BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai sebuah lembaga pendidikan diharapkan dapat mencetak

BAB I PENDAHULUAN. Anna Kurnia, 2013 Profil Motivasi Belajar Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu memiliki kondisi internal, di mana kondisi internal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Masa akhir anak-anak berlangsung dari usia enam tahun sampai tiba

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja menurut Elizabeth B Hurlock, (1980:25) merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dyah Kusuma Ayu Pradini, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Membolos merupakan salah satu perilaku siswa di sekolah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang diinginkan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Kurang (Under-Achiever). untuk memperjelas penjelasan variabel tersebut, maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Diah Rosmayanti, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. studi, kerja, hobi atau aktivitas apapun adalah minat. Dengan tumbuhnya minat dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kunci keberhasilan dan kesuksesan seseorang

BAB I. PENDAHULUAN. perkembangan siswa karena siswa menghabiskan hampir sepertiga waktunya berada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peristiwa merosotnya moral di kalangan remaja, akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Interpersonal Siswa Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. belajar diantaranya motivasi belajar dan tingkat kemampuan awal siswa.

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

KORELASI ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEMEN TAHUN AJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pendidikan atau pembelajaran merupakan proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lina Nurlaelasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

KEMANDIRIAN BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP NEGERI 27 PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Indonesia,1998), seringkali menjadi tema dari banyak artikel, seminar, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Belajar merupakan cara untuk mendapatkan ilmu pengetahuan bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. remaja berkembang gejala yang menghawatirkan bagi para pendidik yaitu krisis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa belajar bagi remaja untuk mengenal dirinya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia adalah makhluk sosial yang senantiasa ingin berinteraksi dengan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah tertentu. Siswa SMP dalam tahap perkembangannya digolongkan

IDENTIFIKASI KONSEP DIRI SISWA YANG MEMILIKI PRESTASI BELAJAR RENDAH DI KELAS VIII SMP NEGERI 8 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. memberikan respon lebih cermat terhadap perubahan-perubahan yang tengah

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah murid pada pendidikan tinggi dan memulai jenjang. kedewasaan (Daldiyono, 2009). Mahasiswa digolongkan pada tahap

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pendidikan yang dilaksanakan di Indonesia dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. daya yang terpenting adalah manusia. Sejalan dengan tuntutan dan harapan jaman

PENGARUH BIMBINGAN KELOMPOK DENGAN TEKNIK MODELING UNTUK MENGURANGI PERILAKU AGRESIF PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 WERU TAHUN PELAJARAN 2017/2018

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab empat, maka dapat

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting bagi. tinggi dan berbagai keterampilan khusus yang dimiliki oleh peserta didik

I. PENDAHULUAN. Secara keseluruhan pada bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Stres dalam belajar adalah perasaan yang dihadapi oleh seseorang ketika

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan yang menjadi tumpuan harapan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang mengutamakan

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. peralihan dari satu tahap anak-anak menuju ke tahap dewasa dan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan mengantar manusia menuju kesempurnaan. Menurut pendapat Muzayyin (2005) Tugas dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman remaja dalam berhubungan dengan orang lain. Dasar dari konsep diri

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat dilaksanakan melalui proses belajar mengajar yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lebih mudah mengarahkan peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran, akhirnya akan berpengaruh pada hasil belajar.

BAB I PENDAHULUAN. menemukan pribadinya di dalam kedewasaan masing-masing individu secara maksimal,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Dara Pricelly Rais,2013

BAB II LANDASAN TEORITIK

HUBUNGAN ANTARA PENGENDALIAN DIRI DENGAN PERILAKU MEMBOLOS PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 PAKEL TAHUN PELAJARAN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ela Nurlaela Sari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah bagian yang penting dalam masyarakat, terutama di negara

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan fase yang disebut Hall sebagai fase storm and stress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. membutuhkan para mahasiswa yang tanggap akan masalah, tangguh, dapat di

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. pada meningkatnya hubungan antara anak dengan teman-temannya. Jalinan

BAB I PENDAHULUAN. Nurul Fahmi,2014 EFEKTIVITAS PERMAINAN KELOMPOK UNTUK MENGEMBANGKAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Langgeng Wening Puji, 2016

BAB I PENDAHULUAN. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Mayang Wulan Sari,2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dicapai melalui proses belajar baik di lingkungan sekolah maupun di luar lingkungan sekolah. Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa. Belajar dapat dikatakan berhasil jika terjadi perubahan dalam diri siswa. Dalam belajar, siswa mengalami proses dari tidak tahu menjadi tahu. Proses belajar dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari individu. Faktor internal dapat berupa kesehatan, tingkat kecerdasan, minat, dan sebagainya. Faktor eksternal dapat berupa lingkungan, keluarga, masyarakat, media pembelajaran, dan sebagainya. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang optimal, salah satu bentuk kegiatannya adalah melalui pengajaran. Ada berbagai hal yang melatarbelakangi mengapa pengajaran di sekolah tidak dapat tercapai secara optimal, yaitu masalah yang berkaitan dengan belajar siswa. Masing-masing siswa memiliki dan mengalami kesulitan yang berbeda dalam proses belajar. Setiap siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar. Dari sinilah timbul kesulitan belajar yang tidak hanya menimpa siswa berkemampuan rendah saja, tetapi juga dialami oleh siswa yang berkemampuan tinggi (Syah, 2011: 184). Burton (Makmun, 2007) mengidentifikasikan seorang siswa dapat diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan menunjukkan kegagalan tertentu dalam mencapai tujuan-tujuan belajarnya. Kesulitan belajar siswa ditunjukkan dengan adanya hambatan-hambatan untuk mencapai hasil belajar yang baik, dapat bersifat psikologis, sosiologis, maupun fisiologis, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan prestasi belajar yang dicapainya berada di bawah semestinya (Yuliasih, 2011).

2 Penelitian yang dilakukan oleh Rudiana (2006) bahwa siswa SMA kelas X memiliki tingkat kesulitan belajar yang tinggi dengan persentase 44% dan 16% kesulitan belajar yang sedang dan lebihnya sebesar 40% memiliki tingkat kesulitan belajar yang rendah. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Lestari (1996) mengungkapkan bahwa permasalahan belajar yang dihadapi siswa oleh siswa-siswa di SMA di antaranya adalah kesulitan belajar yang ditandai dengan beberapa perilaku negatif seperti membolos, menyontek, dan tidak mau bertanya ketika menghadapi kesulitan dalam materi pelajaran. Pada kenyataannya di lapangan, ditemukan siswa-siswa yang menunjukkan pencapaian hasil belajar yang belum optimal yang berkenaan dengan kesulitan belajar. Fenomena yang sama ditemukan di SMA Pasundan 2 Bandung yang menjadi tempat penelitian dilakukan. Berdasarkan hasil studi pendahuluan pada siswa kelas X, terdapat hambatan-hambatan dalam aktivitas belajar sehingga perkembangannya belum optimal. Hambatan-hambatan tersebut terlihat dari perilaku siswa yang menunjukkan rasa malas untuk belajar, merasa takut dalam menghadapi ulangan atau ujian, lamban untuk mengerti terhadap materi yang diberikan guru di kelas, lamban untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru, merasa tidak mampu untuk memahami beberapa mata pelajaran, dan kurang semangat dalam belajar. Tidak jarang juga siswa mengalami kesulitan belajar dikarenakan peralihan dari tingkat kelas sebelumnya, yaitu dari kelas IX SMP ke kelas X SMA. Siswa kelas X berada pada masa peralihan dari masa Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke masa Sekolah Menengah Atas (SMA), sehingga memerlukan penyesuaian terhadap lingkungannya termasuk lingkungan belajarnya di sekolah yang baru. Perubahan dalam peralihan jenjang sekolah tersebut akan berpengaruh terhadap kesulitan belajar siswa. Salah satu bentuk upaya yang dapat dilakukan sekolah untuk mengatasi kesulitan belajar siswa adalah melalui layanan bimbingan dan konseling. Layanan bimbingan dan konseling merupakan upaya bantuan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi siswa dan memfasilitasi secara sistematik dan terprogram untuk mencapai standar kompetensi kemandirian. Layanan bimbingan dan konseling yang tepat dalam membantu mengatasi kesulitan belajar siswa

3 adalah layanan bimbingan belajar. Pendekatan yang efektif dalam pemberian layanan bimbingan dan konseling adalah pendekatan yang berorientasi perkembangan dan bersifat kuratif, yakni pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan. Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan personel sekolah lainnya dan bekerja sama dalam melaksanakan program yang telah direncanakan. Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu dilakukan kajian mengenai kesulitan belajar siswa yang kemudian disusun sebuah program hipotetik bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. B. Rumusan Masalah Siswa SMA atau sederajatnya termasuk dalam kategori remaja. Masa remaja adalah masa yang khusus, penuh gejolak karena pada pertumbuhan fisik terjadi keseimbangan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan berpikir, bahasa, emosi, dan sosial anak. Dalam fase ini, remaja memiliki beberapa minat yang muncul dalam diri seperti minat pada rekreasi, minat sosial, minat-minat pribadi, minat pendidikan, minat pada pekerjaan, minat pada religius, dan minat pada simbol status. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Hurlock (1980: 221) bahwa dalam minat pada pendidikan, remaja yang kurang berminat pada pendidikan biasanya menunjukkan ketidaksenangan dengan indikator prestasi belajar rendah, bekerja di bawah kemampuan dalam setiap mata pelajaran atau dalam mata pelajaran yang tidak disukai, dan perilaku sebagainya. Karakteristik kesulitan belajar menurut Kirk (Effendi, 1987:57) didefinisikan sebagai berikut. 1. Siswa lamban dalam mengikuti pelajaran. Tingkah laku kesulitan belajar yang termasuk pola perilaku dalam hal ini adalah tingkah laku siswa yang hampir semua pelajaran yang diikuti tertinggal oleh kawan-kawannya. Siswa lamban dalam menerima kesan yang disampaikan guru, memerlukan waktu tambahan untuk mengerjakan dan menyelesaikan tugas-tugasnya, serta memerlukan pengulangan dalam memahami materi pelajaran.

4 2. Siswa memiliki ketidakmampuan dalam bidang-bidang tertentu. Tingkah laku kesulitan belajar dalam hal ini adalah siswa sulit menerima kesan yang diberikan guru melalui pendengaran, sulit memahami pesan yang disampaikan melalui bagan, dan sebagainya. 3. Kesulitan akademik dalam hubungannya dengan perilaku tidak terkendali ditandai dengan tingkah laku yang sulit diatur, sering membolos, senang membuat gaduh di kelas, malas mencatat, ingin selalu berpindah-pindah tempat duduk ketika pelajaran berlangsung dan gejala lain yang mengarah kepada behavioral disorder. 4. Masalah yang berhubungan dengan motivasi ditandai dengan kurang bergairah dalam mengikuti pelajaran, tidak ada minat berdiskusi, segan untuk mengerjakan tugas-tugas, dan sebagainya. Kesulitan belajar yang terjadi pada siswa tidak hanya berdampak bagi pertumbuhan dan perkembangan, tetapi juga berdampak dalam kehidupan keluarga dan juga dapat mempengaruhi interaksi dengan lingkungannya. Siswa dengan kesulitan belajar seringkali menjadi tegang, malu, rendah diri dan berperilaku nakal, agresif, impulsif dan bahkan menyendiri/menarik diri untuk menutupi kekurangan pada dirinya. Kenyataan di lapangan untuk mengantisipasi hal tersebut lebih ditekankan dengan layanan responsif. Tidak adanya layanan dasar yang dapat digunakan untuk mencegah kesulitan belajar siswa. Oleh karena itu, mengetahui karakteristik kesulitan belajar sangat diperlukan oleh siswa SMA khususnya siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung untuk mencegah dan mengatasi kesulitan belajar yang dialaminya. Untuk mempermudah penelitian ini, secara umum masalah yang dikaji dalam penelitian adalah analisis kesulitan belajar siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2012/2013. Secara khusus masalah-masalah yang dikaji dalam penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana gambaran umum kesulitan belajar siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013?

5 a. Bagaimana gambaran aspek lamban dalam mengikuti pelajaran siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? b. Bagaimana gambaran aspek ketidakmampuan dalam bidang-bidang tertentu siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? c. Bagaimana gambaran aspek kesulitan akademik dalam hubungannya dengan perilaku tidak terkendali siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? d. Bagaimana gambaran aspek masalah yang berhubungan dengan motivasi siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013? Meskipun tidak termasuk dalam kajian pokok penelitian, di akhir penelitian dirumuskan rancangan program bimbingan belajar secara hipotetik untuk mengatasi kesulitan belajar siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. C. Tujuan Penelitian Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan belajar pada siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung yang kemudian akan menghasilkan program hipotetik bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. Sedangkan tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Memperoleh gambaran umum kesulitan belajar siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. a. Memperoleh gambaran aspek lamban dalam mengikuti pelajaran siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. b. Memperoleh gambaran aspek ketidakmampuan dalam bidang-bidang tertentu siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. c. Memperoleh gambaran aspek kesulitan akademik dalam hubungannya dengan perilaku tidak terkendali siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013.

6 d. Memperoleh gambaran aspek masalah yang berhubungan dengan motivasi siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung Tahun Ajaran 2012/2013. D. Manfaat Penelitian Secara umum manfaat dari penelitian ini adalah memberikan gambaran kesulitan belajar siswa yang berguna bagi perkembangan ilmu bimbingan dan konseling. Secara khusus manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Sekolah Memberikan informasi mengenai kesulitan belajar siswa dan diharapkan dapat mengembangkan rancangan program untuk mengatasi kesulitan belajar siswa sehingga pengajaran di sekolah dapat tercapai secara optimal 2. Guru Bimbingan dan konseling Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling, khususnya layanan bimbingan belajar untuk mengatasi kesulitan belajar siswa. 3. Siswa Memberikan informasi mengenai kesulitan belajar, sehingga siswa dapat mengatasi kesulitan belajar agar memperoleh hasil belajar yang optimal. E. Pendekatan dan Metode Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, yaitu suatu pendekatan yang memungkinkan dilakukannya pencatatan data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif. Tujuan dari metode deskriptif untuk memperoleh gambaran dan mencari jawaban secara mendasar tentang masalah yang terjadi dimasa sekarang secara aktual tanpa menghiraukan kejadian pada waktu sebelum dan sesudahnya dengan cara mengolah, menganalisis, menafsirkan dan menyimpulkan data hasil penelitian mengenai kesulitan belajar siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2012/2013.

7 Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan angket untuk mendapatkan informasi dan data mengenai kesulitan belajar siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2012/2013. F. Populasi dan Sampel Penelitian Sugiyono (2010:80) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian adalah siswa kelas X SMA Pasundan 2 Bandung tahun ajaran 2012/2013 yang secara administratif terdaftar dan aktif dalam pembelajaran di SMA Pasundan 2 Bandung. Penentuan siswa yang akan ditentukan menjadi sampel penelitian menggunakan teknik secara acak (random sampling), maksudnya seluruh siswa yang menjadi anggota populasi memiliki peluang yang sama dan bebas dipilih sebagai anggota sampel. G. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi terdiri dari 5 bab antara lain: 1. Bab I terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pendekatan dan metode penelitian, populasi dan sampel penelitian, dan sistematika penulisan. 2. Bab II terdiri dari kajian teoritis yang membahas deskripsi dari konsep kesulitan belajar dan program bimbingan belajar. 3. Bab III merupakan penjabaran lebih rinci tentang metode penelitian yang secara garis besar. 4. Bab IV terdiri dari hasil dan pembahasan penelitian. 5. Bab V terdiri dari kesimpulan dan rekomendasi hasil penelitian.