BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI JUDUL LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI

II. KAJIAN LITERATUR. tahan gempa apabila memenuhi kriteria berikut: tanpa terjadinya kerusakan pada elemen struktural.

BAB II DASAR TEORI. Pada bab ini akan dibahas sekilas tentang konsep Strength Based Design dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA SEISMIK GEDUNG TERHADAP ANALISIS BEBAN DORONG

BAB III METODE ANALISA STATIK NON LINIER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE ANALISIS

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Core terhadap Kinerja Seismik Gedung Bertingkat

EVALUASI KEMAMPUAN STRUKTUR RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

EVALUASI KINERJA INELASTIK STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG TERHADAP GEMPA DUA ARAH TUGAS AKHIR PESSY JUWITA

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BANGUNAN BAJA DENGAN MENGGUNAKAN PENGAKU EKSENTRIS (EBF) Ir. Torang Sitorus, MT.

ANALISA PORTAL DENGAN DINDING TEMBOK PADA RUMAH TINGGAL SEDERHANA AKIBAT GEMPA

BAB 1 PENDAHULUAN Umum

Kajian Pemakaian Shear Wall dan Bracing pada Gedung Bertingkat

PERBANDINGAN ANALISIS RESPON STRUKTUR GEDUNG ANTARA PORTAL BETON BERTULANG, STRUKTUR BAJA DAN STRUKTUR BAJA MENGGUNAKAN BRESING TERHADAP BEBAN GEMPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KINERJA SENDI PLASTIS PADA GEDUNG DAKTAIL PARSIAL DENGAN ANALISIS BEBAN DORONG

DAFTAR ISI Annisa Candra Wulan, 2016 Studi Kinerja Struktur Beton Bertulang dengan Analisis Pushover

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DI WILAYAH GEMPA INDONESIA INTENSITAS TINGGI DENGAN KONDISI TANAH LUNAK

PENGARUH SENSITIFITAS DIMENSI DAN PENULANGAN KOLOM PADA KURVA KAPASITAS GEDUNG 7 LANTAI TIDAK BERATURAN

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR NOTASI DAN SIMBOL

ANALISA KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN KOLOM YANG DIPERKUAT DENGAN LAPIS CARBON FIBER REINFORCED POLYMER (CFRP)

BAB III LANDASAN TEORI. dasar ke permukaan tanah untuk suatu situs, maka situs tersebut harus

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN KATA PENGANTAR ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

ANALISIS PERILAKU STRUKTUR PELAT DATAR ( FLAT PLATE ) SEBAGAI STRUKTUR RANGKA TAHAN GEMPA TUGAS AKHIR

TESIS EVALUASI KINERJA STRUKTUR GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN ANALISIS NONLINEAR STATIK DAN YIELD POINT SPECTRA O L E H

KINERJA STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING BAJA TIPE X

BAB III METODE ANALISIS

BAB V ANALISIS KINERJA STRUKTUR

ANALISIS KINERJA STRUKTUR BETON BERTULANG DENGAN VARIASI PENEMPATAN BRACING INVERTED V ABSTRAK

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Statik Ekivalen

Peraturan Gempa Indonesia SNI

EVALUASI SENDI PLASTIS DENGAN ANALISIS PUSHOVER PADA GEDUNG TIDAK BERATURAN

BAB II DASAR-DASAR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT

PEMODELAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT BETON BERTULANG RANGKA TERBUKA SIMETRIS DI DAERAH RAWAN GEMPA DENGAN METODA ANALISIS PUSHOVER

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN

EVALUASI KINERJA BANGUNAN GEDUNG DPU WILAYAH KABUPATEN WONOGIRI DENGAN ANALISIS PUSHOVER

STUDI PEMODELAN INELASTIK DAN EVALUASI KINERJA STRUKTUR GANDA DENGAN MIDAS/Gen TM

3. BAB III LANDASAN TEORI

Pengaruh Bentuk Bracing terhadap Kinerja Seismik Struktur Beton Bertulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI KINERJA STRUKTUR BANGUNAN YANG MENGGUNAKAN SAMBUNGAN LEWATAN (LAP SPLICES) PADA UJUNG KOLOM

EVALUASI KINERJA GEDUNG BETON BERTULANG SISTEM GANDA DENGAN VARIASI GEOMETRI DINDING GESER PADA WILAYAH GEMPA KUAT

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: ( Print)

PERBANDINGAN PERILAKU ANTARA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN (SRPM) DAN STRUKTUR RANGKA BRESING KONSENTRIK (SRBK) TIPE X-2 LANTAI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

KINERJA STRUKTUR AKIBAT BEBAN GEMPA DENGAN METODE RESPON SPEKTRUM DAN TIME HISTORY

Kajian Perilaku Struktur Portal Beton Bertulang Tipe SRPMK dan Tipe SRPMM

EVALUASI BALOK DAN KOLOM PADA RUMAH SEDERHANA

BAB II STUDI PUSTAKA

KAJIAN KINERJA STRUKTUR RANGKA BRESING V-TERBALIK EKSENTRIK DAN KONSENTRIK (215S)

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

ANALISIS PUSHOVER PADA BANGUNAN DENGAN SOFT FIRST STORY

BAB IV PERMODELAN STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERBANDINGAN PERILAKU STRUKTUR BANGUNAN TANPA DAN DENGAN DINDING GESER BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB III METODE PENELITIAN

Konferensi Nasional Teknik Sipil 4 (KoNTekS 4) Sanur-Bali, 2-3 Juni 2010

ANALISIS PERILAKU DAN KINERJA RANGKA BETON BERTULANG DENGAN DAN TANPA BREISING KABEL CFC

Studi Assessment Kerentanan Gedung Beton Bertulang Terhadap Beban Gempa Dengan Menggunakan Metode Pushover Analysis

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Wilayah Gempa... 6

ANALISIS KINERJA GEDUNG BERTINGKAT BERDASARKAN EKSENTRISITAS LAY OUT DINDING GESER TERHADAP PUSAT MASSA DENGAN METODE PUSHOVER

KINERJA STRUKTUR PILAR JEMBATAN BERDASARKAN PERENCANAAN BERBASIS PERPINDAHAN LANGSUNG

BAB I PENDAHULUAN. adalah kolom. Kolom termasuk struktur utama yang bertujuan menyalurkan beban tekan

APLIKASI SAP2000 UNTUK PEMBEBANAN GEMPA STATIS DAN DINAMIS DALAM PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG BAJA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

Kata kunci : base isolator, perbandingan kinerja, dengan dan tanpa base isolator,

BAB III LANDASAN TEORI. Kuat perlu dihitung berdasarkan kombinasi beban sesuai dengan SNI

BAB II LANDASAN TEORI. kestabilan struktur dalam menahan segala pembebanan yang dikenakan padanya,

EVALUASI SNI 1726:2012 PASAL MENGENAI DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN DAN KEKUATAN PADA SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBKK

BAB III LANDASAN TEORI. A. Gempa Bumi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

ANALISIS KINERJA BANGUNAN BETON BERTULANG DENGAN LAYOUT BERBENTUK YANG MENGALAMI BEBAN GEMPA TERHADAP EFEK SOFT-STOREY SKRIPSI

KAJIAN PENGGUNAAN NONLINIEAR STATIC PUSHOVER ANALYSIS DENGAN METODA ATC-40, FEMA 356, FEMA 440 DAN PERILAKU SEISMIK INELASTIC TIME HISTORY ANALYSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS DAN DESAIN DINDING GESER GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

STUDI MENENTUKAN PARAMETER DAKTILITAS STRUKTUR GEDUNG TIDAK BERATURAN DENGAN ANALISIS PUSHOVER

STUDI EVALUASI KINERJA STRUKTUR BAJA BERTINGKAT RENDAH DENGAN ANALISIS PUSHOVER ABSTRAK

PEMODELAN STRUKTUR RANGKA BETON BERTULANG DENGAN PERKUATAN BREISING KONSENTRIK V-TERBALIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. beban, saat dilampaui dalam kurun waktu tertentu, oleh tingkat daktilitas struktur saat

PERENCANAAN STRUKTUR BAJA BERDASARKAN KEKAKUAN DAN KEKUATAN SISTEM GANDA SRPMK DAN SRBE BENTUK DIAGONAL MENURUT SNI 1726:2012 PASAL

LAMPIRAN A. Perhitungan Beban Gempa Statik Ekivalen

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG

BAB III LANDASAN TEORI. dan pasal SNI 1726:2012 sebagai berikut: 1. U = 1,4 D (3-1) 2. U = 1,2 D + 1,6 L (3-2)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PENELITIAN MENGENAI SNI 1726:2012 PASAL TENTANG DISTRIBUSI GAYA LATERAL TERHADAP KEKAKUAN, KEKUATAN, DAN PENGECEKAN TERHADAP SISTEM TUNGGAL

Transkripsi:

digilib.uns.ac.id BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Uniform Building Code (UBC) kegempaan mendefinisikan 3 tipe dasar dari sistem struktur suatu bangunan gedung : Sistem dinding struktur (bearing wall systems), Sistem rangka bangunan (building frame-systems)dan sistem rangka pemikul momen(moment-resisting frame systems). Tetapi terkadang, bangunan gedung memiliki sistem struktur ganda. Dimana sistem rangka yang mendukung beban vertikal dari gravitasi dan beban lateral yang didukung oleh rangka pemikul momen khusus, dinding geser, atau rangka pengaku. Elemen penahan gaya lateral harus terdapat pada setiap struktur untuk menguatkan bangunan dari gaya yang diakibatkan oleh angin dan gempa. Terdapat 3 tipe elemen dasar untuk menahan gaya lateral yaitu : Dinding geser (shear walls), Rangka pengaku (braced frames), dan Rangka pemikul momen(moment- resisting frames) (ATC-48). A. Dinding Geser (Shear Wall) Dinding geser adalah suatu elemen struktur vertikal yang mampu menahan gaya lateral oleh bidang dinding melalui geser dan lentur. Dinding berperilaku seperti balok kantilever dari pondasi, dan seperti halnya balok, kekuatan yang dihasilkan diperoleh dari kedalaman pondasi. Dinding ini umumnya dimulai dari pondasi dan diteruskan sampai ke puncak gedung. Ketebalannya minimal 150 mm atau bisa mencapai 400 mm untuk gedung yang sangat tinggi.dinding geser itu seperti balok lebar yang berorientasi secara vertikal yang mampu meneruskan beban gempa ke dalam pondasi. Ilustrasi dinding geser pada gedung dapat dilihat pada Gambar 2.1. (ATC-48). 6

digilib.uns.ac.id 7 Gambar 2.1.Dinding geser beton bertulang pada gedung Sumber :ATC/SEAOC Training Seminars (ATC-48) B. Rangka Pengaku (Braced Frames) Rangka pengaku adalah suatu sistem truss yang memiliki tipe konsentris maupun eksentris yang mampu menahan gaya lateral melalui tegangan aksial di setiap batangnya. Sama seperti truss, rangka pengaku bergantung pada batang diagonal yang berfungsi meneruskan gaya lateral dari setiap elemen gedung ke pondasi. Gambar 2.2 (a) menunjukkan sebuah rangka pengaku sederhana pada bangunan satu lantai. Dimana salah satu sisi ujung,diberi rangka pengaku pada dua sisi (two bays), sedangkan ujung yang lain hanya satu sisi (one bay). Seperti terlihat pada Gambar 2.2 (a), bangunan ini hanya diberi rangka pengaku pada satu arah dan pada batang diagonalnya mengalami gaya tarik atau tekan tegantung pada arah gaya yang bekerja. Dan pada Gambar 2.2 (b) menunjukkan dua metode dalam memberi rangka pengaku pada bangunan gedung bertingkat. Rangka pengaku dapat diletakkan di sisi luar gedung atau di dalam gedung, dan juga dapat dibuat satu sisi (one bay) atau beberapa sisi (several bays). (ATC-48).

digilib.uns.ac.id 8 Penggunaan bresing pada portal beton sebagai struktur utama penahan gaya lateral/gempa bisa digunakan sebagai salah satu alternatif desain (M.A. Youssef, 2006) (a) (b) Gambar 2.2.Rangka Pengaku (Braced Frames) Sumber :ATC/SEAOC Training Seminars (ATC-48) C. Rangka Pemikul Momen (Moment-Resisting Frames) Rangka pemikul momen menerima sebagian besar beban lateral dengan lentur pada balok dan kolom. Joint didesain dan dibuat se-rigid mungkin, dan karenanya setiap defleksi akibat beban lateral pada rangka terjadi pada kolom dan balok. Rangka pemikul momen digunakan pada bangunan bertingkat rendah sampai sedang. Terdapat 3 tipe Sistem Rangka Pemikul Momen, yaitu : Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK), Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM), dan Sistem Rangka Pemikul Momen Biasa. (ATC-48) (a) (b) Gambar 2.3.Sistem Rangka Pemikul Momen Sumber :ATC/SEAOC Training Seminars (ATC-48)

digilib.uns.ac.id 9 2.2 Landasan Teori 2.2.1 Ketentuan Umum Bangunan Gedung Dalam Pengaruh Gempa 2.2.1.1 Faktor Keutamaan Gempa (I e ) Pengaruh gempa rencana terhadap struktur gedung harus dikalikan dengan suatu faktor keutamaan I e. Faktor keutamaan I e sangat bergantung pada kategori resiko bangunan yang telah ditentukan oleh SNI 1726:2012 pasal 4.1.2 pada Tabel 1. Setelah kategori resiko ditentukan maka nilai faktor keutamaan I e akan didapatkan dari tabel berikut : Tabel 2.1.Faktor Keutamaan Gempa Kategori resiko Faktor Keutamaan Gempa, I e I atau II 1,0 III 1,25 IV 1,50 Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012, hal. 15) 2.2.1.2 Koefisien Modifikasi Respon Koefisien Modifikasi Respon (R) dapat ditentukan dengan menggunakan acuan Gempa menurut SNI 1726:2012. Dalam penentuan nilai Koefisien Modifikasi Respon (R) suatu gedung pada SNI 1726:2012, sangat bergantung dengan sistem struktur yang digunakan oleh gedung tersebut. Nilai Koefisien Modifikasi Respon (R) ini digunakan sebagai faktor pembagi dalam penentuan gaya geser dasar akibat gempa. 2.2.1.3 Wilayah Gempa Menurut SNI 1726:2012 wilayah Indonesia meliputi peta percepatan puncak (PGA) dan respon spektra percepatan di batuan dasar (SB) untuk perioda pendek 0.2 detik (Ss) dan untuk periode 1.0 commit detik to (S1) user dengan redaman 5% mewakili tiga

digilib.uns.ac.id 10 level hazard gempa yaitu 500, 1000 dan 2500 tahun atau memiliki kemungkinan terlampaui 10% dalam 50 tahun, 10% dalam 100 tahun, dan 2% dalam 50 tahun. Definisi batuan dasar SB adalah lapisan batuan di bawah permukaan tanah yang memiliki memiliki kecepatan rambat gelombang geser (Vs) mencapai 750 m/detik dan tidak ada lapisan batuan lain di bawahnya yang memiliki nilai kecepatan rambat gelombang geser yang kurang dari itu. Gambar 2.4. Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk S 1 Sumber :Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726:2012 Gambar 2.5. Pembagian wilayah gempa di Indonesia untuk S S Sumber :Tata cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 1726:2012

digilib.uns.ac.id 11 S 1 adalah parameter respon spektra percepatan pada periode 1 detik, sedangkan S s adalah parameter respon spektra percepatan pada periode pendek. Untuk menentukan nilai S s dan S 1 menggunakan SNI 1726:2012 pasal 6.2 pada Tabel 4 dan 5. 2.2.1.4 Jenis Tanah Setempat Perambatan gelombang Percepatan Puncak Efektif Batuan Dasar (PPEBD) melalui lapisan tanah di bawah bangunan diketahui dapat memperbesar gempa rencana di muka tanah tergantung pada jenis lapisan tanah. Pengaruh gempa rencana di muka tanah harus ditentukan dari hasil analisis perambatan gelombang gempa dari kedalaman batuan dasar ke muka tanah dengan menggunakan gerakan gempa masukan dengan percepatan puncak untuk batuan dasar (SNI 1726:2012). SNI 1726:2012 menetapkan jenis-jenis tanah menjadi 4 kategori, yaitu Tanah Keras, Tanah Sedang, Tanah Lunak, dan Tanah Khusus yang identik dengan Jenis Tanah versi UBC berturut-turut S C, S D, S E, dan S F. Klasifikasi situs menurut jenis tanah dapan ditentukan dengan menggunakan acuan Gempa menurut SNI 1726:2012 pasal 5.3 pada Tabel 3. 2.2.1.5 Kategori Desain Gempa (KDG) Pengklasifikasian ini dikenakan pada struktur berdasar Kategori Resiko Banguan (KRB) dan tingkat kekuatan gerakan tanah akibat gempa yang diantisipasi dilokasi struktur banguan. Terdapat 6 kategori desain gempa, yaitu : Kategori A, B, C, D, E, dan F. Kategori desain gempa dievaluasi berdasarkan parameter respon percepatan periode pendek dan berdasarkan parameter respon percepatan periode 1,0 detik yang mengacu pada SNI 1726:2012 pasal 6.5, dan tertulis pada tabel 2.2. dan 2.3. berikut : Tabel 2.2.Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada Perioda Pendek Kategori Resiko Nilai S DS I atau II atau III IV

digilib.uns.ac.id 12 S DS < 0.167 A A 0.167 S DS < 0.333 B C 0.333 S DS < 0.50 C D 0.50 S DS D D Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012, hal. 24) Tabel 2.3.Kategori Desain Seismik berdasarkan Parameter Respons Percepatan pada Perioda 1 Detik Kategori Resiko Nilai S D1 I atau II atau III IV S D1 < 0.067 A A 0.067 S D1 < 0.133 B C 0.133 S D1 < 0.20 C D 0.20 S D1 D D Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012, hal. 25) Struktur dengan kategori resiko I, II, atau III yang berlokasi dimana parameter respons spektral percepatan pada periode 1 detik, S 1, lebih besar atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik E. Struktur yang berkategori resiko IV yang berlokasi dimana parameter respons spektral percepatan pada periode 1 detik, S 1, lebih besar atau sama dengan 0,75 harus ditetapkan sebagai struktur dengan kategori desain seismik F. 2.2.1.6 Periode Fundamental (T) Periode fundamental struktur (T), dalam arah yang ditinjau harus diperoleh menggunakan properti struktur dan karakteristik deformasi elemen penahan dalam analisis yang teruji. Jika nilai Periode fundamental struktur (T) didapatkan dari analisa komputer yang teruji, maka T tidak boleh melebihi C u x T a (T < C u x T a ). Dengan C u adalah koefisien batas yang diatur dalamsni 1726:2012 pada tabel 14. Sedangkan T a adalah nilai Periode fundamental pendekatan yang dihitung sesuai pasal 7.8.2.1 SNI 1726:2012.

digilib.uns.ac.id 13 Tetapi jika kita tidak memiliki nilai Periode fundamental struktur (T) yang akurat dari perhitungan komputer, maka dalam pasal 7.8.2 SNI 1726:2012 diijinkan untuk menggunakan nilai periode bangunan pendekatan (T a ). Menurut pasal 7.8.2 SNI 1726:2012 nilai T a ( dalam detik ) harus dihitung dengan rumus berikut : T a = C t h n x Keterangan : (2.1) h n adalah ketinggian struktur (meter), dari dasar sampai tingkat tertinggi struktur. Koefisien C t dan x ditentukan dalam tabel 2.4. berikut : Tabel 2.4.Nilai parameter perioda pendekatan C t dan x Tipe Struktur C t x Sistem rangka pemikul momen dimana rangka memikul 100 persen gaya gempa yang disyaratkan dan tidak dilingkupi atau dihubungkan dengan komponen yang lebih kaku dan akan mencegah rangka dari defleksi jika dikenai gaya gempa Rangka baja pemikul momen 0,0724 a 0.8 Rangka beton pemikul momen 0.0466 a 0.9 Rangka baja dengan bresing eksentris 0.0731 a 0.75 Rangka baja dengan bresing rekekang terhadap tekuk 0.0731 a 0.75 Semua sistem struktur lainnya 0.0488 a 0.75 Sumber : Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 1726:2012, hal. 56 Tabel 15) 2.2.1.7 Arah Pembebanan Gempa Dalam perencanaan struktur gedung, arah utama pengaruh gempa rencana harus ditentukan sedemikian rupa, sehingga memberi pengaruh terbesar terhadap unsurunsur subsistem dan sistem struktur gedung secara keseluruhan. Untuk mensimulasikan arah pengaruh gempa rencana yang sembarang terhadap struktur gedung, pengaruh pembebanan gempa dalam arah utama yang ditentukan harus dianggap efektif 100% dan harus dianggap terjadi bersamaan dengan pengaruh pembebanan gempa dalam arah tegak lurus pada arah utama pembebanan tadi, tetapi dengan efektifitas hanya 30%.

digilib.uns.ac.id 14 2.2.2 Prosedur Gaya Lateral Ekivalen 2.2.2.1 Geser Dasar Seismik Menurut Tata cara perencanaan ketahanan gempa untuk bangunan gedung (SNI1726:2012), dalam perencanaan struktur gedung arah pembebanan gempa harus ditentukan sedemikian rupa agar memberikan pengaruh terhadap struktur gedung secara keseluruahan. Pengaruh pembebanan gempa harus efektif 100% pada arah sumbu utama dan bersamaan dengan arah tegak lurus sumbu utama sebesar 30%.Struktur harus dirancang agar mampu menahan gaya geser dasar akibat gempa sesuai SNI 1726:2012 pasal 7.8.1, dengan rumus : V = C s. W Dengan : V = Geser dasar seismik, C s = Koefisien respons seismik, W = Berat seismik efektif yang diatur dalam pasal 7.7.2 SNI 1726:2012. 2.2.2.2 Perhitungan Koefisien Respons Seismik (C s ) Dalam menghitung nilai koefisien respons seismik (C s ) harus sesuai dengan ketentuan yang sudah diatur dalam pasal 7.8.1.1 SNI 1726:2012. koefisien respons seismik (C s ) dihitung dengan persamaan berikut: òî = ǐė 2 (2.2) Dengan : S DS R I e = Parameter percepatan spektrum respons desain, = Faktor modifikasi respons, = Faktor keutamaan gempa. Nilai C s yang dihitung sesuai dengan persamaan diatas tidak perlu melebihi nilai berikut : òî = ǐ 2 (2.3) Dengan :

digilib.uns.ac.id 15 S D1 R I e T = Parameter percepatan spektrum respons desain, = Faktor modifikasi respons, = Faktor keutamaan gempa, = Periode fundamental. Nilai Cs juga harus tidak kurang dari : C s = 0,044 S DS I e 0,01 (2.4) 2.2.3 Pushover Analysis Pushover Analysis adalah suatu analisis yang dilakukan dengan membebani suatu struktur dengan beban yang meningkat secara bertahap untuk mewakili gaya inersia yang akan diterima oleh struktur tersebut ketika terjadi gempa bumi. Ditingkatkannya beban secara bertahap pada elemen struktur akan menimbulkan hilangnya kekakuan pada struktur tersebut sedikit demi sedikit sampai pada akhirnya struktur tersebut tidak dapat lagi menahan beban yang diberikan. Tujuan dari pushover analysis adalah untuk memperkirakan gaya maksimum yang dapat diterima dan deformasi yang terjadi pada suatu struktur serta untuk memperoleh informasi bagian mana saja yang kritis. Tahapan utama dalam pushover analysisadalah : 1. Menentukan titik kontrol untuk memonitor besarnya perpindahan struktur. Rekaman besarnya perpindahan titik kontrol dan gaya geser dasar digunakan untuk menyusun kurva pushover. 2. Membuat kurva pushover dari berbagai pola distribusi gaya lateral yang ekivalen dengan distribusi gaya inertia, sehingga diharapkan deformasi yang terjadi hampir sama dengan gempa sebenarnya. Karena gempa sifatnya tidak pasti, perlu dibuat beberapa pola pembebanan lateral. 3. Estimasi besarnya target perpindahan. Titik kontrol didorong sampai target tersebut, yaitu suatu perpindahan maksimum yang diakibatkan oleh intensitas gempa rencana yang ditentukan. 4. Mengevaluasi level kinerja struktur ketika titik kontrol tepat berada pada target perpindahan : merupakan hal commit utama to user dari perencanaan barbasis kinerja.

digilib.uns.ac.id 16 Komponen struktur dianggap memuaskan jika memenuhi persyaratan deformasi dan kekuatan. (Wiryanto Dewobroto,2006) 2.2.3.1 Pushover Analysis Dengan Metode Capacity Spectrum Capacity Spectrum Method (CSM) merupakan salah satu cara untuk mengetahui kinerja suatu struktur. Konsep dasar dari analisis statis pushover nonlinier adalah memberikan pola pembebanan statis tertentu dalam arah lateral yang ditingkatkan secara bertahap ( incremental ). Penambahan beban statis ini dihentikan sampai struktur tersebut mencapai simpangan target atau beban tertentu. Dari analisis statis pushover nonlinier ini didapatkan kurva kapasitas yang kemudian diolah lebih lanjut dengan metode tertentu, salah satunya adalah Capacity Spectrum Method ( CSM ) [ ATC-40, 1996;ATC-55,2005 ]. Berikut ini adalah teori yang digunakan dalam studi ini. 2.2.3.2 Kurva Kapasitas Hasil analisis statis pushover nonlinier adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara gaya geser dasar ( Base Shear ) dan simpangan atap ( Roof Displacement ) seperti ditujukkan pada Gambar 2.6Hubungan tersebut kemudian dipetakan menjadi suatu kurva yang dinamakan kurva kapasitas struktur.

digilib.uns.ac.id 17 Gambar 2.6 Ilustrasi Pushover dan Capacity Curve Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings, Report ATC-40, (Redwood City: ATC,1996). Capacity curve hasil pushover diubah menjadi capacity spectrum seperti Gambar 2.6melalui persamaan(2.1)sampai(2.4)( ATC-40,1996). Sa = 5 ηnana Sd = y 5 ηnana,5 (2.5) (2.6) 7 ( S S5) PF= 7 ( S S5 (2.7) ) α1= ( ) ( ) ( (2.8) ) Dengan : Sa = Spectral acceleration, Sd = Spectral displacement, PF 1 = modal participation untuk modal pertama, α 1 = modal mass coefficient untuk modal pertama, i1 = amplitude of first untuk level i, V = gaya geser dasar, W = berat mati bangunan di tambah beban hidup, roof = roof displacement, wi Sg = massa pada level i.

digilib.uns.ac.id 18 KURVA KAPASITAS SPEKTRUM KAPASITAS a. Capacity Curve ( format standar ) b.capacity Spectrum (format ADRS) Gambar 2.7Modifikasi Capacity Curve menjadi Capacity Spectrum. Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings, Report ATC-40, (Redwood City: ATC,1996), p.8-12 2.2.3.3 Demand Spectrum Respons spectrum elastic adalah kurva yang menunjukkan hubungan antara koefisien gempa ( C ) dengan waktu getar struktur ( T ) yang nilainya ditentukan oleh koefisien C a ( percepatan tanah puncak, peak ground acceleration ) dan C v (nilai koefisien gempa pada waktu periode struktur tanah adalah 1 detik ). Nilai C a dan C v ini berbeda-beda untuk masing-masing jenis tanah. Agar dapat dibandingkan dengan kurva kapasitas, maka respons spectrum perlu dirubah formatnya menjadi Acceleration Displacement Response Spectrum (ADRS) melalui persamaan : ŋ Sd = ŋ (2.9) Di mana T adalah waktu getar alami dari struktur bangunan. Perubahan format ini dapat dilihat pada Gambar 2.8 T 1 Spektral percepatan, Spektral percepatan, T 2 T 3 T 1 T 2 T 3 Periode, T (detik) Spektrum tradisional Spektral perpindahan, S d (m) Spektrum ADRS a. Response Spectrum b. Response Spectrum

digilib.uns.ac.id 19 ( Format Standart ) (Format ADRS) Gambar 2.8 Perubahan format respons percepatan menjadi ADRS Sumber : Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings, Report ATC-40, (Redwood City: ATC,1996), p.8-12 Karena pada saat gempa besar telah terjadi plastifikasi di banyak tempat, maka perlu dibuat spektrum demand dengan memperhatikan redaman (damping) yang terjadi karena plastifikasi tersebut. Gambar 2.8 memberikan penjelasan mengapa terjadi reduksi pada respon inelastis. Titik 1 menunjukkan demand elastis. Jika terjadi reduksi kekuatan struktur akibat perilaku inelastis, periode efektif struktur menjadi semakin besar seperti pada titik 2. Pada kondisi ini, perpindahan bertambah sebesar a dan percepatan berkurang sebesar b. Jika struktur berperilaku inelastis (nonlinier), pada periode yang sama dengan titik 2, demand berkurang menjadi spektrum respon inelastis pada titik 3. Jadi, kembali terjadi pengurangan percepatan sebesar c dan pengurangan perpindahan sebesar d. Total pengurangan percepatan sebesar b+c dan perpindahan perlu dimodifikasi sebesar a-d. Jika besarnya a diperkirakan sama dengan d, maka perpindahan inelastis sama dengan perpindahan elastis (Gambar 2.9a). Jika a lebih besar daripada d maka perpindahan inelastis menjadi lebih kecil daripada perpindahan elastis (Gambar 2.9). Spektral percepatan, Sa elastis 1 inelastis 3 a 2 d Spektral perpindahan, S d a. Reduksi spektrum respon b c Gambar 2.9 Reduksi Respon Spektrum Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings, Report ATC-40, (Redwood City: ATC,1996), p.8-14 Respons spectrum dalam format ADRS ini mempunyai tingkat redaman (damping) sebesar 5%. Setelah struktur leleh, nilai redaman ini perlu direduksi Spektral percepatan, Sa a 1 2 3 d Spektral perpindahan, S d b. Reduksi spektrum respon c

digilib.uns.ac.id 20 dengan konstanta agar sesuai dengan effective viscous damping dari struktur. (gambar 2.10) Gambar 2.10 Reduksi Respon Spectrum Elastic menjadi Demand Spectrum. Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood City;ATC,1996),Figure 8-14,p.8-16 Untuk respons spectrum dengan percepatan yang konstan direduksi dengan SR A, sedangakan untuk respons spectrum dengan kecepatan yang konstan direduksi dengan SR V dimana SR A = SR V =.ŋ5. [. 7 7 7 Š] ŋ,5ŋ ŋ. 5.m5 [. 7 7 7 Š] 5. Š atau dapat ditulis dalam bentuk yang lebih sederhana : SR A =.ŋ5. 22. ŋ.5ŋ (2.10) (2.11) (2.12) SR V = ŋ. 5.m5 22. 5. Š Dengan : a y, d y a pi, d pi K β eff = Koordinat titik leleh efektif dari kurva kapasitas, = Koordinat percobaan titik perfoma, = Faktor modifikasi redaman, terjadi sendi plastis(dalam commit %). to user (2.13) = Rasio redaman efektif akibat perubahan kekakuan struktur setelah

digilib.uns.ac.id 21 Tabel2.5Value For Damping Modification Factor K. Struktur Behavior Type Βo K Type A 16.25 > 16.25 1.0 1.13.Š5 ( 7 7 ) 7 7 Type B 25 > 25 0.67 0.845.mm ( 7 7 ) 7 7 Type C Any value 0.33 Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Table 8-1,p.8-17 Tabel2.6Minimum Allowable SR A and SR V Value. Struktur Behavior Type SR A SR V Type A 0.33 0.50 Type B 0.44 0.56 Type C 0.56 0.67 Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Table 8-2,p.8-17 2.2.3.4 Performance Point Perfomance point adalah titik dimana capacity curve berpotongan dengan response sprectrum curve seperti yang dipergunakan dalam capacity spectrummethod( ATC-40,1996). Untuk memperoleh gambaran lebih jelas, dapat dilihat pada Gambar 2.11 Pada performance point dapat diperoleh informasi mengenai periode bangunan dan redaman efektif akibat perubahan kekakuan struktur setelah terjadi sendi plastis. Berdasarkan informasi tersebut respons-respons struktur lainnya seperti nilai simpangan tingkat dan posisi sendi plastis dapat diketahui.

digilib.uns.ac.id 22 Gambar 2.11 Penentuan Performance Point. Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Figure 8-28,p.8-12 Untuk mengetahui informasi yang didapatkan dari performance point, diperlukan beberapa prosedur yaitu prosedur A, prosedur B, dan prosedur C. Salah satu langkah prosedur dengan menggunakan prosedur A dengan langkah langkah sebagai berikut : 1. Buat persamaan elastic demand spectrum dengan 5% damping (βeq). 2. Buat capacity spectrum dari capacity curve hasil pushover analisis. 3. Hitung (dpi,api) untuk iterasi pertama gunakan equal displacement method atau titik potong antara demand spectrum dan capacity spectrum. 4. Hitung βeq, SRA, SRV. 5. Hitung demand spectrum baru menggunakan data dari step 4. 6. Hitung dpi baru dari perpotongan antara capacity spectrum dan demand spectrum baru dari step 5. 7. Hitung api baru dari capacity spectrum. 8. Cek konvergensi. 9. Ulangi step 4 jika tidak konvergen, gunakan (api, dpi) yang didapat dari step 6 dan step 7. 2.2.3.5 Kriteria kinerja Struktur Bangunan Tahan Gempa Kriteria-kriteria kinerjastruktur bangunan commit to tahan user gempa adalah sebagai berikut :

digilib.uns.ac.id 23 1. Operational (O) Bila gempa terjadi tidak terjadi kerusakan struktural maupun non struktural, kriteria ini diterapkan pada bangunan-bangunan yang sangat krusial perananya seperti fasilitas militer, rumah sakit, dan bank 2. Immediate Occupancy (IO) Bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa tersebut, struktur tidak mengalami kerusakan struktural dan tidak mengalami kerusakan non structural, sehingga dapat langsung dipakai. 3. Life Safety (LS) Bila gempa terjadi, struktur mampu menahan gempa, dengan sedikit kerusakan struktural, manusia yang tinggal / berada pada bangunan tersebut terjaga keselamatannya dari gempa bumi. 4. Collapse Pervention (CP) Bila gempa terjadi, struktur mengalami kerusakan struktural yang sangat berat, tetapi belum runtuh. Gambar 2.12Ilustrasi Rekayasa Gempa Berbasis Kinerja Sumber : Jurnal tentang Evaluasi Kinerja Bangunan Baja Tahan Gempa, Wiryanto Dewobroto. Menurut ATC-40, batasan rasio simpangan adalah sebagai berikut : Tabel 2.7 Batasan rasio simpangan atap menurut ATC-40. Parameter commit Perfomance to user Level

digilib.uns.ac.id 24 Maksimum Total Drift Maksimum Total Inelastik Drift IO Damage Control LS Structural Stability 0.01 0.01 s.d 0.02 0.02 0.33 S 0.005 0.005 s.d 0.015 No limit ys No limit Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Table 8-4,p.8-19 Tabel 2.8 Batasan Tipe bangunan pada Capacity Spectrum Method. Shaking duration Essentially new building Average exiting building Poor exiting building Short A B C long B C C Sumber :Applied Technology Council, Seismic Evaluation and Retrofit Of Concrete Buildings,Report ATC-40,(Redwood City:ATC,1996),Table 8-4,p.8-19 Wiryanto Dewobroto (2006) menyatakan Analisis pushover dapat digunakan sebagai alat bantu perencanaan tahan gempa, asalkan menyesuaikan dengan keterbatasan yang ada, yaitu : 1. Hasil analisis pushover masih berupa suatu pendekatan, karena bagaimanapun perilaku gempa yang sebenarnya adalah bersifat bolak-balik melalui suatu siklus tertentu, sedangkan sifat pembebanan pada analisis pushover adalah statik monotonik. 2. Pemilihan pola beban lateral yang digunakan dalam analisis adalah sangat penting. 3. Untuk membuat model analisis nonlinier akan lebih rumit dibanding model analisis linier. Analisis nonlinier harus memperhitungkan karakteristik inelastik beban-deformasi dari elemen-elemen yang penting dan efek P-Δ. 2.2.4 Elemen Struktur Bracing Gaya aksial dan lentur bekerja pada elemen bresing ini ( diasumsikan bresing sebagai elemen rangka batang yang menerima gaya aksial dan lentur ). Pengecekan dilakukan pada kapasitas tekan penampang dan tidak dilakukan pengecekan pada kapasitas tarik commit penampang. to user Karena kapasitas tarik penampang

digilib.uns.ac.id 25 selalu jauh lebih besar atau sama dengan kapasitas tekan. Dalam perencanaan elemen bresing mengacu pada SNI 1729:2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural. Beberapa pengecekan yang dilakukan terhadap elemen bresing adalah sebagai berikut : a. Cek terhadap kelangsingan elemen struktur tekan : = 2 η Ô7 200 (2.14) Dimana : K e L r min = Faktor panjang tekuk, = Panjang elemen, = jari jari girasi terkecil b. Cek kelangsingan terhadap tekuk lokal : Diatur dalam SNI 1729:2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural pasal B4 tabel B4.1b. Pada tabel tersebut akan dapat dilihat rumus kelangsingan berbagai macam penampang serta batasannya. c. Cek terhadap tekuk lentur : Diatur dalam SNI 1729:2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Bab F tabel F1.1. Pada tabel tersebut akan dapat dilihat rumus kelangsingan berbagai macam penampang serta batasannya. d. Cek terhadap tekuk torsi lateral : Diatur dalam SNI 1729:2015 tentang spesifikasi untuk bangunan gedung baja struktural Bab F. Pada bab ini terdapat batasan batasan berbagai macam penampang terhadap tekuk torsi lateral. e. Kapasitas tekan penampang : = (2.15) (2.16) Dimana :

digilib.uns.ac.id 26 w A g N n N u f y = Koefisien tekuk = Luas kotor penampang = Kuat tekan nominal = Kuat tekan perlu = Tegangan leleh baja 2.2.5 Analisis Biaya Untuk menghitung biaya yang digunakan pada braced frame mengacu pada aturan SNI 7393:2008 tentang Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan besi dan aluminiumuntuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan. Sedangkan untuk menghitung biaya yang digunakan pada shear wall mengacu pada aturan SNI 7394:2008 tentang Tata cara perhitungan harga satuan pekerjaan betonuntuk konstruksi bangunan gedung dan perumahan.