Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 2, April 2014 ISSN

dokumen-dokumen yang mirip
Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 3, Juli 2014 ISSN

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR (STATIK) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY RADIUM-226 (Ra 226 )

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN PLANAR STATIK MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI HIGH ENERGY IODIUM-131 (I 131 )

Analisis Pengaruh Sudut Penyinaran terhadap Dosis Permukaan Fantom Berkas Radiasi Gamma Co-60 pada Pesawat Radioterapi

PENGARUH DIAMETER PHANTOM DAN TEBAL SLICE TERHADAP NILAI CTDI PADA PEMERIKSAAN MENGGUNAKAN CT-SCAN

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN HIPERTIROID

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Radiologi Kedokteran Nuklir dan Radioterapi; oleh Dr. Ir. Hj Rusmini Barozi, AIM., M.M.; Daniel Kartawiguna, S.T., M.M., M.Acc. Hak Cipta 2015 pada

PERBANDINGAN DOSIS RADIASI DI UDARA TERHADAP DOSIS RADIASI DI PERMUKAAN PHANTOM PADA PESAWAT CT-SCAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang dan Rumusan Masalah. Penggunaan radiasi dalam bidang kedokteran terus menunjukkan

PENENTUAN SISA RADIOFARMAKA DAN PAPARAN RADIASI

DESAIN DASAR PERANGKAT SCINTIGRAPHY

PENGARUH TANGGAPAN DETEKTOR KAMERA GAMMA SPECT PADA PEMERIKSAAN GINJAL

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

PERANGKAT LUNAK PELATIHAN PENCITRAAN PADA PERALATAN KAMERA GAMMA

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

UJI KESESUAIAN PESAWAT CT-SCAN MEREK PHILIPS BRILIANCE 6 DENGAN PERATURAN KEPALA BAPETEN NOMOR 9 TAHUN 2011

PENGUKURAN DOSIS RADIASI RUANGAN RADIOLOGI II RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT (RSGM) BAITURRAHMAH PADANG MENGGUNAKAN SURVEYMETER UNFORS-XI

ANALISIS SISA RADIOFARMAKA TC 99M MDP PADA PASIEN KANKER PAYUDARA

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

METODE STANDARDISASI SUMBER 60 Co BENTUK TITIK DAN VOLUME MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT PUNCAK JUMLAH

STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) BIDANG NUKLIR

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

MDP) MENGGUNAKAN TEKNIK ROI PADA TULANG PANGGUL KIRI DARI PASIEN KANKER PROSTAT

FISIKA ATOM & RADIASI

Metode Monte Carlo adalah metode komputasi yang bergantung pada. pengulangan bilangan acak untuk menemukan solusi matematis.

PENGARUH TEGANGAN TABUNG (KV) TERHADAP KUALITAS CITRA RADIOGRAFI PESAWAT SINAR-X DIGITAL RADIOGRAPHY (DR) PADA PHANTOM ABDOMEN

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

1BAB I PENDAHULUAN. sekaligus merupakan pembunuh nomor 2 setelah penyakit kardiovaskular. World

ANALISIS UPTAKE TIROID MENGGUNAKAN TEKNIK ROI (REGION OF INTEREST) PADA PASIEN NODUL TIROID

ANALISIS KUALITAS RADIASI DAN KALIBRASI LUARAN BERKAS FOTON 6 DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK VARIAN CLINAC CX 4566 ABSTRAK

PENGUKURAN FAKTOR WEDGE PADA PESAWAT TELETERAPI COBALT-60 : PERKIRAAN DAN PEMODELAN DENGAN SOFTWARE MCNPX.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EVALUASI TEBAL DINDING RUANGAN PESAWAT LINEAR ACCELERATOR (LINAC) SINAR-X DI INSTALASI RADIOTERAPI RUMAH SAKIT UNIVERSITAS HASANUDDIN

RANCANG BANGUN SISTEM TOMOGRAFI TRANSMISI-EMISI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN

VERIFIKASI PENENTUAN LAJU DOSIS SERAP DI AIR BERKAS FOTON 6 MV DAN 10 MV PESAWAT PEMERCEPAT LINIER MEDIK CLINAC 2100 C MILIK RUMAH SAKIT

RENOGRAF DUAL PROBES Berbasis komputer personal Akurat Aman, dan Ekonomis

ALAT UKUR RADIASI. Badan Pengawas Tenaga Nuklir. Jl. MH Thamrin, No. 55, Jakarta Telepon : (021)

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK KELUARAN ANTARA PESAWAT SINAR-X TOSHIBA MODEL DRX-1824B DAN TOSHIBA MODEL DRX-1603B. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. utama kematian akibat keganasan di dunia, kira-kira sepertiga dari seluruh kematian akibat

PENGARUH JARAK TABUNG SINAR-X DENGAN FILM TERHADAP KESESUAIAN BERKAS RADIASI PADA PESAWAT X-RAY SIMULATOR DI INSTALASI RADIOTERAPI RSUD DR

Analisis Persamaan Respon Dosis Thermoluminescent Dosimeter (TLD) Pada Spektrum Sinar-X Menggunakan Metode Monte Carlo

PERKEMBANGAN KEDOKTERAN NUKLIR DAN RADIOFARMAKA DI INDONESIA

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN LUDLUM 44-62

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

ANALISIS PERHITUNGAN KETEBALAN PERISAI RADIASI PERANGKAT RIA IP10.

BAB IV PERHITUNGAN DOSIS SERTA ANALISIS PENGARUH UKURAN MEDAN PAPARAN TERHADAP OUTPUT BERKAS FOTON

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

Prinsip Dasar Pengukuran Radiasi

HUBUNGAN TEGANGAN DAN CITRA RADIOGRAFI REAL TIME PADA PESAWAT SINAR-X RIGAKU RADIOFLEX-250EGS3

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

SISTEM PENCACAHAN RADIASI DENGAN DETEKTOR SINTILASI

EKSPERIMEN HAMBURAN RUTHERFORD

KARAKTERISASI DOSIMETRI SUMBER BRAKITERAPI IR-192 MENGGUNAKAN METODE ABSOLUT

Pengukuran Dosis Radiasi dan Estimasi Efek Biologis yang Diterima Pasien Radiografi Gigi Anak Menggunakan TLD-100 pada Titik Pengukuran Mata dan Timus

Jurnal Fisika Unand Vol. 3, No. 4, Oktober 2014 ISSN

Verifikasi Dosis Radiasi Kanker Menggunakan TLD-100 pada Pasien Kanker Payudara dengan Penyinaran Open System

Dhahryan 1, Much Azam 2 1) RSUD 2 )Laboratorium Fisika Atom dan Nuklir Jurusan Fisika UNDIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Buletin Fisika Vol. 8, Februari 2007 : 31-37

PENENTUAN DOSIS SERAP RADIASI- 99m Tc PADA TUMOR PARU-PARU DALAM TAHAP DIAGNOSIS MENGGUNAKAN SOFTWARE MONTE CARLO N-PARTICLE X VEETHA ADIYANI

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

MAKALAH LENGKAP INSTRUMENTASI UNTUK PENCITRAAN KEDOKTERAN NUKLIR

KOMPARASI UNJUK KERJA SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR BICRON 2M2 DENGAN SPEKTROMETRI GAMMA MENGGUNAKAN DETEKTOR LUDLUM 44-62

INSTRUMENTASI NUKLIR KAMERA GAMMA

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

Pendeteksian Tepi Citra CT Scan dengan Menggunakan Laplacian of Gaussian (LOG) Nurhasanah *)

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB 1 PENDAHULUAN. radionuklida, pembedahan (surgery) maupun kemoterapi. Penggunaan radiasi

Fungsi distribusi spektrum P (λ,t) dapat dihitung dari termodinamika klasik secara langsung, dan hasilnya dapat dibandingkan dengan Gambar 1.

PENGUKURAN LAJU DOSIS PAPARAN RADIASI EKSTERNAL DI AREA RADIOTERAPI RSUD DR. SAIFUL ANWAR MALANG. Diterima: 6 Juni 2016 Layak Terbit: 25 Juli 2016

PEMETAAN DOSIS RADIASI GAMMA DI FASILITAS KALIBRASI PTNBR UNTUK SUMBER 60 Co 400 GBq DENGAN MCNP5

TEORI DASAR RADIOTERAPI

Tomografi Resonansi Magnetik Inti; Teori Dasar, Pembentukan Gambar dan Instrumentasi Perangkat Kerasnya, oleh Daniel Kartawiguna Hak Cipta 2015 pada

FABRIKASI BAGIAN-BAGIAN PERANGKAT SCINTIGRAPHY UNTUK TIROID

PENENTUAN KARAKTERISASI CERROBEND SEBAGAI WEDGE FILTER PADA PESAWAT TELETERAPI 60 Co

Sistem Pencacah dan Spektroskopi

Unnes Physics Journal

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Desain Ulang Shielding Ruangan Linear Accelerator (Linac) untuk Keselamatan Radiasi Di Gedung 14 PSTA-BATAN Yogyakarta

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

PENGUKURAN DOSIS RADIASI PADA PASIEN PEMERIKSAAN PANORAMIK. Abdul Rahayuddin H INTISARI

UJI LINE SCAN CAMERA PADA RANCANG BANGUN SISTEM PENCITRAAN PETI KEMAS DENGAN TEKNIK SERAPAN SINAR GAMMA

BAB II TERAPI RADIASI DAN DASAR-DASAR DOSIMETRY

JENIS DAN TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bentuk pemanfaatan radiasi pengion adalah untuk terapi atau yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Widyanuklida, Vol. 15 No. 1, November 2015: ISSN

PENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Pengaruh Ketidakhomogenan Medium pada Radioterapi

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

DETEKTOR RADIASI INTI. Sulistyani, M.Si.

Transkripsi:

STUDI AWAL UJI PERANGKAT KAMERA GAMMA DUAL HEAD MODEL PENCITRAAN SINGLE PHOTON EMISSION COMPUTED TOMOGRAPHY (SPECT) MENGGUNAKAN SUMBER RADIASI MEDIUM ENERGY Ra 226 Friska Wilfianda Putri 1, Dian Milvita 1, Fadil Nazir 2 1 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas, 2 Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) BATAN, Jakarta e-mail : wilfiandaputrifriska@yahoo.com, d_milvita@yahoo.com ABSTRAK Telah dilakukan penelitian mengenai studi awal uji perangkat kamera gamma dual head model pencitraan Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT) menggunakan sumber radiasi medium energy Ra 226 di Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasionala (BATAN). Penelitian ini dilakukan untuk menguji dan menganalisis perangkat kamera gamma dual head model pencitraan SPECT menggunakan sumber radiasi medium energy Ra 226 memakai kolimator Medium Energy General Purpose (MEGP), tanpa kolimator MEGP, memakai phantom linier, dan phantom jaszczak. Dari hasil pengujian didapatkan nilai laju cacahan pada saat tanpa memakai kolimator lebih tinggi dibandingkan saat menggunakan kolimator MEGP. Pada saat pencacahan menggunakan phantom linier dan phantom jazchazk menghasilkan hasil citra yang jelas dan tidak terdapat gangguan pada detektor kamera gamma. Kata kunci: kamera gamma dual head, phantom jaszczak, phantom linier, Ra 226, SPECT ABSTRACT Preliminary study on the performance of a dual head Single Photon Emission Computed Tomographic (SPECT) gamma camera at PTKMR-BATAN has been examined by using medium energy radiation from Ra 226. This research is conducted to test and analyze of dual head gamma camera model SPECT image using medium energy radiation source Ra 226 and Medium Energy General Purpose (MEGP) collimator, without MEGP collimator, using linier and jazchazk phantom. It was found that the count rate for the measurement without any collimator was larger than with MEGP collimator. During counting when using linier and jazchazk phantom, it produces clear images and there is no distortion on gamma camera detector. Keywords: dual head gamma camera, jazchazk phantom, linier phantom, Ra 226, SPECT I. PENDAHULUAN Energi nuklir mempunyai peranan penting pada bidang kedokteran terutama di bidang radiodiagnostik, radioterapi, dan kedokteran nuklir. Kedokteran nuklir memanfaatkan sumber radiasi terbuka yang berasal dari inti radionuklida buatan yang berfungsi untuk diagnosis penyakit secara tepat, untuk terapi dan penelitian kedokteran. Perangkat yang biasa digunakan untuk diagnosis penyakit dalam kedokteran nuklir adalah perangkat kamera gamma. Perangkat kamera gamma bersifat fungsional karena dapat melihat perubahan biokimiawi dan fisiologis yang ditimbulkan dari berkas radiasi sinar gamma suatu radioisotop yang telah dimasukkan ke dalam tubuh pasien untuk mencerminkan fungsi organ atau bagian tubuh yang akan diperiksa. Perangkat kamera gamma ini sudah berkembang pesat seperti kamera gamma model pencitraan planar dan kamera gamma model pencitraan SPECT, yang dapat berupa kamera gamma satu kepala, dua kepala, dan tiga kepala. Perangkat kamera gamma ini juga dilengkapi dengan komputer akuisisi data, komputer proses data dan printer untuk mencetak data hasil pencitraan. Baik tidaknya hasil pengujian perangkat kamera gamma sangat tergantung pada keahlian operator dalam menangani perangkat tersebut, baik dari segi elektronik, pengoperasian, dan pengolahan hasil citranya. Perangkat kamera gamma harus dalam kondisi yang baik sebelum dilakukan pemeriksaan agar tidak membahayakan pasien atau menimbulkan hasil citraan yang buruk. Oleh karena itu, perangkat kamera gamma perlu dilakukan pengujian kualitas perangkat kamera gamma secara rutin oleh operator agar nantinya mendapatkan hasil pengkuran dan analisis yang baik. 90

Pada awal tahun 2012, PTKMR BATAN telah menyediakan perangkat kamera gamma terbaru Dual Head Anyscan S Series AS-105061-S buatan Mediso dari Hungaria yang telah dipasang oleh staf PTKMR BATAN. Perangkat kamera gamma tersebut telah dikalibrasi menggunakan radioisotop energi rendah yaitu Technetium-99m (Tc 99m ) sebesar 5 mci dengan menggunakan kolimator Low Energy General Purpose (LEGP). Dewaraja, dkk., (2000) telah melakukan penelitian menggunakan pencitraan SPECT tentang akurasi sumber radiasi I 131 dengan membandingkan kolimator ultra-high-energy dan high energy menggunakan simulasi monte carlo. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan semakin tinggi energi dari kolimator yang digunakan, tipe gambar akan memperlihatkan peningkatan kontras dan tidak terdapat efek pada visualisasi hole pada kolimator, kekurangan dari penelitian tersebut yaitu hanya bisa mensimulasikan pencitraan saja tanpa menguji perangkat secara langsung. Berbeda dengan penelitian Dewaraja, dkk yang hanya mensimulasikan pencitraan, pada penelitian ini langsung melakukan studi awal uji perangkat kamera gamma dual head model pencitraan SPECT. Kolimator yang digunakan adalah kolimator Medium Energy General Purposes (MEGP) dengan sumber radiasi medium energy yaitu radium-226 (Ra 226 ). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah detektor kamera gamma dapat menangkap berkas sinar radiasi tersebut secara baik, untuk melihat ada atau tidaknya distorsi atau gangguan pada hasil citra, untuk menentukan ada atau tidaknya kerusakan pada detektor sintilator, serta mengetahui besarnya pengaruh sumber radiasi medium energy seperti Ra 226 dari segi energi, kolimator, dan phantom yang digunakan dalam kamera gamma. Ra 226 digunakan karena sesuai dengan energi kolimator MEGP untuk sumber radiasi dengan pemancaran energi gamma 140 kev<e<300 kev, salah satu radioisotop yang memiliki medium energy adalah Ra 226 dengan energi gamma 186 kev. Uji tanggapan perangkat kamera gamma ini disesuaikan dengan standard yang telah dikeluarkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA) melalui TECDOC 317. Penelitian uji perangkat kamera gamma dengan menggunakan sumber radiasi medium energy Ra 226 ini belum pernah dilakukan sebelumnya di Indonesia dikarenakan tenaga ahli yang mengerti penggunaan alat tersebut masih sedikit, sehingga peneliti melakukan studi awal uji perangkat kamera gamma dual head model pencitraan SPECT menggunakan sumber radiasi medium energy Ra 226. II. METODE Pengujian awal tanggapan perangkat kamera gamma dual head model pencitraan SPECT dilakukan dengan mencacah sumber radiasi medium energy Ra 226 menggunakan kolimator MEGP, tanpa kolimator MEGP, phantom linier, dan phantom jazchazk. Akuisisi dilakukan menggunakan pengaturan energi 186 KeV sesuai dengan energi sumber radiasi Ra 226, windows 20%, dan matrik 256x256. Setelah memposisikan detektor kamera gamma, sumber radiasi Ra 226 diletakkan di atas tempat tidur pemeriksaan. Ra 226 lalu dicacah hingga 64 cuplikan selama 32 menit dalam 1 putaran rotasi detektor kamera gamma (360 ), dimana selang 5,625 detektor kamera gamma menangkap aktivitas radiasi selama 30 detik. Untuk standar pertama, uji perangkat ini hanya mengambil 4 titik sudut saja, hal ini dikarenakan sumber radiasi yang digunakan tidak bisa dicampurkan dengan air, 4 data sudut yang dipakai ditujukan untuk melihat detektor bisa atau tidak menangkap laju cacahan dari sumber radiasi. Seharusnya SPECT radionuklidanya harus bisa diisi dengan larutan air agar menghasilkan citra yang fokus, tampak jelas atau menyatu (Zanzonico, 2008). III. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Pencacahan Ra 226 tanpa kolimator MEGP dan memakai kolimator MEGP Pencacahan pertama dilakukan untuk melihat perubahan nilai laju cacahan terhadap perpindahan sudut dengan menggunakan kolimator MEGP dan tanpa kolimator MEGP, diperoleh data seperti Tabel 1. 91

Tabel 1 Hasil uji perubahan nilai laju cacahan terhadap perpindahan sudut dengan menggunakan kolimator dan tanpa kolimator MEGP Berdasarkan Tabel 1, diperoleh perubahan nilai laju cacahan pada sudut 45, 135, 270, dan 360. Berhubung sumber radiasi yang digunakan tidak dapat dihomogenkan dengan air, sehingga didapatkan nilai laju cacahan yang besarnya tidak merata. Berdasarkan teori, intensitas awal saat melewati suatu bahan lebih besar dibandingkan dengan nilai intensitas setelah melewati suatu bahan (intensitas akhir) (Akhadi, 2000), sehingga foton dari sumber radiasi yang terpancar ke segala arah, intensitasnya tidak akan sama setelah berinteraksi dengan permukaan detektor pada sudut yang berbeda. Proses interaksi foton dengan detektor ini, diawali dengan foton datang akan mendesak elektron untuk lepas dari kristal sintilasi dan elektron akan berinteraksi dengan ion positif dari kristal sehingga terbentuklah kilatan cahaya foton energi dari sumber radiasi Ra 226 dan terjadi efek Compton. Hamburan Compton terjadi pada foton yang berenergi 200 kev-5 MeV, sehingga sumber radiasi yang digunakan termasuk dalam rentang tersebut yaitu 186 kev. Semakin banyak kilatan cahaya yang dihasilkan maka sinyal elektron akan menerjemahkan lebih banyak pula, sehingga nilai laju cacahan akan tinggi. Laju cacahan yang tinggi juga disebabkan oleh intensitas foton yang masuk semakin tinggi akibat hamburan Compton yang terjadi di dalam detektor (Akhadi, 2000). Citra hasil pengujian menggunakan kolimator dan tanpa kolimator dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1 Perbandingan citra hasil pengujian memakai kolimator dan tanpa kolimator pada sudut (a) 45 (b) 135 (c) 270, dan (d) 360 Pemasangan kolimator mempengaruhi banyaknya partikel yang masuk, dikarenakan pada saat memakai kolimator radiasi gamma yang dilepaskan oleh Ra 226 akan langsung dideteksi oleh detektor kamera gamma NaI(Tl) setelah melalui lubang-lubang kolimator, sehingga memperkecil kemungkinan adanya radiasi selain radiasi gamma yang ikut terdeteksi. 92

Pada Gambar 1 dapat dilihat bahwa semua perubahan sudut menghasilkan citra yang jelas, dimana dengan menggunakan kolimator hasil citra lebih jelas dan terfokus dibandingkan tanpa menggunakan kolimator. Tanpa kolimator sinar gamma yang ditangkap akan menyebar karena detektor kamera gamma menangkap semua partikel radiasi, jadi dapat disimpulkan bahwa pemakaian kolimator MEGP ini juga menghasilkan hasil citra yang jelas dan tidak terdapat distorsi pada hasil citra. Berdasarkan hasil citra tersebut dapat dibandingkan dengan hasil literatur oleh Dewaraja, dkk., (2000) yang membandingkan kolimator ultra-high-energy dan high energy menggunakan simulasi monte carlo yang menghasilkan tipe gambar kontras dan tidak terdapat efek pada kolimator, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak hanya menggunakan kolimator high energy saja yang menghasilkan gambar yang jelas tetapi memakai kolimator medium energy juga bisa. 3.2 Pencacahan Ra 226 menggunakan phantom linier Pencacahan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan phantom linier tanpa memakai kolimator MEGP untuk melihat perubahan nilai laju cacahan pada perpindahan sudut. Hasil pengujian phantom linier tanpa memakai kolimator MEGP dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2 Hasil uji perubahan nilai laju cacahan menggunakan phantom linier Berdasarkan Tabel 2 terlihat pada sudut 360 nilai laju cacahan lebih tinggi dikarenakan detektor kamera gamma berada tegak lurus dengan sumber radiasi, sehingga lebih banyak menangkap sumber radiasi tersebut. Secara teori kekuatan penerangan yang paling maksimal adalah pada saat cahaya jatuh tegak lurus pada suatu permukaan. Menurut Giancoli (2001), cahaya yang jatuh tegak lurus dengan permukaan lebih besar ditangkap dibandingan dengan cahaya yang tidak tegak lurus dengan suatu permukaan. Citra hasil pengujian menggunakan phantom linier dapat dilihat pada Gambar 2.. Gambar 2 Perbandingan citra menggunakan phantom linier pada sudut (a) 45 (b) 135 (c) 270, dan (d) 360 Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa dari semua hasil citra menggunakan phantom linier tanpa memakai kolimator dengan variasi sudut tersebut terlihat jelas dikarenakan 93

detektor kamera gamma dapat menangkap berkas sumber radiasi dengan baik dan tidak ada terlihat gangguan pada citra, dimana gangguan tersebut berbentuk bayangan hitam di bagian tepinya, sedangkan bayangan warna hijau ditengah itu merupakan bayangan posisi sumber radiasi yang tertangkap oleh detektor kamera gamma. Salah satu sumber radiasi yang didapatkan bisa terlihat distorsi pada hasil citranya adalah Tc 99m, Gambar 3 memperlihatkan perbandingan bentuk citra distorsi pada sumber radiasi Tc 99m dengan citra tanpa distorsi pada Ra 226. Gambar 3 Perbandingan bentuk citra (a) tanpa distorsi pada Ra 226 dan (b) dengan adanya distorsi pada Tc 99m 3.3 Pencacahan Ra 226 menggunakan phantom jaszczak Pencacahan selanjutnya dilakukan dengan menggunakan phantom jazchazk memakai kolimator MEGP untuk melihat perubahan nilai laju cacahan pada perpindahan sudut. Pencacahan Ra 226 menggunakan phantom jazchazk dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil uji perubahan nilai laju cacahan terhadap perpindahan sudut dengan menggunakan phantom jaszczak Berdasarkan Tabel 3 diperoleh perubahan nilai laju cacahan terhadap perpindahan sudut, dimana pada sudut 360 o nilai laju cacahannya tetap terlihat tinggi, hal ini dikarenakan posisi detektor kamera gamma berada tegak lurus dengan sumber radiasi yang digunakan sehingga menangkap sumber radiasi lebih banyak. Citra hasil pengujian menggunakan phantom jazchazk dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4 Perbandingan citra menggunakan phantom jaszczak pada sudut (a) 45 (b) 135 (c) 270, dan (d) 360 94

Berdasarkan Gambar 4 dapat dilihat bahwa hasil citra menggunakan phantom jazchazk memakai kolimator MEGP. Hal ini dikarenakan pada penggunaan phantom jazchazk sebenarnya sumber radiasi harus dihomogenkan dengan air, sedangkan sumber Ra 226 tidak dapat dicampurkan dengan air karena bersifat padat. Apabila tetap dicampurkan dengan air, maka proses tersebut akan merusak phantom jazchazk. Walaupun demikian, hasil dari citra sudah bisa dikatakan baik, karena tidak terdapat distorsi pada citra. Salah satu sumber radiasi yang bisa dihomogenkan dengan air adalah Tc 99m. Bentuk citra dari Tc 99m dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5 SPECT Images menggunakan phantom jaszczak menggunakan sumber radiasi Tc 99m IV. KESIMPULAN Pengujian perangkat kamera gamma dual head model pencitraan SPECT dengan pencacahan sumber radiasi Ra 226 memiliki nilai laju cacahan tinggi pada saat tanpa memakai kolimator, sedangkan dengan menggunakan kolimator nilai laju cacahan akan kecil. Pencacahan dengan menggunakan kolimator MEGP lebih tajam dibandingkan tanpa menggunakan kolimator MEGP. Pada saat menggunakan phantom linier dan phantom jazchazk menghasilkan hasil citra yang jelas dan tidak terdapat gangguan pada detektor kamera gamma. DAFTAR PUSTAKA Akhadi, M., 2000, Dasar-dasar Proteksi Radiasi, PT. Rineka Cipta, Jakarta. Dewaraja, Yuni K., Ljungber, M., dan Kenneth F.K., 2000, Accuracy Of I 131 Tumor Quantification in Radioimmunotherapy Using SPECT Imaging with an Ultra-High- Energy Collimator : Monte Carlo Study, The Jurnal Of Nuclear Medicine, Vol 41, No 10, Hal 1760-1767. Giancoli, D.C., 2001, Fisika 2, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta. Zanzonico, P., 2008, Routine Quality Control of Clinical Nuclear Medicine Instrumentation; A Brief Review, The Journal of Nuclear Medicine, Vol 49, No 7, Hal 1114-1131. 95