MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJAR EKONOMI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIVE TIPE STAD PADA SISWA KELAS X 1 SMA MUHAMMADIYAH BATUDAA Oleh Ervin Saleh Dr. H. Rosman Ilato.,M.Pd Drs. Rusli Isa.,M.Si ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasl belajar siswa kelas X 1 SMA Muhammadiyah Batudaa tahun pelajaran 2012-2013 pada mata pelajaran ekonomi. Hal ini dapat di lihat dari hasil belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 39,13% menjadi 86,95% atau ratarata kelas 6,63 pada siklus I menjadi 8,17 pada siklus II. Sehingga hipotesis tindakan yang dikemukakan Jika digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka hasil belajar siswa kelas X 1 SMA Muhammadiyah Batudaa, dalam kegiatan pembelajaran akan meningkat.telah teruji dengan benar dan dapat diterima. Kata kunci : Hasil Belajar Siswa dan Pembelajaran Kooperatif tipe STAD. PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar bagi kemajuan suatu bangsa mencapai kemajuan yang diharapkan.suatu bangsa harus selalu berusaha untuk meningkatkan mutu pendidikannya. Hal ini berlaku bagi semua bangsa termasuk Indonesia.Dalam hal ini guru sangat berperan aktif dalam pendidikan terutama 1
dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Setiap guru memiliki tanggungjawab untuk membawa siswanya pada suatu taraf kematangan tertentu.oleh karena itu dalam setiap rencana, tindakan, maupun pengambilan keputusan seorang guru harus dapat melaksanakannya dengan benar sesuai dengan tanggungjawabnya. Seorang guru mendapat kepercayaan dan kehormatan untuk melaksanakan proses pembelajaran juga dipercayakan untuk mengambil keputusan yang bersifat normatif. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran seorang guru mempunyai tugas tidak hanya memberikan pengetahuan dan keterampilan namun lebih dari itu, guru berupaya mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai dan menilai segala bentuk perkembangan siswa terjadi sebagai akibat dari hasil penyampaian materi pelajaran. Berdasarkan pengamatan awal, peneliti memfokuskan penelitian ini pada suatu materi pelajaran dari sekian mata pelajaran IPS Terpadu yaitu materi pelajaran Ekonomi. Dalam hal ini materi Ekonomi masih belum mencapai hasil ketuntasan yang maksimal untuk itu ada hal yang perlu ditingkatkan dari para siswa yaitu partisipasi mereka dalam kegiatan pembelajaran. Karena dari hasil konfirmasi peneliti dengan beberapa guru yang bertugas di SMA Muhammadiyah Batudaa tersebut diketahui bahwa permasalahan yang ditemukan oleh para guru dalam melaksanakan proses pembelajaran adalah kurangnya partisipasi siswa. Pada beberapa proses pembelajaran para siswa cenderung memilih sikap berdiam diri atau kurang aktif, ketika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya sekitar materi yang telah diajarkannya, hanya beberapa siswa tertentu saja yang berani tampil mengajukan pertanyaan, hal ini disebabkan mereka kurang menguasai materi yang disampaikan dengan metode ceramah. Belum optimalnya penerapan model-model pembelajaran yang dilakukan oleh guru mengakibatkan banyak siswa yang pasif dalam proses pembelajaran hal ini dapat ditunjukkan melalui sikap diam. Namun setelah dilakukan evaluasi barulah dimengerti bahwa ternyata rendahnya partisipasi siswa tersebut turut mempengaruhi pemahaman mereka pada materi maupun keterampilan yang 2
diajarkan. Dari hasil keterangan di atas ternyata dari 23 siswa di kelas tersebut hanya terdapat 10 siswa atau 43,47% yang memperoleh ketuntasan belajar sesuai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 7,5, sedangkan sisanya 13 siswa atau 56,52% belum memenuhi kriteria ketuntasan. Permasalahan tentang rendahnya hasil belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung mengindikasikan bahwa penggunaan metode ceramah dalam pembelajaran selama ini belum mampu menumbuhkan partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga belum berdampak pada peningkatan pemahaman dan penguasaan mereka pada materi yang diajarkan. Oleh karna itu, diperlukan kreativitas dan profesionalitas guru dalam memilih model pembelajaran. Dengan kata lain, dalam setiap pembelajaran guru perlu memilih metode yang mampu menumbuhkan partisipasi siswa, sehingga dengan meningkatnya hasil belajar siswa, mereka diharapkan berdampak pada peningkatan pemahaman pada materi yang diajarkan. Metode pembelajaran didefinisikan sebagai cara yang digunakan guru, yang dalam menjalankan fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran lebih bersifat prosedural, yaitu berisi tahapan tertentu, sedangkan teknik adalah cara yang digunakan, yang bersifat implementatif. Dengan perkataan lain metode yang dipilih oleh masing-masing guru adalah sama, tetapi mereka menggunakan teknik yang berbeda. Menurut pandangan Uno (2007: 2-3) hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Team Achievement Division) adalah salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang merupakan sebuah pendekatan yang baik bagi guru untuk memulai menerapkan model pembelajaran kooperatif dalam kelas. Pada pembelajaran kooperatif tipe STAD 3
siswa dalam kelas dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana masing-masing kelompok beranggotakan 4-6 siswa yang merupakan campuran menurut tingkat kinerjanya, jenis kelamin dan suku. Guru menyajikan pelajaran kemudian siswa bekerja dalam tim yang memastikan bahwa seluruh anggota tim sudah menguasai pelajaran tersebut. Akhirnya semua siswa dikenai kuis tentang materi itu dengan catatan, saat kuis mereka tidak boleh saling membantu dalam menyelesaikan tugas. Tipe pembelajaran inilah yang akan diterapkan dalam pembelajaran Ekonomi. KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu terjadi pada diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Jadi yang dimaksud dengan belajar bukan tingkah laku yang nampak, tetapi proses yang terjadi secara internal didalam diri individu dalam mengusahakan memperoleh hubungan-hubungan baru, misalnya tidak tahu menjadi tahu, perubahan dalam sikap, kebiasaan-kebiasaan, keterampilan pengetahuan dan pemahaman. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Dzamarah dan Zain (2006:10) bahwa belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan, artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek organisme atau pribadi. Agar belajar dapat memperoleh hasil yang baik, siswa harus mau belajar sebaik mungkin supaya mereka mendapatkan nilai yang baik yaitu belajar dengan teratur secara sendiri-sendiri, kelompok dan berusaha memperkaya bahan pelajaran yang diterima di sekolah dengan bahan pelajaran ditambah dengan usaha sendiri.belajar dengan baik dapat diciptakan apabila guru dapat membangkitkan minat dan motivasi belajar dapat ditumbuhkan dalam suasana kelas yang menggairahkan. 4
Sagala (2009:11) bahwa belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenan dengan tujuan dan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun insplisit (tersembunyi). Thorndike (Budianingsih 2005:21) bahwa belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Belajar tidak hanya dapat dilakukan disekolah saja, namun dapat dilakukan dimana-mana, seperti di rumah ataupun di lingkungan masyarakat. Purwanto (2009:38) berpendapat bahwa belajar adalah proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Winkel (dalam Purwanto 2009:39) belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan sikap. Sedangkan Mudjiono (2006:18) belajar merupakan proses internal yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah seluruh mental yang meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil Belajar Sukmadinata (2009:102) hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.oleh karena itu setiap individu harus belajar dengan sebaik-baiknya supaya berhasil dengan baik.pengertian dari dua kata hasil dan belajar berarti hasil belajar, secara lebih khusus setelah siswa mengikuti pelajaran dalam kurun waktu tertentu.berdasarkan penilaian yang dilakukan guru di sekolah, maka hasil belajar dituangkan atau diwujudkan dalam bentuk angka (kuantitatif).dan pernyataan verbal (kualitatif). Hasil belajar yang dituangkan dalam bentuk angka misalnya 10,9,8 dan seterusnya. Sedangkan hasil belajar dalam bentuk kualitatif misalnya baik sekali, baik, kurang dan sebagainya.sardiman (1986:51) hasil belajar merupakan yang dicapai untuk memunculkan pemahaman atau pengertian atau menimbulkan reaksi Tanya jawab yang dapat dipahami dan diterima oleh akal. Sedangkan Mudjiono (2006:200) hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai 5
belajar siswa melalui kegiatan penilaian atau pengukuran hasil belajar.kingsley (dalam Sudjana 2009:45) membagi tiga macam hasil belajar yaitu: a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yang ditetapkan dalam kurikulum sekolah. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar Purwanto (2006:102) secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua faktor yaitu, faktor individual dan faktor sosial dengan penjelasan sebagai berikut: 1. Faktor Individual Merupakan faktor yang berasal dari diri organisme itu sendiri yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian yaitu: a) Kematangan/pertumbuhan, b) Kecerdasan/intelejensi, c) Latihan dan Ulangan, d) Motivasi, dan e) Sifat-sifat pribadi seseorang. 2. Faktor Sosial Merupakan faktor yang berasal dari luar diri organisme atau individu yang mempengaruhi hasil belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi 5 bagian yaitu: a) Keadaan Keluarga, b) Guru dan Cara Mengajar, c) Alat-alat Pelajaran, d) Motivasi Sosial, dan e) Lingkungan dan Kesempatan. Pengertian Pembelajaran Kooperative tipe STAD Model pembelajaran kooperative tipe STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin.STAD merupakan model pembelajaran kooperative yang paling sederhana.dalam pelaksanaannya siswa dikelompokkan kedalam 4-5 orang tiap kelompoknya.setiap kelompok harus heterogen terdiri dari laki-laki dan perempuan, berasal dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Setiap anggota kelompok saling membantu satu sama lain untuk memahami materi pelajaran. Selanjutnya secara individual setiap minggu atau dua minggu siswa diberi kuis (Yuliastuti, 6
2013:1).Herdian (2009:1) mengemukakan bahwa Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau model dalam pembelajaran kooperative yang sederhanadan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan model kooperative dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperative yang efektif. Pembelajaran kooperative tipe STAD terdiri dari lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari tahap kegiatan pengajaran yang teratur. Herdian (2009:1) mengemukakan bahwa lima komponen utama pembelajaran kooperative tipe STAD yaitu: a) Penyajian kelas b) Belajar kelompok c) Kuis d) Skor perkembangan Penghargaan kelompok Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperative Tipe STAD Ali (2011:2) mengemukakan bahwa pembelajaran kooperative tipe STAD, secara rinci langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: 1. Penyajian kelas (Class Presentations). Guru menyajikan materi di depan kelas secara klasik yang difokuskan pada konsep-konsep dari materi yang akan dibahas saja. Selanjutnya siswa disuruh belajar dalam kelompok kecil untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. 2. Pembentukan kelompok belajar (Teams). Siswa disusun dalam kelompok yang anggotanya heterogen (baik kemampuan akademiknya maupun jenis kelaminnya). Caranya dengan merengking siswa berdasarkan nilai rapor atau nilai terakhir yang diperoleh siswa sebelum pembelajaran kooperative model STAD. Adapun fungsi dari pengelompokan ini adalah untuk mendorong adanya kerjasama kelompok dalam mempelajari materi dan menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. 7
3. Pemberian tes atau kuis (Quzzes). Setelah belajar kelompok selesai diadakan tes atau kuis dengan tujuan untuk mengetahui atau mengukur kemampuan belajar siswa terhadap materi yang telah dipelajari. Dalam hal ini siswa sama sekali tidak dibenarkan untuk bekerjasama dengan temannya. Tujuan tes ini adalah untuk memotivasi siswa agar berusaha dan bertanggungjawab secara individual. Siswa dituntut untuk melakukan yang terbaik sebagai hasil belajar kelompoknya. Selain bertanggungjawab secara individual, siswa juga harus menyadari bahwa usaha dan keberhasilan mereka nantinya akan memberi sumbangan yang sangat berharga bagi kesuksesan kelompok. Tes ini dilakukan setelah satu sampai dua kali penyajian kelas dan pembelajarran dalam kelompok. 4. Pemberian skor peningkatan individu (Individual Improvement Scores). Hal ini dilakukan untuk memberikan kepada siswa suatu sasaran yang dapat dicapai jika mereka bekerja keras dan memperlihatkan hasil yang baik dibandingkan dengan hasil sebelumnya. Pengelola skor hasil kerjasama siswa dilakukan dengan urutan berikut: skor awal, skor tes, skor peningkatan dan skor kelompok. 5. Penghargaan kelompok (Team Recognition). Penghargaan kelompok ini diberikan dengan memberi hadia sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan kelompok selama belajar. HASIL PENELITIAN Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas X 1 SMA Muhammadiyah Batudaa dengan jumlah siswa 23 orang yang terdiri dari 10 orang laki-laki dan 13 orang perempuan serta guru mitra 1 orang. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, yang diawali dengan observasi awal terhadap subjek penelitian sebagai data awal yang menjadi dasar dipilihnya masalah dalam penelitian ini. Hasil pengamatan pada siklus I adalah sebagai berikut, yakni 1) guru telah memulai pembelajaran dengan memberikan apersepsi dan diakhiri dengan mengadakan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa, 2) pada setiap 8
kegiatan guru telah berusaha mendampingi siswa dimasing-masing kelompok, 3) dari hasil evaluasi sebanyak 23orang siswa ada sebanyak 14 orang siswa atau (60,86%) siswa yang telah tuntas, sedangkan 9 orang siswa atau (39,14%) siswa belum tuntas belajar.berdasarkan hasil belajar pada siklus I secara klasikal belum mencapai kentutasan belajar, dimana pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa belum mencapai kriteria yang diharapkan. Oleh sebab itu, perlu adanya perbaikan, perhatian, motivasi bagi siswa tersebut dalam upaya tindak lanjut untuk mencapai atau target hasil belajar yang maksimal. Mengingat hal tersebut perlu dilanjutkan ke siklus berikutnya yaitu siklus II. Pelaksanaan tindakan kelas pada siklus II lebih ditekankan pada perbaikan siklus I yaitu indikator-indikator proses belajar yang diarahkan pada perhatian terarah dan pemberian motivasi secara berahap dengan pembimbingan masing-masing kelompok yang mengalami kendala dan kesulitan dalam upaya memahami materi ekonomi. Adapun hasil belajar yang diperoleh siswa pada siklus II yaitu jumlah siswa yang diamati pada siklus II terdapat 23 siswa dimana siswa yang memperoleh nlai 7,5 ke atas berjumlah 20 siswa atau (86,95%) dan siswa yang memperoleh nilai dibawah 7,5 berjumlah 3 siswa atau (13,05%). Dari kedua siklus tersebut Diperoleh hasil secara berturut-turut, yaitu 60,86% pada siklus I dan 86,95% pada siklus II. Dengan demikian hipotesis yang diajukan berbunyi Jika digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka hasil belajar siswa kelas X 1 SMA Muhammadiyah Batudaa, dalam kegiatan pembelajaran akan meningkat. Telah teruji dengan benar dan dapat diterima. PEMBAHASAN Hasil belajar siswa pada mata pelajaran Ekonomi melalui model pembelajaran kooperative tipe STAD, terlebih dahulu diawali dengan apersepsi dan motivasi kemudian dilanjutkn dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami sendiri masalah yang mereka pelajari.dengan demikian siswa dapat memahami serta mencari jawaban atas masalah yang sedang mereka 9
pelajari.hal inilah yang membuat siswa dapat memecahkan masalah yang diberikan oleh guru untuk dapat menarik suatu kesimpulan dari belajar kooperatif. Hasil penelitian pada mata pelajaran Ekonomi melalui moel pembelajaran kooperatif tipe STAD, menunjukkan bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II yang mendapat nilai 7,5 yaitu 60,86% menjadi 39,14%. Hal ini terjadi akibat alternatif tindakan yang dilakukan pada proses pembelajaran. Peningkatan hasil belajar tersebut dapat dilihat melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa memiliki kesempatan untuk dapat berusaha menemukan sendiri jawaban atas pemecahan masalah, yang sedang mereka pelajari pada mata pelajaran Ekonomi.Walaupun hasil belajar siswa telah mengalami peningkatan, tapi masih memerlukan pengembangan lebih lanjut. Ini disebabkan dalam pembelajaran masih terdapat beberapa siswa yang hasil belajarnya memperoleh nilai kurang dari 7,5. Dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pembelajaran yaitu adanya pembentukan kelompok-kelompok kecil siswa yang heterogen terdiri dari 5-6 orang siswa dengan kemampuan akademik masingmasing siswa yang berbeda-beda.dimana setiap siswa memiliki tingkat kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah serta anggota kelompoknya berasal dari ras dan suku yang berbeda. Sehingga siswa mampu bekerja sama dan saling membantu satu sama lain untuk dapat menyelesaikan materinya dan guru dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memecahkan masalah dalam setiap kelompoknya. Evaluasi yang dilakukan pada akhir siklus I menunjukkan bahwa dari 23 siswa yang dikenai tindakan, terdapat 14 siswa (60,86%) yang memperoleh nilai 7,5 dan 9 siswa (39,14%) yang memperoleh nilai < 7,5. Hasil ini menunjukkan bahwa nilai yang diperoleh siswa masih belum memenuhi kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya belum optimalnya pembelajaran yang diterapkan oleh guru, siswa belum bisa merespon pelajaran dengan baik yang diajarkan oleh guru, dan siswa belum terbiasa dengan 10
pendekatan yang diterapkan oleh guru sehingga hanya siswa tertentu saja yang aktif dalam memecahkan masalah, serta berpartisipasi baik dalam kelompok asal maupun kelompok ahli. Hal ini dapat dilihat pada hasil pengamatan kegiatan guru dan siswa pada siklus I. Dari hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus I terdapat 17 aspek yang diamati, 0 aspek (0%) kriteria baik sekali, 15 aspek (88,23%) kriteria baik, dan 2 aspek (11,77%) kriteria cukup. Sedangkan hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus I terdapat 8 aspek yang diamati, 0 aspek (0%) kriteria baik sekali, 6 aspek (75%) kriteria baik, dan 2 aspek (25%) kriteria cukup. Berbagai kekurangan yang terdapat pada siklus I selanjutnya disempurnakan pada siklus II. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pada akhir pelajaran, menunjukkan bahwa dari 23 siswa yang dikenai tindakan yang mencapai ketuntasan adalah 20 siswa (86,95%) dengan nilai 7,5 dan 3 siswa (13,05%) memperoleh nilai < 7,5 dengan nilai rata-rata kelas 8,19. Ini dapat dilihat dari hasil pengamatan kegiatan pembelajaran guru dan siswa. Hasil pengamatan kegiatan guru pada siklus II terhadap 17 aspek yang diamati, 11 aspek (64,70%) kriteria baik sekali, 6 aspek (35,30%) kriteria baik, dan 0 aspek (0%) kriteria cukup. Sedangkan hasil pengamatan kegiatan siswa pada siklus II dari 8 aspek yang diamati, 2 aspek (25%) kriteria baik sekali, 6 aspek (75%) kriteria baik, dan 0 aspek (0%) kriteria cukup. Hubungan antara strategi, tujuan dan metode pembelajaran dapat digambarkan sebagai suatu kesatuan sistem yang bertitik tolak dari penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan strategi pembelajaran, dan perumusan tujuan, yang kemudian diimplementasikan ke dalam berbagai metode yang relevan selama proses pembelajaran berlangsung. Dengan memperhatikan hasil belajar yang diperoleh siswa dari siklus I dengan capaian sebesar 60,86%, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 86,95% dengan demikian hipotesis tindakan yang dikemukakan Jika digunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, maka hasil belajar siswa kelas X 1 11
SMA Muhammadiyah Batudaa, dalam kegiatan pembelajaran akan meningkat. Telah teruji dengan benar dan dapat diterima. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dikemukakan simpulan peneliti sebagai berikut: a. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X 1 SMA Muhammadiyah Batudaa tahun pelajaran 2012/2013. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajae siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II yaitu dari 14 siswa (60,86%) menjadi 20 siswa (13,05%) yang tuntas atau rata-rata kelas 7,13 menjadi 8,19. b. Hipotesis atau dugaan peneliti melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD akan terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Pada mata pelajar ekonomi di kelas X 1 dapat terbukti, teruji dan terterima SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti mengemukakan beberapa saran sebagai beikut: 1. Karena model pembelajaran ini telah berhasil meningkatkan retensi siswa pada mata pelajaran ekonomi, maka guru diharapkan menggunakan model pembelajaran kooperative tipe STAD ini sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. 2. Dalam proses pembelajaran, guru hendaknya dapat memilih dan menganalisis metode atau model pembelajaran yang tepat, serta tidak hanya berpatokan pada suatu model pembelajaran saja. 3. Dalam memilih pendekatan dan model pembelajaran harus disesuaikan dengan materi yang akan dijelaskan, serta karakteristik siswa. 12
DAFTAR PUSTAKA Budianingsih, Asri. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineke Cipta Djamarah dan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta Mundjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineke Cipta Purwanto. 2009. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Roestiyah. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineke Cipta Sagala, Siful. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta Sardiman. 2006. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Pustaka Pelajar Sudjana, Nana. 2009. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Algesindo Suprijono, Agus. 2009. Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Sukmadinata, Nana. 2009. Landasan Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya Usman, Uzer dan Setiawati, Lilis. 1993. Upaya Mengoptimalkan Kegiatan Belajar Mengajar. Bandung: Rosda Karya Ali Iqbal, 2011. STAD(Student Teams Achievement Division). (Online) Tersedia di http://iqbalali.com/2011/01/31/stad-student-teams-achievement-division/. Download, 12 Januari 2013 Herdian. 2009. Model Pembelajaran STAD (Student Teams Achievement Division). (Online) Tersedia di http://herdy07.wordpress.com/ 2009/ 04/ 22/model-pembelajaran-stad-student-teams-achievement-devision/. Download, 12 Januari 2013 13
Kiranawati. 2007. Model Student Teams Achievement Divisions (STAD). (Online) Tersedia di http://guru IPS terpadu.wordpress.com/2007/11/10/metode-student-teams-achievementdivision-stad/. Download, 12 Januari 2013 Saskia 2011.Tipe STAD. (Online) Tersedia di http:///id.shvoong.co/socialscience/education/2032326-strategi-pembelajaran-stad-student-teams/. Download, 12 Januari 2013 Yuliastuti. 2011. Model Pembelajaran Kooperative tipe STAD. (Online) Tersedia di http://www.duniapembelajaran.com/2011/02/metode-pembelajaranstad.html. Download, 12 Januari 2013 14