BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Kajian Teori II.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. keberlangsungan siswa pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Peran guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

11 tahun sampai dewasa

Manfaat Teori Belajar Bagi Guru

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN

2 matematika itu lebih mudah dipelajari dan lebih menarik (Soviawati, 2011:84). Pemberian materi pembelajaran kepada siswa, pertama harus melihat dan

PENGGUNAAN MEDIA TABEL BERPOLA UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM KONSEP PENGUKURAN SATUAN LUAS BAKU

BAB II KAJIAN TEORETIS. pesan merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Hasil Belajar Matematika

TEORI BELAJAR KOGNITIF

Pada isi pernyataan SKL yang kedua, memahami unsur-unsur dan sifatsifat bangun datar merupakan materi yang harus dikuasai siswa terlebih dahulu

BAB I PENDAHULUAN. pengertian terdahulu lebih mendasari pengertian berikutnya. 1 Dalam belajar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk menggali dan menimba pengetahuan lebih lanjut. Melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN PENDEKATAN MATEMATIKA REALISTIK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA KELAS III SD

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Karakteristik Pembelajaran Matematika SD. Pembelajaran matematika pada tingkat SD berbeda dengan pembelajaran

PEMBAHASAN. A. Bruner Dan Teorinya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan pemahaman yang cukup tinggi. Guru harus dapat membelajarkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERKALIAN BILANGAN BULAT DENGAN MEDIA GARIS. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Penerapan Teori Bruner Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pembelajaran Simetri Lipat di Kelas IV SDN 02 Makmur Jaya Kabupaten Mamuju Utara

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA TULANG NAPIER DALAM PEMBELAJARAN OPERASI PERKALIAN BILANGAN CACAH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGEMBANGAN MEDIA RAK BILANGAN UNTUK MATA PELAJARAN MATEMATIKA PADA MATERI PENJUMLAHAN SISWA KELAS II SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL ANGKA 1 10 DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANGKA. Endah Retnowati

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PEMBELAJARAN MATEMATIKA di SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga dapat menciptakan perubahan perilaku anak baik cara berfikir maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014

Teori Belajar dalam Pembelajaran Matematika

2014 PENGGUNAAN ALAT PERAGA PAPAN BERPAKU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA PADA MATERI KELILING PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional, dalam kurikulum 2006, bertujuan antara lain agar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

2015 PENGEMBANGAN BAHAN AJAR UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP SISWA KELAS II D I SD N HARAPAN 1 BAND UNG

BAB II KAJIAN TEORI. mengetahui derajat kualitas (Arifin, 2009). Sedangkan menurut. komponen, hubungan satu sama lain, dan fungsi masing-masing dalam

menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Gambaran Umum Subyek Penelitian Penelitian dilaksanakan di SD Negeri 1 Tambakrejo kecamatan Wirosari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENGGUNAAN MEDIA MOBIL MAINAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT

Teguh Widodo SMP Negeri 3 Purworejo Jl. Mardihusodo 3 Kutoarjo, Purworejo. Abstrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. banyak variabel yang mempengaruhinya. Sebagai suatu proses psikologis,

BAB I PENDAHULUAN. pertama bagi siswa untuk mempelajari kecakapan seperti: menulis, membaca, dan

PENGGUNAAN ALAT PERAGA LANGSUNG PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MATERI PECAHAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

UNIT 5 MERANCANG PEMBELAJARAN MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari Sekolah

PENERAPAN MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI PERUBAHAN WUJUD BENDA

PENERAPAN ALAT PERAGA KEPING BERWARNA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN BILANGAN BULAT. Heri Susianto

Pertemuan Ke-4. Oleh: M. Jainuri, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Matematika. STKIP YPM Bangko. Teori Belajar Kognitif_M. Jainuri, S.Pd., M.

BAB I PENDAHULUAN. penjumlahan dan pengurangan bilangan ini merupakan materi dasar pada. matematika digunakan oleh manusia dalam kehidupannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses penting dalam kehidupan, manfaat dari

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma dunia pendidikan sekarang ini adalah memunculkan kelebihan

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bagi guru SD, serta terbatasnya dana dan sarana tentang bagaimana cara

BAB I PENDAHULUAN. siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN MELALUI PERMAINAN TABUNG PINTAR di TK NEGERI PEMBINA LUBUK BASUNG. Ramaini ABSTRAK

Skripsi Diajukan untuk memenuhi syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Oleh: AMBAR SUSILOWATI A

BAB I PENDAHULUAN. Dasar dapat dijadikan sebagai tolok ukur dan dapat sebagai penentu dalam

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

TEORI BELAJAR BRUNER DAN AUSUBEL. Kelompok 2 : Ika Damayanti Minhatul Maula Fadhila dyah Ekawati

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN BERUPA BENDA-BENDA SEKITAR PADA MATERI AJAR PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA POKOK BAHASAN PENJUMLAHAN PECAHAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISTIK. A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengajar mata pelajaran matematika di MI adalah kurangnya pengetahuan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maulana Malik Ibrohim, 2013

BAB I PENDAHULUAN. matematika diajarkan di taman kanak-kanak secara informal (Susanto, 2013:183).

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam. lingkungan dan kehidupan. Lingkungan kehidupan pendidikan dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional sebagai usaha untuk mencerdaskan anak bangsa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

UNIT 2. Teori Belajar Matematika. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Dua dimensi yang harus dipahami oleh guru yaitu: (1) guru harus menetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

5 BAB II KAJIAN PUSTAKA II.1 Kajian Teori II.1.1 Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Pembelajaran matematika yang diajarkan di SD merupakan matematika Sekolah Dasar yang terdiri dari bagian-bagian matematika yang dipilih guru guna menumbuh kembangkan kemampuan-kemampuan siswa dan membentuk pribadi anak serta berpedoman kepada perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa matematika SD tetap memiliki ciri-ciri yang dimiliki matematika, yaitu: (1) memiliki objek kajian yang abstrak (2) memiliki pola pikir deduktif konsisten (Suherman 2006: 55). Matematika sebagai studi tentang objek abstrak tentu saja sangat sulit untuk dapat dipahami oleh siswa-siswa SD yang belum mampu berpikir formal, sebab orientasinya masih terkait dengan benda-benda konkret. Ini tidak berarti bahwa matematika tidak mungkin tidak diajarkan di jenjang pendidikan dasar, bahkan pada hakekatnya matematika lebih baik diajarkan pada usia dini. Mengingat pentingnya matematika untuk siswa-siswa usia dini di SD, perlu dicari suatu cara mengelola proses belajar-mengajar di SD sehingga matematika dapat dicerna oleh siswa-siswa SD. Disamping itu, matematika juga harus bermanfaat dan relevan dengan kehidupannya, karena itu pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar harus ditekankan pada penguasaan keterampilan dasar dari matematika itu sendiri. Keterampilan yang menonjol adalah keterampilan terhadap penguasaan operasi-operasi hitung dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian). Untuk itu dalam pembelajaran matematika terdapat dua aspek yang perlu diperhatikan, yaitu: (1) matematika sebagai alat untuk menyelesaikan masalah, dan (2) matematika merupakan sekumpulan keterampilan yang harus dipelajari. Karena itu dua aspek matematika yang dikemukakan di atas, perlu mendapat perhatian yang proporsional (Syamsuddin, 2003: 11). Konsep yang sudah diterima dengan baik dalam benak siswa akan memudahkan pemahaman konsep-konsep berikutnya. Untuk itu dalam penyajian topik-topik baru hendaknya dimulai pada tahapan

6 yang paling sederhana ketahapan yang lebih kompleks, dari yang konkret menuju ke yang abstrak, dari lingkungan dekat anak ke lingkungan yang lebih luas. Tujuan umum Pendidikan Mata pelajaran matematika sekolah ini selanjutnya dijabarkan berkesinambungan pada setiap jenjang pendidikan yaitu SD, SLTP, dan SMU. Berikut ini merupakan tujuan pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar : Tujuan pendidikan mata pelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD) diantaranya siswa mampu : 1. Melakukan operasi hitung : penjumlahan, pengurangan, perkaliandan pembagian, beserta operasi campurannya termasuk yang melibatkan pecahan..2. Menentukan sifat dan unsur suatu bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas dan volume. 3.. Menentukan sifat simetri, kesebangunan dan sistem koordinat. 4.. Menggunakan pengukuran, satuan, kesetaraan antar satuan, dan penaksiran pengukuran. 5. Menentukan dan menafsirkan data sederhana seperti ukuran tertinggi,terendah, rata-rata, modus, serta mengumpulkan dan menyajikan data. II.1.2. Hakekat Belajar Belajar adalah suatu proses psikologis, yaitu perubahan perilaku peserta didik, baik berupa pengetahuan, sikap, ataupun keterampilan. Proses belajar terjadi pada diri peserta didik selain dipengaruhi oleh faktor internal yang bersangkutan, juga dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan atau faktor eksternal lainnya. Oleh sebab itu, beberapa ahli mengemukakan hal yang berbeda tentang belajar. II.1.3. Teori Belajar Mengajar Menurut Jerome S. Bruner II.1.3.1. Biografi J. S. Bruner Bruner yang memiliki nama lengkap Jerome S.Bruner seorang ahli psikologi (1915) dari Universitas Harvard, Amerika Serikat, telah mempelopori aliran psikologi kognitif yang memberi dorongan agar pendidikan memberikan perhatian pada pentingnya pengembangan berfikir. Bruner banyak memberikan pandangan mengenai perkembangan kognitif manusia, bagaimana manusia belajar, atau memperoleh pengetahuan dan mentransformasi pengetahuan. Dasar pemikiran teorinya memandang bahwa manusia

7 sebagai pemproses, pemikir dan pencipta informasi. Bruner menyatakan belajar merupakan suatu proses aktif yang memungkinkan manusia untuk menemukan hal-hal baru diluar informasi yang diberikan kepada dirinya. II.1.3.2. Kurikulum spiral J. S. Bruner dalam belajar matematika menekankan pendekatan dengan bentuk spiral. Pendekatan spiral dalam belajar mengajar matematika adalah menanamkan konsep dan dimulai dengan benda kongkrit secara intuitif, kemudian pada tahap-tahap yang lebih tinggi (sesuai dengan kemampuan siswa) konsep ini diajarkan dalam bentuk yang abstrak dengan menggunakan notasi yang lebih umum dipakai dalam matematika. Penggunaan konsep Bruner dimulai dari cara intuitif ke analisis dari eksplorasi kepenguasaan. Misalnya, jika ingin menunjukkan angka 3 (tiga) supaya menunjukkan sebuah himpunan dengan tiga anggotanya.contoh himpunan tiga buah mangga. Untuk menanamkan pengertian 3 diberikan 3 contoh himpunan mangga. Tiga mangga sama dengan 3 mangga. Bruner menjadi sangat terkenal karena dia lebih peduli terhadap proses belajar daripada hasil belajar,metode yang digunakannya adalah metode Penemuan (discovery learning).discovery learning dari Bruner merupakan model pengajaran yang dikembangkan berdasarkan pada pandangan kognitif tentang pembelajaran dan prinsipprinsip konstruktivitas. Teori belajar matematika menurut J.S. Bruner tidak jauh berbeda dengan teori J. Piaget. Menurut teori J.S. Bruner langkah yang paling baik belajar matematika adalah dengan melakukan penyusunan presentasinya, karena langkah permulaan belajar konsep, pengertian akan lebih melekat bila kegiatan-kegiatan yang menunjukkan representasi (model) konsep dilakukan oleh siswa sendiri dan antara pelajaran yang lalu dengan yang dipelajari harus ada kaitannya Menurut Bruner, agar proses mempelajari sesuatu pengetahuan atau kemampuan berlangsung secara optimal, dalam arti pengetahuan atau kemampuan dapat diinternalisasi dalam struktur kognitif siswa yang bersangkutan.kemampuan tersebut dibagi dalam 3 tahap yaitu, tahap enaktif, tahap ikonik, dan tahap simbolik. Pendidik mempelajari keadaan kelas dengan lingkungannya. Kemudian, pendidik mencoba mencari perilaku peserta didik yang positif maupun yang negative. Perilaku

8 positif kemudian diperkuat, sedang perilaku negative dikurangi.pendidik membuat penguatan positif, yaitu antara perilaku yang disukai peserta didik.pendidik melakukan pemilihan dan menentukan urutan tingkah laku serta jenis penguatanya.pendidik membuat / menyusun program pembelajaran, termasuk di dalamnya penguatan yang mungkin bisa dilakukan. II.1.4. Perkembangan Siswa/Karakteristik siswa Perkembangan anak meliputi perkembangan fisik, sosial, emosional dan intelektual. Pendirian yang terkenal yang dikemukakan oleh J. Bruner ialah, bahwa setiap mata pelajaran dapat diajarakan dengan efektif dalam bentuk yang jujur secara intelektual kepada setiap anak dalam setiap tingkat perkembangannya. Pendiriannya ini didasarkan sebagian besar atas penelitian Jean Piaget tentang perkembangan intelektual anak. Berhubungan dengan hal itu, antara lain : II.1.4.1. Menurut penelitian J. Piaget, perkembangan intelektual anak dapat dibagi menjadi tiga taraf. II.1.4.1.1. Fase pra-operasional, sampai usia 5-6 tahun, masa pra sekolah, jadi tidak berkenaan dengan anak sekolah. Pada taraf ini ia belum dapat mengadakan perbedaan yang tegas antara perasaan dan motif pribadinya dengan realitas dunia luar. Karena itu ia belum dapat memahami dasar matematikan dan fisika yang fundamental, bahwa suatu jumlah tidak berunah bila bentuknya berubah. Pada taraf ini kemungkinan untuk menyampaikan konsep-konsep tertentu kepada anak sangat terbatas. II.1.4.1.2. Fase operasi konkrit, pada taraf ke-2 ini operasi itu internalized, artinya dalam menghadapi suatu masalah ia tidak perlu memecahkannya dengan percobaan dan perbuatan yang nyata; ia telah dapat melakukannya dalam pikirannya. Namun pada taraf operai kongkrit ini ia hanya dapat memecahkan masalah yang langsung dihadapinya secara nyata. Ia belum mampu memecahkan masalah yang tidak dihadapinya secara nyata atau konkrit atau yang belum pernah dialami sebelumnya. II.1.4.1.3. Fase operasi formal, pada taraf ini anak itu telah sanggup beroperasi berdasarkan kemungkinan hipotesis dan tidak lagi dibatasi oleh apa yang berlangsung dihadapinya sebelumnya. II.1.4.2. Tahap-tahap proses belajar menurut Bruner :

9 Menurut Bruner, dalam prosses belajar siswa menempuh tiga tahap, yaitu: II.1.4.2.1. Tahap informasi Tahap Informal adalah (tahap penerimaan materi), dalam tahap ini, seorang siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari. II.1.4.2.2. Tahap transformasi Tah ap transformasi adalah(tahap pengubahan materi) dalam, tahap ini,informasi yang telah diperoleh itu dianalisis, diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrakatau konseptual. II.1.4.2.3. Tahap evaluasi. Tahap evalusi adalah ( tahap penilaian ),dalam tahap evaluasi ini, seorang siswa menilai sendiri sampai sejauh mana informasi yang telah ditransformasikan tadi dapat dimanfaatkan untuk memahami gejala atau masalah yang dihadapi. II.1.5. Metode Pembelajaran II.1.5.1. Penerapan Teori Brunner Contoh penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar tentang menentukan luas bangun datar persegi panjang. II.1.5.1.1. Tahap Enaktif. Dalam tahap ini penyajian yang dilakukan melalui tindakan anak terlibat secara langsung dalam memanipulasi (mengotak- atik) objek. Disajikan sebuah persegi panjang benda sebenarnya, dengan ukuran panjang 5 satuan persegi dan lebarnya 4 satuan persegi. Untuk menentuan luasnya siswa menghitung persegi satuan di dalam persegi panjang tersebut. Sehingga Luas bangun persegi panjang tersebut adalah 20 satuan persegi seperti gambar dibawah dibawah ini.

10 II.1.5.1.2. Tahap Ikonik Dalam tahap ini kegiatan penyajian dilakukan berdasarkan pada pikiran internal dimana pengetahuan disajikan melalui serangkaian gambar-gambar atau grafik yang dilakukan anak berhubungan dengan mental yang merupakan gambaran dari objek-objek yang dimanipulasinya.penyajian pada tahap ini dapat diberikan dengan contoh contoh gambar-gambar bangun persegi panjang disertai ukuran panjang dan lebarnya, tidak lagi benda sesungguhnya,misalnya sebagai berikut : 5 cm 4 cm Dengan melihat gambar tersebut siswa sudah dapat mengetahui bahwa persegi tersebut panjangnya 5 satuan dan lebarnya 4 satuan. Untuk menentukan luas persegi panjang diatas siswa mula-mula membuat garis-garis vertikal dan horisontal yang membentuk bangun persegi sebangai satuan luas. Setelah dihitung akhirnya siswa sudah mampu menggunakan pemikiran yaitu mengalikan panjang dengan lebarnya. II.1.5.1.3. Tahap Simbolis Dalam tahap ini bahasa adalah pola dasar simbolik, anak memanipulasi Simbolsimbol atau lambang-lambang objek tertentu. Siswa diminta untuk mnggeneralisasikan konsep untuk menemukan rumus luas daerah persegi panjang. Jika simbolis ukuran panjang p, ukuran lebarnya l, dan luas daerah persegi panjang L maka jawaban yang diharapkan L = p x l satuan. Jadi luas persegi panjang adalah ukuran panjang dikalikan dengan ukuran lebar. II.1.5.2. Penerapan teori belajar Bruner dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan: II.1.5.2.1. Sajikan contoh dan bukan contoh dari konsep-konsep yang anda ajarkan. II.1.5.2.2.. Bantu si belajar untuk melihat adanya hubungan antara konsep-konsep. II.1.5.2.3. Berikan satu pertanyaan dan biarkan siswa untuk mencari jawabannya sendiri.

11 II.1.5.2.4. Ajak dan beri semangat si belajar untuk memberikan pendapat berdasarkan intuisinya.jangan dikomentari dahulu atas jawaban siswa, kemudian gunakan pertanyaan yang dapat memandu si belajar untuk berpikir dan mencari jawaban yang sebenarnya. Tetapi tidak semua materi yang ada dalam matematika sekolah dasar dapat dilakukan dengan menerapkan teori Bruner. II.1.6. Penelitian yang Relevan Penelitian serupa ( tentang Penerapan teori Bruner ) pernah dilakukan oleh Sdr.Ade Sanjaya dengan Judul Penelitian Meningkatkan Hasil Belajar Matematika tentang Perkalian dan Pembagian Bilangan dengan Menerapkan teori Bruner pada Kelas IV Semester 1 Tahun 2005/2006 SDN 1 Krembung Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo Penelitian ini dilaksanakan dilaksanakan selama dua bulan dari tanggal 15 September s.d 15 Nopember 2006, dan ternyata berhasil dengan baik Alasan dilaksanakannya penelitian ini karena siswa-siswa Kelas IV SDN 1 Krembung kemampuan Perkalian dan Pembagian masih sangat rendah. Langkah-langkah penerapan teori Bruner pada perkalian. II.1.6.1 Tahap Enaktif. Contoh 3 x 3 =... dibaca tiga kali tiga, siswa mengelompokan benda sebanyak 3 buah tiap kelompoknya, sebanyak 3 kali atau 3 kelompok, setelah dihitung ternyata benda yang terkumpul ada 9 buah. II.1.6.2. Tahap Ikonik. Pada tahap ini tidak lagi menggunakan benda konkret,tetapi cukup dengan menggunakan gambar-gambar saja, misalnya : Contoh 3 x 3 =... dalam tahap ini disajikan gambar 3 kelompok himpunan benda yang njaperkalian dengan menghitung gambar. II.1.6.3. Tahap simbolik Pada tahap ini cukup disajikan lambang-lambang bilangan,misalnya : 3 X 2 =... siswa sudah memahami konsep perkalian, bahwa 3 x 2 = menjumlahkan bilangan 3 sebanak 2 kali. Jadi 3 X 2 = 2 + 2 + 2 = 6

12 Dengan menerapkan teori Bruner ternyata dapat meningkatkan hasil belajar Matematika tentang perkalian dan pembagian di Kelas IV SDN 1 Krembung Kecamatan Krembung Kabupaten Sidoarjo. Penelitian yang dilakukuan Sdr. Ade SDN 1 Krembung mampu meningkatkan ketuntasan hasil belajar mata pelajaran Kelas IV tentang perkalian dan pembagian dari keadaan awal yang tuntas KKM hanya 35 % menjadi 85 %. II.1.8. Kerangka Berpikir Untuk mewujudkan peningkatan mutu pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : guru, siswa, lingkungan, peraga / media pembelajaran,pendekatan pembelajaran dan metode. Pembelajaran. Pendekatan dan Metode yang tepat dapat memudahkan siswa memahami konsep pembelajaran. Media Pembelajaran dapat menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontinu, menghindarkan verbalisme dalam memperlajari suatu konsep, mendorong siswa agar belajar lebih aktif dan kreatif, merangsang pikiran, perasaan dan kemauan belajar ke arah yang lebih baik. Melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini guru berusaha mengadakan perbaikan proses pembelajaran dengan menerapkan teori Bruner sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat. Hasil belajar siswa direkomendasikan untuk dijadikan masukan, perbaikan dan arah kebijakan pembelajaran Matematika baik bagi guru, sekolah maupun instansi terkait. Kerangka pikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

13 KONDISI AWAL Pembelajaran Konvensional Siswa:Hasil Belajar Rendah TINDAKAN Menerapkan Bruner Teori Siklus I :Hasil belajar meningkat belum Indikator kinerja KONDISI AKHIR Hasil Belajar Siswa Meningkat Siklus II: Hasil belajar mencapai indikator kinerja Dari gambaran bagan diatas dapat kami uraikan sebagai berikut : Keadaan pada Kondisi awal, nilai hasil tes penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas 5 sangat memprihatinkan, siwa yang tuntas KKM > 60 hanya 26 % ( Pembelajaran masih konvensional ) dengan persiapan dan media seadanya. Setelah diadakan tindakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan Teori Bruner Pada siklus 1 hasilnya menjadi lebih baik, siswa yang tuntas KKM bertambah, menjadi 83 %. Karena hasil dari siklus 1 belum mencapai target seperti apa yang diharapkan pada Indikator kinerja, maka diadakan perbaikan lagi pada siklus 2 dan hasil belajar meningkat lagi menjadi 93 %, melebihi indicator Kinerja yang telah ditentukan 90 %.

14 II.1.8. Hipotesis Tindakan Dari analisis diatas dan perumusan masalah yang ada, dapat dikemukakan hipotesis tindakan sebagai berikut : Penerapan Teori Bruner di duga dapat meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran Matematika tentang penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat di kelas V semester 1 SDN 1 Tambakrejo tahun pelajaran 2010/2012