BAB I PENDAHULUAN. berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. memiliki ragam budaya yang berbeda satu sama lain. Keragaman budaya ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris, memiliki banyak keunggulan-keunggulan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta dan banyak memiliki potensi wisata walaupun semua

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia setelah Bali. Aliran uang yang masuk ke provinsi DIY dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. berdiri dimasing-masing daerah yang tersebar di seluruh Indonesia. Sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan wisata saat ini sedang menjadi gaya hidup (lifestyle) di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang terus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sektor pariwisata merupakan sektor penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang menerima kedatangan wisatawan (tourist receiving countries),

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan erat dengan pelestarian nilai-nilai kepribadian dan. pengembangan budaya bangsa dengan memanfaatkan seluruh potensi

BAB I PENDAHULUAN ± 153 % ( ) ± 33 % ( ) ± 14 % ( ) ± 6 % ( )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan salah satu langkah strategis dalam menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki beraneka ragam potensi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. rutinitasnya masing-masing. Baik yang sudah bekerja atau yang masih

BAB I PENDAHULUAN. andalan bagi perekonomian Indonesia dan merupakan sektor paling strategis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Ratu Selly Permata, 2015

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. padat sehingga orang akan mencari sesuatu yang baru untuk menghibur

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata Indonesia merupakan salah satu sektor yang mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selama lima tahun terakhir. Pada tahun 2015 lalu, sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak potensi dan sumber daya alam yang belum dikembangkan

mempertahankan fungsi dan mutu lingkungan.

Tabel 1.1. Data kunjungan wisatawan ke kota Bandung Tahun

BAB IV GAMBARAN UMUM. A. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki luas wilayah 3.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain berupa keanekaragaman hayati, keunikan budaya tradisional, keindahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan kepariwisataan merupakan kegiatan yang bersifat sistematik,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata merupakan industri yang banyak dikembangkan di negaranegara

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Jawa Tengah, Cilacap

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN. Statistik Indonesia, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara ke Indonesia selama

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan pribadi, atau mempelajari keunikan daya tarik wisata yang

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. atraksi-atraksi yang memikat sebagai tujuan kunjungan wisata. Terdapat

ARAHAN BENTUK, KEGIATAN DAN KELEMBAGAAN KERJASAMA PADA PENGELOLAAN SARANA DAN PRASARANA PANTAI PARANGTRITIS. Oleh : MIRA RACHMI ADIYANTI L2D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP PEMASARAN KAWASAN WISATA TEMATIK

BAB I PENDAHULUAN. pariwisata semakin mengokohkan dirinya menjadi salah satu peraup devisa

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan pembangunan hotel bintang dan non-bintang di Daerah

BAB I PENDAHULUAN. budaya karena dapat membantu melestarikan warisan budaya sebagai jati diri

BAB I PENDAHULUAN. wisata utama di Indonesia. Yogyakarta sebagai kota wisata yang berbasis budaya

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Bab I, pasal 1, UU No.9 Tahun 1990 menyatakan bahwa usaha

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kewenangan yang lebih luas. Masing-masing kepala daerah

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) khususnya kota Yogyakarta adalah

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang semakin arif dan bijaksana. Kegiatan pariwisata tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan pengenalan dan pemasaran produk

BAB I PENDAHULUAN. dengan lima pulau besar yang dimiliki serta pulau-pulau kecil yang tersebar dari

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 6.1 Kesimpulan. 1. Rendahnya tingkat kunjungan wisatawan ke Kabupaten Kulon Progo dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ashriany Widhiastuty, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun perekonomian nasional. Jumlah wisatawan terus bertambah

BAB I PENDAHULUAN. buatan dan peninggalan sejarah. Wilayah Kabupaten Sleman terdapat banyak

BAB II LANDASAN KONSEP DAN TEORI ANALISIS 2.1. TINJAUAN HASIL PENELITIAN SEBELUMNYA

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara,misalnya dengan mengadakan pameran seni dan budaya, pertunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. setelah komoditi minyak dan gas bumi serta minyak kelapa sawit. 1

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan ekonomi nasional sebagai sumber penghasil devisa, dan membuka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. menjadi pusat pengembangan dan pelayanan pariwisata. Objek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Kota Yogyakarta berkedudukan sebagai ibukota Provinsi DIY dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan wilayah yang mempunyai potensi obyek wisata. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai beberapa hal seputar penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang saat ini sedang digalakkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kelayakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Obyek wisata adalah salah satu komponen yang penting dalam industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Dusun Srowolan adalah salah satu Dusun di Desa Purwobinangun, UKDW

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Permainan Tradisional di Yogyakarta AM. Titis Rum Kuntari /

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

BAB I Pendahuluan. Pariwisata merupakan sebuah industri yang menjanjikan. Posisi pariwisata

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang sifatnya kompleks, mencakup

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

Statistik tabel Pariwisata Yogyakarta dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan yang dilakukan secara berkali-kali atau berputar-putar dari suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata di Indonesia telah menjadi sektor strategis dalam sistem perekonomian nasional yang memberikan

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian sebagaimana disampaikan dalam bab-bab sebelumnya, terdapat beberapa kesimpulan yang dirumuskan sebagai berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Langit, Grojokan Kedung Kayang, Pemandian Air Hangat Candi Umbul,

IV. GAMBARAN UMUM. DIY adalah salah satu Provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu subsektor yang potensial dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah negara berkembang yang memiliki banyak pulau

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata kini telah menjadi sebuah industri yang mendunia. di Indonesia

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam Perda Nomor 1 tahun 2012 tentang Rancangan Induk Pengembangan Pariwisata Daerah (RIPPDA) Daerah Istimewa Yogyakarta tertulis bahwa visi pembangunan Kepariwisataan Daerah adalah terwujudnya Yogyakarta sebagai Destinasi Pariwisata berbasis budaya terkemuka di Asia Tenggara, berkelas dunia, berdaya saing, berkelanjutan, mampu mendorong pembangunan daerah untuk kesejahteraan masyarakat. Di sana tertulis bahwa Yogyakarta akan dijadikan sebagai destinasi pariwisata berbasis budaya. Kemudian dalam UU Kepariwisataan No.10 Tahun 2009 juga menyebutkan bahwa budaya merupakan salah satu sumber daya pengembangan pariwisata nasional. Wilayah administratif Daerah Istimewa Yogyakarta terdiri dari empat kabupaten dan satu kotamadya yakni Kabupaten Sleman, Kabupaten Gunung Kidul, Kabupaten Bantul, Kabupaten Kulon Progo dan Kota Jogja. Kulon Progo merupakan kabupaten yang terletak di sebelah barat DIY dan membentang dari selatan sampai utara Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Kulon Progo adalah Kecamatan Sentolo di mana terdapat suatu usaha pariwisata minat khusus yang memiliki daya tarik wisata berupa gabungan suatu hasil kebudayaan yaitu benda bersejarah dengan aktifitas masyarakat pedesaan yang 1

2 dikelola oleh pemilik swasta. Daya tarik wisata tersebut mampu menarik wisatawan hingga ke mancanegara. Nama dari usaha pariwisata tersebut adalah Towilfiets. Towilfiets adalah suatu usaha wisata yang menawarkan produk berupa wisata pedesaan yang dinikmati dengan bersepeda menggunakan sepeda tua atau yang dikenal dengan sepeda onthel 1 untuk berkeliling desa sambil mengenal tentang tata cara kehidupan sehari-hari masyarakat di pedesaan, selain itu wisatawan juga diajak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat desa setempat agar wisatawan mendapatkan pengalaman yang berkesan. Hal ini sesuai dengan salah satu motivasi wisatawan menurut McIntosh (melalui Suyitno, 2001: 17) yaitu motivasi budaya (cultural motivation) yaitu keinginan untuk melihat tata cara masyarakat hidup di negara lain, khususnya yang berkaitan dengan adat-istiadat, kebiasaan, dan budaya negara tersebut. Berdasarkan data pengunjung pariwisata yang dimiliki oleh usaha wisata Towilfiets jumlah wisatawan yang datang pada tahun 2014 adalah sebanyak 1146 orang. Jenis wisatawan yang datang ke destinasi wisata Towilfiets pada tahun 2014 ini hampir tujuh puluh persen merupakan wisatawan mancanegara atau wisman dan berdasarkan hasil pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti terhadap Towilfiets dan hasil wawancara dengan pemilik dari usaha wisata Towilfiets 1 Sepeda Onthel atau juga disebut sebagai sepeda unta, sepeda kebo atau pit pancal adalah sepeda standar dengan ban ukuran 28inchi yang biasa digunakan oleh masyarakat perkotaan sampai dengan tahun 1970-an. Sepeda Onthel mengacu pada sepeda desain Belanda yang bercirikan posisi duduk tegak dan memiliki reputasi yang sangat kuat dan berkualitas tinggi. (http://id.m.wikipedia.org/wiki/sepeda_onthel diakses pada Senin, 31 Agustus 2015 pukul 12.25 WIB)

3 menyatakan bahwa wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Towilfiets ini berasal dari Negara Belanda. Kasmir & Jakfar (2014: 3) menyebutkan bahwa suatu usaha dalam pendiriannya memiliki tujuan untuk dicapai di masa mendatang. Agar tujuan tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diharapkan maka perlu dilakukan studi sebelumnya. Namun tidak jarang perusahaan yang mengalami kegagalan meskipun sudah melakukan studi sebelum mendirikan usaha tersebut. Untuk menghindari kegagalan tersebut maka dilakukan sebuah studi terhadap usaha tersebut, studi ini disebut studi kelayakan yang bertujuan untuk meminimalkan hambatan dan resiko yang mungkin timbul di masa mendatang. Studi kelayakan adalah suatu rangkaian penelitian yang dilakukan dengan kriteria dan metode tertentu dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran penelitian atas usulan kegiatan (Pusat Studi Pariwisata, 2009: III-1). Sedangkan studi kelayakan proyek adalah penelitian tentang dapat tidaknya suatu proyek (biasanya merupakan proyek investasi) dilaksanakan dengan berhasil, maksudnya berhasil dalam artian terbatas bagi pihak swasta tentang manfaat ekonomis dan berhasil dalam artian relatif bagi pihak pemerintah (Husnan & Suwarsono, 2000: 4). Begitu pula usaha wisata Towilfiets ini juga diperlukan suatu studi kelayakan untuk dapat mengetahui kelayakan dari masing-masing aspek yang dimiliki oleh usaha wisata ini kemudian juga untuk menjaga konsistensi dan eksistensinya di masa mendatang.

4 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1. Apa saja kegiatan atraksi wisata yang ditawarkan oleh usaha wisata Towilfiets? 2. Bagaimana kelayakan usaha wisata Towilfiets? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui hal-hal yang dipertanyakan pada rumusan masalah, yaitu: 1 Mengetahui kegiatan atraksi wisata yang ditaw 2 arkan oleh usaha wisata Towilfiets. 2 Menganalisis kelayakan usaha wisata Towilfiets. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi seluruh insan di dunia terutama insan pariwisata. Manfaat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam perkembangan ilmu pengetahuan Pariwisata, khususnya ilmu tentang analisis kelayakan usaha pariwisata.

5 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk memberikan rekomendasi bagi usaha wisata Towilfiets untuk dapat mengembangkan usaha tersebut menjadi lebih terstruktur. Selain itu penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran bagi peneliti selanjutnya tentang usaha wisata Towilfiets. 1.5 Tinjauan Pustaka Salah satu penelitian yang menjadikan Kecamatan Sentolo sebagai lokus adalah penelitian yang berjudul Evaluasi Penetapan Kecamatan Sentolo Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi Di Kabupaten Kulon Progo (Tristijanti, 2002). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketepatan penetapan Kecamatan Sentolo sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi dan mencari tahu peranan kota Sentolo serta hubungannya dengan kota kecamatan di sekitarnya sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Kulon Progo. Dari penelitian tersebut disimpulkan bahwa kota Sentolo sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Kulon Progo ternyata tepat ditetapkan sebagai salah satu pusat pertumbuhan ekonomi. Ketersediaan berbagai fasilitas terutama fasilitas perekonomian menempatkan kota ini sebagai satu kota yang dapat dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi. Sentolo juga mempunyai interaksi yang kuat dengan Kecamatan Pengasih, Nanggulan, Girimulyo, serta Kecamatan Sedayu di Kabupaten Bantul. Kemudian sebagai satu kesatuan sistem agropolitan, kota Kecamatan Sentolo telah memenuhi

6 lima dari delapan strategi yang dipersyaratkan untuk keberhasilan penerapan konsep ini. Penelitian bertema studi kelayakan pernah dilakukan oleh Irawan (2014) dalam penelitiannya yang mengangkat judul Wisata Malam di Yogyakarta: Suatu Kajian Kelayakan (Feasibility Study) penelitian ini mejadikan empat kategori jenis sebagai fokus penelitian yakni wisata kuliner, wisata tempat nongkrong (sightseeing), hiburan malam dan pertunjukan budaya. Kajian ini menilai kelayakan wisata malam di Yogyakarta berdasarkan aspek analisis kelayakan teknis, kelayakan pasar dan pemasaran, kelayakan ekonomi dan kelayakan organisasi dan manajemen. Dari hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa wisata malam di Yogyakarta telah memenuhi tiga aspek pertama yaitu kelayakan teknis, pasar dan pemasaran serta ekonomi, namun untuk aspek keempat yaitu kelayakan organisasi dan manajemen menunjukkan nilai yang rendah untuk kelayakan pengembangan wisata dimasa yang akan datang. Kharimah (2014) dalam penelitian yang berjudul Analisis Kelayakan Pengembangan Wisata Budaya Di Dusun Tutup Ngisor Dalam Perspektif Pariwisata Berkelanjutan melakukan analisis kelayakan di Dusun Tutup Ngisor sebagai destinasi wisata budaya yang berkelanjutan. Dalam penelitian tersebut penulis juga menggunakan konsep kelayakan yang terdiri dari aspek teknis, aspek pasar dan pemasaran, aspek organisasi dan manajemen, aspek ekonomi dan aspek eksternal. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dusun Tutup Ngisor layak untuk dikembangkan sebagai desa wisata budaya yang berkelanjutan karena dusun Tutup

7 Ngisor sudah sesuai dengan parameter pariwisata berkelanjutan yang terdiri dari dimensi ekonomi, sosial dan lingkungan fisik. Penelitian yang bertema studi kelayakan juga pernah dilakukan Septiadi (2012) dengan judul Analisis Kelayakan Investasi Di Usaha Jasa Angkutan Uang Tunai Studi Kasus PT Satria Buana Nusantara. Dalam penelitiannya penulis membahas tentang rencana investasi di jasa usaha angkutan uang tunai pada PT Satria Buana Nusantara dalam salah satu diverifikasi usaha atau pengembangan usaha yang ditinjau dari aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek lingkungan, aspek hukum dan aspek keuangan di mana penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah rencana di usaha jasa angkutan uang tunai tersebut layak dijalankan atau tidak. Untuk menilai kelayakan yang akurat Septiadi (2012) menggunakan analisis real option, sensitifitas dan skenario di mana dari hasil analisis yang dilakukan menyatakan bahwa rencana investasi pada usaha jasa angkutan uang tunai PT Sari Buana Nusantara dapat mempertahankan kelayakannya. Penelitian yang mengangkat tema tentang kelayakan usaha wisata pada usaha wisata Towilfiets ini sama sekali belum pernah dilakukan. Maka dari itu penulis mengambil tema studi kelayakan ini agar kedepannya dapat bermanfaat bagi insan pariwisata umumnya dan dapat dijadikan sebagai azcuan bagi usaha wisata Towilfiets untuk mengembangkan usahanya menjadi lebih baik di masa yang akan datang.

8 1.6 Landasan Teori Suatu daerah tujuan wisata harus mempunyai daya tarik wisata agar dapat dijadikan sebagai penarik bagi wisatawan untuk datang ke destinasi wisata tersebut. Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan (UU No.10 Tahun 2009). Selain ada objek wisata dan atraksi wisata, suatu DTW harus mempunyai 3 syarat daya tarik yang menjadi unsur-unsur untuk mempublikasikan pariwisata (Yoeti, 1997: 3), yaitu: a. Ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see) b. Ada sesuatu yang bisa dikerjakan (something to do) c. Ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy) Ketiga syarat daya tarik wisata tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk kegiatan wisata pedesaan yang ditawarkan oleh Towilfiets. Wisata pedesaan adalah bentuk kegiatan wisata yang membawa wisatawan pada pengalaman untuk melihat dan mengapresiasi keunikan kehidupan dan tradisi masyarakat di pedesaan dengan segala potensinya (Direktorat Pemberdayaan Masyarakat, 2013: 7). Akan tetapi pada masa sekarang ketiga komponen daya tarik di atas belum cukup dijadikan daya tarik pada suatu objek wisata karena selain ketiga komponen di atas motivasi wisatawan untuk datang ke suatu objek wisata adalah untuk belajar mempelajari hal-hal yang ada di objek tersebut (something to learn) (Inskeep, 1991: 5). Kegiatan wisata pedesaan umumnya sudah dikenal secara luas oleh masyarakat dunia, termasuk salah satunya di Kabupaten Kulon Progo. Kabupaten Kulon Progo

9 tepatnya di Kecamatan Sentolo telah diterapkan suatu produk kegiatan wisata pedesaan oleh usaha wisata Towilfiets. Usaha pariwisata adalah usaha yang menyediakan barang dan atau jasa bagi pemenuhan kebutuhan wisatawan dan penyelenggaraan pariwisata (UU No 10 Th. 2009). Usaha wisata ini dibangun oleh pengusaha pariwisata yaitu orang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan usaha wisata. Suatu usaha dalam pendiriannya tentu memerlukan investasi dengan tujuan mendapatkan pengembalian secara cepat dan tepat dan juga mendapatkan keuntungan dari usaha tersebut. William F.S. menyebutkan investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan datang (Kasmir & Jakfar, 2014: 5). Begitu pula suatu usaha pariwisata didirikan untuk mendapatkan keuntungan (profit) tanpa mengurangi bentuk dari objek yang ditawarkan. Agar tujuan dapat tercapai sesuai dengan yang diinginkan alangkah baiknya sebelum mendirikan suatu usaha dilakukan studi kelayakan terhadap bisnis yang akan dirintis ataupun sedang dirintis terlebih dahulu untuk menghindari kegagalan. Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan (Kasmir & Jakfar, 2014: 7). Kasmir dan Jakfar (2014: 16) mengatakan bahwa dalam melakukan studi kelayakan terdapat aspek-aspek penilaian yang perlu untuk dinilai. Masing-masing aspek tidak berdiri sendiri namun saling berkaitan, artinya apabila salah satu aspek tidak terpenuhi maka diperlukan perbaikan atau tambahan yang diperlukan. Aspek

10 yang dimaksud adalah aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek keuangan, aspek teknis/operasi, aspek manajemen/organisasi, aspek ekonomi sosial, serta aspek dampak lingkungan. Di antara aspek-aspek tersebut tidak semua dapat digunakan untuk menilai kelayakan usaha wisata Towilfiets hal ini dikarenakan Towilfiets merupakan sebuah usaha yang memiliki resiko kecil terhadap lingkungan oleh sebab itu ada dua aspek yang tidak dikaji dalam menganalisis kelayakan usaha wisata Towilfiets, aspek tersebut adalah aspek keuangan dan aspek dampak lingkungan. Maka dari itu aspek-aspek yang digunakan dalam menganalisis kelayakan usaha wisata Towilfiets adalah: 1. Aspek hukum 2. Aspek pasar dan pemasaran 3. Aspek teknis/ operasi 4. Aspek ekonomi sosial 5. Aspek manajemen 1.7 Metode Penelitian Dalam suatu penelitian diperlukan observasi untuk dapat menjadi bukti nyata dalam penulisan penelitian. Begitu juga dalam penulisan skripsi ini juga dilakukan berbagai observasi guna mendukung data-data yang nantinya akan disajikan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk menguraikan secara detail suatu keadaan agar dapat ditemukan

11 jawaban dari permasalahan penelitian (Tan, 1994: 29, Azwar, 1998 melalui Rahmadiyanti, 2015: 11). Pada penelitian ini kegiatan yang akan dilakukan guna menghasilkan suatu simpulan untuk objek yang akan diteliti, penulis membagi dalam beberapa kegiatan diantaranya: 1. Pengumpulan data primer dan data sekunder 2. Analisis data 3. Rekomendasi 1.7.1 Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data metode yang digunakan adalah teknik pengumpulan data primer dan sekunder. Teknik pengumpulan data primer diperoleh melalui penelitian lapangan, berupa observasi dan juga wawancara. Selain itu teknik pengumpulan data sekunder diperoleh melalui kajian literatur dengan menggunakan metode studi pustaka. a. Observasi Pada kegiatan observasi peneliti melakukan pengamatan terhadap kegiatan usaha wisata Towilfiets dengan cara terjun langsung dalam kegiatan wisata yang ditawarkan oleh usaha Towilfiets tersebut selama dua bulan Juli hingga Agustus. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data yang sesuai dengan apa yang didapatkan peneliti melalui beberapa berita dan pendapat serta hasil wawancara tentang Towilfiets.

12 b. Wawancara Pada penelitian ini kami melakukan wawancara langsung kepada Muntowil sebagai pemilik usaha pariwisata Towilfiets serta beberapa masyarakat yang terlibat dalam kegiatan wisata yaitu pengrajin ketupat, pengrajin tempe dan pengrajin tenun stagen dengan pertimbangan masyarakat yang terlibat tersebut dapat memberikan data-data pendukung yang akurat untuk penelitian. Data yang dihasilkan dari wawancara ini berupa rincian usaha yang dijalankan serta dampak yang ditimbulkan dari adanya kegiatan wisata tersebut terhadap masyarakat yang terlibat. c. Studi Pustaka Pada metode studi pustaka peneliti membuka, membaca dan memahami buku, laporan penelitian, laman web serta peraturan yang berkaitan dengan kelayakan usaha untuk dijadikan acuan dalam menganalisis penelitian ini. 1.7.2 Metode Analisis Data Pada usaha wisata Towilfiets ada beberapa komponen yang dianalisis yaitu: 1. Atraksi wisata yang ditawarkan oleh usaha wisata Towilfiets, pada analisis ini komponen yang dilihat adalah keunikan dari atraksi tersebut, keragaman daya tarik serta kesan wisatawan terhadap kegiatan wisata yang dilakukan. 2. Analisis kelayakan hukum yang dilihat berdasar wisatakan kelengkapan surat-surat yang dimiliki terkait pendirian usaha.

13 3. Analisis pasar dan pemasaran, analisis yang dilakukan dilihat dari segmentasi pasar, pasar sasaran, posisi pasar serta bauran pemasaran oleh usaha wisata Towilfiets. Dalam bauran pemasaran terdiri dari produk wisata (4A: attraction, accessibility, amenity and ancillary facilities), harga, lokasi seta promosi yang diterapkan oleh usaha wisata Towilfiets. 4. Analisis kelayakan teknis dan operasi yang terdiri dari kete8patan lokasi yang dijadikan sebagai lokasi kegiatan wisata, kesiagaan sumber daya manusia serta kesiagaan alat-alat yang digunakan untuk kegiatan wisata. 5. Anilisis kelayakan ekonomi dan sosial 6. Analisis kelayakan organisasi dan manajemen. Setelah dilakukan analisis studi kelayakan tersebut, akan diketahui hasil dari masing-masing aspek kelayakan yang telah dianalisis, kemudian dapat ditentukan usaha wisata akan termasuk kedalam 4 kategori: 1. Usaha wisata sangat layak dijalankan. 2. Usaha wisata layak dijalankan. 3. Usaha wisata cukup layak dijalankan dengan syarat tertentu. 4. Usaha wisata kurang layak dijalankan. 1.8 Sistematika Penulisan Penelitian ini terbagi menjadi empat bagian dengan pembahasan yang berbeda. Setiap Bab dapat saling terkait sehingga dapat menjadi kesatuan yang menjelaskan secara keseluruhan penelitian yang dilakukan.

14 BAB 1 merupakan pendahuluan yang berisi tentang latar belakang diambilnya tema penelitian dan juga berisi rumusan masalah serta teori yang dipakai untuk penelitian. BAB 2 merupakan gambaran umum mengenai Kabupaten Kulon Progo berupa jumlah kota kecamatan serta batas-batas wilayah yang ada di Kabupaten Kulon Progo, kemudian gambaran umum tentang Kecamatan Sentolo yang merupakan daerah yang menjadi alamat dari usaha wisata Towilfiets. Terakhir gambaran umum tentang usaha wisata Towilfiets mulai dari profil perusahaan, produk yang ditawarkan serta kegiatan-kegiatan yang ada di dalamnya. BAB 3 menyebutkan aktifitas atraksi wisata yang ditawarkan oleh usaha wisata Towilfiets serta menganalisis kelayakan usaha wisata Towilfiets berdasarkan aspekaspek yang ada pada teori studi kelayakan yaitu aspek hukum, aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis operasi, aspek ekonomi sosial serta aspek manajemen organisasi. BAB 4 berisi simpulan dan saran dari hasil penelitian yang dilakukan sehingga dapat menjadi kontribusi nyata bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Kulon Progo khususnya usaha wisata Towilfiets.