BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Jatuhnya Soekarno telah membuat cita-cita partai politik tidak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang menerapkan prinsip-prinsip demokrasi, salah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

LATIHAN SOAL TATA NEGARA ( waktu : 36 menit )

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan organisasi politik yang dapat berperan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Gejala politik pada bulan mei 1998 merupakan suatu peristiwa bersejarah bagi bangsa

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN. Partai Golkar berawal dari pengelompokkan sosial golongan fungsional pada awal

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1960 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT GOTONG ROYONG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aam Amaliah Rahmat, 2013

JK: Tradisi Golkar di Pemerintahan

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan hasil kajian, dan analisis dari data-data yang diperoleh

REFORMASI TENTANG UNDANG-UNDANG KEPARTAIAN DI INDONESIA. Drs. ZAKARIA

Tentang: DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG-ROYONG. SEKRETARIAT DAERAH.

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

I. PENDAHULUAN. sejak jaman kemerdekaan berkali-kali menghadapi ujian. Pada tahun

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gagalnya Konstituante dalam menetapkan Undang-Undang Dasar (UUD) dan

AKTUALISASI POLITIK ISLAM INDONESIA : BELAJAR DARI PEROLEHAN SUARA PARTAI ISLAM DALAM PEMILU 1. Yusuf Hamdan **

I. PENDAHULUAN. basis agama Islam di Indonesia Perolehan suara PKS pada pemilu tahun 2004

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKERTARIAT DAERAH (Penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1961 Tanggal 10 Pebruari 1961)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai gagasan pemersatu bangsa Indonesia dengan tujuan melanjutkan revolusi kita

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Bab ini berisi interpretasi penulis terhadap judul skripsi Penerimaan Asas

STRATEGI POLITIK DAN KEMENANGAN GOLKAR DI SEMARANG PADA PEMILU 1971

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peristiwa sejarah tentu tidak terjadi dengan sendirinya. Peristiwaperistiwa

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan mengenai dinamika Partai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Pengertian Orde Lama

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

PENETAPAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1960 TENTANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemilu 1955 merupakan pemilihan umum pertama dengan sistem multi partai yang dilakukan secara terbuka,

BAB V KESIMPULAN. Masalah hubungan PDI dengan massa pendukung Pra dan Pasca Fusi hingga

Presiden Seumur Hidup

BAB I PENDAHULUAN. Islam sebagai agama tidak dapat dipisahkan dari politik. Dalam artian

PERAN POLITIK MILITER DI INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan sebagai alat negara. Negara dapat dipandang sebagai

Hubungan Islam Dan Orde Baru. Written by Wednesday, 08 September :03

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Tentara Nasional Indonesia (TNI) pada dasarnya lahir dalam kancah

BAB III IDEOLOGI POLITIK PARTAI GOLKAR

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. yang merubah sistem pemerintahan dari presidensial menjadi

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB V HASIL PEMILU A. PEMILU Bab ini menjelaskan tentang: Hasil Pemilu secara nasional mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii UCAPAN TERIMAKASIH... iv DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR GRAFIK...

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 83 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 5 TAHUN 2009

Pemilu Belum siapnya pemerintah baru, termasuk dalam penyusunan perangkat UU Pemilu;

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Partai politik merupakan fenomena modern bagi negara-negara di dunia.


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH GOTONG ROYONG DAN SEKRETARIAT DAERAH (Penetapan Presiden Nomor 5 Tahun 1960 Tanggal 23 September 1960)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Muhammadiyah sebagai ormas keagamaan menyatakan tidak berpolitik

I. PENDAHULUAN. berbangsa dan bernegara, baik ekonomi, sosial dan budaya. Tidak terkecuali

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

PEMERINTAH KOTA BLITAR

BAB I PENDAHULUAN. Presiden dan kepala daerah Pilihan Rakyat. Pilihan ini diambil sebagai. menunjukkan eksistensi sebagai individu yang merdeka.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN JUMLAH DAN TATA CARA PENGISIAN KEANGGOTAAN

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1959 TENTANG FRONT NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DINAMIKA POLITIK MUHAMMADIYAH PADA MASA SUKARNO SAMPAI MASA SOEHARTO PADA TAHUN SKRIPSI. Oleh FAJAR IWANTORO NIM

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

DI BAWAH KUASA BERINGIN: KONSOLIDASI GOLKAR DI PESISIR SELATAN DARI ERA ORDE BARU KE ERA REFORMASI

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG BANTUAN KEUANGAN KEPADA PARTAI POLITIK DI KABUPATEN KENDAL

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2014 TENTANG

sherila putri melinda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan politik di landasi oleh Undang-Undang No 2 Tahun 2011 Tentang

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. diartikan sebagai rancangan atau buram surat, ide (usul) atau pengertian yang

BAB III TEORI SOSIAL CLIFFORD GEERTZ DAN SEJARAH PERKEMBANGAN PARTAI POLITIK DI INDONESIA

TUGAS FINAL PEMILU INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK UTARA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, tercermin dalam masyarakat

ROBBY ANDRE / / 2EA26 TUGAS III. Disini saya akan coba untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana

Oleh Dra. Hj. Siti Masrifah, MA (Ketua Umum DPP Perempuan Bangsa) Anggota Komisi IX DPR RI Fraksi PKB 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masyarakat Banten terdapat dua tipe kepemimpinan tradisional yang samasama

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TEGAL

FORMAT POLITIK ORDE BARU DAN KEBIJAKAN FUSI PARTAI POLITIK TAHUN 1973 SKRIPSI. Oleh: M. Iqbal Ibrahim Hamdani NIM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 1995 TENTANG SUSUNAN DAN TATA KERJA PANITIA PEMILIHAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pemilu Hasil Pemilu 1999

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. PENDAHULUAN. Orde Baru lahir dari tekad untuk melakukan koreksi total atas kekurangan sistem politik yang

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 1988 TENTANG BADAN KOORDINASI BANTUAN PEMANTAPAN STABILITAS NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Organisasi adalah suatu wadah berkumpulnya sekelompok orang yang memiliki tujuan bersama, kemudian mengorganisasikan diri dengan bekerja bersamasama dan merealisasikan tujuan yang akan dicapai bersama. Pada dasarnya orang tidak bisa hidup sendiri dan sebagian besar tujuannya dapat terpenuhi apabila ada interaksi sosial dengan orang lain. Bagaimanapun juga organisasi merupakan salah satu cara atau wadah untuk menuju cita-cita negara yang adil dan makmur. Seperti halnya tumbuhnya salah satu organisasi di Indonesia yaitu organisasi Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) yang terbentuk pada tahun 1964 tepatnya tanggal 20 Oktober 1964 merupakan perkembangan lebih lanjut dari mobilisasi kekuatan anti komunis (PKI) yang dihimpun oleh Angkatan Darat (AD) dalam rangka mengimbangi kekuatan politik Partai Komunis Indonesia (PKI). Pembentukan Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) tersebut tentu saja menjadi angin segar bagi sebagian masyarakat Indonesia, karena Organisasi Sekber Golkar bertujuan untuk memajukan kondisi pembangunan sosial-ekonomi Indonesia yang pada masa itu tak kunjung berjalan sampai akhir dasawarsa 1960-an. Karena itu, jelas tujuan Sekber Golkar disamping untuk membendung pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) juga untuk mengumpulkan suara-suara rakyat untuk mendukung eksistensi Sekber Golkar dalam menjalankan roda organisasinya. Sejarah mencatat Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar), lahir dari usaha untuk menggalang organisasi masyarakat dan Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI), muncul satu tahun sebelum meletusnya pemberontakan PKI 1965, yaitu tepatnya Sekber Golkar lahir pada tanggal 20 Oktober 1964 di Jakarta, dan memang tidak dapat disangkal bahwa organisasi ini lahir dari pusat lalu Rohullah Ali Khamaeni Az Zain1, 2013

2 dikembangkan ke daerah-daerah (Syafiie, 2012:135). Tujuan dari organisasi Sekber Golkar dipandang sejalan dengan tuntutan pemikiran politik waktu itu yang membutuhkan tampilnya kekuatan sosial-politik yang setia pada amanat penderitaan masyarakat dalam mewujudkan masyarakat Pancasila. Menurut Suryadinata (1992:29) di dalam tubuh Sekber Golkar menjelang akhir 1965 sudah ada 64 organisasi anggota. Jumlah ini meningkat menjadi 128 pada 1966 dan 262 pada tahun berikutnya. Adapun organisasi-organisasi yang merupakan potensi utama dalam menggerakan barisan Sekber Golkar yaitu Soksi, MKGR dan Kosgoro. Ketiga organisasi ini dikenal kemudian dengan kelompok fungsional Trikarya. Salah satu pendukung utama dari organisasi-organisasi ini adalah dari kalangan ABRI. Memasuki masa Orde Baru Sekber Golkar tumbuh dan berkembang berkat para pemimpin/ketua umum yang pada saat itu membawanya menjadi organisasi besar. Seperti Brigjen Djuhartono, Mayjen Sukowati, Amir Murtono, Sudharmono, Wahono, dan Harmoko. Mereka merupakan ketua umum/pemimpin Golkar pada masa Orde Baru yang membawanya sebagai suatu organisasi yang besar. Selain itu, memasuki tahun 1971 Sekber Golkar melakukan reorganisasi namanya menjadi Golkar sebagai persiapan untuk ikut dalam pemilihan umum 1971. Kemudian pada Pemilu 1971 diikuti oleh sembilan partai politik dan satu Golongan karya. Sembilan partai tersebut adalah Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Murba, Nahdlatul Ulama (NU), Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islam (PI Perti), Partai Katolik, Partai Kristen Indonesia (Parkindo), Partai Muslimin Indonesia (Parmusi), Partai Nasional Indonesia (PNI), dan Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Kemudian satu organisasi Golongan Karya atau organisasi Sekretariat Bersama Golongan Karya (Sekber Golkar) sebagai peserta terakhir (Suryadinata, 1992:44). Setelah pemilihan umum, Sekber Golkar melakukan reorganisasi atau konsolidasi dengan melakukan perubahan namanya secara formal disingkat menjadi Rohullah Ali Khamaeni Az Zain2, 2013

3 Golkar (Golongan Karya). Pada 17 Juli 1971 struktur Golkar baru terbentuk yang terdiri dari sebuah Dewan Pembina sebagai penasehat, dan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sebagai badan eksekutif. Tujuh belas orang masuk dalam struktur Golkar yang terdiri dari pejabat militer jajaran atas, para teknokrat, cendekiawan propemerintahan, dan ketua-ketua Kino yang semuanya masuk menjadi Dewan Pembina. Mayor Jendral (Mayjen) Suprapto Sukowati menjabat sebagai ketua umum dan Amir Murtono sebagai ketua (Suryadinata, 1992:50). Musyawarah Nasional (Munas) I Golongan Karya diselenggarakan di Surabaya pada tanggal 10 September 1973 yang bertujuan untuk membahas program umum organisasi Golkar, penetapan adanya Dewan Pembina Golkar dan fungsinya. Musyawarah Nasional ini juga menghasilkan ketua umum baru yaitu Amir Murtono yang menggantikan Mayjen Sokowati sebagai ketua umum. Amir Murtono lahir di Nganjuk Jawa Timur pada 7 Juli 1924 Rohullah Ali Khamaeni Az Zain3, 2013 adalah seorang Jendral selama masa kepemimpinan Soeharto. Musyawarah Nasional I ini adalah strategi kemenangan untuk pemilihan umum 1977 di bawah kepemimpinan Amir Murtono (Pandiangan, 1996:56). Golongan Karya di bawah kepemimpinan Amir Murtono dalam menghadapi pemilihan umum 1977 dilanjutkan dalam Musyawarah Nasional ke II yang diselenggarakan di Bali pada 20-25 Oktober 1978. Setahun setelah kemenangan Golkar dalam pemilu 1977 tampaknya membuat Amir Mutrtono terpilih kembali menjadi ketua umum. Pemilihan umum (Pemilu) 1977 dan pemilihan kembali Soeharto sebagai presiden. Pada pemilihan umum berikutnya yaitu Pemilu 1982 Golkar dibawah ketua umum Amir Murtono mendapat kemenangan kembali dengan memenangkan mayoritas suara (64,3 persen). Ini menunjukan bahwa keterlibatan pemerintah di bawah Soeharto masih memperlihatkan perhatian khusus kepada Golkar agar pemerintahan tetap dipegang oleh Soharto dan perwakilan Golkar yang ada di jajaran

4 pemerintahan Soeharto. Setahun setelah kemenangan Golkar dalam pemilu 1982, Golkar kembali menyelenggarakan Musyawarah Nasional ke III yang berlangsung di Jakarta pada 20 sampai 25 Oktober 1983. Puncak dari Munas III adalah terpilihnya Sudharmono sebagai ketua umum Golkar menggantikan Amir Murtono dan Dewan Pembina tetap dipegang oleh Soeharto. Sudharmono adalah Menteri Sekretariat Negara saat itu di bawah kepemimpinan Soeharto. Sudharmono lahir tanggal 12 Maret 1927 di Desa Cerme Kecamatan Carme, Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Selanjutnya Sudharmono sekolah di SMP 2 Semarang pada tahun 1943. Untuk kalangan pelajar saat itu, diwajibkan untuk ikut serta latihan dasar militer yang diawasi pihak Jepang (Effendy, 2012:111). Strategi utama Golkar dalam pemilu-pemilu Orde Baru ialah memobilisasi pejabat-pejabat pemerintah, yang pada gilirannya digunakan untuk memobilisasi para pendukung. Pejabat-pejabat daerah tingkat propinsi, kotamadya, dan kecamatan. Menerapkan tekanan kepada kepala-kepala desa untuk mengumpulkan suara bagi Golkar (Liddle, 1992:91). Untuk mencapai sukses Pemilu 1987, Golkar harus mampu menarik simpati dan dukungan rakyat sebanyak-banyaknya. Dalam rangka sukses pemilu ini, Sudharmono selaku Ketua Umum Golkar secara rutin meluangkan waktu untuk mengadakan kunjungan ke daerah-daerah pada setiap Sabtu dan Minggu. Kegiatan temu kader merupakan acara rutin yang mendapatkan sambutan luar biasa dari kader-kader dan anggota Golkar di daerah-daerah. Berkat kerja keras Sudharmono dan seluruh jajaran Golkar dalam melaksanakan sukses pemilu, maka secara mengagumkan Golkar berhasil mendapat perolehan dukungan 73,11 persen suara pemilih pada Pemilu 1987. Meskipun terdapat faktor eksternal yang mempengaruhi kenaikan suara Golkar tersebut, tidak dapat ditampik bahwa keberhasilan konsolidasi menjadi faktor yang sangat menentukan. Inilah prestasi monumental Golkar yang sangat membanggakan selama pemilihan umum (Tandjung, 1997:337-338). Kesuksesan yang diraih Golkar dalam Rohullah Ali Khamaeni Az Zain4, 2013

5 Pemilu 1987 merupakan keberhasilan Sudharmono dalam memimpin Golkar dan menjadikan kesuksesan di Pemilu 1987 ini ialah sejarah kemenangan terbesar Golkar dari pemilihan umum 1971. Setahun setelah kemenangan Golkar dalam pemilu 1987, Golkar kembali mengadakan Musyawarah Nasional IV yang dilaksanakan di Jakarta pada 20-25 Oktober 1988. Dalam Munas IV, Soeharto kembali ditetapkan sebagai ketua Dewan Pembina dan ketua umum Sudharmono digantikan oleh Wahono. Sudharmono tidak melanjutkan posisinya sebagai ketua umum Golkar karena beliau menyatakan ingin berkonsentrasi sebagai wakil presiden. Strategi Golkar di bawah kepemimpinan Wahono untuk menghadapi pemilihan umum 1992 sudah mempunyai landasan insfratruktur yang kuat. Kenyataan ini terbukti dalam kemenangan pemilu 1992. Golkar berhasil meraih suara 68,1 persen dan perolehan suara ini mengalami kemunduran sekitar 5 persen. Pada tahun 1993 atau setahun setelah kemenangan Golkar dalam pemilu 1992, golkar kembali mengadakan Musyawarah Nasional V yang berlangsung di Jakarta pada 20-25 Oktober 1993. Penurunan suara sekitar 5 persen di pemilu 1992 menjadi agenda penting dalam Munas V ini. Adapun agenda pergantian ketua umum tetap dilaksanakan yaitu ketua umum Wahono digantikan oleh Harmoko. Menurut Noer (1996:93) Harmoko adalah tokoh sipil pertama yang dilantik sebagai ketua umum Golkar, masyarakat tidak lagi terkejut jika seorang tokoh sipil diangkat ke jabatanjabatan penting yang dulu selalu diisi oleh kalangan militer. Semakin banyak gubernur dan duta besar misalnya, berasal dari kalangan sipil. Jadi, penggantian pemimpin yang berlatar belakang militer dengan pemimpin sipil sudah menjadi perkara biasa. Pergantian pemimpin Golkar dari tokoh militer ke kalangan sipil terjadi semenjak kemenangan Golkar di Pemilu 1992. Golkar di bawah kepemimpinan Harmoko membawanya kembali memenangkan pemilihan umum Rohullah Ali Khamaeni Az Zain5, 2013

6 1997 dan pemilu 1997 merupakan hasil terakhir yang dimenangkan oleh Golkar selama Orde Baru. Pemilihan umum 1971 sampai 1997 ini sangat mudah dikontrol oleh Soeharto. Soeharto yang merupakan Dewan Pembina Golkar membuat Golkar selalu menjadi mayoritas anggota di DPR dan 20 persen anggotanya diangkat langsung mewakili militer dan tentu saja untuk menjamin kesetiaan kepada Orde Baru (Liddle, 1992:115). Soeharto menjadikan militer sebagai pilar utama pendukung Orde Baru yang pendukung utamanya adalah Angkatan Darat. Sepanjang kekuasaannya selama 32 tahun, Soeharto dan pemerintah Orde Baru sebenarnya melaksanakan strategi yang berkesinambungan bersama tiga pilar kekuasaanya, yaitu ABRI, Birokrasi, dan Golongan Karya (Susilo, 2009:41-42). Soeharto yang merupakan sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar memiliki peran penting dalam membawa organisasi Golkar menjadi salah-satu organisasi besar dan peranan itu tampak pada kemenangan Golkar di setiap pemilihan umum. Kemenangan Golkar selama pemilihan umum pada masa Orde Baru atau di bawah kepemimpinan Soeharto membawa Golkar menjadi salah satu organisasi besar yang didukung penuh oleh pemerintah. Oleh karena itu semenjak pemilihan umum pertama tahun 1971 dan memenanginya membuat Golkar sedikit demi sedikit berkembang menjadi organisasi besar hingga pada kemenangan Golkar pada setiap pemilihan umum sampe tahun 1997. Permasalahan mengenai organisasi Golongan Karya (Golkar) dimasa Orde Baru tersebut penting untuk ditelusuri lebih lanjut sehingga mendorong peneliti untuk mengkaji lebih lanjut mengenai perkembangan organisasi Golongan Karya (Golkar) tahun 1964-1997. Penulisan ini didasarkan kondisi politik pada saat ini, yakni organisasi Golongan Karya (Golkar) yang merupakan sebuah organisasi sosial berubah menjadi sebuah organisasi kepartaian yang pada saat ini Golkar berkembang menjadi salah satu partai terbesar di Indonesia. Oleh sebab itu ketertarikan peneliti Rohullah Ali Khamaeni Az Zain6, 2013

7 tersebut dirumuskan ke dalam tema skripsi yaitu Perkembangan Organisasi Golongan Karya (Golkar) : Suatu Kajian Historis Tahun 1964-1997. Disamping itu, belum adanya tulisan karya ilmiah atau skrispsi tentang perkembangan organisasi Golongan Karya (Golkar) di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia membuat penulis merasa perlu menelitinya sebagai tulisan karya ilmiah. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan isi penulisan dalam penelitian di atas, terdapat permasalahan utama yang akan menjadi kajian utama dari penulisan ini yaitu Perkembangan Organisasi Golongan Karya (Golkar) : Suatu kajian historis tahun 1964-1997 Sementara itu agar permasalahan yang akan dikaji lebih jelas, terarah dan hanya bertitik pada satu tema, maka penulis membatasi pokok permasalahan dengan merumuskan pokok permasalahannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimanakah latar belakang munculnya Sekber Golkar pada tahun 1964-1971? 2. Bagaimanakah perkembangan Golkar pada masa Orde Baru di lihat dari para pemimpinnya? 3. Bagaimanakah strategi yang dijalankan oleh Golkar dalam pemenangan pemilu 1971-1997? 4. Bagaimanakah peran Presiden Soeharto terhadap Golkar dalam kapasitasnya sebagai Ketua Dewan Pembina Golkar? 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Rohullah Ali Khamaeni Az Zain7, 2013

8 1. Mendeskripsikan latar belakang munculnya Sekber Golkar. 2. Mendeskripsikan perkembangan Golkar pada masa Orde Baru di lihat dari para pemimpinnya. 3. Menjelaskan bagaimana Strategi Golkar dalam pemenangan pemilu 1971-1997. 4. Menjelaskan bagaimana peran Presiden Soeharto terhadap Golkar selama menjadi ketua Dewan Pembina Golkar. 1.3.2 Manfaat Hasil Penelitian Adapun manfaat dari penelitian secara khusus yang penulis harapkan adalah: 1. Menambah referensi dan pengetahuan tentang bagaimana lahirnya Sekber Golkar pada masa awal Orde Baru. 2. Menambah wawasan bagi penulis tentang eksistensi Golkar selama masa Orde Baru. 3. Memberikan gambaran yang lebih utuh tentang strategi Golkar dalam pemenangan pemilu 1971-1997. 4. Memberikan pengetahuan tentang peran Presiden Soeharto terhadap Golkar selama menjadi ketua Dewan Pembina Golkar. 1. 4 Teknik Penelitian Dalam penelitian skripsi ini, peneliti menggunakan teknik studi literatur atau studi kepustakaan dan wawancara. a. Studi Literatur Studi litelatur digunakan untuk mengumpulkan fakta-fakta dengan mempelajari buku-buku, artikel-artikel, majalah, dan koran dapat membantu peneliti dalam memecahkan masalah yang akan dikaji. Rohullah Ali Khamaeni Az Zain8, 2013

9 b. Wawancara Teknik ini dilakukan dengan cara berkomunikasi dan berdikusi dengan pihak yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung dengan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi ini akan dilakukan beberapa wawancara, diantaranya dengan para pengurus Golkar yang memiliki andil dalam eksistensi Golkar pada masa awal Orde Baru. c. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi digunakan untuk memperkuat penelitian. karena dokumentasi merupakan sumber langsung yang berkaitan dengan peristiwa. Dokumentasi biasanya berbentuk arsip, foto, dan media massa yang berbentuk Koran. Studi dokumentasi ini untuk memperbanyak informasi atau data dalam penulisan skripsi. 1. 5 Sistematika Penulisan Adapun sistematika dalam penulisan karya ilmiah yang akan dilakukan oleh peneliti adalah : BAB I PENDAHULUAN Bab ini berisi ringkasan secara rinci mengenai latar belakang penulisan yang menjadi alasan penulis sehingga merasa tertarik untuk mengkaji dan melakukan penelitian yang ditunjukan sebagai bahan penelitian skripsi, rumusan masalah yang diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan dalam menyusun skripsi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Bab ini penulis menjelaskan secara terperinci mengenai sumber-sumber yang berhubungan dengan permasalahan penelitian yang akan dikaji, yaitu sumber yang berkaitan dengan perkembangan organisasi Golongan Karya tahun 1964-1997. Rohullah Ali Khamaeni Az Zain9, 2013

10 Penjelasan sumber tersebut adalah berupa informasi-informasi yang diperoleh dari hasil kajian kepustakaan. Selain itu, pada bab ini juga akan penulis jelaskan mengenai konsep yang relavan dengan bahan penelitian yang akan dilakukan. BAB III METODE PENELITIAN Di dalam bab ini peneliti menguraikan metodologi penelitian yang digunakan dalam melakukan penelitian. Peneliti menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menyelesaikan penelitian yang berisi langkah-langkah penelitian, dimulai dari persiapan sampai langkah terakhir dalam menyelesaikan penelitian ini. BAB IV PEMBAHASAN TENTANG PERKEMBANGAN ORGANISASI GOLONGAN KARYA (GOLKAR) TAHUN 1964-1997 Dalam bab ini berisi mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang berisi mengenai seluruh informasi dan data-data yang diperoleh penulis melalui penelitian yang telah dilakukan. Pemaparan dalam bab ini berupa hasil penelitian yang diuraikan dalam bentuk uraian deskriptif yang bertujuan agar semua keterangan yang diperoleh dalam bab hasil penelitian dan pembahasan ini dapat dijelaskan secara rinci. Dalam bab ini juga ditemukan jawaban-jawaban dari permasalahanpermasalahan yang terdapat dalam rumusan masalah. BAB V Kesimpulan Pada bab terakhir ini penulis memberikan kesimpulan dari hasil pembahasan yang berisi mengenai interpretasi penulis terhadap kajian yang menjadi bahan penelitian. Interpretasi ini disertai dengan analisis penulis dalam membuat kesimpulan serta jawaban dari permasalahan yang telah dikaji dalam rumusan masalah. Dalam bab ini juga berisi saran dan rekomendasi dari penulis yang diajukan kepada berbagai pihak yang berkepentingan dalam penelitian ini. Rohullah Ali Khamaeni Az Zain10, 2013