikan pegangan dan acuan dalam aktivitas sehari-hari sehingga dengan belajar IPS, siswa dapat mengembangkan kemampuan sosial sesuai kompetensi yang diharapkan. Bagi kelas empat sekolah dasar, pembelajaran mengenai materi keragaman suku bangsa dan setempat dikategorikan pembelajaran yang cukup tinggi, walaupun konteksnya pada kehidupan sehari-hari, akan tetapi banyak diantara siswa yang mengalami kesulitan dalam mengetahui keragaman suku

4 bangsa dan setempat, sehingga guru harus menyajikan materi secara konkrit dan menghubungkan materi pembelajaran dengan kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat lebih mudah memahami terhadap materi yang disampaikan. Dalam pembelajaran IPS pada materi keberagaman suku bangsa dan setempat, dibutuhkan model pembelajaran yang menarik, efektif dan efisien untuk menarik perhatian, memotivasi siswa dalam belajar dengan demikian hasil belajar dapat sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, oleh sebab itu, guru sebagai fasilitator harus dapat memilah dan memilih dengan baik terhadap model pembelajaran yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, agar pembelajaran yang berlangsung nantinya dapat berjalan dengan baik, dan mendapatkan hasil belajar yang diharapkan. Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan oleh penulis khususnya pada siswa kelas IV SD Negeri Cibiru 1 Bandung, dari jumlah siswa 35 orang yang terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 20 siswa perempuan, ternyata 40% atau 14 orang siswa telah mencapai nilai ketuntasan belajar setara dengan nilai KKM dalam proses pembelajaran dan terdapat 60% atau 21 orang siswa yang masih belum mencapai nilai ketuntasan atau di bawah nilai KKM. Alasan yang sering dikeluhkan oleh siswa adalah banyaknya materi yang harus dihafalkan dan dibaca, serta dalam proses belajar mengajar guru hanya menggunakan metode ceramah. Hasil wawancara dengan guru kelas IV SD Negeri Cibiru 1, bahwa permasalahan di atas diakibatkan oleh siswa yang malas tidak mau membaca karena terlalu banyak materi IPS yang dipelajari oleh siswa, dan alat peraga di SD Negeri Cibiru 1 yang terbatas.

5 Untuk mengatasi masalah tersebut guru telah melakukan metode tanya jawab, bercerita dengan siswa sesuai dengan pengalamannya, namun hasilnya tidak semua siswa mendapatkan nilai yang maksimal. Berdasarkan latar belakang tersebut, diperlukan suatu perbaikan pembelajaran yang dapat mengatasi permasalahan siswa dan mengacu pada peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPS pada materi keberagaman suku bangsa dan setempat sehingga dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa agar dapat mencapai KKM yang telah ditentukan. Untuk mewujudkan hal tersebut, diperlukan adanya penerapan metode pembelajaran yang dianggap cocok dan tepat untuk dapat mengatasi permasalahan siswa yang malas membaca, alat peraga yang terbatas serta metode pembelajaran yang peneliti rasa belum tepat.. Dengan hal tersebut peneliti mencari, memilah dan memilih suatu model pembelajaran yang dirasa cocok untuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan mencapai keberhasilan penelitian pada pembelajaran IPS ini, yakni dengan menggunakan model pembelajaran model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Tan dalam Rusman (2010, hlm. 229) menyatakan: Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betulbetul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan..

6 Penulis memilih model pembelajaran problem based learning (PBL) ini karena penulis anggap, model pembelajaran problem based learning (PBL) dapat mengatasi permasalahan-permasalahan di atas. Model pembelajaran problem based learning (PBL) ini dapat mengembangkan keterampilan berpikir kritis serta menghadapkan siswa pada latihan untuk memecahkan masalah-masalah sosial. Hal ini dikarenakan model pembelajaran problem based learning dalam pelaksanaannya dicirikan dengan adanya masalah yang dirancang secara khusus untuk dapat merangsang dan melibatkan siswa dalam pola pemecahan masalah. Masalah diberikan agar siswa dapat mengembangkan keterampilan dalam memecahkan permasalahan, menumbuhkan inisiatif siswa dalam mencari alternatif pemecahan masalah, siswa akan terlibat aktif dan memiliki motivasi yang cukup tinggi dikarenakan siswa ingin segera tahu hasil akhir dari penyelesaian masalahnya, dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok, dan dapat meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari serta menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari sehingga akan diperoleh pembelajaran yang semakin bermakna. Oleh karena itu dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) diharapkan siswa mampu meningkatkan motivasi belajar yang pada akhirnya berpengaruh pada meningkatnya hasil belajar siswa dan kualitas pembelajaran IPS di SD Negeri Cibiru 1 akan meningkat. Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti mengangkat judul Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul: Penggunaan Model

7 Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Keragaman Suku Bangsa dan Budaya (Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pembelajaran IPS Pada Siswa kelas IV Semester I Sekolah Dasar Negeri Cibiru 1 Bandung) B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka dapat di identifikasi masalahnya, sebagai berikut: 1. Siswa cenderung malas dalam membaca. 2. Siswa kurang aktif dalam pembelajaran. 3. Hasil tes siswa rendah. 4. Penggunaan metode pembelajaran yang dilakukan guru cenderung menggunakan metode ceramah. 5. Alat peraga yang terbatas. 6. Siswa cenderung pasif dalam proses pembelajaran IPS. 7. Motivasi belajar dalam mata pelajaran IPS masih tergolong rendah, hal ini terlihat dari tidak tercapainya kriteria ketuntasan belajar minimum. C. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Secara Umum Adapun rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut : Apakah penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada

8 materi keragaman suku bangsa dan budaya di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibiru 1 Bandung? 2. Rumusan Masalah Secara Khusus Berdasarkan uraian dalam identifikasi masalah, secara khusus peneliti merumuskan masalah melalui pertanyaan peneliti sebagai berikut: 1. Bagaimana Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keragaman Suku Bangsa dan Budaya melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibiru 1 Bandung? 2. Bagaimana menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) agar motivasi dan hasil belajar siswa di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibiru 1 Bandung pada materi keragaman suku bangsa dan budaya dapat meningkat? 3. Adakah peningkatan motivasi belajar pada materi keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)? 4. Adakah peningkatan hasil belajar pada materi keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)? D. Batasan Masalah Pembatasan masalah dibutuhkan agar penelitian yang dilakukan lebih efektif, efisisen, terarah dan dapat dipahami lebih mendalam. Secara khusus,

9 penelitian ini dibatasi untuk menyelesaikan masalah dalam proses pembelajaran sebagai berikut: 1. Subjek penelitian ini di batasi pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibiru 1 Bandung tahun ajaran 2016-2017 2. Model pembelajaran yang digunakan pada materi ini adalah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 3. Materi pembelajaran dibatasi pada sub pokok bahasan materi keragaman suku bangsa dan budaya. 4. Aktivitas pembelajaran yang diteliti adalah motivasi belajar siswa saat mengikuti pembelajaran pada materi keragaman suku bangsa dan budaya dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 5. Hasil belajar dibatasi pada ranah kognitif aspek pemahaman. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibiru 1 Bandung. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Keragaman Suku Bangsa dan Budaya melalui model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibiru 1 Bandung.

10 2. Untuk menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) agar motivasi belajar dan hasil belajar siswa di kelas IV Sekolah Dasar Negeri Cibiru 1 Bandung pada materi keragaman suku bangsa dan budaya dapat meningkat. 3. Untuk mengetahui peningkatan motivasi belajar pada materi keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). 4. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar pada materi keragaman suku bangsa dan budaya dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kemapanan pelaksanaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) di kelas IV sekolah dasar. 2. Manfaat Praktis Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini akan memberikan manfaat yang antara lain: a. Bagi Siswa 1) Model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dapat digunakan sebagai alternatif upaya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa agar mempunyai kompetensi intelektual dan keterampilan.

11 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar lebih aktif dalam proses pembelajaran. 3) Meningkatkan kerjasama dalam kelompok dan berbagai kesuksesan dengan teman. b. Bagi Guru Dengan dilaksanakan PTK ini, guru memperoleh wawasan dalam memilih dan menggunakan alternatif pembelajaran yang tepat dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga dapat memperbaiki proses pembelajaran, menumbuhkan minat serta kreativitas guru dan mengembangkan profesionalisme keguruannya dalam mengajar. c. Bagi Sekolah Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada sekolah dalam upaya pengembangan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) demi peningkatan kualitas pendidikan. d. Bagi LPTK Terkait Memperkaya khazanah keilmuan di lingkungan PGSD UNPAS, sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian sejenis, dan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pedagogik dan kompetensi professional guru.

12 G. Definisi Operasional 1. Penggunaan Menurut Kamus Bahasa Indonesia pada https://kbbi.web.id/guna kata penggunaan adalah proses, cara, perbuatan, menggunakan sesuatu, pemakaian. 2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Tan dalam Rusman (2010, hal. 229) menyatakan Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan inovasi dalam pembelajaran karena dalam PBM kemampuan berpikir siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Ratumanan dalam Heriawan, dkk (2012, h. 7) menyatakan bahwa Problem Based Learning merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam pikirannya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks. 3. Meningkatkan Kata meningkatkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah kata kerja dengan arti antara lain, menaikan (derajat, taraf, dsb);

13 mempertinggi, memperhebat (produksi, dsb), mengangkat diri; memegahkan diri. https://kbbi.web.id/meningkatkan 4. Motivasi Belajar Menurut Winkel dalam Resi (2011, h. 27) Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam memenuhi kebutuhannya. Menurut Weiner dalam Suminar (2010, h. 15) motivasi adalah kondisi internal yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tertarik dalam kegiatan tertentu. 5. Hasil Belajar Hasil belajar menurut K. Brahim dalam Susanto (2013, h. 5) menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Hasil belajar menurut Hamalik (2012, h. 159) mengemukakan: Hasil belajar merupakan keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data dan informasi), pengolahan, penafsiran, dan pertimbangan untuk membuat keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah di tetapkan. Memperhatikan pengertian istilah diatas, maka yang dimaksud dengan penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada penelitian ini

14 adalah cara atau proses yang dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang dan keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah.