BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN. penelitian pengembangan. Metode penelitian pengembangan memuat tiga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (2006), penelitian deskriptif diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya tentang suatu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah metode Pre-eksperimen.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi experiment dengan dua

O X O Pretest Perlakuan Posttest

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII semester genap SMP Negeri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Metode Penelitian dan Desain Penelitian. mengumpulkan data penelitiannnya (Arikunto, 2006: 160).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Eksperimen, dan desain eksperimen yang digunakan adalah One Group Pretes- adalah pretes.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam rangka melakukan analisis dan adaptasi terhadap kurikulum, materi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tibawa Kabupaten Gorontalo Provinsi Gorontalo. Waktu penelitian, sejak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. pengumpulan data, dan teknik analisis data. Penjelasan dari masing-masing

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode pre experimental (Sugiyono, 2009).

BAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan masalah penelitian yang dikemukakan sebelumnya, maka jenis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini tergolong dalam penelitian kuantitatif jenis quasi eksperimen.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian deskriptif analisis. Metode penelitian ini diambil karena berkesesuaian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. eksperimen ini belu memenuhi persyaratan seperti cara eksperimen yang dapat

Kelas Eksperimen : O X O

BAB III METODE PENELITIAN. Pengembangan (Research and Development/ R & D). Penelitian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. mengumpulkan, menyusun, menganalisis serta menginterpretasikan data,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode pre- experiment.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penguasaan konsep dan keterampilan proses sains antara siswa yang mendapatkan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen. Dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Terkait dengan keperluan penelitian yaitu untuk melihat peningkatan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan desain eksperimen one-group pretest-posttest. Desain eksperimen

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. Jenis penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Bab ini membahas mengenai hal-hal yang berkaitan dengan metode dan

III. METODE PENELITIAN. Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 262 siswa dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. model pembelajaran Problem posing berbasis aktivitas belajar siswa dengan

Kelas Eksperimen : O X O... Kelas Kontrol : O O Sumber : (Sugiyono, 2012)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pra-eksperimen dengan

METODE PENELITIAN. kualitatif yaitu untuk menggambarkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dirancang untuk melihat hubungan sebab-akibat antara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Definisi operasional diperlukan agar tidak terjadi salah pengertian dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 6 Bandung yang beralamat di Jl. Soekarno-Hatta (Riung Bandung), Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Pre Experimental Design

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Untuk menyamakan persepsi terhadap variabel-variabel yang digunakan

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi. eksperimen dengan one group pre-test and post-test design.

METODE PENELITIAN. Penelitian dalam pengembangan modul kesetimbangan kimia berbasis multipel

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penuh. Desain yang digunakan peneliti adalah Pretest-Posttest Control Group

III. METODE PENELITIAN. jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif ini hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode quasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMP Muhammadiyah

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 2 Ngambur Pesisir Barat. Populasi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode pra-eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang sudah terdaftar dengan kelasnya masing-masing, sehingga tidak

BAB III METODE PENELITIAN. Eksperimen kuasi. Dalam penelitian, yang menjadi fokus adalah pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode Quasi Experiment yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. digunakan metode eksperimen yaitu metode penelitian yang digunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Desain penelitian yang diambil yaitu ex post facto, dimana penelitian ini hanya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini ditujukan pada pengembangan model pembelajaran kimia

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di sekolah SMP Negeri 1 Limboto dan SMP

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Kemampuan memecahkan masalah merupakan cara atau tahapan yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berbentuk eksperimen dengan hanya mengambil satu

BAB III METODE PENELITIAN. Desain yang digunakan adalah Nonequivalent Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. 1. Pembelajaran melalui penerapan tutor sebaya merupakan pembelajaran

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan pada Bab I dilakukan metode analisis konten. Analisis konten digunakan untuk mendeskripsikan validitas, reliabilitas tes, tingkat kesukaran, daya pembeda soal dan respon siswa pada tes yang dikembangkan. A. Subjek Penelitian Subjek penelitian pada penelitian ini adalah siswa kelas XI semester 2 di SMA Negeri 10 Bandung, yang telah memperoleh materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Jumlah siswa yang dijadikan subjek penelitian 44 orang atau satu kelas. B. Desain Penelitian Pengembangan Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan, maka prosedur penelitiannya berupa prosedur penelitian pengembangan. Menurut Borg dan Gail (1983) prosedur penelitian pengembangan melibatkan 5 langkah utama, yaitu (Tim Puslitjaknov, 2008).: 1. Melakukan analisis produk yang akan dikembangkan 2. Mengembangkan produk awal 3. Validasi ahli dan revisi 4. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi 5. Uji coba lapangan skala besar dan produk akhir 23

24 Pada penelitian ini, pengembangan tes hanya dilakukan sampai tahap analisis data hasil uji coba lapangan skala kecil sehingga dapat dikatakan sebagai pengembangan tes awal. Untuk lebih memperjelas, proses pengembangan tes dalam penelitian ini, melalui tahap-tahap sebagai berikut: 1. Tahap perencanaan a. Kajian Pustaka Kajian pustaka dilakukan untuk mengetahui teori, prosedur atau konsep yang dapat dijadikan sebagai model tes keterampilan problem solving yang akan dikembangkan. Model pengembangan dapat berupa model prosedural, model konseptual dan model teoritik. Model prosedural adalah model yang bersifat deskriptif, menunjukkan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan produk. Model konseptual adalah model yang bersifat analitis, yang menyebutkan komponen-komponen produk, menganalisis komponen secara rinci dan menunjukkan hubungan antar komponen yangakan dikembangkan. Model teoritik adalah model yang menggambar kerangka berfikir yang didasarkan pada teori-teori yang relevan dan didukung oleh data empiris (Tim Puslitjaknov, 2008). Model pengembangan yang diperoleh dari kajian pustaka dijadikan sebagai acuan dalam merancang tes keterampilan problem solving. Penjelasan mengenai model pengembangan tes yang diterapkan pada penelitian ini terdapat pada bab 2. Disamping itu dilakukan pengkajian kurikulum kimia tahun 2006 (KTSP) untuk mengetahui standar kompetensi, kompetensi dasar, dan

25 indikator pembelajaran kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA. Indikator yang pada materi ini, menjadi acuan dalam merancang soal. Pengkajian juga dilakukan pada buku kimia SMA kelas XI semester dua untuk mengetahui kedalaman materi serta tipe-tipe soal yang biasa terdapat dalam materi kelarutan dan hasil kali kelarutan di SMA. b. Membuat kisi-kisi tes Berdasarkan kajian pustaka, dibuatlah kisi-kisi soal yang akan dikembangkan melalui pengkajian terhadap buku sumber yang berkaitan (Lihat lampiran 1). Soal yang dirancang sebanyak 10 soal. Menurut Surapranata (2004) bahwa kisi-kisi berguna menjamin soal yang dikembangkan sesuai dengan tujuan yang hendak diukur. 2. Tahap Pelaksanaan a. Merancang Tes Tes dirancang berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat dilengkapi dengan kunci jawaban. Tes yang telah dirancang merupakan produk awal yang harus diuji secara teoritis maupun empiris. c. Validasi Teoritis Tes yang telah dibuat kemudian diuji validitasnya. Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah tes yang dikembangkan telah tepat dan sesuai mengukur apa yang ingin diukur. Uji validitas isi dilakukan dengan meminta pertimbangan (judgment) dari para ahli dalam bidang yang diukur. Para ahli yang memberikan pertimbangan sebanyak tiga orang ahli dalam bidang kimia dan evaluasi kimia. Para ahli menilai kesesuaian pokok uji

26 yang dikembangkan dengan indikator pembelajaran serta tahapan keterampilan problem solving yang dijadikan sebagai kriteria ideal problem solver. Selanjutnya dilakukan revisi terhadap tes sesuai dengan saran para ahli. Format validasi isi memuat indikator, tahapn problem solving butir soal dan kunci jawaban sehingga memudahkan validator (Lihat lampiran 2). d. Revisi Berdasarkan masukan dari kelompok ahli, maka dilakukan revisi terhadap tes yang dikembangkan. Perbaikan butir soal meliputi perbaikan penulisan yang kurang tepat, isi materi kelarutan dan hasil kali kelarutan, kesesuai indikator dengan butir soal, serta kesesuaian antara butir soal dengan keterampilan yang akan diukur. Tes beserta kunci jawaban yang sudah direvisi kemudian siap diujikan pada siswa. (Lihat lampiran 3 dan 4) e. Uji Coba dan Wawancara Uji coba tes dilakukan pada 44 siswa SMA kelas XI yang telah memperoleh materi kelarutan dan hasil kali kelarutan. Setelah mendapat data, kemudian dilakukan pemberian skor untuk mendapatkan informasi mengenai kelompok tinggi dan kelompok rendah. Selanjutnya dilakukan wawancara terhadap siswa dari kelompok tinggi dan dari kelompok rendah. 3. Tahap Analisis Data. a. Menganalisis jawaban subjek pada pokok uji dengan memberi skor. b. Mengurutkan subjek mulai dari skor tertinggi hingga terendah. c. Menganalisis data hasil tes meliputi analisis validitas butir soal, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda

27 d. Melakukan wawancara terhadap subjek dengan skor tertinggi dan subjek dengan skor terendah. e. Menganalisis data hasil wawancara. 4. Tahap Revisi a. Melakukan perbaikan pada tes yang dikembangkan b. Menyusun tes berdasarkan perbaikan yang dilakukan Desain penelitian pengembangan tes problem solving disajikan pada Gambar 3.1

28 Kajian Pustaka Silabus Kimia SMA KTSP Buku Kimia SMA Teori, Konsep, dan Prosedur Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving yang telah ada PERENCANAAN Indikator dan Materi pembelajaran Model PengembanganTes Keterampilan Problem Solving Penyusunan Kisi-kisi Tes Perancangan Tes Revisi Validasi Isi PELAKSANAAN Uji Coba Tes Pengolahan Data Wawancara Analisis Data Temuan Revisi ANALISIS & REVISI Pembahasan Kesimpulan Penyusunan Ulang Tes Gambar 3.1 Desain Penelitian

29 C. Teknik Pengolahan Data 1. Data Tertulis Langkah pengolahan data tertulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Menilai hasil pekerjaan subjek dan mengurutkannya berdasarkan skor yang diperoleh. Menurut Arikunto (2006) dalam hal pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tiga macam alat bantu, yaitu: 1. Pembantu menskor jawaban yang benar, disebut kunci jawaban 2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah, disebut kunci skoring 3. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaian. Pedoman penskoran dimaksudkan untuk mengurangi faktor subjektifitas dari pemeriksaan jawaban peserta tes. Adapun pedoman penskoran tes keterampilan problem solving yang digunakan pada tes ini disebut analytical scale for problem solving yang merupakan hasil modifikasi Szetela, Walter, Nicol (Suhendra,2005:15) disajikan pada Tabel 3.1.

30 Tabel 3.1 Pedoman Penskoran Tes Problem Solving Tahapan Problem Solving Skor Menganalisis masalah Merencanakan penyelesaian Menyelesaian masalah Mengevaluasi jawaban masalah 0 Tidak ada Tidak ada Tidak ada jawaban Tidak ada usaha usaha atau jawaban salah usaha didasarkan pada rencana yang tidak tepat 1 Terdapat Rencana tidak Terdapat kesalahan Terdapat kesalahan tepat secara menyalin, kesalahan kesalahan secara keseluruhan perhiungan, hanya prosedur lengkap terdapat sebagian terhadap jawaban, kesalahan masalah menulis jawaban 2 Terdapat Prosedur benar Solusi benar Prosedur benar sebagian sebagian tetapi besar sebagian besar kesalahan salah pemahaman masalah 3 Terdapat Prosedur benar

31 sebagian kecil kesalahan pemahaman masalah secara substansial tetapi terdapat sedikit kekurangan atau kesalahan prosedur 4 Pemahaman masalah lengkap Terdapat rencana yang menggiring kepada solusi yang benar tanpa ada kesalahan Skor maks 4 Skor maks 4 Skor maks 2 Skor maks 2 Total = 12 Dari Tabel 3.1 diatas diketahui bahwa penilaian keterampilan problem solving dilakukan pada setiap tahapan problem solving dengan skor yang berbeda untuk setiap tahap. Skor total untuk setiap soal adalah 12. Adapun langkahlangkah yang dilakukan dalam pemberian skor adalah sebagai berikut: 1. Membaca setiap jawaban yang diberikan oleh siswa dan dibandingkan dengan kunci jawaban yang telah disusun. 2. Membubuhkan skor disebelah kiri jawaban.

32 3. Menjumlahkan skor-skor yang telah ditulis pada setiap soal. Dengan cara ini maka skor siswa tidak dibandingkan dengan jawaban paling lengkap yang diberikan oleh siswa lain, tetapi dibandingkan dengan jawaban lengkap yang dikehendaki dan sudah ditentukan oleh guru (Arikunto,2006). Salah satu contoh pemberian skor untuk jawaban siswa diberikan pada lampiran 5 dan skor yang diperoleh siswa pada setiap soal terdapat pada lampiran 6. b. Mengelompokkan subjek dalam kelompok tinggi, sedang dan rendah berdasarkan skor yang diperoleh subjek. Kelompok tinggi adalah 27% dari subjek yang memiliki skor tertinggi, kelompok rendah adalah 27% dari subjek yang memiliki skor terendah sementara sisanya adalah kelompok sedang. (lihat lampiran 6.g) c. Menganalisis tes dan butir soal, meliputi analisis validitas butir soal, reliabilitas, daya pembeda dan taraf kesukaran. Menurut Surapranata (2004) analisis butir soal antara lain untuk meningkatkan kualitas pokok uji, yaitu apakah pokok uji tersebut dapat diterima karena telah didukung oleh data statistik yang memadai, diperbaiki karena terbukti terdapat beberapa kelemahan, atau bahkan tidak digunakan sama sekali karena terbukti secara empikir tidak berfungsi sam sekali. Dalam penelitian ini, dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada tes yang dikembangkan. Sementara analisis pokok uji dilakukan dengan analisis daya pembeda dan taraf kesukaran soal. Selanjutnya akan dipaparkan uji validitas butir soal (r xy ), reliabilitas (r 11 ), tingkat kesukaran (p) dan data pembeda (D).

33 1) Validitas Butir Soal Untuk menguji tingkat validitas butir soal, tes dicobakan pada subjek penelitian (uji coba tes). Validitas butir soal dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian tes (butir soal) dengan tes secara keseluruhan. Untuk itu skorskor pada butir soal (X) dikorelasikan dengan skor total (Y). Skor diolah sedemikian rupa menggunakan rumus korelasi product moment. Rumus korelasi product moment yang digunakan adalah sebagai berikut: r xy = Keteranagan : r xy x y = koefisien korelasi = skor butir soal (X) rata-rata skor butir soal = skor total (Y) rata-rata skor total Untuk mengetahui kriteria dari korelasi antara butir soal dengan tes secara keseluruhan dapat digunakan pedoman penafsiran koefisien korelasi yang diberikan pada Tabel 3.2 berikut ini:

34 Tabel 3.2 Kriteria Penafsiran Koefisien Korelasi (r xy ) (Arikunto,2006) Koefisien Reliabilitas Tafsiran 0,80 1,00 0,60 0,80 0,40 0,60 0,20 0,40 0,00-0,20 Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat rendah (tak berkorelasi) Jika harga koefisien korelasi tinggi menurut standar yang ditetapkan, artinya butir tes mendukung misi tes secara keseluruhan yaitu untuk dapat mengukur keterampilan problem solving. Koefisien korelasi dapat memiliki tanda positif (+) dan tanda negatif (-). Tanda positif (+) menunjukkan bahwa semakin besar skor butir soal, semakin besar pula skor total, jika bertanda negatif (-) menunjukkan bahwa semakin besar skor butir soal, semakin kecil skor total. 2) Reliabilitas Reliabilitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya tentang kemampuan seseorang.

35 Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelidiki reliabilitas. Dalam penelitian ini, digunakan metode konsistensi internal (internal consistensy). Metode ini yang paling cocok digunakan untuk tipe soal uraian (Arikunto, 2006). Dalam penggunaannya, pengetes hanya memiliki satu seri tes yang diujikan sekali saja. Respon berupa skor yang diolah sedemikian rupa menggunakan persamaan koefisien alpha. Persamaan koefisien alpha yang digunakan adalah sebagai berikut: r 11 = (1- ) Keteranagan : r 11 k σ 2 b σ t 2 = reliabilitas yang dicari = banyaknaya butir soal = jumlah varian skor tiap butir soal = varian total Sebelum menggunakan persamaan koefisien Alpha, varians dicari dengan menggunakan rumus: σ 2 = x 2 - N

36 Keterangan : σ 2 = varians yang dicari x = jumlah skor semua subjek pada tiap butir x 2 = jumlah deviasi dari rerata kuadrat N = banyak subjek Untuk mengetahui kriteria dari reliabilitas dengan menggunakan koefisien Alpha, dapat digunakan pedoman kriteria penafsiran koefisien reliabilitas yang diberikan pada Tabel 3.3 berikut ini: Tabel 3.3 Kriteria Penafsiran Koefisien Reliabilitas (Arikunto,2006) Koefisien Reliabilitas Tafsiran 0,80 1,00 0,60 0,79 0,40 0,59 0,20 0,39 < 0,20 Sangat tinggi Tinggi Sedang (cukup) Rendah Sangat rendah 3) Tingkat Kesukaran (p) Bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran. Indeks kesukaran menunjukkan taraf kesukaran soal. Tingkat kesukaran dapat dinyatakan melalui beberapa cara, pada penelitian ini

37 tingkat kesukaran ditentukan dengan cara proporsi menjawab benar. Proporsi menjawab benar (p), yaitu jumlah skor subjek pada butir soal dibandingkan dengan jumlah skor seharusnya. Persamaan yang digunakan untuk menentukan tingkat kesukaran dengan proporsi menjawab benar adalah(surapranata,2004): Keterangan: p =. p = proporsi menjawab benar atau tingkat kesukaran = jumlah skor dari tiap subjek pada butir soal = skor maksimum pada butir soal = jumlah peserta Proporsi menjawab benar ditafsirkan berdasarkan kriteria pada tabel 3.4 berikut: Tabel 3.4 Kriteria Penafsiran Taraf Kesukaran (Surapranata,2004) Taraf Kesukaran Tafsiran p < 0,30 0,30 p 0,70 p > 0,70 Sukar Sedang Mudah

38 4) Daya Pembeda (D) Berdasarkan Arikunto (2006), daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut diskriminasi, disingkat D Untuk menghitung daya pembeda tiap butir soal dilakukan langkah sebagai berikut: a) Menyusun skor total subjek mulai yang tertinggi sampai yang terendah b) Mengambil 27% kelompok atas dan 27 % kelompok bawah c) Menghitung taraf kesukaran 27% kelompok atas dan 27 % kelompok bawah d) Menghitung daya pembeda tiap butir soal dengan rumus D = P 27% (atas) P 27% (bawah) Keterangan: D P 27% (atas) = daya pembeda = tingkat kesukaran kelompok atas P 27% (bawah) = tingkat kesukaran kelompok bawah Daya pembeda ditafsirkan berdasarkan kriteria pada Tabel 3.5 sebagai berikut:

39 Tabel 3.5 Kriteria Penafsiran Daya Pembeda (Arikunto,2006) Koefisien Reliabilitas Tafsiran < 0,00 0,00 0,20 0,20 0,40 0,40 0,70 0,07 1,00 Sangat jelek, harus dibuang Jelek Cukup Baik Baik sekali 2. Data Hasil Wawancara Wawancara digunakan untuk menggali informasi yang lebih lengkap mengenai perasaan, sikap, dan respon subjek terhadap tes yang dikembangkan. Adapun langkah pengolahan data hasil wawancara dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Mentranskripsikan hasil wawancara. 2) Menganalisis hasil wawancara. 3) Menyimpulkan hasil wawancara dengan hasil tes tertulis.