BAB I PENDAHULUAN. peranan agama yang berkaitan dengan motivasi, nilai etik, dan harapan. Agama

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. tinggi swasta di Bandung yang didirikan atas dasar nilai-nilai dan ajaran Kristiani.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang memiliki beragam kebutuhan, dan setiap

BAB I PENDAHULUAN. lulus sebagai Sarjana Strata 1 (S1) salah satu syarat yang harus dipenuhi

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan untuk selalu berkembang dengan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sosial dan budaya. Perubahan-perubahan ini turut mempengaruhi proses

BAB I PENDAHULUAN. global. Hal tersebut lebih penting dibandingkan dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. perubahan di berbagai bidang kehidupan, seperti bidang ilmu pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan banyak diperoleh melalui pendidikan, terutama sekolah. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan Diploma, Sarjana, Magister dan Spesialis. Berdasarkan website resmi Universitas X

BAB I PENDAHULUAN. ini dinilai sebagai salah satu usaha serius yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman sekarang ini, terdapat perkembangan di

BAB I PENDAHULUAN. & Perry, 2005). Menurut Havighurst (dalam Monks, Konoers & Haditono,

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum setiap individu membutuhkan pendidikan. Tahapan. pendidikan formal yang ditempuh setiap individu adalah TK-SD-SMP-SMA-

BAB I PENDAHULUAN. spesialis, dan doktor. Perguruan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik,

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan segala isinya,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalani kehidupannya, seorang individu akan melewati beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Setiap organisasi memiliki budaya masing-masing, yang tercermin melalui

BAB I. Pendahuluan. rumah tangga seringkali dihadapkan pada kejenuhan. Bayangkan, dalam waktu 24

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami berbagai perubahan di berbagai bidang, seperti ilmu pengetahuan,

LAMPIRAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia semakin berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupannya, keberhasilan seseorang tidak hanya ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan di dunia industri saat ini semakin tinggi. Tidak heran jika

BAB I PENDAHULUAN. dunia, setelah Cina, India dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang sangat berarti terhadap kesehatan masyarakat. Menurut perkiraan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang terus berkembang seiring berlalunya jaman dan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Pada manusia, fungsi ini sebagian besar dijalankan oleh ginjal (Brenner,

BAB I PENDAHULUAN. menggolongkan perbedaan antara jenis obat psikotropika dan obat narkotika, serta

BAHAN SHARING KEMAH. Oktober VISI & MISI GPdI MAHANAIM - TEGAL. Membangun Keluarga Kristen yang mengasihi dan melayani Tuhan dan sesama

BAB I PENDAHULUAN. manusia diberikan kebebasan untuk memeluk salah satu agama. Terdapat enam. Menurut Glock dan Stark (dalam Ancok dam Suroso, 1995)

FINDING YOUR LIFE PURPOSE #3 - MENEMUKAN TUJUAN HIDUPMU #3 GROWING IN THE FAMILY OF GOD BERTUMBUH DALAM KELUARGA ALLAH

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai kontribusi determinan-determinan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memiliki kebebasan untuk memeluk dan menjalankan agama menurut

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan merokok sudah dimulai sejak jaman nenek moyang dan

BAB I PENDAHULUAN. Krisis global dan dibukanya ASEAN China Free Trade Agreement (ACFTA)

RENUNGAN KITAB 1Tesalonika Oleh: Pdt. Yabes Order

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pada anak bersifat terus menerus. Banyak hal baru diperoleh

Pertanyaan Alkitabiah Pertanyaan Bagaimanakah Orang Yang Percaya Akan Kristus Bisa Bersatu?

ABSTRAK. iii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Multi Level Marketing (MLM). Sudah lebih dari sepuluh jenis multi level yang

BAB I PENDAHULUAN. dianutnya. Setiap orang memilih satu agama dengan bermacam-macam alasan, antara

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Hal ini dinyatakan di dalam ideologi bangsa Indonesia, Pancasila:

Gereja. Tubuh Kristus HIDUP BARU BERSAMA KRISTUS

BAB I PENDAHULUAN. berbeda-beda. Salah satu universitas swasta, yaitu Universitas Y, merupakan

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II LANDASAN TEORI. Llabel adalah bagian dari sebuah barang yang berupa keterangan (kata-kata) tentang

PENELAAHAN ALKITAB. Persiapan, Penyusunan dan Penyampaiannya. Pdt. Stephen Sihombing, MTh

PENGINJILAN I. PENTINGNYA VISI DAN MISI PENGINJILAN DALAM GEREJA LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kemudahan dalam mendapatkan makanan seperti munculnya makanan cepat saji.

2

THE MISSION (part #A) - MISI (bagian #A)

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan dan kehidupan bangsa. Dalam mewujudkan hal ini secara optimal

TOPIK 2 = PEMBINAAN REMAJA & PEMUDA

KUALIFIKASI ROHANI GURU AGAMA KRISTEN. Maria Nervita Acdriani

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hal yang menjadi perhatian bagi masyarakat Indonesia adalah agama. Terdapat enam

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan dan Jakarta

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Stroke merupakan suatu manifestasi klinis gangguan peredaran darah otak yang

Barisan Pemenang GBI Misi Kasih

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan yang ada di gereja, yang bermula dari panggilan Allah melalui Kristus

BAB I PENDAHULUAN. Komisi Remaja adalah badan pelayanan bagi jemaat remaja berusia tahun. Komisi

BAB I PENDAHULUAN. nyeri. Narkoba golongan I berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan

THEORY OF REASONED ACTION

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN MAHASISWA KRISTEN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk religius (homo religious), manusia memiliki

KEBENARAN SEDERHANA untuk yang BARU PERCAYA. (Pertanyaan dan Jawaban)

Bagaimana Berjalan Dalam Roh Bagian ke-3

MENJADI PEMIMPIN SEL Sesi 1: DASAR ALKITAB

BAB I PENDAHULUAN. tujuh kematian (tujuh juta per tahun). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus

Hidup dalam Kasih Karunia Allah 2Kor.6:1-10 Pdt. Tumpal Hutahaean

MENDENGAR SUARA TUHAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Minggu. Biasanya kegiatan Sekolah Minggu diadakan di dalam gereja.

PERINTAH YESUS DITURUTI (KISAH 2) contoh orang yang secara tepat menuruti pengaturan Yesus.

SIAPAKAH? ; BAGAIMANAKAH? DAN MENGAPAKAH? sehubungan dengan. baptisan. telah dibaptis dalam kematian-nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan

Gambaran Intensi Golput pada Pemilih Pemula dalam Pemilihan Umum 2014

RENUNGAN KITAB 1Timotius Oleh: Pdt. Yabes Order

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan salah satu perilaku yang mudah kita jumpai

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. iii. Universitas Kristen Maranatha

Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB)

XII. Diunduh dari. Bab. Keluarga Kristen Menjadi Berkat Bagi Lingkungan

GPIB Immanuel Depok Minggu, 27 September 2015

TRAINING BERTEMPAT DI GEREJA SESI 1 - Model Untuk Training Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. Bandung yang didirikan atas dasar nilai-nilai agama Kristen. Sebagai sebuah

32. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMP

PELAYANAN ANAK. PELAYANAN ANAK Sesi 1: Menjangkau Anak-anak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kuasa Persekutuan Kecil

Dikutip dari ALKITAB Terjemahan Baru (TB) LAI 1974

BAB V PENUTUP. Setelah penulis mengkaji nilai keadilan yang diterapkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. secara kultural dengan wujud di atas manusia yang di asumsikan juga secara kultural dalam

LANGKAH-LANGKAH MENUJU PERTUMBUHAN ROHANI

Pembaptisan Air. Pengenalan

Gal.6:1-5. Ev. Bakti Anugrah, M.A.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia memiliki kebebasan dalam memeluk agama. Agama mempunyai pengaruh kuat terhadap sikap pemeluknya, hal ini terbukti dengan adanya fungsi dan peranan agama yang berkaitan dengan motivasi, nilai etik, dan harapan. Agama berpengaruh sebagai motivasi dalam mendorong individu untuk melakukan suatu aktifitas, karena perbuatan yang dilakukan dengan latar belakang keyakinan agama dinilai mempunyai unsur ketaatan. Dengan nilai etik membuat individu berperilaku jujur, karena dalam melakukan sesuatu tindakan seorang akan terikat kepada ketentuan antara mana yang boleh dan tidak boleh dilakukan menurut ajaran agama yang dianutnya. Adapun dengan adanya harapan maka mampu mendorong bagi pemeluknya untuk bersikap ikhlas dan menerima cobaan serta berdoa (Sirojulwahab, 2012). Dalam kehidupan keluarga, nilai-nilai ajaran agama bagi kehidupan seorang anak akan mempengaruhi dan memberikan dampak yang positif terhadap pembentukan karakter anak sejak kecil hingga dewasa kelak (Anshari, 1991). Pembinaan agama berawal dari dalam keluarga sejak anak kecil dan dilanjutkan serta diperkuat mulai sekolah dasar (SD) sampai Perguruan Tinggi. Universitas X merupakan perguruan tinggi swasta di Bandung dengan Visi dan Misi yang dilandasi oleh nilai-nilai dan ajaran Kristiani karena adanya kasih dan 1

2 keteladanan Yesus Kristus. Dengan Visi dan Misi tersebut diharapkan mahasiswa dapat mengintegrasikan ilmu pengetahuan di setiap masing-masing bidang perkuliahan atau jurusan yang ditempuh berdasarkan dengan nilai-nilai Kristiani. Berdasarkan data kemahasiswaan dari Koordinatoor Badan Pelayanan Kerohanian (BPK) di Universitas X Bandung pada tahun 2014/2015 jumlah keseluruhan mahasiswa Universitas X Bandung mayoritas beragama Kristen Protestan. Universitas X memiliki beberapa unit kegiatan dalam bidang kerohanian, dengan tujuan membantu mahasiswa memegang teguh nilai-nilai dan ajaran agama Kristen serta dalam mengembangkan potensi keberagamaan yang dimiliki mahasiswa. Salah satu kegiatan tersebut yaitu Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) yang didirikan oleh Badan Pelayanan Kristen (BPK), sebagai wadah pembinaan kerohanian bagi mahasiswa Kristen untuk dapat mengembangkan potensi keberagamaan yang dimiliki setiap mahasiswa. Dalam kitab suci Kristiani (Ibrani 10 : 25) dinyatakan janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. Ayat tersebut menjelaskan bahwa pentingnya komunitas sebagai wadah belajar untuk pertumbuhan iman seseorang. Badan Pelayanan Kerohaniaan (BPK) di Universitas X Bandung merupakan organisasi yang resmi karena ada di dalam struktur organisasi Universitas X. Badan Pelayanan Kerohanian (BPK) berkoordinasi dengan Tim Pelayanan Mahasiswa (TPM) yang mengkoordinir setiap kegiatan yang

3 melibatkan seluruh Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) yang ada di Universitas X Bandung dan TPM sebagai perantara antara PMK dengan BPK. Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung dibagi berdasarkan fakultas dan jurusan yang tersedia sehingga terbentuk tujuh PMK. Setiap tahun ajaran baru pengurus PMK membuat stand untuk memperkenalkan tujuh PMK yang ada di Universitas X. Setiap mahasiswa baru yang datang ke stand PMK menuliskan nomor handphone mereka untuk memudahkan pengurus melakukan penjangkauan seperti mendekatkan diri dengan mahasiswa baru dan memberikan informasi kegiatan persekutuan setiap minggunya sehingga mahasiswa baru terlibat mejadi jemaat di dalam PMK. Setelah satu bulan mahasiswa baru terlibat menjadi jemaat PMK maka pendamping dan pengurus PMK melakukan penantangan kepada mahasiswa baru untuk terlibat di dalam Kelompok Kecil. Hal tersebut dilakukan agar mahasiswa baru mengetahui lebih dahulu kondisi di dalam persekutuan, mengenal dan menjalin relasi dengan jemaat persekutuan lainnya sehingga mahasiswa baru merasa nyaman dan tidak terbebani melainkan dengan suka rela dan keinginan sendiri untuk terlibat di dalam Kelompok Kecil. Berdasarkan data dari Tim Pelayanan Mahasiswa (TPM) pada tahun 2014, terdapat ±450 mahasiswa yang terdaftar di PMK. Kegiataan pembinaan rutin yang dilaksanakan oleh pengurus dan pendamping PMK setiap minggunya, yaitu persekutuan mahasiswa, persekutuan doa, dan Kelompok Kecil (KK). Sebuah Kelompok Kecil terdiri dari Anggota Kelompok Kecil (AKK) dan seorang pembimbing yang dikenal dengan istilah Pemimpin Kelompok Kecil (PKK).

4 Pemimpin Kelompok Kecil merupakan orang yang memimpin dan bertanggungjawab atas berjalannya Kelompok Kecil. Salah satu utama yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk menjadi seorang PKK adalah dengan mengikuti Kelompok Kecil atau menjadi AKK pada Kelompok Kecil. Berdasarkan data dari Seksi Kelompok Kecil Tim Pelayanan mahasiswa (TPM), sampai saat ini terdapat ± 119 Kelompok Kecil dan ± 339 mahasiswa yang mengikuti Kelompok Kecil dari tujuh PMK di Universitas X Bandung. Berdasarkan wawancara dengan Ketua Badan Pembinaan Kerohaniaan (BPK) di peroleh informasi bahwa Kelompok Kecil adalah kumpulan tiga sampai empat individu (yang sepakat untuk bertemu secara teratur dalam waktu-waktu yang telah disepakati) dalam interaksi tatap muka, dimana masing-masing menyadari bahwa terdapat ketergantungan yang positif diantara mereka dalam mencapai tujuan murid Kristus yang lebih baik. Pembinaan kerohanian pada mahasiswa melalui Kelompok Kecil (KK) sebagai wadah pendidikan agama Kristen dengan tujuan untuk meningkatkan tingkat keberagamaan mahasiswa dan diharapkan mahasiswa dapat berperilaku sesuai dengan nilai-nilai dan ajaran Kristen. Pemimpin Kelompok Kecil dan Aanggota Kelompok Kecil juga dilatih dasar-dasar kehidupan Kekristenan seperti melakukan saat teduh dengan teratur, jam doa yang teratur, memiliki kerinduan untuk melayani di Persekutuam sesuai dengan talenta yang dikaruniakan-nya, dan terlatih menjadi terampil dalam berdoa. Kegiatan yang dilakukan di dalam Kelompok Kecil yaitu PKK dan AKK bersama-sama memuji Tuhan, membahas Firman Tuhan dengan

5 mendiskusikan dan mengisi pertanyaan-pertanyaan dari buku panduan atau bahan PA, berdoa, dan saling berbagi berkat (sharring). Jadi Tugas dan panggilan Gereja melalui lembaga pendidikan Universitas X Bandung ini adalah pemuridan yaitu amanah Kristus yang ada di dalam Alkitab (Mat 28 : 19-20) dinyatakan Yesus mendekati mereka dan berkata: kepada-ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi. Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan roh Kudus ayat ini menjadi landasan dasar Kelompok Kecil sebagai respon seseorang terhadap panggilan Allah. Memimpin Kelompok Kecil tidak hanya sekedar memberikan informasi, namun juga diharapkan dapat membuat perubahan hidup orang yang dibinanya. Pemimpin harus dapat menunjukkan karakter seorang pemimpin dalam dirinya, melalui pelayanannya memimpin setiap orang yang dipercayakan Tuhan kepadanya. Sebagai murid, individu berjuang terus supaya semakin serupa dengan Kristus. Sebagai pelayan, individu menginvestasikan hidupnya kepada yang dilayani sebagai pertanggungjawaban imannya kepada Tuhan. Sebagai gembala, individu memelihara, melindungi, dan menjaga setiap murid yang dipercayakannya. Berdasarkan wawancara pada Mei 2014 dengan salah seorang alumni yang pernah menjadi pendamping PMK mengatakan bahwa mahasiswa perlu terlibat di dalam Kelompok Kecil dimana mereka (mahasiswa) dibina dan membina untuk mempersiapkan diri ke dalam masyarakat ketika mereka sudah menjadi alumni. Pertemuan Kelompok Kecil penting dilakukan oleh seorang Pemimpin Kelompok

6 Kecil untuk mengetahui kondisi proyek ketaatan dan membantu pertumbuhan rohani AKK mereka seperti ketaatan saat teduh, berdoa syafaat, berpuasa, membaca Alkitab (bible reading), melayani, mengaku dosa, dan mengucap syukur. Namun dalam pelaksanaannya pertemuan Kelompok Kecil tidaklah mudah untuk dilakukan, sampai saat ini masih ada beberapa Kelompok Kecil yang tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil dengan teratur bahkan ada yang tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil sejak KK tersebut dibentuk. Dari hasil wawancara dengan koordinator bidang Kelompok Kecil dari Tim Pelayanan Mahasiswa (TPM) Universitas X Bandung pada September 2014 di peroleh informasi bahwa sekitar 45% Kelompok Kecil dari jumlah keseluruhan PMK dapat dikatakan berjalan dengan baik karena sesuai dengan kriteria Kelompok Kecil sehat. Pengertian dari kriteria Kelompok Kecil sehat yaitu, minimal dalam satu semester Pemimpin Kelompok Kecil melakukan pertemuan sebanyak 8x dan membahas bahan PA atau buku panduan minimal tiga bab. Selain itu, ada usaha dari PKK untuk membangun komunikasi dan relasi yang akrab dengan AKK seperti hadir di Gereja, PMK dan kegiatan rohani lainnya dengan bersama-sama. Adapun selebihnya 55% Kelompok Kecil dapat dikatakan kurang atau tidak sesuai dengan kriteria Kelompok Kecil sehat atau sakit, seperti jarang atau sama sekali tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Pengertian dari Kriteria Kelompok Kecil yang sakit adalah Kelompok Kecil yang kurang atau tidak sesuai dengan Kurikulum Kelompok Kecil seperti pembahasan bahan PA kurang dari 3 bab dalam satu semester, pembahasan atau mendiskusikan bahan yang kurang sesuai

7 tujuan dari Kelompok Kecil, dan tidak mencapai batas minimal pertemuan Kelompok Kecil dalam satu semester yaitu 8x. Hal tersebut disebabkan PKK yang menundanunda waktu untuk Pendalaman Alkitab (PA) dengan alasan ketidaksiapan dalam membahas Firman dan bahan PA, lebih memperioritaskan tugas perkuliahan dan kegiatan kepanitian di kampus atau luar kampus, menganggap Kelompok Kecil mengurangi waktu istirahat, dan PKK juga memiliki keyakinan bahwa orang-orang yang signifikan di dalam PMK tidak menegur atau menghukum jika tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Berdasarkan hasil observasi terlihat gambaran sikap Pemimpin Kelompok Kecil terhadap pertemuan Kelompok Kecil. Sebagian besar Pemimpin Kelompok Kecil menganggap bahwa pertemuan Kelompok Kecil itu penting dan mereka suka melakukannya di dalam kehidupan pribadinya. Bagi mereka juga, melakukan pertemuan Kelompok Kecil merupakan kegiatan yang menyenangkan sehingga mereka pun melakukannya dengan kerelaan hati. Selain dari tujuan Kelompok Kecil tercapai, PKK juga memiliki hubungan pribadi dengan Allah yang baik,semakin memahami lebih mendalam Firman Tuhan dan semakin akrab dengan AKK. Oleh karena itu, PKK merasa tertarik untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Sebagian Pemimpin Kelompok Kecil lainnya melakukan pertemuan Kelompok Kecil karena hanya untuk memenuhi tanggungjawabnya dan memenuhi kriteria dari seksi Kelompok Kecil. Bila mereka tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil merasa segan atau tidak enak hati terhadap Seksi Kelompok Kecil dan Anggota Kelompok Kecil mereka. Mereka menganggap bahwa pertemuan Kelompok Kecil

8 merugikan mereka sehingga mereka jarang melakukan pertemuan Kelompok Kecil, karena merasa kurang tertarik untuk melakukannya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Pendamping PMK, untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dibutuhkan niat yang kuat dalam diri PKK untuk tercapainya tujuan dari Kelompok Kecil. Pemimpin Kelompok Kecil yang mempunyai niat yang kuat untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan lebih mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dari pada PKK yang memiliki niat yang lemah. Dengan adanya niat yang kuat dari PKK maka PKK akan membuat perencanaan di dalam menentukan pertemuan Kelompok Kecil yang dianggap penting dan mendukung dalam pertemuan Kelompok Kecil seperti mencoba membuat kesepakataan jadwal Kelompok Kecil yang teratur dengan AKK sehingga PKK dan AKK dapat memprioritaskan Kelompok Kecil. Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan peneliti terhadap sepuluh orang PKK di Universitas X Bandung, seluruh PKK menyatakan bahwa dirinya menjadi seorang PKK atas keinginannya sendiri dan mereka merasa senang menjadi seorang PKK. Sebagian besar 40% menyatakan berniat untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Bagi mereka melakukan pertemuan Kelompok Kecil merupakan kegiatan yang menarik dan bermanfaat bagi dirinya serta mendatangkan beberapa konsekuesi positif (Attitude toward the behavior), seperti berkomitmen dalam pelayanan, menghindari godaan, membuat PKK semakin lebih dekat dengan Tuhan, lebih memahami dan mengerti Firman Tuhan, memiliki hubungan yang akrab dengan AKK dan membuat mereka mejadi lebih mengintrospeksi diri serta memiliki proyek

9 ketaatan yang baik. Hal tersebut juga didukung dengan kemampuan mereka yang mengerti dan memahami bahan PA dan ayat Firman, dan informasi tambahan dari kakak rohani mereka mengenai Firman dan Kelompok Kecil. Sementara itu, 30% PKK menyatakan bahwa dirinya memiliki niat untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Mereka mengetahui tujuan dan manfaat dari pertemuan Kelompok Kecil bagi kehidupan rohani mereka, tetapi bagi mereka tetap saja mendatangkan konsekuensi yang negatif bagi kegiatan lainnya, seperti mengurangi waktu istirahat dan waktu mengerjakan tugas kuliah, dan mengurangi waktu berkumpul atau refreshing bersama teman-teman. Selain itu, PKK merasa tidak mampu melakukan pertemuan Kelompok kecil karena pembahasan Firaman dan Diskusi bahan PA yang membutuhkan pemahaman mendalam mengenai Firman Tuhan. 30% PKK lainnya menyatakan untuk saat ini kurang atau tidak berniat melakukan pertemuan Kelompok Kecil karena memberikan konsekuensi negatif bagi mereka. Berdasarkan teori planned behavior (Icek Ajzen, 2005) niat dari Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) untuk melakukan Pertemuan Kelompok Kecil secara teratur disebut dengan intention. Ada tiga determinan dasar yang mempengaruhi intention, yaitu: attitude toward the behavior adalah sikap menyenangkan atau tidak menyenangkan PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil berdasarkan evaluasi dari konsekuensi melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Subjective norms adalah persepsi PKK mengenai ada atau tidak adanya tuntutan dari orang-orang terdekat baginya seperti kakak rohani mereka atau PKK mereka, sesama PKK, AKK,

10 pengurus dan pendamping PMK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan PKK bersedia mengikuti atau mematuhi orang-orang tersebut. Perceived behavioral control adalah persepsi PKK bahwa dirinya mampu atau tidak mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan kemampuan untuk melakukan pertemuan tersebut cukup kuat atau mungkin lemah. Uraian di atas mencerminkan adanya determinan-determinan intention dan intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana kontribusi dari determinandeterminan intention terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok pada Pemimpin Kelompok Kecil PMK di Universitas X Bandung. 1.2 Identifikasi Masalah Dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui determinan intention manakah yang paling berkontribusi terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok pada Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) di Universitas X Bandung. 1.3 Maksud dantujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Maksud penelitian ini untuk mengetahui derajat kontribusi dari determinandeterminan intention terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada PKK PMK di Universitas X Bandung.

11 1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui determinan intention yang mana paling berkontribusi terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada PKK PMK di Universitas X Bandung. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Teoritis Sebagai tambahan informasi untuk pengembangan mengenai gambaran intention dan determinan-determinannya pada bidang ilmu Psikologi khususnya Psikologi Sosial dari teori planned behavior. Memberikan masukan dan informasi lebih lanjut bagi para peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai intention dan determinan-determinan intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada PKK PMK menggunakan teori planed behavior. 1.4.2 Kegunaan Praktis Memberikan informasi kepada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung mengenai gambaran intention dan determinan-determinannya dalam melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Diharapkan setiap PKK PMK dapat meningkatkan atau mengoptimalkan intention mereka di dalam melakukan pertemuan Kelompok Kecil.

12 Memberikan informasi kepada setiap Pendamping, Pengurus PMK, dan seksi Kelompok Kecil mengenai gambaran intention dan determinan-determinannya dalam melakukan pertemuan kelompok Kecil, serta memberikan gambaran determinan yang paling penting dan berkontribusi terhadap intention PKK. Dengan demikian informasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan intention Pemimpin Kelompok Kecil untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil secara rutin. 1.5 Kerangka Pikir Kelompok Kecil (KK) merupakan wadah dari sekelompok orang percaya (terdiri dari 3-4 orang) yang sepakat untuk bertumbuh bersama dalam suatu persekutuan yang akrab, dinamis, dan harmonis dengan pertemuan yang teratur untuk mencapai kedewasaan kea rah Kristus (Nicholas, 2000). Kelompok Kecil juga memerlukan orang lain untuk menjadi pembelajaran pembimbing dalam kerohaniannya yang dikenal dengan Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) sedangkan anggota kelompok adalah Anggota Kelompok Kecil (AKK) Peran sebagai PKK sangat diharapkan dapat membantu mencapai tujuan dari Kelompok Kecil yaitu sebagai suatu sarana pertumbuhan menuju kedewasaan iman di dalam Kristus, maka penting bagi PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil secara rutin. Apabila pertemuan Kelompok Kecil jarang atau bahkan sama sekali tidak dapat dilakukan maka kegiatan yang ada didalam Kelompok Kecil sulit

13 dan bahkan tidak dilakukan, artinya Kelompok Kecil tersebut tidak bertumbuh sehingga tujuan Kelompok Kecil tidak tercapai. Apabila pertumbuhan iman tidak terjadi maka akan berpengaruh pula pada pertumbuhan rohani anggota Persekutuaan Mahasiswa Kristen (PMK), karena Kelompok Kecil sebagai tulang punggung dari PMK. Oleh karena itu, komitmen dari dalam diri seorang PKK yang pada akhirnya akan membentuk niat (intention) melakukan pertemuan Kelompok Kecil secara teratur. Pemimpin Kelompok Kecil yang masih aktif di Universitas X Bandung memiliki usia yang tergolong dalam periode dewasa awal. Individu dewasa awal lebih maju secara kuantitatif dan mengalami perubahan dalam cara berpikirnya, yaitu bahwa mereka memiliki pengetahuan yang lebih banyak dan lebih baik daripada remaja. Seiring dengan perkembangan menuju dewasa awal, secara berangsur-angsur menyadari adanya keragaman pendapat dan sudut pandang (Santrock, 1983). Setiap individu memiliki alasan dan pertimbangan yang berbeda mengapa mereka melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Begitu juga di dalam diri seorang Pemimpin Kelompok Kecil, mereka memiliki alasan yang berbeda dalam mengambil keputusan untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Menurut Icek Ajzen (2005), individu berperilaku tertentu berdasarkan pada akal sehatnya dengan mempertimbangkan setiap informasi yang tersedia dan secara implisit maupun eksplisit mempertimbangkan dampak dari perilaku tersebut. Berdasarkan teori planned behavioral, niat seseorang untuk menampilkan perilaku disebut intention. Intention adalah suatu keputusan mengerahkan usaha untuk

14 menampilkan suatu perilaku. Seseorang yang berperilaku dengan dilatarbelakangi oleh niat tertentu akan memiliki intensitas, kualitas dan kesungguhan yang tinggi untuk meraih goal yang ingin dicapainnya. Ada beberapa variabel yang dapat berhubungan atau memengaruhi beliefs yang dipegang oleh seseorang, seperti umur, gender, suku, status sosial ekonomi, pendidikan, kebangsaan, agama, kepribadian, emosi, sikap secara keseluruhan dan nilai-nilai, kecerdasaan, keanggotaan dalam suatu kelompok, masa lalu, informasi, dukungan sosial, dan kemampuan mengatasi masalah. Hal inilah yang disebut dengan background factors. Ternyata orang yang tumbuh di lingkungan sosial yang berbeda dapat memperoleh informasi yang berbeda mengenai masalah-masalah yang berbeda. Informasi-informasi tersebut dapat menjadi dasar dari beliefs mengenai konsekuensi dari perilaku (behavioral belief), tuntutan sosial dari important others (normative belief) dan mengenai rintangan-rintangan yang dapat mencegahnya untuk menampilkan suatu perilaku (control belief). Semua faktorfaktor tersebut, dapat memengaruhi behavioral, normative, dan contol beliefs dan sebagai akibatnya memengaruhi intention dan perilaku, tetapi tidak terdapat hubungan yang terlalu erat antara background factors dan beliefs. Niat seseorang dipengaruhi oleh tiga determinan yaitu attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control. Determinan yang pertama adalah attitude toward the behavior merupakan sikap terhadap evaluasi positif atau negatif individu terhadap perilaku tertentu yang akan ditampilkannya. Munculnya evaluasi individu tersebut didasari oleh behavioral beliefs adalah

15 keyakinan individu mengenai konsekuensi dari menampilkan suatu perilaku dan pengolahan terhadap hasil suatu perilaku. Pemimpin Kelompok Kecil telah berada pada tahap perkembangan formal operational (Piaget, dalam Santrock, 2002), dalam hal ini PKK mampu berpikir logis mengenai konsekuensi dari tindakannya. Menurut Icek Ajzen (2005), PKK akan favourable terhadap suatu perilaku jika individu tersebut memiliki keyakinan evaluasi positif terhadap konsekuensi dari perilaku tersebut. Sebaliknya, individu akan unfavourable terhadap suatu perilaku, jika individu tersebut memiliki keyakinan evaluasi negatif terhadap konsekuensi dari perilaku tersebut. Jika PKK memiliki keyakinan bahwa melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan memberikan akibat yang positif seperti lebih mengintrospeksi diri, lebih memahami Firman Tuhan, memiliki hubungan yang akrab dengan Allah dan AKK, dan memiliki proyek ketaataan yang baik, maka PKK akan memiliki sikap favourable terhadap pertemuan Kelompok Kecil sehingga intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan kuat, seperti mereka merasa senang untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Jika PKK memiliki keyakinan bahwa melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan memberikan dampak negatif bagi dirinya, seperti mengurangi waktu beristirahat dan mengurangi waktu belajar dan mengerjakan tugas kuliah serta mengurangi waktu berkumpul bersama temanteman, maka PKK akan memiliki sikap unfavourable sehingga intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan melemah, seperti membuat PKK

16 menjadi kurang atau tidak bersemangat untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Determinan kedua adalah subjective norms, yaitu persepsi individu mengenai tuntutan dari orang-orang yang signifikan atau terdekat untuk menampilkan atau tidak menampilkan suatu perilaku tertentu dan ada kesediaan individu untuk mematuhi atau mengikuti orang-orang tersebut. Subjective norms tersebut didasari oleh normative beliefs, yaitu keyakinan individu bahwa orang-orang yang signifikan atau terdekat baginya akan menyetujui atau tidak menyetujui penampilan dari suatu perilaku dan kesediaan individu untuk mematuhi orang-orang signifikan tersebut. Icek Ajzen (2005), menyatakan bahwa jika individu mempersepsi bahwa orang yang signifikan baginya menuntut individu untuk menampilkan perilaku tertentu dan individu termotivasi untuk mematuhi tuntutan tersebut, maka individu akan memiliki subjective norms yang positif. Sebaliknya, apabila individu mempersepsi bahwa orang yang signifikan baginya tidak menuntut individu untuk melakukan perilaku tertentu dan individu termotivasi untuk mematuhinya, maka individu akan memiliki subjective norms yang negatif. Jika setiap PKK memiliki keyakinan di dalam diri bahwa kaka rohani atau PKK mereka, rekan sepelayanan atau sesama PKK, Seksi Kelompok Kecil, pendamping dan pengurus PMK, serta AKK mereka mendukungnya untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil seperti menegur dan menasihati atau mengingatkan PKK ketika membatalkan atau tidak melakukan pertemuan Kelompok Kecil di persekutuan rutin, saat Kelompok Kecil dan evaluasi personal

17 (room sharing) dan rapat besar PKK, maka PKK memiliki persepsi bahwa orangorang terdekatnya tersebut menuntut mereka untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Kemudian PKK juga memiliki kesediaan untuk mematuhi atau mengikuti tuntutan tersebut, maka PKK memiliki subjective norms yang positif. Hal ini akan mempengaruhi intention dalam diri PKK menjadi kuat untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Namun, jika PKK mempersepsi hal sebaliknya yaitu bahwa orang-orang terdekat mereka tidak menuntutnya untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil yaitu dengan tidak menegur atau mengingatkan PKK ketika tidak melakukan atau membatalkan pertemuan Kelompok Kecil sebab PKK dianggap sudah dewasa, maka PKK akan memiliki subjective norms yang negatif. Hal ini akan mempengaruhi intention dalam diri PKK menjadi lemah untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Determinan yang ketiga adalah perceived behavioral control yang merupakan persepsi individu mengenai kemampuan mereka untuk menampilkan suatu perilaku tertentu. Perceived behavioral control didasari oleh control beliefs, yaitu keyakinan mengenai ada atau tidak adanya faktor-faktor yang mendukung atau menghambat untuk menampilkan suatu perilaku. Menurut Icek Ajzen (2005), secara umum individu yang memiliki keyakinan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendukung dalam menampilkan suatu perilaku dan faktor-faktor tersebut memfasilitasi munculnya perilaku tersebut, maka individu memiliki perceived behavioral control yang positif. Demikan juga sebaliknya, individu yang memiliki keyakinan bahwa

18 faktor-faktor tidak memfasilitasi dirinya untuk melakukan suatu perilaku, maka individu memiliki perceived behavioral control yang negatif. Demikian halnya dengan PKK, jika PKK memiliki keyakinan bahwa terdapat faktor-faktor yang mendukungnya seperti memahami bahan PA dan ayat Firman, mendapatkan informasi tambahan dari kaka rohani atau PKK mereka dan sesama PKK mengenai Firman dan Kelompk Kecil, dan faktor tersebut kuat pengaruhnya dalam mendukung PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok, maka PKK memiliki persepsi bahwa untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil merupakan hal yang mudah dan mampu mereka lakukan. Hal tersebut akan membuat PKK memiliki perceived behavioral control yang positif, kemudian mempengaruhi intention dalam diri PKK menjadi kuat untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Sebaliknya, jika PKK memiliki keyakinan adanya faktor-faktor yang menghambat atau mempersulitnya, seperti kesulitan menyesuasikan waktu pertemuan, merasa malu karena hubungan pribadi dengan Allah tidak baik, artinya kehidupan rohani PKK juga tidak baik seperti jarang atau tidak melakukan saat teduh, masih jarang berdoa, kondisi tubuh yang lelah atau sakit, dan faktor-faktor tersebut memiliki pengaruh yang kuat dalam menghambat PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil, maka PKK memiliki persepsi bahwa untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil merupakan hal yang sulit atau tidak mampu untuk mereka lakukan. Hal tersebut akan membuat PKK memiliki perceived behavioral control yang negatif, kemudian mempengaruhi intention dalam diri PKK menjadi lemah untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil

19 Ketiga determinan yang telah di jelaskan di atas tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Semakin positif atau negatif hubungan ketiga determinan, maka akan berpengaruh pula pada kuat atau lemahnya kontribusi dari setiap determinan terhadap intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Apabila diantara ketiga determinan tersebut memiliki hubungan erat yang positif, maka PKK yang favourable seperti merasa senang melakukan pertemuan Kelompok Kecil akan memiliki persepsi bahwa mereka mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil disamping mereka juga memiliki persepsi bahwa orang-orang terdekat mereka seperti kakak rohani, sesama PKK, pendamping dan pengurus PMK, Seksi KK dan AKK yang menuntut mereka dengan mendukung dan mengingatkan mereka untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan PKK bersedia untuk melakukan tuntutan tersebut. Hal ini yang pada akhirnya memperngaruhi intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil semakin kuat. Sebaliknya PKK yang unfavorable seperti kurang atau tidak merasa senang melakukan pertemuan Kelompok Kecil, mereka juga memiliki persepsi bahwa mereka tidak mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil disamping itu mereka juga mempersepsi bahwa kakak rohani mereka, sesama PKK, pendamping dan pengurus PMK, Seksi KK dan AKK mereka tidak menuntut mereka untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dengan tidak menegur mereka saat tidak melakukan pertemuan secara rutin atau membatalkan pertemuan Kelompok Kecil.

20 Hal ini yang pada akhirnya mempengaruhi intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil semakin lemah. Apabila diantara ketiga determinan tersebut memiliki hubungan yang negatif, maka PKK memiliki sikap unfavourable untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecill mereka memiliki persepsi bahwa orang-orang terdekatnya menuntut mereka untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil dan PKK bersedia mematuhi orangorang tersebut. Selain itu mereka juga memiliki persepsi bahwa mereka mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Sebaliknya, PKK yang memiliki sikap favourable untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil memiliki persepsi bahwa orang-orang terdekatnya tidak mendukung dengan tidak menuntut dirinya untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil secara rutin dan PKK mematuhi orang-orang tersebut. Selain itu mereka juga memiliki persepsi bahwa mereka tidak mampu untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Kondisi ini yang pada akhirnya akan berpengaruh pada kuat atau lemahnya intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Kontribusi dan korelasi dari ketiga determinan tersebut akhirnya akan mempengaruhi kuat atau lemahnya intention PKK untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. Adapun skema kerangka pikir diatas dapat digambarkan sebagai berikut:

21 Behavioral Beliefs Attitude toward the behavior PKK PMK Universitas X Bandung Normative Beliefs Subjective Norm Intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil Melakukan pertemuan Kelompok Kecil Control Beliefs Perceived behavioral control 1.1 Bagan Kerangka Pikir

22 1.6 Asumsi ψ Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung memiliki derajat intention yang berbeda-beda untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil. ψ Intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung dibentuk oleh determinan determinan intention tersebut, yaitu attitude toward the behavior, subjective norms, dan perceived behavioral control. ψ Ketiga determinan determinan tersebut berkontribusi terhadap kuat lemahnya intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil.pada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung. 1.7 Hipotesis 1.7.1 Hipotesis Umum Terdapat kontribusi dari determinan determinan terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung.

23 1.7.2 Hipotesis Khusus H1 : Terdapat kontribusi dari attitude toward the behavior terhadapn intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung. H2 : Terdapat kontribusi dari subjective norms terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung. H3 : Terdapat kontribusi dari perceived behavioral control terhadap intention untuk melakukan pertemuan Kelompok Kecil pada Pemimpin Kelompok Kecil Persekutuan Mahasiswa Kristen di Universitas X Bandung.