BAB I PENDAHULUAN. di kantor, di pusat perbelanjaan, di kampus dan di tempat-tempat umum lainnya.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Merokok merupakan salah satu gaya hidup yang. tidak asing lagi yang berkembang di kehidupan masa kini.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

AKTIFITAS REMAJA DALAM RUANG ROKOK (Melihat Kehadiran Rokok Dalam Kehidupan Remaja Sehari-hari) Oleh: Alfarabi S.Sos

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sintia Dewi,2013

BAB I PENDAHULUAN. 2003). Remaja merupakan bagian perkembangan yang penting dan unik,

BAB I PENDAHULUAN. perubahan emosi, perubahan kognitif, tanggapan terhadap diri sendiri

BAB I PENDAHULUAN. yang penting bagi seluruh dunia sejak satu dekade yang lalu (Mayasari, 2007). Salah satu

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN KONFORMITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA REMAJA PUTRI DI SMAN 2 NGAWI BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. merasa dibawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkat

BAB I PENDAHULUAN. muda, yaitu suatu masa dengan rentang usia dari 18 sampai kira-kira umur 25

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja adalah masa tumbuh dan berkembang dimana terjadi

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP SEHAT DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA KARYAWAN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tampaknya telah menjadi kebiasaan banyak. seperti Indonesia bermunculan rokok-rokok terbaru yang setiap produk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah perilaku yang tidak asing ditemukan di kehidupan seharihari,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dalam kehidupan manusia.remaja mulai memusatkan diri pada

BAB I PENDAHULUAN. disebut sebagai tobacco dependency sendiri dapat didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada masa remaja, terjadi proses pencarian jati diri dimana remaja banyak

I. PENDAHULUAN. Merokok adalah suatu budaya yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. karena pengaruh hormonal. Perubahan fisik yang terjadi ini tentu saja

HUBUNGAN ANTARA KONTROL DIRI DENGAN KECANDUAN INTERNET PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP)

KEBIASAAN MEROKOK PADA REMAJA DALAM PERSPEKTIF NORMA KESOPANAN. (Studi Kasus di Desa Klego, Kecamatan Klego, Kabupaten Boyolali) NASKAH PUBLIKASI

I. PENDAHULUAN. bernama rokok ini. Bahkan oleh sebagian orang, rokok sudah menjadi. tempat kerja, sekolah maupun ditempat-tempat umum.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pentingnya perilaku asertif bagi setiap individu adalah untuk memenuhi

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

BAB I PENDAHULUAN. 70% penduduk Indonesia (Salawati dan Amalia, 2010). Dari analisis data Susenas tahun 2001 diperoleh data umur mulai merokok kurang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Intany Pamella, 2014

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan semua aspek/fungsi untuk memasuki masa dewasa. Masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. kalangan rumah tangga sendiri. Kebiasaan merokok dimulai dengan adanya rokok

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Salah satu kebiasaan masyarakat saat ini yang dapat di temui hampir

BAB I PENDAHULUAN. dapat didefinisikan sebagai perilaku penggunaan tembakau yang menetap, biasanya lebih

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam kehidupan manusia, dimana seseorang sudah tidak dapat

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku merokok tidak hanya dilakukan oleh kaum laki-laki, namun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Remaja mengalami perkembangan begitu pesat, baik secara fisik maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mencapai tujuan. Komunikasi sebagai proses interaksi di antara orang untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang Masa remaja adalah periode waktu yang membentang dari masa pubertas ke awal usia 20-an. Individu mengalami perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki arti tersendiri di dalam hidupnya dan tidak mengalami kesepian.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB I PENDAHULUAN. yang mengkomsumsi rokok. Banyak di lapangan kita temui orang-orang merokok

BAB 5 SIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis diatas, diperoleh hasil yang menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. sering ditulis di surat-surat kabar, majalah dan media masa lain yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mega Sri Purwanida, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rentang kehidupan individu mengalami fase perkembangan mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. dimana-mana, baik instansi pemerintah, tempat umum, seperti ; pasar, rumah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masih dianggap sebagai perilaku yang wajar, serta merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Pendidikan pada hakekatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Merokok merupakan salah satu bentuk perilaku manusia yang sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. jumlah kalori yang dibakar dalam proses metabolisme (Hasdianah dkk, Obesitas juga dapat membahayakan kesehatan (Khasanah, 2012)

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian mengenai pengaruh Corporate Social

BAB I PENDAHULUAN. adalah kebutuhan primer, sekunder dan tersier, kebutuhan yang pertama yang harus dipenuhi

Gambaran Perilaku Merokok pada masyarakat di Kabupaten Purwakarta: Suatu Kajian Literatur

BAB I PENDAHULUAN. namun juga dapat menimbulkan kematian (Kementrian Kesehatan. Republik Indonesia, 2011). World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

III. METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada remaja biasanya disebabkan dari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. 20 tahun sampai 30 tahun, dan mulai mengalami penurunan pada usia lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

SELF & GENDER. Diana Septi Purnama.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sekarang ini, sudah sangat sering ditemukan orang merokok di kantor, di pusat perbelanjaan, di kampus dan di tempat-tempat umum lainnya. Berdasarkan hasil penelitian Yulia (2011) mengatakan bahwa perilaku merokok yang muncul di kalangan masyarakat dewasa ini dipengaruhi oleh perkembangan kebutuhan hidup masyarakat yang semakin meningkat, sehingga tuntutan terhadap peningkatan gaya hidup (lifestyle) semakin meningkat pula. Tuntutan dalam peningkatan gaya hidup khususnya menjadi perokok aktif juga dirasakan oleh masyarakat kota Bandung. Merokok sudah menjadi kebutuhan hidup bagi sebagian besar masyarakat di Kota Bandung. Menurut hasil penelitian Perwitasari (2012) perilaku merokok yang muncul di masyarakat sudah menjadi bagian dari perilaku sosial dan dengan perilaku merokok individu dapat melakukan interaksi sosial dengan lingkungannya dan merokok menjadi penopang hidup dalam bermasyarakat. Perilaku merokok yang dilakukan terjadi karena adanya pengalaman masa lalu yang buruk yang dialami oleh individu (Van Loon. A. Jeanne. M, 2005). Perilaku merokok tidak pernah surut walaupun banyak bahaya yang ditimbulkan. Selama beberapa dekade, perilaku merokok dianggap sebagai kebiasaan yang mematikan karena dapat menimbulkan penyakit paru-paru, jantung dan gangguan lainnya (Los Angeles Times, 2004 dalam O. Sears, Freedman, dan Peplau, 1

1985). Dampak dari perilaku merokok bukan hanya dirasakan oleh para perokok aktif, namun juga dirasakan oleh para perokok pasif. Dampak buruk yang ditimbulkan oleh rokok tidak menghalangi masyarakat untuk berhenti menjadi perokok aktif, namun semakin banyak masyarakat yang menjadi perokok aktif dan ironisnya semakin banyak para remaja yang menjadi perokok aktif. Berdasarkan hasil penelitian Effendi (2005) menunjukkan bahwa di Indonesia jumlah dari perokok aktif kurang lebih sebanyak 70% dan sedikitnya 13,2% remaja yang menjadi perokok aktif. Menjadi perokok aktif tidak hanya dilakukan lagi oleh kaum laki-laki, melainkan kaum perempuanpun sudah mulai banyak yang mengikuti trend ini. Trend menjadi perokok aktif pada perempuan memberikan simbol bahwa perempuan yang menjadi perempuan perokok aktif adalah perempuan yang bebas dan mandiri (Elkind, 1985). Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih (2011) dalam Tribun Jakarta mengungkapkan bahwa hasil presentase dari data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2007, penduduk yang berusia di atas 15 tahun yang menjadi perokok aktif diantaranya sebanyak 5,6% adalah perempuan perokok aktif, sedangkan pada tahun 2010 prevelensi perempuan perokok aktif di Indonesia mencapai sebanyak 4,2%. Menurut hasil penelitian Amasha, Hadayat. A dan Jaradeh, Malak. S (2012) mengemukakan bahwa perempuan yang menjadi perokok aktif akan mendapatkan dampak negatif yang lebih besar dibandigkan dengan laki-laki perokok aktif. Saat ini sudah banyak perempuan perokok aktif yang merokok di ruang-ruang terbuka atau ruang publik. Masyarakat pada awalnya memberikan penilaian yang negatif terhadap perempuan perokok aktif dimana masyarakat menilai bahwa 2

perempuan perokok aktif dianggap memiliki perilaku yang negatif. Penilaian negatif yang diberikan masyarakat terhadap perempuan perokok aktif dikarenakan mereka melakukan tindakan yang berbeda dengan harapan masyarakat (Sihite, 2007). Harapan masyarakat (social expectation) terhadap perempuan pada umumnya adalah model perempuan yang berperilaku feminin, patuh, tidak agresif dan pantas menurut gender (Morris, dalam Sihite 2007). Berdasarkan hasil penelitian Kemala (2007) mengatakan bahwa semakin banyaknya perempuan perokok aktif yang berani menampilkan diri sebagai perokok aktif di ruang publik memberikan pandangan baru bagi masyarakat tentang perempuan masa kini. Pergeseran budaya merokok dari kaum laki-laki ke kaum perempuan dipengaruhi salah satunya oleh iklan di televisi. Ketua lembaga swadaya masyarakat Lembaga Menanggulangi Masalah Merokok (LM3) Fuad Baradja (2010) mengatakan bahwa industri rokok menggunakan trik-trik khusus yang menarik perhatian kaum perempuan, diantaranya dengan menggunakan figur-figur yang terlihat menarik pada iklan mereka sehingga membuat anggapan bahwa merokok sebagai hal yang keren. Iklan-iklan rokok yang dikemas dengan menarik perhatian tersebut mengakibatkan perubahan pandangan masyarakat terhadap perempuan perokok aktif. Peningkatan jumlah perokok aktif pada perempuan disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang melatarbelakangi perempuan yang menjadi perokok aktif adalah faktor psikologis dan faktor sosiologis. Berdasarkan hasil penelitian Yulia (2011) mengatakan bahwa faktor psikologis yang menyebabkan perempuan menjadi perokok aktif adalah perempuan perokok aktif akan merasakan ketenangan ketika merokok 3

dan kebiasaan dari merokok mengakibatkan mereka mengalami kecanduan nikotin. Selain faktor psikologis, faktor sosiologis yang menyebabkan perempuan menjadi perokok aktif adalah pergaulan. Rokok menjadi atribut atau pelengkap dalam pergaulan sehari-hari mereka dan dengan menjadi perempuan perokok aktif, mereka berkeinginan untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari teman-temannya dan mendorong para perempuan untuk dapat berperilaku sama dengan temannya yaitu menjadi perokok aktif. Kota Bandung merupakan salah satu kota besar di Indonesia yang memiliki jumlah perokok aktif yang cukup banyak. Jumlah perokok aktif di Kota Bandung yang semakin meningkat diakibatkan adanya penerimaan dari masyarakat terhadap para perokok aktif. Penduduk kota besar cenderung lebih dapat menerima perbedaan individual dan perbedaan gaya hidup yang dimiliki, sehingga hal ini menjadikan penduduk kota besar lebih heterogen dan memiliki daya tarik tersendiri ( O. Sears, Freedman, dan Pelau, 1985). Ruang umum atau ruang publik di Kota Bandung yang biasa digunakan oleh para perokok aktif untuk melakukan aksinya adalah di kafe. Sebagian besar kafe di kota Bandung tidak menerapkan larangan untuk merokok, sehingga memberikan kebebasan untuk para perokok aktif melakukan aksinya dan semakin besar kesempatan peniruan (modeling) yang dilakukan oleh pihak lain yang belum menjadi perokok aktif. Berdasarkan observasi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada beberapa kafe di kota Bandung, sedikitnya terdapat dua kafe yang menyediakan ruangan terpisah untuk perokok aktif dan non-perokok aktif. Dengan disediakannya 4

ruangan terpisah bagi para perokok aktif, memberikan kenyamanan bagi mereka yang non-perokok aktif untuk datang ke kafe tersebut. Salah satu perokok aktif yang diwawancara oleh peneliti mengenai kafe di kota Bandung berpendapat bahwa lebih nyaman untuk mengunjungi kafe yang tidak memberikan ruangan khusus bagi para perokok aktif atau dengan kata lain kafe yang hanya menyediakan satu ruangan untuk bersama karena dengan demikian memberikan kenyamanan dan kebebasan bagi para perokok aktif. Dengan tidak adanya larangan untuk merokok di kafe-kafe di Kota Bandung, mengakibatkan semakin banyak perempuan perokok aktif yang berani untuk menampilkan diri sebgai perempuan perokok aktif di ruang publik. Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan dengan tiga orang perempuan perokok di salah satu kafe di kota Bandung, mereka bertiga mengungkapkan hal yang sama mengenai alasan untuk merokok diantaranya hanya untuk bersantai dan memperoleh pengakuan dari kelompok yang memiliki kebiasaan merokok yang sama. Perempuan yang merokok di ruang publik akan mendapatkan penilaian elegan dan dianggap memiliki kepribadian yang terbuka dalam bersosialisasi (Elkind, 1985). Budayawan Indonesia, Komar (2012) dalam salah satu acara di televisi swasta mengatakan bahwa individu dalam bersosialisasi dengan masyarakat akan menggunakan citra diri mereka karena citra diri merupakan salah satu etika dalam bersosialisasi. Dalam bersosialisasi terjadi perkembangan citra diri melalui proses interaksi sosial antarsesama individu (Horton dalam Santoso, 2010). Perkembangan citra diri atau gambaran diri yang dimiliki individu berasal dari reaksi individu lain 5

terhadap individu itu sendiri. Reaksi yang diberikan masyarakat dijadikan individu sebagai penilaian atas perilaku yang dilakukan dan sebagai pembentuk dari citra diri yang dibangun oleh individu (Santoso, 2010). Dalam pergaulan masyarakat terdapat norma-norma yang berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Setiap kelompok memiliki norma yang akan saling mengikatkan anggotanya. Individu akan mengarahkan perilakunya dan menyesuaikan dirinya terhadap norma dan ciri-ciri kelompoknya yang nantinya akan membantu dalam pembentukan citra diri dari individu (Rahmat, 2001). Citra diri didefinisikan sebagai perilaku dari individu baik yang disadari maupun yang tidak disadari dan gambaran diri yang ideal dan sempurna yang diinginkan individu. Citra diri bersifat fleksibel, artinya dapat berubah setiap saat atau dinamis sesuai dengan pengalaman dan persepsi baru dari individu (Maxwell Maltz, 1996). Nilai-nilai budaya yang berada di masyarakat berpengaruh terhadap pembentukan citra diri individu dan citra diri yang telah terbentuk akan mempengaruhi proses adaptasi individu pada lingkungannya (Berger & Williams, 1992). Hurlock (Burn, 1993) mengatakan bahwa individu memiliki citra diri psikologis yang diartikan sebagai kualitas dan kemampuan yang mempengaruhi terhadap penyesuaian individu, seperti keberanian, kejujuran dan kepercayaan diri. Citra diri individu terbentuk berdasarkan pikiran, perasaan dan emosi individu. Berdasarkan hasil penelitian Rizkiana (2012) mengemukakan bahwa citra diri dan perilaku merokok pada individu memiliki hubungan yang signifikan dimana semakin positif citra diri seseorang maka perilaku merokok semakin menurun dan sebaliknya 6

ketika citra diri semakin negatif maka perilaku merokok semakin meningkat. Pencapaian citra diri yang ideal merupakan cara individu untuk mendapatkan penilaian positif dari masyarakat. Ketika individu memiliki citra diri yang ideal, maka individu tersebut akan mudah untuk mendapatkan pengakuan dan penerimaan dari masyarakat (Maxwell Maltz, 1996). Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Citra Diri Perempuan Perokok Aktif Berfokus pada Self-Idea (Studi Kasus pada Tiga Perempuan Perokok di Kota Bandung). B. Fokus Penelitian Fokus dalam penelitian ini adalah menggali gambaran citra diri yang dimiliki perempuan perokok aktif yang berasal dari (1) kesan orang lain yang diterima perempuan perokok aktif terhadap penampilan diri, (2) penilaian diri terhadap penampilannya sebagai perempuan perokok aktif, dan (3) perasaan diri sebagai perempuan perokok aktif. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga orang perempuan perokok aktif di kota Bandung yang berada pada rentang usia 18-22 tahun. C. Rumusan Masalah 7

Citra diri yang berasal dari self-idea dibentuk melalui penilaian orang lain yang dilihat oleh individu sendiri melalui cerminan dari perilaku yang ditampilkan orang lain. Ketika individu melihat reaksi dari orang lain terhadap kebiasaan dari diri individu, maka seperti itulah diri individu. Reaksi orang lain akan memberikan kesan tentang seperti apa diri individu itu. Individu akan mengimajinasikan dan memandang dirinya sendiri berdasarkan apa yang telah dilihat oleh dirinya dan apa yang dirasakan oleh dirinya. Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka pertanyaan dalam penelitian ini, adalah: Bagaimana gambaran citra diri perempuan perokok aktif yang berasal dari: 1. kesan orang lain yang diterima perempuan perokok aktif terhadap penampilan diri? 2. penilaian diri terhadap penampilannya sebagai perempuan perokok aktif? 3. perasaan diri sebagai perempuan perokok aktif? D. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. untuk mengetahui gambaran citra diri perempuan perokok aktif yang berasal dari kesan orang lain yang diterima sebagai perempuan perokok aktif yang ditampilkan kepada orang lain, 2. untuk mengetahui gambaran citra diri perempuan perokok aktif yang berasal dari penilaian diri terhadap penampilannya sebagai perempuan perokok aktif, dan 8

3. untuk mengetahui gambaran citra diri perempuan perokok aktif yang berasal dari perasaan diri sebagai perempuan perokok aktif. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini dapat memberikan manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat yang bersifat praktis. 1. Manfaat teoritis yang dapat diberikan oleh penelitian ini adalah memberikan masukan yang bermanfaat bagi perkembangan ilmu psikologi khususnya psikologi sosial dan sebagai acuan bagi perkembangan penelitian selanjutnya, khususnya tentang citra diri dan perempuan perokok aktif. 2. Sementara itu, manfaat praktis yang dapat diberikan oleh penelitian yaitu: a. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai gambaran citra diri dari perempuan perokok aktif sehingga dapat berguna di kemudian hari dalam kehidupan bermasyarakat. b. Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai citra diri dari perempuan perokok aktif sehingga masyarakat dapat menghargai atas keputusan dari perempuan yang merokok dalam kehidupan sehariharinya. c. Bagi perempuan perokok aktif lainnya, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman mengenai citra diri 9

perempuan perokok aktif di Kota Bandung sehingga dapat menjadi bahan tambahan dalam menyelesaikan permasalahan yang terkait dengan hal ini. F. Lokasi dan Subjek Penelitian Penelitian ini akan dilakukan pada tiga orang perempuan perokok aktif di kota Bandung. Kriteria subjek penelitian adalah sebagai berikut: 1. Subjek adalah perempuan perokok yang berada pada rentang usia antara 18-22 tahun. 2. Subjek telah menjadi perokok aktif kurang lebih satu tahun. G. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Fokus Penelitia C. Rumusan Masalah D. Tujuan Penelitian E. Manfaat Penelitian F. Lokasi dan Subjek Penelitian G. Struktur Organisasi Skripsi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 10

1. Citra Diri 2. Perilaku Merokok 3. Perempuan Perokok Aktif B. Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN A. Penelitian Kualitatif 1. Desain Penelitian 2. Definisi Operasional 3. Teknik Pengumpulan Data 4. Teknik Analisis Data 5. Keabsahan Data 6. Lokasi dan Waktu Penelitian B. Subjek Penelitian C. Prosedur Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Data Profil Subjek Penelitian 1. Subjek Pertama 2. Subjek Kedua 3. Subjek Ketiga B. Deskripsi Data C. Diplay Data 11

D. Hasil Penelitian 1. Kesan orang lain yang diterima permpuan perokok aktif terhadap penampilan diri. 2. Penilaian diri terhadap penampilannya sebagai perempuan perokok aktif. 3. Perasaan diri sebagai perempuan perokok aktif E. Pembahasan 1. Kesan orang lain yang diterima perempuan perokok aktif terhadap penampilan diri. 2. Penilaian diri terhadap penampilannya sebagai perempuan perokok aktif. 3. Perasaan diri sebagai perempuan perokok aktif F. Rangkuman Citra Diri Tiga Perempuan Perokok Aktif di Kota Bandung BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan B. Rekomendasi Daftar Pustaka Lampiran 12