Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 2, Oktober 2014 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akibat gangguan sangat penting pada masa kanak-kanak karena karies gigi,

Jurnal Keperawatan, Volume VIII, No. 1, April 2012 ISSN

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK ANAK UMUR 1 TAHUN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKUAN BARU KOTA JAMBITAHUN 2013

PENELITIAN TINGKAT KEPARAHAN KARIES DAN STATUS GIZI PADA ANAK SEKOLAH USIA 7 8 TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan ibu hamil dan balita sangatlah penting, sehingga Notoatmodjo (2003)

BAB I PENDAHULUAN. kurang, gizi baik, dan gizi lebih (William, 2010).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Pulo Brayan Kota Medan dengan

HUBUNGAN TINGKAT KEJADIAN KARIES GIGI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-7 TAHUN DI SD INPRES KANITI KECAMATAN KUPANG TENGAH KABUPATEN KUPANG

*Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado Jl. R.W. Mongisidi Malalayang Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PUBLIKASI KARYA ILMIAH

HUBUNGAN SIKAP IBU DENGAN STATUS GIZI BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SAWAH LEBAR KOTA BENGKULU

PENELITIAN MEDIA KOMUNIKASI DALAM KEBERHASILAN PROMOSI KESEHATAN GIGI DAN MULUT. Desi Andriyani *

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. setiap proses kehidupan manusia agar dapat tumbuh dan berkembang sesuai

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN JARAK KELAHIRAN DAN JUMLAH BALITA DENGAN STATUS GIZI DI RW 07 WILAYAH KERJA PUSKESMAS CIJERAH KOTA BANDUNG

PROFIL STATUS GIZI ANAK BATITA (DI BAWAH 3 TAHUN) DITINJAU DARI BERAT BADAN/TINGGI BADAN DI KELURAHAN PADANG BESI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terutama penyakit infeksi. Asupan gizi yang kurang akan menyebabkan

STUDI DETERMINAN KEJADIAN STUNTED PADA ANAK BALITA PENGUNJUNG POSYANDU WILAYAH KERJA DINKES KOTAPALEMBANG TAHUN 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. salah satu faktor penting dalam perkembangan normal anak. 1 Penyakit gigi dan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STATUS GIZI BAIK DAN GIZI KURANG PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAYO SELINCAH KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini

METODE PENELITIAN. pendekatan cross sectional, yaitu pengukuran variabel-variabelnya

ANALISIS TERHADAP FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB GIZI KURANG PADA BALITA DI DESA BANYUANYAR KECAMATAN KALIBARU BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi kurang sering terjadi pada anak balita, karena anak. balita mengalami pertumbuhan badan yang cukup pesat sehingga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan Sistem Informasi Rumah Sakit (SIRS),

BAB I PENDAHULUAN. Mulai dari kelaparan sampai pola makan yang mengikuti gaya hidup yaitu

A n d a l a s D e n t a l J o u r n a l P a g e 49

BAB 1 PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu permasalahan kesehatan gigi yang paling

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian observasional yang dilakukan terhadap

Anneke A. Tahulending 1), Christy Velia Kosegeran 2) 1)3) Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Manado, Jl. R. W. Mongisidi Malalayang

BAB I PENDAHULUAN. 2004, didapatkan bahwa prevalensi karies di Indonesia mencapai 85%-99%.3

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak balita merupakan kelompok usia yang rawan masalah gizi dan penyakit.

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASARKAN INDEKS ANTROPOMETRI TUNGGAL DAN ANALISIS LANJUT DATA RISKESDAS 2007 YEKTI WIDODO & TIM

HUBUNGAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN STUNTING PADA BALITA DI DESA KANIGORO, SAPTOSARI, GUNUNG KIDUL

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEKURANGAN ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BILU BANJARMASIN

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional ini mencakup pengertian yang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah observational analitik dengan desain

Jurnal Darul Azhar Vol 5, No.1 Februari 2018 Juli 2018 : 17-22

METODE PENELITIAN. Bentuk penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian deskriptif

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan kecerdasan anak. Pembentukan kecerdasan pada masa usia

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian studi analitik,

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

BAB 1 PENDAHULUAN. ini. Anak sekolah dasar memiliki kerentanan yang tinggi terkena karies,

III. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Anak usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa sekolah. Anak

BAB I PENDAHULUAN. kejadian yang penting dalam perkembangan anak (Poureslami, et al., 2015).

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

I. PENDAHULUAN. Gigi adalah alat pengunyah dan termasuk dalam sistem pencernaan tubuh

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. Selama usia sekolah, pertumbuhan tetap terjadi walau tidak secepat

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

PERILAKU IBU DALAM MENGASUH BALITA DENGAN KEJADIAN DIARE

Adequacy Levels of Energy and Protein with Nutritional Status in Infants of Poor Households in The Subdistrict of Blambangan Umpu District of Waykanan

BAB I PENDAHULUAN. tetapi juga terjadi pada anak-anak. Karies dengan bentuk yang khas dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karbohidrat oleh bakteri, gigi, dan saliva.karies yang terjadi pada gigi desidui

BAB I PENDAHULUAN. penting yang menjadi kesepakatan global dalam Sustainable Development

METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.

PENDIDIKAN IBU, KETERATURAN PENIMBANGAN, ASUPAN GIZI DAN STATUS GIZI ANAK USIA 0-24 BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mortalitasnya yang masih tinggi. Diare adalah penyakit yang ditandai

BAB 3 METODE PENELITIAN. epidemiologi yaitu cross sectional (sekat silang) yaitu penelitian yang mengamati

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat sebagai akibat meningkatnya konsumsi gula seperti sukrosa.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kerusakan bahan organik yang dapat menyebabkan rasa ngilu sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. yang berkualitas. Dukungan gizi yang memenuhi kebutuhan sangat berarti

ABSTRAK. Kata kunci: Karies gigi, nutrisi, indeks karies.

Kata Kunci: Status Gizi Anak, Berat Badan Lahir, ASI Ekslusif.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dan TK Aisyiyah Bustanul Atfal Godegan.

BAB I PENDAHULUAN. gizi yang terdiri dari 5,7% balita yang gizi buruk dan 13,9% berstatus gizi

III. METODE PENELITIAN. variabel terikat dikumpulkan dalam waktu yang bersamaan (Notoatmodjo,

BAB 1 PENDAHULUAN. normal melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme

PENGARUH KONSELING GIZI TERHADAP

III. METODE PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume X, No. 1, April 2014 ISSN

Hubungan Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi dengan Karies Molar Satu Permanen pada Murid Umur 6-12 Tahun SDN 26 Lamteumen Timur Kota Banda Aceh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan

FAKTOR RISIKO KEJADIAN GIZI KURANG ANAK BADUTA (12-24 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PADANG PASIR KECAMATAN PADANG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah anak yang berusia 7-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PEMBERIAN MAKANAN PENDAMPING ASI DINI DENGAN PERTUMBUHAN BAYI DI DESA PAKIJANGAN KECAMATAN BULAKAMBA KABUPATEN BREBES

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Masalah gizi khususnya balita stunting dapat menghambat proses

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDAPATAN DAN PENGELUARAN PANGAN-NON PANGAN KELUARGA DENGAN STATUS GIZI ANAK PRASEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB 3 METODE PENELITIAN. cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DENGAN STATUS GIZI BALITA USIA 7-36 BULAN DI WILAYAH PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I TAHUN 2015 NASKAH PUBLIKASI

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DAN BERAT BADAN LAHIR DENGAN KEJADIAN STUNTING

BAB III METODE PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA PENYAKIT INFEKSI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI PUSKESMAS JAMBON KECAMATAN JAMBON KABUPATEN PONOROGO TAHUN 2014.

HUBUNGAN RIWAYAT ASI EKSKLUSIF DAN TINGKAT PENDIDIKAN IBU DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI BALITA DI POSYANDU AMBARSARI, GAMPING I, SLEMAN TAHUN 2015

Transkripsi:

PENELITIAN HUBUNGAN STATUS GIZI ANAK BALITA DAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN ASUPAN MAKANAN DENGAN KEJADIAN KARIES GIGI Bertalina*, Bintang H Simbolon** Asupan makanan erat kaitannya dengan perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan dan gizi kepada anak balita. Anak balita adalah kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat kekurangan gizi dan jumlahnya dalam populasi besar. Demikian juga hal ini diperkuat dengan teori menurut Johannson dkk (1998) yang menyatakan bahwa malnutrisi dapat meningkatkan resiko terjadinya karies. (Moynihan PJ, 1995). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status gizi anak balita dan perilaku ibu dalam pemberian asupan asupan makanan dengan kejadian karies gigi di Puskesmas kota Bandar Lampung.. Jenis penelitian adalah dengan metode analitik dengan pendekatan kasus kontrol (case control). Populasi adalah ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang datang Lampung untuk melakukan perawatan dan pemeriksaan kesehatan anaknya. Sampel adalah sebesar 182 responden dimana 91 responden ibu dengan kasus karies gigi pada anak dan 91 responden ibu dengan tidak terdapat karies gigi pada anak. Teknik pengambilan sampel dengan random sampling. Dari hasil analisis univariat diperoleh keterangan bahwa status gizi buruk (pendek) terdapat sebesar 37 anak (20,3%) dan status gizi normal sebesar 145 anak (79,7%). Perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan anak balita yang kurang baik terdapat sebesar 86 orang (47,3%) dan perilaku ibu yang baik sebesar 96 orang (52,7%). Dari hasil analisis bivariat diperoleh keterangan bahwa status gizi anak balita mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi anak balita yang datang Lampung tahun 2013. Kata kunci : Status gizi, perilaku ibu, karies gigi LATAR BELAKANG Status gizi sangat berhubungan erat dengan tumbuh kembang gigi dan mulut dalam hal kecukupan asupan gizi ibu saat masih dalam kandungan, sedangkan pada gigi tetap sangat dipengaruhi oleh asupan gizi pada masa tumbuh kembang anak usia dini (Fajar, Ibnu, dkk,2001). Malnutrisi dapat meningkatkan risiko terjadinya karies gigi disebabkan karena adanya kerusakan kelenjar saliva sehingga menyebabkan laju air liur saliva menurun dan komposisi saliva juga berubah. (Moynihan PJ, 1995).Terjadinya gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait yang salah satu penyebab kurang gizi adalah kualitas asupan gizi masyarakat Indonesia sangat rendah. Status gizi anak balita dapat diketahui melalui pemeriksaan antropometri dengan membandingkan antara berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Status gizi anak balita Indonesia menurut Riskesda 2010 berdasarkan BB/TB adalah : 6,0% sangat kurus; 8,5% kurus; 72,8% normal; dan 14,0% gemuk. Sedangkan untuk propinsi Lampung status gizi balita adalah : 5,4% sangat kurus; 8,5% kurus; 69,6% normal; dan 16,4% gemuk. Status gizi balita Indonesia berdasarkan TB/U adalah : 18,5% sangat pendek; 17,1% pendek; dan 64,4% normal. Untuk propinsi Lampung status gizi balita adalah : 20,6% sangat pendek; 15,6% pendek; dan 63,7% normal. Status gizi balita Indonesia berdasarkan BB/U adalah : 4,9% gizi buruk; 13% gizi kurang; gizi baik 76,2%; dan 5,8% gizi lebih. Sedangkan untuk propinsi Lampung status gizi balita adalah : 3,5% gizi buruk; 10,0% gizi kurang; 79,8% gizi baik; dan 6,8% gizi lebih. Ada dua masalah utama yang erat hubungannya dengan masalah malnutrisi ini yaitu kemiskinan dan pendidikan yang rendah (Hartati, 2006). [215]

Asupan makanan erat kaitannya dengan perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan dan gizi kepada balita. Karena kurangnya zat nutrisi dapat menyebabkan kelainan struktur gigi sehingga salah satu manifestasinya adalah terjadi kerapuhan pada email gigi, yang menguraikan bahwa kecukupan zat gizi akan berpengaruh terhadap pola erupsi gigi anak. Kemudian dari hasil penelitian terdahulu juga diperoleh keterangan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara malnutrisi pada balita terhadap terjadinya karies gigi tetap. Manifestasi yang terjadi pada rongga mulut balita antara lain karies gigi dan penyakit periodontal (Moynihan PJ,1995). Menurut studi yang dilakukan oleh Toverud menyatakan bahwa dari anak balita yang berusia 1 tahun 5% menderita karies, pada usia 2 tahun 10% yang menderita karies, pada usia 3 tahun 40% menderita karies, pada usia 4 tahun 55% menderita karies dan pada usia 5 tahun 3 dari 4 anak balita menderita karies gigi. (SW Joko, 1992).Sedangkan menurut data Riskesdas (2007), prevalensi anak Indonesia berusia dibawah 1 tahun yang bermasalah gigi adalah sebesar 1,1% sedangkan anak berusia 1-4 tahun sebesar 6,9%. Untuk propinsi Lampung anak berusia dibawah 1 tahun sebesar 0,5% sedangkan anak berusia 1-4 tahun sebesar 5,2%. Kasus balita yang mengalami malnutrisi sering dialami oleh negara berkembang seperti Indonesia karena erat kaitannya dengan perilaku orang tua khususnya ibu, Jadi tidak heran bila anak yang mengalami malnutrisi berjumlah sekitar 42% (Litbang Kompas) dan ini ada hubungannya dengan perilaku ibu. (Knowles J, 2007). Perilaku adalah merupakan hasil dari segala macam pengalaman dan interaksi manusia dengan lingkungannya. Wujud perilaku adalah berupa pengetahuan, sikap dan tindakan. (Comb & Suryeg dalam Budiharto, 1998). Menurut pandangan psikologi, ibu dipandang sebagai tokoh kunci yang menfasilitasi nilai-nilai dan norma-norma dari ibu kepada anak. (Humpris G, Margaret SL, 2000).Orangtua khususnya ibu merupakan pendidik pertama dan utama bagi anaknya, sehingga merupakan faktor yang sangat penting dalam perilaku kesehatan bagi anak-anak mereka. (Notoatmodjo S, 2000). Bagi golongan yang mampu malnutrisi terjadi karena kurang sadarnya orangtua dalam pemberian asupan makana dan gizi sehingga menyebabkan kurang gizi karena pengalokasian dana dan gizi berlebih karena belum sadar akan hal pemberian gizi seimbang. Masalah itu tidak hanya bermanifestasi pada tubuh saja tetapi juga dapat terjadi di rongga mulut seperti karies dan penyakit periodontal. (Moynihan PJ, 1995) METODE Jenis penelitian ini adalah dengan metode analitik dengan menggunakan pendekatan kasus kontrol (case control) dimana penulis ingin mengetahui hal-hal yang berhubungan dengan suatu keadaan yang pengukurannya dilakukan secara bersama-sama atau serentak. Variabel bebas terdiri dari 2 variabel yaitu : status gizi balita dan perilaku ibu.variabel terikat adalah kejadian karies gigi anak balita ditandai dengan ada atau tidaknya karies gigi pada anak balita. Populasi pada penelitian ini adalah ibu-ibu yang memiliki anak balita yang datang mengunjugi Puskesmas di kota Bandar Lampung untuk berobat dan memeriksakan kesehatan anak balitanya. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara random sampling sehingga yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah semua ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang datang mengunjungi Puskesmas di kota Bandar Lampung akan terwakili secara proporsional. Dengan demikian diperoleh sampel sebesar 182 responden yang terdiri dari 91 responden pada kelompok kasus dan sebesar 91 responden pada kelompok kontrol.penelitian ini dilaksanakan selama dua [216]

minggu yaitu pada bulan September 2013 pada Puskesmas di kota Bandar Lampung. Teknik pengumpulan data adalah data primer yang diperoleh dengan melakukan pemeriksaan def-t dilakukan dengan pemeriksaan langsung pada gigi geligi anak balita.penatalaksanaan dalam pengumpulan data ini sangat dibutuhkan agar kegiatan pemeriksaan gigi pada responden dapat berjalan secara tepat dan sesuai dengan prosedur serta dalam keadaan steril, dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Persiapan alat dan bahan b. Petugas mempersiapkan diri dan lembar status c. Responden diperiksa keadaan giginya dengan menggunakan sonde dan kaca mulut. d. Pemeriksaan dimulai dari bagian rahang atas kanan ke rahang atas kiri kemudian ke rahang bawah kiri dan berakhir pada rahang bawah kanan untuk semua gigi. e. Pencatatan dilakukan pada lembar status sesuai dengan nama masing-masing anak. Setelah selesai pengambilan data def-t pada anak, kemudian petugas memberikan lembar kuesioner kepada ibuibu yang anaknya sudah diperiksa keadaan gigi dan mulutnya untuk diisi yang didampingi oleh petugas. Pemeriksaan status gizi anak balita dilakukan dengan cara melakukan pengukuran tinggi badan anak balita dan dilihat berdasarkan umur oleh petugas. Pada penelitian ini dapat dilakukan wawancara langsung dengan ibu dari anakanak yang sudah dilakukan pemeriksaan gigi dan mulutnya sehingga jawaban dari responden yang diperoleh dianggap akurat (valid). Analisa data dilakukan dengan 2 tahap, yaitu, analisa univariat dilakukan untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari masing-masing variabel yang diteliti untuk mendeskripsikan variabel dependen dan variabel independen. Kemudian analisa bivariat dilakukan untuk melihat hubungan variabel dependen dengan variabel independen dengan uji statistik Chi Square. HASIL Analisis Univariat Tabel 1: Distribusi Status Gizi Anak Balita Status Gizi(TB/U) f % Pendek 37 20,3 Normal 145 79,7 Total 182 100 Pada penelitian ini status gizi anak balita normal lebih banyak sebesar 145 orang (79,7%) dan status gizi anak yang pendek sebanyak 37 orang (20,3%). Tabel 2: Distribusi Perilaku Ibu dalam Pemberian Asupan Makanan Perilaku Ibu f % Kurang baik 86 47,3 Baik 96 52,7 Total 182 100 Perilaku ibu dari anak balita yang datang mengunjungi Puskesmas di kota Bandar Lampung yang kurang baik sebesar 86 orang (47,3%) dan perilaku ibu yang baik adalah sebesar 96 orang (52,7%). Analisis Bivariat Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (perilaku ibu dan status gizi anak balita) dengan variabel dependen yaitu ada tidaknya karies gigi pada anak balita. Untuk mengetahui tingkat ketepatan/kemaknaan (significancy) pada batas 0,05,dilakukan analisa bivariat dengan uji Chi Square. Apabila data yang diperoleh nilai expected dalam satu sel kurang dari 5 sebanyak 20%, maka alat uji yang digunakan adalah Fisher Exact.Untuk pengambilan keputusan adalah bila nilai p- value < α, OR tidak 1 dan nilai Confidence Interval (CI) 95% tidak memasukkan nilai [217]

null (1) maka Ho ditolak atau ada hubungan. Tabel 3: Hubungan Kejadian Karies Anak Balita dengan Perilaku Ibu Kejadian Karies Perilaku Karies Tdk Karies Ibu f % f % Baik 32 33,3 64 66,7 Kurang 59 68,6 27 31,4 Total 91 50 91 50 p value 0,000 Setelah dilakukan analisa dengan uji statistik, maka diperoleh p value= 0.000,sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan pada anak balita mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi pada anak balita. Tabel 4: Hubungan Kejadian Karies dengan Status Gizi Anak Balita Kejadian Karies Status Gizi Karies Tdk Karies f % f % Pendek 14 37,8 23 62,2 Normal 77 53,1 68 49,6 Total 91 50 91 50 p value 0,141 Setelah dilakukan analisis dengan uji statistik maka diperoleh p value= 0,141, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa status gizi anak balita tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi pada anak balita. PEMBAHASAN Dari keseluruhan sampel yang berjumlah sebesar 182 anak balita yang datang mengunjungi Puskesmas di kota Bandar Lampung dijumpai sebesar 37 anak balita yang mempunyai status gizi pendek (TB/U) atau 20,3% dan sebesar 145 anak balita yang mempunyai status gizi normal (79,7%).Dari hasil penelitian ini diperoleh data bahwa dari seluruh sampel ibu-ibu yang membawa anak balitanya Lampung yang berjumlah 182 orang diperoleh data bahwa sebesar 86 orang (47,3%) mempunyai perilaku yang kurang baik dan sebesar 96 orang (52,7%) mempunyai perilaku yang baik. Dari analisa bivariat yang sudah dilakukan, diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan anak balita dengan kejadian karies gigi pada anak balita yang Lampung. Berdasarkan penelitian TH Denny (2009), ditemukan adanya hubungan yang bermakna antara adanya karies gigi pada balita dengan perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan terutama yang mengandung sukrosa dan ini didukung dari hasil penelitian ini yang memperlihatkan bahwa jumlah karbohidrat lebih tinggi daripada rekomendasi yang ada. Pada penelitian ini juga diperlihatkan bahwa pada saat kategori indeks def-t sangat rendah ditemukan pada perilaku ibu yang baik, lalu diikuti dengan perilaku ibu yang normal dalam pemberian asupan makanan pada balitanya. Sedangkan pada penelitian Simbolon BH (2010) diperoleh kesimpulan bahwa perilaku ibu dalam pencegahan terjadinya karies gigi anak mempunyai hubungan yang signifikan dengan status karies gigi anak usia 5 tahun (def-t). Hubungan perilaku berupa tindakan dengan pengetahuan, kepercayaan, persepsi, dijelaskan oleh Rosenstock dalam Budiharto (1998) dalam model kepercayaan kesehatan atau Health Belief Model, dikatakan bahwa kepercayaan seseorang terhadap kerentanan dirinya dari suatu penyakit dan potensi penyakit, akan menjadi dasar seseorang melakukan tindakan pencegahan atau pengobatan terhadap penyakit tertentu.demikian juga hal ini diperkuat dengan teori menurut Johannson, dkk (1989) yang menyatakan bahwa malnutrisi itu dapat meningkatkan resiko terjadinya karies dikarenakan [218]

adanya kerusakan kelenjar saliva sehingga laju air saliva menurun dan komposisi saliva juga berubah sehingga mempengaruhi pembentukan karies. (Moynihan PJ, 1995). Asupan makanan erat kaitannya dengan perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan dan gizi kepada anak balita. Karena kurangnya zat nutrisi dapat menyebabkan kelainan struktur gigi sehingga salah satu manifestasinya adalah terjadi kerapuhan pada email gigi. Kemudian hasil penelitian dari peneliti terdahulu menyatakan bahwa adanya hubungan yang signifikan antara malnutrisi pada balita dengan terjadinya karies gigi tetap. (Moynihan PJ, 1995). Manifestasi yang terjadi pada rongga mulut balita antara lain karies dan penyakit periodontal. (Moynihan PJ, 1995). Pada analisa bivariat yang sudah dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara status gizi dengan kejadian karies gigi pada anak balita. Berbeda dengan apa yang dikemukakan oleh TH Denny (2009) dari hasil penelitiannya yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi anak balita (TB/U) dengan adanya karies gigi. Hal ini diperkuat dengan teori Johannson, dkk (1989) yang menyatakan bahwa malnutrisi itu dapat meningkatkan resiko terjadinya karies dikarenakan adanya kerusakan kelenjar saliva sehingga laju air saliva menurun dan komposisi saliva juga berubah sehingga mempengaruhi pembentukan karies (Moynihan PJ, 1995). Demikian juga dapat dilihat pada penelitian TH Denny (2009) yang memperlihatkan adanya hubungan yang erat antara status gizi berdasarkan TB/U (tinggi tubuh) dengan indeks def-t, artinya saat indeks kariesnya sangat rendah justru secara keseluruhan kategori tinggi tubuhnya normal. Dari hasil itu terlihat kalau penyebaran frekuensi tertinggi terdapat pada panyakit karies yang intensitas terjadinya sangat rendah dengan nilai tertingginya pada kategori tinggi tubuh yang normal KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan : 1) status gizi pendek anak balita yang datang Lampung tahun 2013 adalah sebanyak 37 orang (20,3%) dan status gizi normal sebanyak 145 orang (79,7%).2) perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan anak balita yang kurang baik yang datang Lampung tahun 2013 adalah sebanyak 86 orang (47,3%) dan yang baik adalah sebanyak 96 orang (52,7%). 3)Dari hasil penelitian ini untuk variabel status gizi anak balita dan perilaku ibu dalam pemberian asupan makanan anak balita hanya status gizi anak balita yang mempunyai hubungan yang signifikan dengan kejadian karies gigi pada anak balita yang datang mengunjungi Puskesmas di kota Bandar Lampung tahun 2013. Diharapkan petugas kesehatan di Puskesmas yang ada di kota Bandar Lampung untuk memberikan penyuluhan kesehatan tentang kesehatan gigi dan mulut dan tentang gizi anak balita kepada ibu-ibu yang mempunyai anak balita yang datang mengunjungi Puskesmas di kota Bandar Lampung. * Dosen Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang ** Dosen Jurusan Tehnik Gigi Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang DAFTAR PUSTAKA Budiharto, 1998. Kontribusi Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap Perilaku Ibu Mengenai Kesehatan Gigi. Jakarta, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. Disertasi. Budiharto. 1998. Pengantar Ilmu Perilaku Kesehatan dan Pendidikan Kesehatan Gigi. Jakarta,Fakultas [219]

Kedokteran Gigi Universitas Indonesia : Galaxy. Denny TH, 2009, Hubungan Status Gizi Balita Dengan Perilaku Ibu Dalam Pemberian Asupan Makanan Ditinjau Dari Manifestasinya di Rongga Mulut, Skripsi, FKG UI, Jakarta. Fajar; Ibnu; dkk, 2001,Penilaian Status Gizi, Buku Kedokteran, EGC Jakarta. Gerry Humpris, Margaretha S Ling. Behavioural Sciences for Dentistry. London: Churcill Livingstone, 2000. Moynihan PJ, 1995, The Relationship Between Diet, Nutrition and Dental Health, Dental School, University of Newcastle. Simbolon BH, 2011, Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu dalam Pencegahan Karies Gigi Anak 5 tahun terhadap Status Karies Gigi Anak 5 Tahun pada Taman Kanak- Kanak di kota Bandar Lampung Tahun 2010, KTI, Bandar Lampung, Poltekkes Kemenkes Tanjungkarang. [220]