BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move. Secara umum

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PROGRAM PENGABDIAN MASYARAKAT YAYASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di suatu wilayah kerja puskesmas,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu atau Pos Pelayanan Terpadu adalah Forum Komunikasi Alih. rangka pencapaian NKKBS ( Mubarak & Chayalin, 2009).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu diselenggarakan untuk kepentingan masyarakat sehingga

MENINGKATKAN KESEHATAN IBU DAN ANAK MELALUI GERAKAN POSYANDU

5) Penanggulangan diare. 6) Sanitasi dasar. 7) Penyediaan obat esensial. 5. Penyelenggaraan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Posyandu merupakan salah satu bentuk UKBM yang dikelola dan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Istilah motivasi berasal dari bahasa Latin, yakni movere yang. Menurut Sadirman (2007), motivasi adalah perubahan energi diri

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yagn

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

Meja 1 Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. Meja 4 Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusui

BAB I PENDAHULUAN. Posyandu adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Disampaikan pada : REFRESHING KADER POSYANDU Kabupaten Nias Utara Tahun 2012

TINJAUAN PUSTAKA Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS KEPANJEN Jalan Raya Jatirejoyoso No. 04 Telp. (0341) Kepanjen

DEPARTEMEN DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH REPUBLIK INDONESIA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan. diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

BAB I PENDAHULUAN. Pos pelayanan terpadu (Posyandu) merupakan bentuk partisipasi. masyarakat yang membawa arti yang sangat besar bagi kesehatan dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

ISSN: VOLUME XV, No. 1, 2009 LEMBAR BERITA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya yang tinggi. Bahkan Indonesia menduduki peringkat ke-empat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. masyarakat bersama dengan kader dalam pembangunan kesehatan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pelayanan kesehatan masyarakat pada prinsipnya mengutamakan

BAB I PENDAHULUAN. besar terhadap kesejahteraan manusia. Setiap kegiatan dan upaya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang diselenggarakan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk terciptanya kesadaran, kemauan

BAB PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat, yang merupakan bagian

OLEH: DODIK BRIAWAN (KULIAH PEMBEKALAN KKP ILMU GIZI, BOGOR, 5 MEI 2012) KOMPETENSI KKP/Internship (AIPGI)

MATA KULIAH. Asuhan Kebidanan Komunitas WAKTU DOSEN. Pengembangan Wahana/Forum PSM, Berperan Dalam Kegiatan TOPIK

BAB 1 PENDAHULUAN. pemberdayaan masyarakat atau kader posyandu (Depkes, 2007). Menurut MDGs (Millenium Development Goals) di tingkat ASEAN, AKB

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya bayi dan balita. Tujuan Posyandu adalah menunjang penurunan Angka

Universitas Sumatera Utara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Partisipasi kader adalah keikutsertaan kader dalam suatu kegiatan kelompok

Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Anak balitanya telah mendapatkan imunisasi BCG, DPT I dan Polio di Posyandu. Ibu ani adalah peserta asuransi kesehatan.

LAMPIRAN PETUNJUK PENGISIAN DATA MANUAL POSYANDU

Wujud pemberdayaan masyarakat UKBM (Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat) Promotif, Preventif Mulai dicanangkan 1986

Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga, DR. Sudibyo Alimoeso, MA

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan. Salah satu bentuk upaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGUATAN KADER POSYANDU DALAM UPAYA DETEKSI DINI KESEHATAN IBU, BAYI DAN BALITA DI WILAYAH KECAMATAN TELANAIPURA KOTA JAMBI TAHUN 2013

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia, demikian juga halnya dengan kesehatan gigi dan

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Rahmat Haryadi Actuating (dalam Ekhardi, 2010) Actuating adalah

BERITA DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2016 NOMOR 32 PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG REVITALISASI POSYANDU

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hal yang sangat penting dan bisa dijadikan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. hakekatnya baru berumur enam tahun, kemudian juga merupakan salah satu desa di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah mengembangkan banyak program yang melibatkan berbagai

BETTY YULIANA WAHYU WIJAYANTI J.

d. Mendistribusikan kartu panggilan/undangan penimbangan melalui pengurus kelompok PKK RT 2. Hari Pelaksanaan Penimbangan (H) Pada hari buka Posyandu

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu melahirkan menjadi 118 per kelahiran hidup; dan 4) Menurunnya

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN SITUBONDO

Sekilas tentang POKJANAL POSYANDU Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu, Kemenkes RI, 2011

I. PENDAHULUAN. Selama beberapa periode belakangan ini, pembangunan sosial di Indonesia

PENGABDIAN MASYARAKAT UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PENGELOLAAN POSYANDU BALITA MELALUI PERBAIKAN SISTEM ADMINISTRASI

TINJAUAN PUSTAKA. mengadakan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan di tiap kelurahan/rw. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M

BAB 1 PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah disebabkan banyak

STUDI PERKEMBANGAN POSYANDU PASCA REVITALISASI POSYANDU DI WILAYAH PUSKESMAS KENJERAN SURABAYA Oleh Pipit Festy

BAB I PENDAHULUAN. 2009), hlm Drajat Boediman, Sehat bersama gizi,(jakarta: CV Sagung Seto,

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA

MATERI 6 PENCATATAN KEGIATAN POSYANDU

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

KUESIONER UNTUK KADER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan dan gizi merupakan kebutuhan dasar manusia. Sejak janin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pertumbuhan dan perkembangan secara keseluruhan. Guna. mendukung pertumbuhan dan perkembangan balita, orang tua perlu

SITUASI UPAYA KESEHATAN JAKARTA PUSAT

BAB 1 GAMBARAN PROGRAM PUSKESMAS KALIPARE TAHUN 2015

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas dan produktif. Untuk

POSYANDU SEBAGAI SARAN PERAN SERTA MASYARAKAT DALAM USAHA PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT NASAP SEMBIRING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. bawah lima tahun (balita). Angka kematian balita di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dimulai dengan perhatian utama pada proses tumbuh kembang sejak. pembuahan sampai mencapai dewasa muda. Pada masa tumbuh kembang

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BUPATI MADIUN SALISSS SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 46 TAHUN 2012 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Pos Pelayanan Terpadu. Layanan Sosial Dasar. Pedoman.

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. KONSEP MOTIVASI 1.1. Konsep Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin yang berarti to move. Secara umum mengacu pada adanya kekuatan dan dorongan yang menggerakkan kita untuk berperilaku tertentu (Quinn, 1995). Menurut Steers dan Porter (Riggio, 2003) dikutip dari Hasibuan (2000) motivasi adalah suatu kekuatan yang memiliki tiga fungsi yaitu suatu kekuatan, atau menyebabkan orang untuk melakukan sesuatu, fungsi kedua mengarahkan prilaku untuk mendapatkan tujuan yang khusus dan fungsi yang ketiga kekuatan di atas menambahkan usaha dalam mencapai tujuan tersebut. Motivasi juga diartikan sebagai suatu perangsangan keinginan dan daya penggerak kemauan seseorang bekerja, setiap motivasi mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapai. Menurut Winardi (2007 dikutip dari Michell, 1982) mengatakan bahwa motivasi adalah proses-proses psikologikal yang menyebabkan timbulnya, diarahkannya, dan terjadinya kegiatan-kegiatan sukarela atau volunter yang diarahkan ke arah tujuan tertentu. Motivasi ini merupakan hasil dari sebuah proses yang bersifat internal dan eksternal. Yang membangkitkan kita untuk bertindak, mendorong kita mencapai tujuan tertentu, dan membuat kita tetap tertarik dalam kegiatan tertentu (Nursalam & Efendi, 2008).

1.2. Proses Motivasi Menurut Winardi (2007) proses motivasi diawali dengan timbulnya keinginan, adanya kebutuhan dan munculnya berbagai harapan atau expectancy. Hal ini akan mengakibatkan timbulnya ketegangan-ketegangan (tensi) pada diri individu yang dianggap kurang menyenangkan. Dengan anggapan bahwa perilaku tertentu dapat menghilangkan ketegangan-ketegangan yang dirasakan sehingga orang yang bersangkutan melakukan suatu perilaku. Perilaku tersebut diarahkan kepada tujuan untuk mengurangi kondisi ketegangan yang dirasakan. Dimulainya perilaku tersebut menyebabkan timbulnya petunjuk-petunjuk yang memberikan umpan balik (informasi) kepada orang yang bersangkutan tentang dampak perilakunya. Hal ini dapat dilihat lebih jelas pada gambar berikut. Skema 1. Proses Motivasi dasar Ketidakseimbangan motivasi Internal:Kebutuhan,keing inan, dan harapan (expectancy) Perilaku Tujuan-tujuan, insentif, atau imbalan-imbalan Umpan Balik (Feedback): pengurangan ketidak seimbangan: Pemuasan kebutuhan, Harapan Skema 1. Proses Motivasi dasar

Dari gambar diatas dapatlah kita simpulkan bahwa, komponen-komponen dasar dari motivasi adalah: (1) Kebutuhan, keinginan, dan harapan (2) perilaku (3) tujuan-tujuan (4) umpan balik/feedback. 1.3. Teori-teori Motivasi Ada beberapa teori-teori motivasi dikutip dari Notoatdmodjo (2007), sebagai berikut: a. Content theory, yaitu motivasi yang dikaji dengan mempelajari kebutuhan kebutuhan. Teori ini mengajukan cara untuk menganalisa kebutuhan yang mendorong seseorang unutk bertingkah laku tertentu. b. Process theory, yaitu motivasi yang dikaji dengan mempelajari prosesnya. Teori ini berusaha memahami proses berpikir yang ada yang dapat mendorong seesorang untuk berpikir tertentu (Wood et all, 1998 dalam Notoatmodjo, 2005). c. Cognitive theory (Vroom, 1964), yaitu teori yang menjelaskan mengapa seseorang tidak akan melakukan sesuatu yang ia yakini ia dapat melakukannya, sekalipun hasil dari pekerjaan tersebut sangat ia inginkan. d. Menurut Herzberg (1996), ada dua jenis faktor yang mendorongan seseorang utuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari ketidakpuasa. Dua faktor itu adalah faktor hygiene (faktor ekstrinik) dan factor motivator (faktor instrinsik). Faktor hygiene memotivasi seseorang untuk keluar dari ketidakpuasan, termasuk didalamnya adalah hubungan antar manusia, imbalan, kondisi lingkungan. Sedangkan faktor motivator memotivasi seseorang untuk

berusaha mencapai kepuasan yang termasuk di dalamnya adalah achievement, pengakuan, kemajuan tingkat kehidupan. e. Teori motivasi ERG (Clayton Alderfer), teori yang didasarkan pada kebutuhan manusia akan keberadaan (exsistence), hubungan (relatedness), dan pertumbuhan (growth). Teori ini mengemukakan jika kebutuhan yang lebih tinggi tidak atau belum dapat dipenuhi maka manusia akan kembali pada gerak yang fleksibel dari pemenuhan kebutuhan dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi. ( Notoatmodjo, 2007). 1.4. Motif Motivasi Menurut Morgan (1986) dikutip dari Notoatmodjo (2005), motif motivasi adalah: 1. Motif biogenesis adalah motif yang berkembang pada diri seseorang yang berasal dari organismenya sebagi makhluk biologi, motif biologi sudah ada sejak lahir dan tidak dipelajari, bercorak universal dan kurang terikat pada lingkungan kebudayaan. Secara biologis manusia cenderung untuk mengikuti prinsip homeostatis. Homeostatis adalah kecenderungan tubuh kita untuk memelihara kondisi internal. Sel reseptor tubuh kita secara terus-menerus akan memonitor tubuh kita. Jika ada ketidakseimbangan dalam tubuh, maka tubuh akan melakukan adaptasi untuk mencapai keadaan yang seimbang. Kebutuhan biologi misalnya; kebutuhan untuk makan, minum, mempertahankan suhu tubuh, seksual, umunya menganut prinsi ini (Morgan, 1986 dikutip dari Notoatdmojo, 2005). 2. Motif sosiogenik adalah motif yang dipelajari orang dan berasal dari lingkingan kebudayaan dimana orang itu berada dan berkembang. Motif sosiogenik tidak

berkembang dengan sendirinya tetapi berdasarkan interaksi sosial dengan orang lain atau hasil kebudayaan. Motif sosial merupakan sesuatu dorongan untuk bertindak yang tidak kita pelajari, namun pelajari dalam kelompok sosial dimana kita hidup. Motif sosial juga mencerminkan karakteristik dari seseorang yang juga merupakan komponen yang penting dari kepribadiannya. 3. Motif teogenesis, berasal dari interaksi antara manusia dengan tuhan seperti yang nyata dalam ibadahnya dan dalam kehidupan sehari-hari dimana ia berusaha merealisasikan norma-norma agama tertentu. Manusia memerlukan interaksi dengan tuhannya untuk dapat menyadari akan tugasnya sebagai manusia yang berketuhanan di dalam masyarakat yang serba ragam. 1.5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Secara umum, motivasi ada dua macam yang dikenal, yaitu motivasi intrinsik(datang dari dalam diri individu), dan motivasi ekstrinsik (datang dari lingkungan). Motivasi intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti yang termasuk faktor intrinsik adalah pembawaan individu, tingkat pendidikan, harapan/keinginan, pengalaman masa lampau dan aspek lain yang secar internal melekat pada seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti lingkungan, dorongan atau bimbingan dari orang lain, pengaruh sosial ekonomi seperti jarak antar tempat tinggal dengan posyandu (Achmad, 2007). Faktor intrinsik adalah pembawaan individu, tingkat pendidikan, harapan/keinginan, pengalaman masa lampa

a) Tingkat pendidikan Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang mereka peroleh. Tinggi rendahnya pendidikan erat kaitanya dengan keaktifan ibu yang memiliki balita untuk berkunjung ke posyandu, serta kesadaran terhadap program posyandu yang bermanfaat khususnya untuk kesehatan balitanya. Tingkat pendidikan ibu yang memiliki balita yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang posyandu terhambat atau terbatas ketidakaktifan ibu yang memiliki balita merupakan sikap dari ibu terhadap salah satu program posyandu dalam kunjungan ke posyandu, proses pendidikan maupun sebagai dampak dari penyebaran informasi (Suhardjo, 1990). b) Harapan/keinginan Harapan adalah melihat kedepan dengan kepercayaan diri. Ketika ada harapan, maka ada kehidupan (Werdiyanto, 2007). Harapan yang dibuat oleh hati adalah impian, sedangka harapan yang dibuat oleh pikiran adalah rencana, seseorang tidak mungkin melihat jalan menuju yang baik, bila hati kosong dari harapan. Harapan yang tinggi adalah pembentukan kesungguhan hati untuk menggunakan semua kekuatan dari keberadaan kita untuk mencapai yang tertinggi dari yang mungkin kita capai. c) Pengalaman masa lampau Pengalaman masa lampau disebut juga faktor penguat yang mendorong atau memperkuat terjadinya perilaku pada masyarakat dalam berkunjung ke posyandu. Perilaku berawal dari adanya pengalaman seseorang serta fakta-

fakta dari luar (lingkungan), baik fisik maupun non fisik, kemudian pengalaman dan lingkungan diketahui, dipersepsikan, diyakini, sehingga menimbulkan motivasi, niat untuk bertindak yang akhirnya terjadi perwujudan niat yang berupa perilaku (Notoatmodjo, 2003). Faktor eksternal seperti lingkungan, dorongan atau bimbingan dari orang lain dan jarak antar tempat tinggal dengan posyandu a) Lingkungan Lingkungan didefenisikan sebagai kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup, termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. b) Dorongan atau bimbingan dari orang lain Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus untuk membantu dan mengubah sikap, stimuls dapat bersifat langsung ataupun tidak langsung misalnya individu dengan keluarganya atau dengan kelompokknya. c) Jarak Jarak tempat tinggal dengan posyandu sangat mempengaruhi ibu balita untuk hadir di kegiatan posyandu. Ketidak hadiran ibu balita ke posyandu disebabakan karena letal rumah balita yang jauh dengan posyandu

2. KONSEP POSYANDU 2.1. Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) Posyandu merupakan salah satu bentuk kegiatan dari Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD), dimana masyarakat antara lain melalui kader-kader yang terlatih dibidang kesehatan menyelenggarakan 5 (lima) program prioritas secara terpadu pada suatu tempat dan waktu yang telah ditentukan dengan bantuan pelayanan dari petugas Puskesmas, bagi jenis pelayanan dimana msayrakat tidak mampu memberikan sendiri (Depkes RI, 1986). 2.1.1. Pengertian Posyandu Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan mayarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknik dari petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Yang dimaksud dengan nilai strategi untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini yaitu dalam meningkatkan mutu manusia dimasa mendatang dan akibat dari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia ada 3 (tiga) intervensi (Sembiring, N. 2004), yaitu : 1. Pembinaan kelangsungan hidup anak (Child Survival) yang ditujukan untuk menjaga kelangsungan hidup anak sejak janin dalam kandungan ibu sampai usia balita.

2. Pembinaan perkembangan anak (Child Development) yang ditujukan untuk membina tumbuh/kembang anak secara sempurna, baik fisik maupun mental sehingga siap menjadi tenaga kerja tangguh. 3. Pembinaan kemampuan kerja (Employment) yang dimaksud untuk memberikan kesempatan berkarya dan berkreasi dalam pembangunan bangsa dan negara. Posyandu merupakan kegiatan warga masyarakat setempat maka kader dan pemuka masyarakat berperan untuk menumbuhkan kesadaran semua warga agar menyadari bahwa Posyandu adalah milik warga. Pemerintah khususnya petugas kesehatan hanya berperan membantu (Azwar, 2002). Dilihat dari indikator-indikator yang ditetapkan oleh Depkes, Posyandu secara umum dapat dibedakan menjadi 4 (empat) tingkat yaitu : (1) Posyandu Pratama; (2) Posyandu Madya; (3) Posyandu Purnama dan (4). Posyandu Mandiri (Depkes RI, 2006). 1) Posyandu Pratama Posyandu Pratama adalah Posyandu yang belum mantap, yang ditandai oleh kegiatan bulanan Posyandu belum terlaksana secara rutin serta jumlah kader terbatas yakni kurang dari 5 (lima) orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan Posyandu, disamping jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah jumlah kader.

2) Posyandu Madya Posyandu Madya adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 orang atau lebih, tetapi cakupan kelima kegiatan utamanya masih rendah yaitu < 50%. Intervensi yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah meningkat cakupan dengan mengikut sertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu. 3) Posyandu Purnama Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata jumlah kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan utamanya > 50% serta mampu menyelenggarakan program tambahan seta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat yang pesertanya masih terbatas yakni kurang dari 50% KK di wilayah kerja Posyandu. 4) Posyandu Mandiri Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun dengan rata-rata kader sebanyak 5 (lima) orang atau lebih. Cakupan dari kegiatan utamanya > 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan serta telah memperoleh sumber pembiayaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang pesertanya lebih dari 50% KK yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu Intervensi yang dilakukan bersifat pembinaan termasuk pembinaan dana sehat, sehingga terjamin kesinambungannya.

2.1.2. Tujuan Penyelenggara Posyandu & system Lima Meja Secara umum tujuan penyelenggara posyandu adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2006) : 1. Mempercepat penurunan Angka Kematian Bayi (AKB), anak balita dan angka kelahiran 2. Mempercepat penurunan AKI (Angka Kematian Ibu ), ibu hamil dan ibu nifas 3. Mempercepat diterimanya Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) 4. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai kebutuhan 5. Meningkatkan daya jangkau pelayanan kesehatan. Sasaran dalam pelayanan kesehatan di Posyandu adalah bayi (usia kurang dari 1 tahun) anak balita (usia 1-5 tahun), ibu hamil, ibu menyusui dan wanita PUS (pasangan usia subur). 1. Sistem Lima Meja Proses kegiatan di posyandu dikenal dengan istilah mekanisme lima meja, dan kegiatan-kegiatan setiap meja adalah: a. Meja 1 dimulai dengan pendaftaran, pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur b. Meja II penimbangan balita dan ibu hamil

c. Meja III pengisian kartu menuju sehat (KMS) d. Meja IV diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan resiko tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti keluarga berencana (KB), penyuluhan kesehat, pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan dan penyuluhan kondom e. Meja V adalah pemberian imunisasi, pemeriksaan kehamilan, pemeriksaan kesehatan dan pengobatan, dan pelayanan kontrasepsi IUD dan suntikan (Ridha, 2008). 2.1.3. Manfaat Posyandu Adapun manfaat dari Posyandu adalah sebagai berikut : I. Bagi Masyarakat Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB. II. Bagi Kader Pengurus posyandu dan tokoh masyarakat mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB. III. Bagi Puskesmas Optimalisasi fungsi puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan kesehatan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.

IV. Bagi Sektor Lain a. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat b. Meningkatkan efesiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan terpoksi masing-masing sektor (Wikipedia, 2007). 2.2. Program Posyandu Program kegiatan yang dilakukan di Posyandu, yang sekaligus masyarakat dapat memperoleh pelayanan kesehatan antara lain mencakup: keluarga berencana (KB), kesehatan ibu dan anak, imunisasi, peningkatan gizi dan penanggulangan diare (Sembiring, 2004). 2.2.1. Keluarga Berencana (KB) Pemerintah dalam rangka mengupayakan kesejahteraan masyarakat selain melalui pembangunan dalam bidang ekonomi, pembangunan fisik maka upaya yang tidak kalah penting adalah melalui pertumbuhan penduduk supaya tidak berlebihan. Upaya yang menyangkut pertumbuhan penduduk tersebut adalah melalui program keluarga berencana (Depkes RI, 2006). Keluarga Berencana adalah perencanaan kehamilan, sehingga kehamilan terjadi pada waktu yang diinginkan. Jarak antara kelahiran diperjarang untuk membina kesehatan bagi keluarga. Keberhasilan KB harus diikuti dengan penurunan angka kematian bayi dan anak balita atau ibu keluarga atau sebaliknya, untuk itu maka perlu adanya upaya peningkatan pelestarian pemakaian alat kontrasepsi yang efektif serta pengayoman medis terhadap penderita. Dalam pelayanan Keluarga

berencana di posyandu antara lain : pembagian pil KB atau kondom, suntikan KB, konsultasi KB, alat kontrasepsi dalam rahim dan imflan (susuk) (Depkes RI, 2006). 2.2.2. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) Bahwa salah satu hal yang penting untuk mendukung keberhasilan melahirkan bayi yang sehat adalah seorang ibu yang sehat di waktu kehamilannya. Bayi yang akan lahir dari seorang ibu ditumbuhkan oleh gizi di dalam rahim. Zat gizi tersebut diambil dari bagian lain tubuh ibu melalui tali pusat. Bila ibu hamil kurang makan, maka bayi yang akan dilahirkan kecil dan lemah karena itu kesehatan ibu amatlah penting. Didalam program posyandu dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak yaitu pemberian pil tambah darah (ibu hamil), pemberian imunisasi tetanus toxoid (TT), Imunisasi, penimbangan balita, pemberian oralit dan pemberian makanan tambahan (PMT) (Depkes RI, 2006). Kesehatan ibu hamil yang harus diperhatikan meliputi sebagai berikut : 1) Ibu hamil harus makan lebih banyak dibandingkan dengan sebelum hamil 2) 1-2 piring nasi lebih banyak dari biasa dalam satu hari, ditambah dengan sayur dan buah 3) Ibu hamil hendaknya memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan minimal 4 kali selama hamil 4) Mendapatkan imunisasi tetanus toxoid (TT) sebanyak 2 kali

Sedangkan yang perlu diperhatikan untuk ibu menyusui dan nifas mencakup : a) Penyuluhan kesehatan, KB, ASI dan gizi, untuk ibu nifas perawatan kebersihan jalan lahir (vagina). b) Pemberian vitamin A dosis tinggi dan tablet besi c) Perawatan payudara d) Senam ibu nifas e) Jika ada tenaga kesehatan dan tersedia ruangan dilakukan pemeriksaan kesehtan umum, pemeriksaan payudara f) Pemeriksaan tinggi fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ada ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas. 2.2.3. Pelayanan Gizi Tujuan pelayanan gizi yang utama adalah untuk menurunkan angka Kurang Kalori Protein (KKP) dan kebutaan karena kekurangn vitamin A pada balita, serta anemia gizi pada ibu hamil. Tujuan ini dapat dicapai secara lebih efektif dan efisien dengan jalan memadukan kegiatan-kegiatan penyuluhan gizi, pelayanan kesehatan dasar dan keluarga berencana di posyandu. Dengan demikian sasaran pelayanan gizi di posyandu adalah bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia subur (PUS). Pelayanan gizi di Posyandu meliputi : pemantauan pertumbuhan melalui penimbangan berat badan balita, pendistribusian kapsul vitamin A, zat besi (Fe), pemberian larutan oralit, penyuluhan gizi dan pemberian makanan tambahan (Depkes RI, 1990).

2.2.4. Imunisasi Imunisasi balita berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Tingkat kekebalan terhadap penyakit tertentu belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo, 1997). Imunisasi didapatkan oleh anak melalui pemberian vaksin secara sengaja. Imunisasi yang diberikan terdiri dari imunisasi BCG untuk mencegah penyakit TBC (Tubercolosis), imunisasi DPT untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus, imunisasi Polio untuk mencegah penyakit kelumpuhan, imunisasi Campak untuk mencegah penyakit campak dan imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit hepatitis (Direktorat Bina Gizi Masyarakat, 1999). Setiap anak sebelum umur 1 tahun harus mendapatkan imunisasi lengkap. Imunisasi yang diberikan pada waktu kegiatan di Posyandu antara lain BCG, DPT I, II, III, Polio I, II, III,IV, Campak pada umur 9 bulan dan Hepatitis B (Depkes RI, 1990). Menurut program Departemen Kesehatan RI (1996), pemberian imunisasi lengkap kepada balita yaitu vaksin BCG satu kali, DPT tiga kali, Polio empat kali, Campak satu kali dan Hepatitis B tiga kali. 2.2.5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare Menurut Depkes RI (2002), diare (mencret) adalah buang air besar dengan frekuensi yang tidak normal dan konsistensinya lebih lembek atau cair. Diare dapat terjadi secara perlahan-lahan, bertahap, tiba-tiba dan perkembangannya cepat sekali. Diare adalah penyebab utama kematian balita. Penanggulangan diare dapat dilakukan

dengan : memberikan oralit, bila oralit tidak ada membuat larutan gula garam, asi dan makanan terus diberikan kepada anak seperti biasa (Depkes RI, 2005). 2.3. Revitalisasi Posyandu 2.3.1. Pengertian Revitalisasi Posyandu Revitalisasi Posyandu adalah upaya pemberdayaan kembali Posyandu sebagai salah satu upaya untuk meminimalisasi dampak krisis ekonomi tahun 1997 pada penurunan status gizi dan kesehatan ibu dan anak. Revitalisasi Posyandu diperlukan untuk menunjang program JPSBK baik dalam PMT pemulihan maupun dalam penemuan sasaran yang berhak dan perlu mendapatkan bantuan program JPSBK. Upaya revitalisasi Posyandu harus dikembangkan meskipun krisis sudah teratasi sebagai upaya permanen mempertemukan kebutuhan masyarakat dengan ketersediaan layanan oleh petugas kesehatan untuk menjaga keluarga sehat tetap sehat (Depkes RI, 2001). Revitalisasi Posyandu adalah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan peningkatan status gizi masyarakat, yang secara umum terpuruk sebagai akibat langsung maupun tidak langsung adanya krisis multi dimensi di Indonesia. Oleh karena itu untuk meningkatkan kemampuan setiap keluarga dalam memaksimalkan potensi pengembangan kualitas sumber daya manusia, diperlukan upaya Revitalisasi Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat yang langsung dapat dimanfaatkan untuk melayani pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, sekaligus merupakan salah satu komponen perwujudan kesejahteraan keluarga.

Untuk melaksanakan Revitalisasi Posyandu perlu dihimpun seluruh kegiatan masyarakat agar berperan serta secara aktif sesuai dengan kemampuannya, baik sebagai pelaksana maupun sebagai pembina dilingkungannya masing-masing, sehingga cakupan sasaran kelompok masyarakat yang membutuhkan pelayanan Posyandu pada hari buka dan kunjungan rumah dapat mencapai hasil yang setinggitingginya. (Depkes RI, 2001). 2.3.2. Tujuan Revitalisasi Posyandu 1. Tujuan umum Meningkatkannya fungsi dan kinerja Posyandu agar dapat memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan (Depkes RI, 2001). 1.Tujuan Khusus 1. Meningkatkan kualitas kemampuan dan keterampilan kader Posyandu 2. Meningkatkan pengelolaan dalam pelayanan Posyandu 3. Meningkatkan pemenuhan kelengkapan sarana, alat dan obat di Posyandu 4. Meningkatkan kemitraan dan pemberdayaan masyarakat untuk kesinambungan kegiatan Posyandu 5. Meningkatkan fungsi pendampingan dan kualitas pembinaan Posyandu (Depkes RI, 2001).

2.3.3. Sasaran Revitalisasi Posyandu Sasaran kegiatan revitalisasai Posyandu pada dasarnya meliputi seluruh Posyandu dengan prioritas utama pada Posyandu yang sudah tidak aktif atau yang berstrata rendah (Posyandu Pratama dan Madya) dan Posyandu yang ada di daerah yang sebagian besar penduudknya tergolong miskin.(depkes RI,2006). 2.3.4. Strategi Revitalisasi Posyandu Strategi yang perlu ditempuh dalam rangka mencapai tujuan Revitalisasi Posyandu adalah (Depkes RI, 2001) : 1. Meningkatkan kemampuan/pengetahuan dan keterampilan teknis serta dedikasi kader di Posyandu 2. Memperluas sistem Posyandu dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan di hari buka dan kunjungan rumah 3. Menciptakan iklim kondusif untuk pelayanan dengan pemenuhan sarana dan prasarana kerja Posyandu 4. Meningkatkan peran serta masyarakat dan kemitraan dalam penyelenggaraan dan pembiayaan kegiatan Posyandu 5. Memperkuat dukungan pembinaan dan pendampingan teknis dari tenaga professional dan tokoh masyarakat, termasuk unsur Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

2.3.5. Komponen Program Revitalisasi Posyandu I. Pelatihan Kader Kader diartikan sebagai tenaga sukarela yang tertarik dalam bidang tertentu yang tumbuh dalam masyarakat dan merasa berkewajiban untuk melaksanakan dan meningkatkan serta membina kesejahteraan termasuk bidang kesehatan. Pelatihan kader bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan sekaligus dedikasi kader agar timbul kepercayaan diri untuk dapat melaksanakan tugas sebagai kader dalam melayani masyarakat baik di posyandu maupun saat melakukan kunjungan rumah. Materi dalam pelatihan kader dititik-beratkan pada keterampilan teknis menyusun rencana kerja kegiatan di Posyandu, cara menimbang, menilai pertumbuhan anak, cara menyiapkan peragaan cara pemberian makanan pendamping ASI dan PMT untuk anak yang pertumbuhannya tidak cukup sebagaimana pertambahan umurnya dan anak yang berat badannya tidak naik, memantau perkembangan ibu hamil dan ibu menyusui dan sebagainya. Agar pelatihan kader dapat berjalan efektif, maka diperlukan unsur pelatih kader yang mampu dan berdedikasi dalam memberikan materi pelatihan secara efektif dan berkesinambungan yakni melalui pendampingan dan bimbingan. Pelatihan kader diberikan secara berkelanjutan berupa pelatihan dasar dan berjenjang yang berpedoman pada modul pelatihan kader (Depkes RI, 2001). Maksud diadakannya pelatihan yaitu untuk meningkatkan keterampilan dan kemampuan kerja seseorang atau sekelompok orang. Biasanya sasarannya adalah seseorang atau sekelompok orang yang sudah bekerja pada suatu organisasi yang

efisien, efektivitas dan produktivitas kerjanya dirasakan perlu ditingkatkan secara terarah dan programatik (Syafridah, 2003). II. Optimalisasi Kegiatan Posyandu Mengoptimalkan kegiatan Posyandu dengan cara memenuhi sarana dan prasarananya, sehingga Posyandu dapat berlangsung secara optimal, baik saat hari buka maupun saat kunjungan rumah tanpa mengalami hambatan. Sarana dasar seperti timbangan bayi, timbangan dewasa, kartu KMS, pita LILA, alat peragaan memasak, bahan KIE, obat-obatan berupa Vit.A, tablet dan sirup Fe, kapsul iodium, obat cacing, oralit, ATK dan format SIP untuk menunjang kegiatan pelayanan minimal dan paket tambahan sesuai jumlah kelompok sasaran yang ditetapkan, merupakan syarat dasar untuk berfungsinya Posyandu secara baik. Bahwa pemenuhan sarana dan prasarana tersebut pada hakekatnya menjadi tanggung jawab pengelola Posyandu dan masyarakat setempat. Pemerintah dan lembaga donor lainnya dapat membantu dalam melengkapi kegiatan, yang selanjutnya untuk kesinambungannya harus diusahakan oleh masyarakat. Pada hari buka biasanya Posyandu menggunakan ruangan dan peralatan yang disediakan oleh masyarakat yang peduli terhadap keberadaan Posyandu. Prasarana kerja dan sumbangan masyarakat akan sangat mempengaruhi kinerja para kader maupun para pengunjung Posyandu pada saat pelayanan. Prasarana kerja yang menciptakan suasana menentramkan dan akrab pendatang, akan menjadi salah satu daya tarik bagi kelompok sasaran untuk secara teratur atau secara berkala mengunjungi Posyandu.

III. Memperkuat Dukungan Pendampingan Dan Pembinaan Oleh Tenaga Profesional dan Tokoh Masyarakat. Tugas kader Posyandu untuk mengelola dan melayani masyarakat untuk mendukung peningkatan kualitas SDM dini merupakan tugas yang berat dan dilakukan secara sukarela. Berkaitan dengan hal tersebut, mengingat berbagai keterbatasan yang dimiliki kader, maka keberhasilannya akan sangat tergantung dari seberapa jauh upaya pelaksanaan tugas kader mendapatkan dukungan pendampingan maupun bimbingan tenaga professional terkait maupun dari para tokoh masyarakat. Secara teknis pendampingan dapat dilakukan oleh tenaga profesional pada saat posyandu buka, yakni melalui pelayanan pada meja II, III, IV, dengan cara meningkatkan ketrampilan kader dalam menimbang, mencatat hasil penimbangan pada kartu KMS maupun register dan memahami hasil penimbangan, serta melakukan penyuluhan perorangan tentang hal-hal yang perlu diketahui oleh para ibu baik untuk dirinya maupun untuk anaknya. Secara teratur pembinaan harus dilakukan oleh pengelola Posyandu di desa untuk memajukan penyelenggaraan Posyandu. Selain itu, pembinaan juga dilakukan oleh Dinas/Instansi yang peduli dan terkait dengan kegiatan program Posyandu, seperti Pokjanal Posyandu Kecamatan, unsure Puskesmas (Bidan di Desa / Polindes), Dinas Pendidikan, BKKBN, Kepala Desa/Lurah, Tim Penggerak PKK, dan organisasi kemasyarakatan lainnya yang mengelola Posyandu. Pembinaan dapat dilakukan secara sendiri atau dalam kesatuan Tim yang dibentuk untuk pembinaan Posyandu, disesuaikan dengan situasi dan kebutuhan setempat (Depkes RI, 2001).

2.3.6. Pengorganisasian Revitalisasi Posyandu Untuk melaksanakan Revitalisasi Posyandu, perlu dilakukan pengorganisasian terhadap dua hal yang berkaitan, yaitu pengorganisasian Posyandu di Desa dan pengorganisasian untuk pembinaan Posyandu (Depkes RI, 2001). A. Pengorganisasian Posyandu Sebagai unit yang memberi pelayanan langsung kepada masyarakat dan bersifat sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat terutama ibu dan anak, maka organisasi Posyandu sesungguhnya bersifat organisasi fungsional yang dipimpin oleh seorang Pimpinan/Penanggungjawab dan dibantu oleh para pelaksana pelayanan yang terdiri dari kader Posyandu sebanyak 4-5 orang. Agar Posyandu dapat dikelola secara baik, perlu dukungan tenaga administrasi yang bertugas mengadministrasikan kegiatan Posyandu. Kemudian dari beberapa Posyandu yang ada di suatu wilayah (Kelurahan/Desa atau dengan sebutan lain) selayaknya dikelola oleh suatu unit/kelompok (nama lain) Pengelola Posyandu yang keanggotaannya dipilih dari kalangan masyarakat setempat. Unit Pengelola Posyandu ini dipimpin oleh seorang Ketua yang dipilih dari para anggota. Bentuk susunan organisasi Unit Pengelola Posyandu di Desa, ditetapkan melalui kesepakatan dari para anggota Pengelola Posyandu. Tugas dan tanggung jawab masing-masing unsur pada setiap kepengurusan, juga disepakati dalam unit/kelompok Pengelola Posyandu bersama masyarakat setempat. Namun pada hakekatnya susunan kepengurusan itu sifatnya fleksibel, tergantung pada kondisi setempat. Dalam tatanan kehidupan bermasyarakat di desa, unit Pengelola Posyandu mempunyai kewajiban melaporkan keberadaannya kepada Kepala Desa/Lurah. Oleh

karena itu, Kepala Desa/Lurah berkewajiban pula untuk membina keberadaan unit Pengelola Posyandu, karena kegiatan Posyandu yang dikelola oleh masyarakat itu pada dasarnya adalah untuk kepentingan pemajuan pengembangan kualitas sumber daya manusia (SDM) dini di daerahnya, yang berarti sebagai suatu asset di desa (Depkes RI, 2001). B. Pengorganisasian Institusi Pembina Posyandu Untuk mendukung kegiatan posyandu sebagai wahana yang memberi pelayanan dalam pemenuhan kebutuhan dasar pengembangan kualitas manusia dini, perlu dibentuk institusi Pembina Posyandu yang berfungsi memfasilitasi, membina, memantau dan mengevaluasi kegiatan Posyandu sesuai kebutuhan. Institusi tersebut mempunyai struktur seperti Pokjanal (Program Kerja Jangka Nasional) Posyandu yang berada di Kecamatan, Kabupaten/Kota, Propinsi dan Pusat. Bila Pokjanal Posyandu di daerah masih berfungsi, maka diharapkan dapat memanfaatkan keberadaan organisasi tersebut sebagai institusi Pembina Posyandu yang keanggotaannya terdiri dari wakil-wakil dinas/ instansi/ lembaga terkait dan organisasi kemasyarakatan yang memiliki kepedulian terhadap kegiatan pelayanan masyarakat di Posyandu. Dalam melaksanakan tugasnya, institusi Pembina Posyandu tersebut dipimpin oleh seorang Ketua, yang dibantu oleh beberapa anggota yang mewakili instansiinstansi dan unsur yang terlibat dalam Posyandu. Susunan organisasi institusi Pembina Posyandu ditetapkan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi daerah masingmasing. Namun dengan tidak bermaksud untuk menyeragamkan bentuk susunan organisasi dan tata kerja institusi Pembina Posyandu, seyogyanya untuk mencegah

kerancuan perlu ada uraian peran masing- masing unsur dinas/instansi/lembaga yang terkait dalam pembinaan Posyandu, misalnya : a. Dinas/Badan/Kantor PMD/Bina Pemberdayaan Masyarakat : berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan,penggerakan dan pengembangan masyarakat, pengembangan metode pendampingan masyarakat, teknis advokasi, dan sebagainya. b. Dinas Kesehatan :berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi KMS, distribusi obatobatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis kesehatan. c. BKKBN/PLKB : berperan dalam pelayanan kontrasepsi, penyuluhan, penggerakan peran serta masyarakat, dan sebagainya. d. BAPPEDA : berperan dalam perencanaan umum dan evaluasi e. TP-PKK : berperan dalam pendayagunaan Kader, motivasi masyarakat, penyuluhan dan bimbingan teknis, dan sebagainya. f. Dinas Pendidikan, LSM dan sebagainya : berperan dalam mendukung teknis operasional Posyandu. Tugas dan fungsi institusi Pembina Posyandu secara keseluruhan ialah mendukung kelangsungan Posyandu sebagai unit pelayanan kesehatan dasar masyarakat, khususnya dari kelompok paling rentan Ibu dan Anak. Meskipun Posyandu merupakan unit pelayanan kesehatan dasar berbasis masyarakat yang berada di kelurahan/desa, namun karena peran Posyandu sangat

menentukan terhadap gambaran kondisi ibu dan anak secara nasional, maka disetiap daerah perlu dilakukan pemantauan kegiatan Revitalisasi Posyandu. Frekuensi dan jenis kegiatan Revitalisasi Posyandu yang dipantau ditetapkan atas kebutuhan masing-masing daerah. Pada tingkat operasional (Kelurahan/Desa, Kecamatan), pemantauan dilakukan secara bulanan, dengan melaksanakan kunjungan lapangan atau dengan mempelajari laporan yang disampaikan oleh Posyandu di wilayah kerjanya (Depkes RI, 2001). C. Pendanaan Dana yang diperlukan untuk membiayai kegiatan Posyandu termasuk untuk Revitalisasi, dihimpun dari semangat kebersamaan dan digunakan secara terpadu dari masyarakat, anggaran pemerintah daerah Kabupaten/Kota, Propinsi dan pemerintah pusat serta sumbangan swasta dan donor lainnya, baik domestik maupun Internasional. Agar kegiatan Posyandu dapat berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka perlu digali potensi sumber dana yang saat ini masih belum digunakan khususnya penghimpunan dana secara tradisional maupun berbasis keagamaan. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah diharapkan dapat melanjutkan membiayai Revitalisasi Posyandu sebagai kegiatan pelayanan dasar yang pada saat ini dibiayai dari program Jaring Pengaman Sosial (JPS-BK).