Rokhmat S Labib, Ketua DPP HTI Dari tahun ke tahun, anggaran yang digelontorkan pemerintah untuk mengatasi masalah HIV/AIDS semakin besar namun ternyata angka penyakit yangsebagian besar penularannya melalui perzinaan itu semakin tinggi. Mengapa bisa demikian? Adakah yang salah dari solusi yang selama ini dijalankan pemerintah? Temukan jawabannya dalam wawancara wartawan Tabloid Media Umat Joko Prasetyo dengan Ketua DPP Hizbut Tahrir Indonesia Rokhmat S Labib. Berikut petikannya. Mengapa pengidap HIV/AIDS semakin marak di Indonesia? Bagaimana tidak meningkat terus, lha akar masalahnya tidak disentuh. Padahal akar masalahnya sudah sangat jelas. Semua data dan fakta menunjukkan bahwa penularan HIV/AIDS erat kaitannya dengan perilaku seks bebas dan penggunaan jarum suntikbergantian yang biasa digunakan para pecandu narkoba. Namun demikian, tidak ada langkah kongkrit dari pemerintah untuk memutus rantai utama media penularan HIV/AIDS. Perilaku seks bebas ini tidak dihentikan. Sebaliknya, pemerintah 1 / 6
justrumenggalakkan pemakaian kondom. Itu kan hanya salah satu solusinya? Memang benar, selain menganjurkan pemakaian kondom, pemerintah juga mengampanyekan perilaku lainnya, seperti abstinence,yaknitidak melakukan hubungan seks, dan be faithfull, yakn i setia kepada pasangan. Akan tetapi, jika tidak bisa menahan diri dengan dua perilaku tersebut, masih dibuka opsi berikutnya, yakni memakai kondom! Ironisnya, kampanye pemakaian kondom inilah yang justrulebih menonjol daripada yang lain. Program juga sangat gencar. Akses terhadap kondom dipermudah, bahkan dibagikan secara gratis di lokasi-lokasi prostitusi dan para pelakunya. Lebih tragis lagi, penggunaan kondom juga dikampanyekan kepada remaja-remaja yang belum menikah. Ini kan sama saja mengajari berzina. Kan untuk menekan jumlah pengidap HIV? Alasan itu jelas salah besar. Mengapa? Setidaknya ada tiga alasan. Pertama, banyak pakar yang meragukan efektivitas kondom dalam mencegah penularan virus HIV. Kedua,kampanye pemakaian kondom bagi pelaku seks bebas tersebut sifatnya hanya anjuran. Tidak ada sanksi apa pun bagi yang melanggarnya. Seandainya ada, pelaksanaannya tentu 2 / 6
juga amat sulit. Bagaimana dan siapa yang mengawasi para pelaku seks bebas itu menggunakan kondom atau tidak? Ketiga, program itu sudah terbukti gagal di negara asalnya, negara-negara Barat. Meskipun kampanye pemakaian kondom di negara-negara tersebut amat gencar, namun jumlah pengidap HIVdi negara-negara terus meningkat. Maka aneh sekali, program yang sudah jelas-jelas gagal itu, masih diikuti. Dan yang lebih penting, kampanye penggalakan kondom bagi pelaku seks bebas tersebut justru melegitimasi seks bebas. Seolah dikatakan kepada para pelaku seks bebas itu, Silakan Anda berzina, tapi jangan lupa pakai kondom! Ini kan konyol sekali. Jangankan bisa menghentikan HIV, tindakan ini malah mengundang azab Allah SWT yang lebih besar. Dalam hadits riwayat Al Thabarani dan AlHakim, disebutkan: Apab ila zina dan riba telah terang-terangan dilakukan di suatu negeri, maka sesungguhnya mereka telah menghalalkan diri mereka dari azab Allah. Mengapapemerintah lebih memilih melegalkan seks bebas daripada melarangnya? Itu tidak bisa dilepaskan dengan ideologi yang diadopsi oleh negara ini. Diakui atau tidak, ideologi yang diadopsi negara ini adalah sekulerisme-kapitalisme. Nah, diantara ide yang menonjol dari ideologi ini adalah ide kebebasan, freedom. Salah satunya adalah kebebasan berperilaku. Termasuk di dalamnya aktivitas seksual. Setiap individu berhak dan bebas melakukannya dengan siapa saja, asalkan atas dasar suka sama suka. Negara tidak boleh campur tangan kecuali ada pihak yang merasa terganggu dan dirugikan. Selama itu tidak ada, seks bebas tidak boleh dilarang. Bahkan, jika dianggap bermanfaat secara ekonomi, seks bisa menjadi komoditas yang bernilai komersial. 3 / 6
Nah, karena seks bebas tidak boleh dilarang, maka yang dilakukan adalah meminimalisir risiko. Pilihannya, yaitu, kampanyekan kondom. Inilah solusi sekulerisme-kapitalisme. Bagaimana solusi Islammengatasi persoalan tersebut? Dalam Islam, jelas. Zinamerupakan perbuatan haram. Bahkan termasuk dalam dosa besar. Pelakunya diancam dengan azab besar di akhirat. Di dunia, hukumannya juga sangat berat. Bagi yang belum menikah dicambuk seratus kali dihadapan khalayak. Bagi yang sudah menikah, dirajam hingga mati.bagi yang homo lebih berat lagi, pelakunya harus dibunuh. Demikian pula dengan narkoba. Islam telah mengharamkan benda yang membahayakan tersebut. Sehingga pengguna narkoba, pengedar, produsen, dan semua yang terlibat juga dihukum berat. Dengan tindakan tegas tersebut, penularan HIV/AIDS tidak akan serumit seperti sekarang. Sebab rantai utama penyebaran HIV telah terputus.tak hanya itu, Islam juga menutup semua pintu yang dapat mengantarkan kepada perbuatan tersebut. Ada perintah menutup aurat, larangan tabarruj (berdandan berlebihan di depan umum, red), ikh tilath (campur aduk, red) dan khulwah (berdua-duan di tempat yang sepi, red) antara pria wanita, dan lain-lain. Pada saat yang sama, pernikahan dipermudah. Poligami juga dibuka. Pemerintah juga wajib menciptakan lapangan kerja seluas-luanya. Suasana ketakwaan dan keimanan harus dibangun sehingga ada keterikatan terhadap hukum Islam. Dengan demikian, kalau ada yang berzina, amat keterlaluan. 4 / 6
Perlakuan terhadap orang yang sudah telanjur tertular HIV sendiri? Setidaknya, mereka dikategorikan menjadi dua. Pertama,penderita yang tertular akibat kemaksitan yang dia lakukan, seperti berzina atau menggunakan narkoba. Mereka harus dihukum sesuai dengan ketentuan Islam. Seperti tadi saya katakan, ada yang harus dihukum mati. Jika hukuman ini dilakukan, berarti pasti dapat mengurangi jumlah pengidap dan penyebar virus HIV. Kedua, mereka yang menjadi korban penularan atau pelaku kemaksiatan yang tidak sampai dihukum mati harus diobati. Apabila dikuatirkan menularkan kepada orang lain di samping diobati juga dikarantina. Kalau dikarantina, apa tidak dianggap mendiskriminasi mereka? Karantina bukan untuk mendiskriminasi mereka. Namun untuk mencegah agar mereka tidak menularkan penyakitnya kepada orang lain. Dalam haditsriwayat Ahmad, Bukhari, Muslim dan AlNasa i,rasulullah SAWmemerintahkan apabila ada sebuah daerah terserang wabah thâ ûn, o rang yang berada di luar daerah itu tidak boleh masuk. Sebaliknya, orang yang ada di dalamnya tidak boleh keluar. Ini bukan untuk mendiskriminasi atau mengisolasi, namun mencegah agar penyakit menular itu tidak menyebar luas. Namun saya harus mengingatkan, semua solusi tersebut tidak bisa berjalan sendiri. Ini juga terkait dengan aspek kehidupan lainnya, seperti politik, ekonomi, pendidikan, dan lain-ain. Di samping itu, ini hanya bisa dijalankan oleh negara. 5 / 6
Realitas ini semakin menunjukkan betapa besarnya umat membutuhan khilafah, institusi negara yang menerapkan syariah Islam secara kâffah.[] 6 / 6