STUDI PENGGUNAAN SERAT IJUK SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA ASPAL POROUS LIQUID ASBUTON (108M)

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI PEMANFAATAN LIMBAH MARMER SEBAGAI AGREGAT KASAR CAMPURAN ASPAL BERPORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL PORUS DENGAN AGREGAT DARI LOLI DAN TAIPA

ANALISIS KEKUATAN TARIK MATERIAL CAMPURAN SMA (SPLIT MASTIC ASPHALT) GRADING 0/11 MENGGUNAKAN SISTEM PENGUJIAN INDIRECT TENSILE STRENGTH

Kamidjo Rahardjo Dosen Teknik Sipil FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

PENGARUH PENAMBAHAN POLYURETHANE TERHADAP STABILITAS CAMPURAN BERASPAL BERPORI

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Pengujian Agregat. Hasil pengujian agregat ditunjukkan dalam Tabel 5.1.

BAB III LANDASAN TEORI

NASKAH SEMINAR INTISARI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melebihi daya dukung tanah yang diijinkan (Sukirman, 1992).

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP KEDALAMAN ALUR RODA PADA CAMPURAN BETON ASPAL PANAS

Agus Fanani Setya Budi 1, Ferdinan Nikson Liem 2, Koilal Alokabel 3, Fanny Toelle 4

TINGKAT KEMUDAHAN MEMENUHI SPESIFIKASI PADA BERBAGAI JENIS CAMPURAN PANAS ASPAL AGREGAT.

KARAKTERISTIK MARSHALL ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) DENGAN MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

KAJIAN EKSPERIMENTAL CAMPURAN HRS-WC DENGAN ASPAL MINYAK DAN PENAMBAHAN ADITIF LATEKS SEBAGAI BAHAN PENGIKAT

PENGARUH KEPADATAN MUTLAK TERHADAP KEKUATAN CAMPURAN ASPAL PADA LAPISAN PERMUKAAN HRS-WC

NILAI KEHANCURAN AGREGAT (AGGREGATE CRUSHING VALUE) PADA CAMPURAN ASPAL

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

BATU KAPUR BATURAJA SEBAGAI FILLER PADA LAPIS ASPHALT CONCRETE-BINDER COURSE (AC-BC) CAMPURAN PANAS. Hamdi Arfan Hasan Sudarmadji

PERBANDINGAN PENGARUH PENGGANTIAN AGREGAT KASAR No. 1/2 dan No. 3/8 TERHADAP PARAMETER MARSHALL PADA CAMPURAN HRS-WC 1 Farid Yusuf Setyawan 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Agregat dari AMP Sinar Karya Cahaya (Laboratorium Transportasi FT-UNG, 2013)

PENGARUH GRADASI AGREGAT TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati 1 ), Sukarman 2 )

KAJIAN KINERJA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS ASPAL BETON SEBAGAI LAPIS AUS BERGRADASI KASAR DAN HALUS

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA Uji Berat Jenis dan Penyerapan Agregat Kasar

NILAI STABILITAS POROUS ASPHALT MENGGUNAKAN MATERIAL LOKAL

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KANDUNGAN AIR HUJAN TERHADAP NILAI KARAKTERISTIK MARSHALL DAN INDEKS KEKUATAN SISA (IKS) CAMPURAN LAPISAN ASPAL BETON (LASTON)

Vol.16 No.2. Agustus 2014 Jurnal Momentum ISSN : X

PENGARUH LIMBAH BAJA ( STEEL SLAG ) SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT KASAR NO. ½ DAN NO.8 PADA CAMPURAN HRS-WC TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL 1

PENGARUH VARIASI KANDUNGAN BAHAN PENGISI TERHADAP KRITERIA MARSHALL PADA CAMPURAN LAPIS ASPAL BETON-LAPIS ANTARA BERGRADASI HALUS

PENGARUH VARIASI RATIO FILLER-BITUMEN CONTENT PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS JENIS LAPIS TIPIS ASPAL BETON-LAPIS PONDASI GRADASI SENJANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.7 Juli 2016 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang terletak pada lapis paling atas dari bahan jalan dan terbuat dari bahan khusus

TINJAUAN STABILITAS PADA LAPISAN AUS DENGA MENGGUNAKAN LIMBAH BETON SEBAGAI PENGGANTI SEBAGIAN AGREGAT KASAR

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

PEMANFAATAN ABU AMPAS TEBU ( BAGASSE ASH OF SUGAR CANE ) SEBAGAI BAHAN PENGISI ( FILLER ) DENGAN VARIASI TUMBUKAN PADA CAMPURAN ASPAL PANAS LASTON

KINERJA PERKERASAN ASPAL PORUS DENGAN PENAMBAHAN KARET GONDORUKEM

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

KINERJA CAMPURAN SPLIT MASTIC ASPHALT SEBAGAI LAPISAN WEARING COURSE (WC)

PENGARUH PENGGUNAAN STEEL SLAG

Berdasarkan bahan pengikatnya konstmksi perkerasanjalan dapat dibedakan atas:

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III LANDASAN TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN MINYAK PELUMAS BEKAS PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT DAN AIR HUJAN

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

Jurnal Sipil Statik Vol.5 No.1 Februari 2017 (1-10) ISSN:

PERBANDINGAN KARAKTER ASPAL PORUS MENGGUNAKAN AGGREGATE GRAVEL DAN KERIKIL MERAPI DENGAN AGGREGATE KONVENSIONAL (268M)

sampai ke tanah dasar, sehingga beban pada tanah dasar tidak melebihi daya

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN 2007

PENGEMBANGAN CAMPURAN BERGRADASI SPLIT MASTIC ASPHALT (SMA) MENGGUNAKAN BAHAN RECLAIMED ASPHALT PAVEMENT (RAP) DAN LIMBAH ARANG BATUBARA

PENGARUH PENAMBAHAN SERBUK BAN KARET PADA CAMPURAN LASTON UNTUK PERKERASAN JALAN RAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam campuran beraspal, aspal berperan sebagai pengikat atau lem antar partikel

Sumber: Spesifikasi Umum Bina Marga 2010 (Revisi 3)

TINJAUAN VOID CAMPURAN ASPAL YANG DIPADATKAN MENGGUNAKAN ALAT PEMADAT ROLLER SLAB (APRS) DAN STAMPER

PENGARUH PENGGUNAAN LIMBAH PLASTIK POLIPROPILENA SEBAGAI PENGGANTI AGREGAT PADA CAMPURAN LASTON TERHADAP KARAKTERISTIK MARSHALL (105M)

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

PEMANFAATAN LIMBAH ABU SERBUK KAYU SEBAGAI MATERIAL PENGISI CAMPURAN LATASTON TIPE B

EVALUASI BAHAN PRODUKSI ASPAL JALAN PROVINSI LUMPANGI BATULICIN. Asrul Arifin ABSTRAK

KAJIAN LABORATORIUM PENGGUNAAN MATERIAL AGREGAT BERSUMBER DARI KAKI GUNUNG SOPUTAN UNTUK CAMPURAN BERASPAL PANAS

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

BAB IV HASIL ANALISA DAN DATA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan penduduk sangat pesat.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kebutuhan pokok dalam kegiatan masyarakat sehari-hari. Kegiatan

BAB III LANDASAN TEORI. dari campuran aspal keras dan agregat yang bergradasi menerus (well graded)

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

PENGARUH PENGGUNAAN AGREGAT HALUS (PASIR BESI) PASUR BLITAR TERHADAP KINERJA HOT ROLLED SHEET (HRS) Rifan Yuniartanto, S.T.

BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN LABORATORIUM SIFAT FISIK AGREGAT YANG MEMPENGARUHI NILAI VMA PADA CAMPURAN BERASPAL PANAS HRS-WC

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

BAB III LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH PENAMBAHAN KARET SOL PADA BETON ASPAL YANG TERENDAM AIR LAUT (204M)

berlemak, larut dalam CCU serta tidak larut dalam air. Jika dipanaskan sampai suatu

KAJIAN HUBUNGAN BATASAN KRITERIA MARSHALL QUOTIENT DENGAN RATIO PARTIKEL LOLOS SARINGAN NO.#200 BITUMEN EFEKTIF PADA CAMPURAN JENIS LASTON

BAB III LANDASAN TEORI. keras lentur bergradasi timpang yang pertama kali dikembangkan di Inggris. Hot

I Made Agus Ariawan 1 ABSTRAK 1. PENDAHULUAN. 2. METODE Asphalt Concrete - Binder Course (AC BC)

Jurnal Sipil Statik Vol.4 No.12 Desember 2016 ( ) ISSN:

PENGARUH PENAMBAHAN SERAT IJUK TERHADAP STABILITAS CAMPURAN ASPAL EMULSI DINGIN

KARAKTERISTIK CAMPURAN HOT ROLLED SHEET WEARING COARSE (HRS WC) PADA PEMADATAN DI BAWAH SUHU STANDAR

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

ANALISA BAHAN TAMBAHAN SERAT POLYPROPYLENE ( FIBER PLASTIC BENESER ) PADA CAMPURAN ASPAL BETON TUGAS AKHIR

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

PENGARUH PENGGUNAAN SERBUK KERAMIK SEBAGAI TAMBAHAN AGREGAT HALUS DALAM CAMPURAN ASPAL

PENGARUH POLYPROPYLENE TERHADAP STABILITAS DAN NILAI MARSHALL LASTON (205)

Transkripsi:

STUDI PENGGUNAAN SERAT IJUK SEBAGAI BAHAN TAMBAH PADA ASPAL POROUS LIQUID ASBUTON (108M) Nur Ali 1 1 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Makassar 90245 Email: nurali_mti@yahoo.com ABSTRAK Pada waktu hujan, genangan air pada permukaan aspal beton masih menjadi masalah utama yang menyumbang besarnya tingkat kemacetan, kebisingan dan kecelakaan lalu lintas. Penanggulangan masalah genangan air pada permukaan jalan dapat menggunakan aspal porous. Aspal porous merupakan campuran beraspal yang didominasi agregat kasar untuk mendapatkan pori yang besar agar berfungsi sebagai drainase. Serat ijuk merupakan serat lokal alami yang murah, kuat, tahan cuaca dan tahan terhadap pelapukan. Aplikasi penambahan serat ijuk pada campuran aspal porous dengan liquid Asbuton sebagai pengikat diharapkan mampu memberikan konstribusi kekuatan yang dapat meningkatan kinerja campuran sekaligus mengurangi kelemahan aspal porous. Bahan pengikat yang digunakan penelitian ini adalah 100% liquid Asbuton sebagai substitusi aspal minyak dengan kadar 8.5% dari berat total campuran dan menggunakan standar gradasi Australia (kadar optimum) dengan 6 variasi penambahan kadar ijuk dari 0% sampai 5% dimana interval penambahannya 1% terhadap berat aspal. Kinerja dari campuran aspal porus diselidiki melalui tes laboratorium terakhir oleh kekuatan Marshall dan karakteristik fungsi aspal porus. Hasilnya menunjukkan peningkatan sifat campuran dengan penambahan 1% serat ijuk memenuhi persyaratan spesifikasi aspal porus. Kata kunci: aspal porous, bahan tambah, liquid asbuton, serat ijuk. 1. PENDAHULUAN Aspal porous atau aspal berpori adalah campuran beraspal yang sedang dikembangkan untuk konstruksi lapis permukaan menggunakan gradasi terbuka dan terletak di atas lapisan kedap air. Gradasi yang digunakan memiliki fraksi agregat kasar berkisar 70-85% dan agregat halus berkisar antara 15-30% dari berat total campuran. Keunggulan dari aspal porous diantaranya memiliki permukaan yang agak kasar sehingga tingkat kekesatannya pun tinggi untuk menghindari slip pada roda kendaraan dan dapat mengurangi kebisingan. Selain itu kadar rongganya yang tinggi diharapkan dapat berfungsi sebagai drainase agar genangan air di atas permukaan jalan yang seringkali terjadi setelah hujan dan mengganggu kelancaran lalu lintas dapat diminimalisir. Sayangnya dengan kadar rongga yang tinggi tersebut, nilai stabilitasnya cenderung lebih rendah, rentan pelapukan serta bahaya disintegrasinya menjadi besar. Terkait dengan pemanfaatan aspal berpori sebagai bahan perkerasan jalan, hasil penelitian terdahulu oleh Nur Ali (2010-2011) menyimpulkan bahwa aspal liquid Asbuton dapat menggantikan posisi aspal minyak sebagai bahan pengikat baik secara keseluruhan ataupun parsial pada aspal berpori. Sedangkan untuk komposisi campuran aspal berpori menggunakan gradasi design Australia dengan pengikat 100% liquid asbuton yang optimum adalah sebesar 8.5% telah memenuhi nilai parameter kinerja kriteria standar aspal porous. Berbagai upaya peningkatan kualitas dari perkerasan jalan raya telah banyak dilakukan dengan penggunaan berbagai jenis bahan tambah yang diindikasikan mampu memberi kontribusi kekuatan pada perkerasan jalan, salah satunya pada penelitian ini menggunakan serat ijuk sebagai bahan tambah dalam campuran aspal porous.serat ijuk sebagai bahan serat lokal merupakan serat organik alami yang mudah didapatkan, harganya murah dan memiliki sifat-sifat menguntungkan seperti tahan terhadap pengaruh panas matahari dan cuaca dingin, tahan terhadap pelapukan, tidak mudah busuk dan awet memungkinkan dapat dijadikan sebagai salah satu pilihan untuk digunakan sebagai bahan tambah dalam campuran. (Budi Santoso, 1995). Atas dasar kesimpulan peneliti terdahulu, maka aplikasi penambahan serat ijuk dalam campuran aspal porous liquid asbuton dengan menggunakan gradasi Australia akan digunakan pada studi eksperimental ini. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 89

2. PROGRAM EKSPERIMEN Benda Uji Aspal porous dengan bahan tambah serat ijuk dibuat dalam bentuk briket benda uji, dimana jumlah briket/benda uji yang direncanakan menggunakan pendekatan bahwa setiap parameter aspal porous yang diuji dibuat 3 buah sampel. Hal ini dilakukan pada setiap variasi penambahan kadar ijuk untuk bahan pengikat aspal liquid asbuton 100% dengan menggunakan hanya satu variasi kadar aspal yaitu 8.5% sehingga ada 6 kadar ijuk yang dicoba dan memerlukan jumlah briket keseluruhan sebanyak 3x6x4 = 72 buah briket. Rincian jumlah benda uji dan standar acuan pengujian aspal porous dapat dilihat pada Tabel 1. Campuran direncanakan menggunakan gradasi terbuka versi australia dengan menggunakan bahan pengikat liquid asbuton dengan menggunakan hanya satu kadar aspal sebesar 8,5% (kadar optimum untuk gradasi australia dan liquid asbuton sebagai pengikat) terhadap berat total campuran. Gradasi tersebut dipilih sebagai gradasi design dengan perbandingan antara agregat kasar dan agregat halus sebesar 85 :15, dan harus memenuhi syarat koridor yang ditetapkan oleh spesifikasi australian asphalt pavement association 2004 (Tabel 2). Tabel 1. Jumlah benda uji dan standar acuan pengujian aspal porous Jenis Pengujian Kadar Aspal (%) Kadar Ijuk (%) Jumlah Benda Uji Standar Pengujian Permeabilitas 8.5 Cntabro loss 8,5 Marshal Test 8,5 Binder Drain- Down Test 8,5 Jumlah 72 Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X ASTM C-131 SNI-06-2489- 1991 AASHTO T 305 Untuk bahan tambah yang digunakan yaitu serat ijuk yang telah dibersihkan dan dipotong-potong 0.5 cm. Pengujian sifat bahan penyusun campuran aspal porous berupa agregat kasar dan agregat halus serta aspal liquid Asbuton dilakukan sesuai jenis dan metode pengujian yang berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Komposisi campuran aspal porous dengan penambahan serat ijuk pada penelitian ini bervariasi dari 0% sampai 5% dengan interval penambahan 1% terhadap berat aspal. Pencampuran serat ijuk dilakukan pada saat pemanasan/penggorengan agregat bersama aspal sebelum pemadatan, dimana ijuk yang telah dipotong-potong 0.5cm dicampur ke dalam campuran agregat dan aspal dengan orientasi penyebarannya secara acak dan merata, diaduk dengan pengaduk tahan panas kemudian dipadatkan dalam mould briket. tahapan pembuatan briket benda uji dapat dilihat pada Gambar 1. M - 90 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Tabel 2. Gradasi Campuran Aspal Porous yang digunakan dalam penelitian Ukuran ayakan % lolos ASTM (mm) WC ¾ 19 100 1/2 13,2 85-100 3/8 9,50 45-70 2/7 6,70 25-45 No 4 4,75 10-25 No 8 2,36 7-15 No 16 1,18 6-12 No 30 0,60 5-10 No 50 0,30 4-8 No 100 0,1-7 No 200 0,075 2-5 Sumber : Australian Asphalt Pavement Association, 2004 Gambar 1. Tahapan pembuatan briket. (a) Penggorengan/Pemanasan agregat; (b) Serat ijuk yang digunakan; (c) Pencampuran serat ijuk ke dalam agregat; (d) Pengukuran suhu campuran; (e) Pencampuran aspal; (f) Pengukuran suhu setelah dicampur aspal; (g)pemadatan; (h) Benda uji dikeluarkan dari mould dengan ejector; (i) Pengukuran specimen briket benda uji Pengujian Aspal Porous Selanjutnya dilakukan pengujian benda uji briket aspal porous,dimana terdapat 4 (empat) macam pengujian,yaitu pengujian cantabro loss test, permeabilitas, binder drain down, dan pengujian stabilitas dengan metode marshall. kemudian parameter yang diperoleh dari hasil pengujian tersebut lalu dibandingkan dengan parameter standar acuan yang telah ditetapkan. parameter yang tidak memenuhi standar akan dilakukan evaluasi bersama parameter lainnya. pengaruh terhadap parameter tersebut di atas yang menjadi bahan evaluasi terhadap penggunaan serat ijuk pada aspal porous. Pada aspal porous terdapat standar kinerja seperti terlihat pada Tabel 3. Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 91

Tabel 3. Standar kinerja aspal porous Standar kinerja Marshall aspal berpori Stability >500 kg Flow 2-6 mm VIM 10% - 25% Marshall Quetion >200 kg/mm Standar kinerja fungsi aspal berpori Permeabilitas >10ˉ¹ cm/det Porositas 10% - 30% Cantabro Loss <15% Binder Drain Max. 0,3% Down Sumber: Specitication For Porous Asphalt, Australian Road Standard, 2002 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian Catambro Gambar 2 memperlihatkan nilai cantabro mengalami yang penurunan pada kadar ijuk yang dianggap optimum kemudian meningkat seiring dengan penambahan kadar ijuk. Perilaku cantabro tersebut, menunjukkan daya ikat antar agregat dalam campuran semakin berkurang setelah melampaui kadar ijuk optimumnya. Pemakaian kadar ijuk yang tinggi tidak baik karena ijuk dapat menyerap aspal lebih banyak, menyebabkan tebal film aspal menjadi berkurang sehingga ikatan antar agregat melemah karena aspal sudah tidak dapat menyelimuti permukaan agregat dengan baik. Hal inilah yang menyebabkan disintegrasi semakin besar saat dilakukan pengujian cantabro dengan mesin Los Angeles. Pengujian Porositas Gambar 3 menunjukkan nilai porositas dimana persentase kandungan rongga dalam campuran aspal porous setelah pemadatan. Nilai porositas semakin menurun dengan meningkatnya kadar ijuk. Hal ini disebabkan oleh aspal yang bersifat termoplastis bersama ijuk mengisi dan menempati rongga-rongga yang ada dalam campuran sehingga memperkecil kadar rongga dalam campuran. Dari hasil pengujian porositas, campuran aspal porus dengan kadar ijuk hingga 4% masih memenuhi spesifikasii yang ditentukan antara 10% - 30%. Gambar 2. Hubungan antara kadar ijuk dengan cantabro Gambar 3. Hubungan antara kadar ijuk dengan porositas M - 92 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Pengujian Permeabilitas Gambar 4 menunjukkan koefisien permeabilitas yang semakin kecil seiring penambahan serat ijuk disebabkan penggunaan kadar ijuk yang semakin tinggi, mengurangi volume rongga yang berada dalam campuran yang secara otomatis menyebabkan permeabilitas menurun, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk mengalirkan air dari permukaan semakin lama. Perilaku permeabilitas sangat dipengaruhi juga dari persentase porositas dalam campuran. Dari hasil pengujian, kadar ijuk hingga 2% masih memenuhi spesifikasi untuk pengujian permeabilitas campuran aspal porus yaitu minimal 10-1 cm/detik. Pengujian Binder Drain-Down Gambar 5 menunjukkan dengan bertambahnya kadar ijuk maka drain-down yang terjadi juga semakin berkurang. Hal ini dikarenakan kemampuan ijuk dalam menyerap aspal sehingga aspal yang jatuh atau mengalir berkurang. Pengujian binder draindown bertujuan untuk mengetahui jumlah drain-down yang terjadi pada campuran beraspal yang belum dipadatkan, yaitu selama produksi, pengangkutan dan pemadatan campuran. Dari grafik, binder drain down terbesar terjadi pada campuran aspal tanpa ijuk (kadar ijuk 0%). Secara mum hasil yang diperoleh menunjukkan telah memenuhi spesifikasi binder drain down yang diisyaratkan yaitu maksimum 0.3% dari berat total campuran sebelum dipadatkan. Gambar 6 menunjukkan nilai VIM yang pada dasarnya mirip dengan nilai porositas yang berfungsi untuk mengalirkan air permukaan sehingga mengurangi genangan di permukaan. Grafik di atas menunjukkan nilai VIM yang menurun akibat penggunaan kadar ijuk yang besar karena ijuk mengisi dan menutupi rongga-rongga dalam campuran. Kadar ijuk hingga 4% telah memenuhi spesifikasi aspal porous untuk lalu lintas sedang yaitu 10 25%. Gambar 4. kadar ijuk dengan permeabilitas Gambar 5. kadar liquid asbuton dengan Binder Drain Down Gambar 6. Hubungan antara kadar ijuk dengan VIM Gambar 7. Hubungan antara kadar ijuk dengan stabilitas Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 93

Hubungan Kadar Ijuk dengan Stabilitas Gambar 7 menunjukkan nilai stabilitas meningkat dengan bertambahnya kadar ijuk dan kemudian kembali menurun setelah melewati kadar ijuk 1% yang dapat diindikasikan sebagai kadar ijuk optimum campuran. Penambahan ijuk yang berlebihan tidak baik karena dayaa ikat dari lapisan aspal sudah tidak efektif untuk penguncian antar partikel sehingga terjadi geseran antar butir, atau dengan kata lain interlocking antar agregat berkurang yang menyebabkan nilai stabilitas menurun. Sebaliknya pada saat kadar ijuk optimum membuktikan bahwa posisi ijuk memberikan penguncian antar partikel yang lebih baik karena dapat mengikat agregat lebih kuat, sehingga nilai stabilitasnya pun menjadi naik. Hubungan Kadar Ijuk dengan Flow Kelelehan atau flow merupakan parameter untuk menunjukkan kelenturan campuran atau besarnya deformasi vertikal akibat beban yang bekerja padaa perkerasan. Gambar 8 memperlihatkan bahwa nilai flow meningkat dengan semakin bertambahnya kadar ijuk yang menggambarkan campuran menjadi semakin plastis dan lebih rentan terhadap deformasi karena penggunaan ijuk yang besar. Hubungan Kadar Aspal dengan Marshall Quontient Hasil Bagi Marshall atau Marshall Quotient (MQ) adalah indikator terhadap kekakuan campuran secara empirik, yang merupakan hasil bagi stabilitas dengan kelelehan. Semakin tinggi nilai MQ, maka kemungkinan akan semakin tinggi kekakuan suatu campuran dan semakin rentan campuran tersebut terhadap keretakan, sebaliknya jika semakin kecil nilainya maka campuran semakin lentur. Gambar 9 memperlihatkan hasil pengujian Marshall Quotient 0%-2% sudah memenuhi spesifikasi untuk campuran aspal porous yaitu lebih besar dari 200 kg/mm. Gambar 8. Hubungan antara kadar ijuk dengan Flow Gambar 9. Hubungan antara a kadar ijuk dengan MQ Gambar 10. Kadar ijuk optimum M - 94 Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013

Kadar Liquid Asbuton Optimum Penentuan Kadar Ijuk Optimum ditentukan dari hubungan beberapa parameter hasil pengujian mix design aspal porous seperti yang terlihat pada Gambar 10. Titik temu dari hubungan beberapa grafik parameter pengujian mix design diperoleh titik temu minimum dan maksimum yaitu 0% dan 2% dari titik temu ini kemudian diambil rata-rata dari nilai yang diperoleh yaitu 1%. 4. KESIMPULAN Dari hasil penelitian diperoleh beberapa keseimpulan, diantaranya: 1. Persentase serat ijuk ideal yang diperoleh dari hasil analisis grafik hubungan yang memenuhi spesifikasi parameter karakteristik aspal porous dan karakteristik Marshall didapatkan nilai kadar ijuk optimum sebesar 1%. 2. Penggunaan serat ijuk sebagai bahan tambah (additive) dalam campuran aspal porous memberikan pengaruh terhadap karakteristik campuran pada kadar optimum sebesar 1 % yang ditinjau dari segi kekuatan atau karakteristik Marshall yaitu ; Nilai cantabro loss menurun menunjukkan interlocking antar agregat yang semakin baik sehingga bahaya disentegrasi pada aspal porous dapat diminimalisir. Meningkatkan stabilitas campuran yaitu meningkatkan kemampuan campuran aspal porous untuk memikul beban lalu lintas / lebih tahan terhadap deformasi, membuktikan bahwa ijuk dapat memberikan penguncian antar partikel lebih baik sehingga dapat menahan struktur agregat kokoh pada posisinya. Nilai binder drain down menurun menunjukkan bahwa adanya penambahan ijuk ke dalam campuran dapat mengurangi kepekaan aspal terhadap suhu. 3. Penggunaan serat ijuk sebagai bahan tambah (additive) dalam campuran aspal porous memberikan pengaruh terhadap karakteristik campuran pada kadar optimum sebesar 1 % yang ditinjau dari karakteristik fungsi aspal porous dimana nilai porositas dan permeabilitasnya menunjukkan adanya penurunan, tetapi penurunan tersebut tidak terlalu besar dan masih menghasilkan parameter kinerja yang nilainya tetap berada dalam batas toleransi kriteria standar yang sekaligus masih memenuhi syarat karakteristik fungsi aspal porous sebagai drainase. DAFTAR PUSTAKA A. S. Affan. M, (2000). Perilaku Aspal berpori di Uji Dengan Alat Marshall dan Wheel Tracking Machine, Simposium III FSTPT, ISBN No.979-96241-0-X. Alderon. A, John. B, John. O, John. R, (1997). Open Graded Asphalt Design Guide, Australian Asphalt Pavement Association. Australian Asphalt Pavement Association, (2004). National Asphalt Specification. Cabrera. J. G and Dixon. J. R, March 1994, Performance and Durability of Bituminous Material, Proceeding of Symposium University of Leeds, London. Diana. I. W, Siswosoebrotho Ismanto Bambang, Karsaman Hermawan Rudy, (2000). Sifat-Sifat Teknik dan Permeabilitas Pada Aspal Berpori, Simposium III FSTPT, ISBN No. 979-96241-0-X. Direktorat Jenderal Bina Marga. (2010), BAB VII Spesifikasi Umum, Departemen Pekerjaan Umum. Hardiman M. Y, (2004). Pengaruh Ukuran Maksimum Agregat Kasar Dalam Desain Gradasi Campuran Aspal berpori, Jurnal Teknik Sipil, Volume 11, No. 2. Hermadi, M., (2006). Berbagai Alternatif Penggunaan Asbuton pada Perkerasan Jalan Beraspal. Puslitbang Jalan dan Jembatan. http://members.tripod.com/sultra/aspal_buton.htm Nur Ali. (2010). Kajian Pemanfaatan Liquid Asbuton sebagai Bahan Pengikat Aspal Porous pada Lapis Permukaan Perkerasan Jalan. Nur Ali, M. Wihardi Tjaronge, November (2011). Kajian Eksperimental Aspal berpori Menggunakan Liquid Asbuton Sebagai Bahan Subsitusi Aspal Minyak Pada Lapis Permukaan Jalan. The 14 th International Symposium Forum Studi Tansportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT), Pekanbaru Riau. Santoso. Budi, (1995). Penggunaan Serat Ijuk Sebagai Campuran Split Mastic Asphalt (SMA). Sarwono Djoko, Astuti Koes Wardhani, (2007). Pengukuran Sifat Permeabilitas Campuran Porus Aspal, Media Teknik Sipil, 131. Sukirman, Silvia, (1995). Perkerasan Lentur Jalan Raya, Nova, Bandung Universitas Sebelas Maret (UNS) - Surakarta, 24-26 Oktober 2013 M - 95