BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena belajar merupakan kunci untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Tanpa

PEMBELAJARAN SENI TARI BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI STIMULUS ALAM SEKITAR DI SDN TERSANA BARU KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peranan penting bagi keberlangsungan hidup dan masa depan seseorang.

I. PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional diatur dalam pasal 3 Undang-undang No. 20 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pada bagian pendahuluan ini mencakup beberapa hal pokok yamg terdiri dari latar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENINGKATAN KARAKTER RASA INGIN TAHU SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia untuk mengembangkan pengetahuan dan kepribadiannya. Pendidikan ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN. dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, masyarakat, bangsa dan negara (UUSPN No. 20 tahun 2003).

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

PENINGKATAN KETERAMPILAN BERTANYA SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI METODE TANYA JAWAB DENGAN TEKNIK PROBING PROMPTING

T, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan. pembentukan anak-anak sekolah yang merupakan generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri terhadap aspek-aspek kehidupan dan lingkungan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era

2015 PENGGUNAAN MEDIA TWITTER UNTUK MENINGKATKAN PARTISIPASI SISWA MENGEMUKAKAN PENDAPAT DALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang terpenting dalam meningkatkan kualitas maupun kompetensi manusia, agar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat,bangsa dan negara. Pendidikan diarahkan untuk dapat. menciptakan sumber yang berkualitas dengan segala aspeknya.

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai tugas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta

BAB I PENDAHULUAN. Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Melalui pendidikan, dapat diperoleh hal-hal baru yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sistem pendidikan di Indonesia ternyata telah mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah Indonesia yang sangat luas mengakibatkan adanya perbedaan

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

I. PENDAHULUAN. lain-lain. Perubahan itu merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya

BAB I PENDAHULUAN. mandiri serta tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. pergaulan Pasar Bebas seperti GATT, WTO, AFTA dan pergaulan dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagai mana yang tercantum dalam UU No. 20 tahun 2003,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PERMAINAN EFTOKTON TERHADAP JUMLAH WAKTU AKTIF BELAJAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BULUTANGKIS

2015 KECENDERUNGAN SIKAP PESERTA DIDIK TERHADAP PEMBELAJARAN GEOGRAFI DI SMA KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 (2006, h. 1) tentang standar isi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. dan berdasarkan Pancasila serta Undang-Undang Dasar 1945 diarahkan untuk. nasional dan bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya harus memiliki pendidikan yang baik. Sebagaimana tujuan

SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai. Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Akuntansi. Diajukan oleh : ARIYANTI

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang ditekankan pada upaya pengembangan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era informasi dan globalisasi yang terjadi saat ini, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Megannuary Ruchwanda Putra Sae, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS CERITA MELALUI IMPLEMENTASI TEKNIK MIND MAPPING DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya penyelenggaran pendidikan diupayakan untuk membangun

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mengembangkan potensi dirinya, sehingga mampu. menghadapi segala perubahan dan permasalahan pada kemajuan jaman yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan zaman yang berkembang semakin cepat. Masalah pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan lingkungannya,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia baik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

I. PENDAHULUAN. mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman

BAB I PENDAHULUAN. berkompetensi di era global. Upaya yang tepat untuk meningkatkan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. mengantisipasi, mengatasi persoalan-persoalan, dan tantangan-tantangan. yang terjadi dalam masyarakat pada kini dan masa depan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi

I. PENDAHULUAN. individu. Pendidikan merupakan investasi bagi pembangunan sumber daya. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Mengingat mutu pendidikan adalah hal yang penting, pembelajaran pun harus

A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 23 TAHUN 2006 Tentang STANDAR KOMPETENSI KELULUSAN (SKL)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berkualitas. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

dan bahkan akan terbelakang. Dengan demikian pendidikan harus betul-betul samping memiliki budi pekerti yang luhur dan moral yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. semakin pesat dapat membawa perubahan kearah yang lebih maju. Untuk itu perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam mengembangkan potensi

A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. teknologi. Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab II Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pendidikan di Indonesia terus berkembang

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah PendidikanNasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, disiplin, profesional, bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani. Menurut UU No 20 Tahun 2003 (www.slideshare.net/srijadi/uu-no-20-2003- sistem-pendidikan-nasional), mendefinisikan pendidikan sebagai : suatuusaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Begitupun mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), dirancang untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan siswa agar bisa menganalisis kondisi sosial masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis dengan berbagai macam permasalahannya. Menurut Sumaatmadja (dalam Sapriya. dkk. 2007. hlm. 6) IPS atau Social studies bukan merupakan bidang keilmuan atau disiplin akademis, melainkan lebih merupakan suatu bidang pengkajian tentang gejala dan masalah sosial. Ketika berbicara mengenai suatu pengkajian tentu akan menemui banyak sekali konsep-konsep yang berkaitan dengan hal yang dipelajari. Oleh karena itu, tantangan dalam pembelajaran IPS itu adalah bagaimana menyampaikan konsep yang abstrak dalam IPS menjadi nyata didepan siswa sehingga dapat merubah paradigma dan cara belajar yang pada akhirnya dapat menstimulus siswa untuk dapat lebih mudah lagi untuk memahami suatu konsep secara lebih mendalam. Dengan banyaknya konsep dan istilah yang abstrak, maka dibutuhkan strategi

2 pembelajaran yang sesuai. Jika dalam pembelajaran IPS strategi pembelajaran dan metode yang kurang tepat dan lebih bersifat asal-asalan juga dapat mengakibatkan siswa merasa jenuh atau bosan dalam mengikuti proses belajar mengajar sehingga akan menurunkan minat belajar siswa. Materi yang dirasa terlalu banyak juga dapat menyebabkan siswa malas untuk mempelajari materi tersebut. Berdasarkan observasi awal peneliti di lapangan pada tanggal 28 Januari 2015 tepatnya di SMP Negeri 19 Bandung, memiliki berbagai macam permasalahan, diantaranya: 1.Keterampilan sosial siswa kurang dalam hal etika berpakaian siswa masih banyak yang tidak rapi, etika berpendapat siswa kebanyak langsung saja berbicara tanpa dipersilahkan dahulu dan sopan santun dalam berbicara terlihat siswa masih ada yang berbicara kasar ketika temannya menjawab pertanyaan namun masih kurang tepat. 2.Ada beberapa siswa yang asyik sendiri tidak memperhatikan guru ketika sedang menerangkan materi seperti mengobrol dengan teman sebangkunya, asyik memainkan game di handphone miliknya dan ada beberapa siswa yang terlihat melamun memperhatikan orang yang berlalu lalang maupun kegiatan yang berada diluar kelas, 3.Ketika guru menerangkan juga terlihat beberapa siswa masih belum memahami konsep/istilah yang ada dalam pembelajaran IPS yang di terangkan oleh guru seperti kata troposfer, stratosfer, eksosfer, cuaca, iklim, artesis dan lain sebagainya dalam materi Atmosfer dan Hidrosfer. 4.Pada saat menerangkan materi siswa masih bingung menunjukan dimana letak suatu daerah maupun daerahnya sendiri ketika disuguhkan peta Indonesiaselain itu siswa kurang memahami gambar suatu tempat yang menunjukan potensi atau karakter yang ada di berbagai daerah tertentu dan daerahnya sendiri, masih bingung dan tidak percaya diri ketika menyebutkan letak suatu tempat dalam hal ini ketika guru menanyakan kepada siswa tentang beberapa tempat yang berkenaan dengandataran tinggi yang memiliki udara dingin yang ada di Kota Bandung serta ketika

3 ditanya mengenai karakteristik suatu daerah di sekelilingnya. Serta fenomena-fenomena yang terjadi di tiap daerah di Indonesia. Namun, dari adanya permasalahan-permasalahan diatas, peneliti akan lebih terfokus untuk meneliti tentang siswa kurang memahami aspek keruangan yang dibuktikan oleh siswa yang tidak memahami letak suatu daerah dan ragu-ragu ketika menyebutkan letak suatu tempat pada peta Indonesia sertakurangnya pemahaman akan keadaan atau potensi yang ada di berbagai daerah dan bahkan daerahnya sendiri (kurang mengenali lingkungan sekitar), dan berbagai permasalahan tersebut dapat dicapai jika kemampuan pemahaman keruangan atau yang sering disebut kecerdasan spasial siswa dapat dikembangkan dengan baik dalam proses pembelajaran. Masalah ini dianggap perlu diperbaiki karena dalam pembelajaran IPS siswa selalu dihadapkan dengan materi-materi yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, disuguhkan gambar-gambar kejadian tertentu yang mengilustrasikan sebuah konsep dengan kata lainsiswa dihadapkan secara langsung dengan lingkungan sekitarnya.dengan adanya hal tersebut tentu diharapkan siswa mampu mengenali, memahami potensi dan karakter yang ada disekitarnya agar siswa mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya sendiri dan nantinya diharapkan mampu mengatasi permasalahan-permasalahan yang timbul di lingkungannya. Dari permasalahan tersebut peneliti berasumsi bahwa kurangnya kemampuan siswa dalam memahami keadaan lingkungannya atau memahami karakter suatu daerah dikarenakan siswakurang diasah dengan berbagai macam media penunjang yang mampu mengasah pemahaman akan aspek keruangan yang dalam hal ini disebut kecerdasan spasial. Selain itu, kurangnya kemampuan kecerdasan spasial siswa ini dapat juga terjadi karenasiswamerasa tidak tertarik dengan pembelajaran IPS tersebut, hal ini tidak lepas dariguru yangmengelola kelas tersebut dan bagaimana pembelajaran IPS dikemas dan disampaikan. Selain melakukan pengamatan, peneliti juga melakukan wawancara terhadap beberapa siswa ketika diluar jam pelajaran.siswa mengemukakan rasa tidak suka terhadap pembelajaran IPS alasannya adalah IPS merupakan pembelajaran yang membosankan karena hanya kebanyakan guru yang lebih dominan dalam

4 pembelajaran, pembelajarannya cenderung hafalan, pembelajarannya membuat siswa merasa mengantuk, dan pembelajarannya kurang menarik sehingga mereka kurang merespon dalam mengikuti pembelajaran IPS. Selain itu ketika ditanya mengenai beberapa hal yang berkaitan dengan kecerdasan spasial, siswa cenderung masih bingung dan mengaku belum memahami tentang membaca peta dan masih kesulitan mengingat simbol-simbol peta ditambah siswa juga mengaku masih merasa kurang dalam mengatahuiakan keadaan lingkungannya. Ketika ditanya hal mendasar mengenai letak sekolah berada dimana dan apa saja potensi daerah sekitar sekolah yang ada siswa mengaku belum begitu hafal.dari hasil wawancara dengan siswa tadi dapat dikatakan bahwa memang benar kecerdasan spasial siswa masih kurang dan terlihat siswa juga tidak diasah kemampuannya dalam memahami aspek keruangan tersebut.kemudian setelah melakukan wawancara terhadap siswa, peneliti juga melakukan wawancara terhadap guru IPS. Mengenai kecerdasan spasial siswa guru mengakui bahwa siswa memang masih kurang dalam hal pemahaman dalam membaca dan memahami suatu gambar yang di berikan oleh guru, terkadang siswa menerjemahkannya kedalam hal lain melenceng dari materi yang diajarkan dan sering kali ketika dihadapkan kedalam materi yang menunjukan suatu wilayah siswa masih kurang memahami keadaan suatu tempat dan hal tersebut juga tergambar dalam materi sebelum peneliti melakukan pengamatan yaitu materi peta, atlas dan globe. Padahal guru mengakui bahwasanya beliau sudah menggunakan fasilitas sekolah yaitu dengan menggunakan infocus dalam pembelajarannya namun beliau mengakui kurangnya menekankan tentang pengetahuan akan lingkungan sekitar siswa atau aspek keruangan dan lebih menekankan materi yang diajarkan segera tuntas disampaikan kepada siswa. untuk menggunakan alat bantu tertentu atau menggunakan media yang spesifik dapat menggambarkan keadaan suatu tempat guru juga mengaku belum menggunakan hal tersebut, hal ini didasari karena terkadang dengan menggunakan media seperti itu akan memakan waktu dan ditakutkan pembelajaran IPS yang materinya sangat banyak tidak tersampaikan kepada siswa. Berdasarkan permasalahan-permasalahan diatas, peneliti menawarkan solusi yang bisa dipakai untuk menumbuhkan kecerdasan spasial siswa. Adapun solusi

5 yang peniliti tawarkan adalah dengan menggunakan salah satu media yang dimana penggunaan media ini adalah untuk menciptakan hasil belajar yang lebih baik, terutama dalam mengembangkan pemahaman akan keruangan atau kecerdasan spasial siswa dan diharapkan dengan diterapkannya media ini dapat merubah minat siswa dalam mengikuti pembelajaran dari yang tadinya siswa kurang memahami materi karena materi IPS cenderung hanya disampaikan dengan lisan guru saja hingga siswa menjadi mudah paham akan materi yang diajarkan karena menggunakan media pembelajaran.dalam kegiatan pembelajaran peran media sangatlah penting, selain untuk mempermudah pembelajaran, media juga mampu membantu untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar karena media juga dapat membantu mempermudah siswa dalam memahami materi. Penerapan sebuah media di dalam kelas selain mengembangkan kemampuan siswa juga mampu meningkatkan kemampuan guru sebagai pengajar didalam kelas, karena dengan adanya media guru akan lebih mudah dalam menerangkan materi dan dengan adanya beberapa media yang digunakan guru bisa saja membuat guru menjadi lebih kreatif dan inovatif lagi. Dalam hal ini media yang digunakan tersebut adalah berupa model media diorama yang didalamnya mampu menggambarkan keadaan suatu tempat dan bisa menunjang siswauntuk memahami materi tertentu dan dapat merangsang siswa untuk mengenali suatu tempat. Diorama dipilih dengan pertimbangan agar proses belajar mengajar dapat berhasil dengan baik terutama untuk membiasakan siswa mengasah kecerdasan spasialnya agar lebih memahami aspek keruangan. Dalam hal ini, siswa sebaiknya diajak untuk memanfaatkan semua alat inderanya, terutama indera penglihatan.karena indera penglihatan ini merupakan kunci utama dalam pengembangan kecerdasan spasial. Pendidik harus berupaya untuk menampilkan rangsangan (stimulus) yang dapat diproses dengan berbagai indera, semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima dan mengolah informasi maka semakin besar kemungkinan informasi tersebut dimengerti dan dapat dipertahankan dalam ingatan yang nantinya media tersebut mampu menumbuhkan kecerdasan siswa dalam hal yang berkaitan dengan masalah visual dan spasial. Media diorama dalam proses pembuatannya melibatkan seluruh alat inderanya

6 karena dalam proses pembuatannya yaitu siswa dituntut untuk menuangkan informasi yang telah diamatinya kedalam sebuah produk tiruan yang didalamnya dikemas dengan berbagai imajinasi, kreasi dan bahkan informasi yang tentunya berkaitan dengan materi pembelajaran IPS. Kecerdasan spasial ini sangatlah penting dalam upaya membangun kemampuan visual yang baik, membentuk kreatifitas siswa, pemilihan warna, menata letak sesuai aspek keruangan sehingga memiliki nilai estetika.sebagaimana yang dikemukakan oleh Lwin,M.dkk (2008. hlm. 75) bahwa memiliki kecerdasan spasial yang kuat mutlak penting untuk menjadi individu yang mudah menyesuaikan diri dan berhasil. Dengan kata lain, kecerdasan spasial disini memiliki peranan yang bisa mendukung seseorang untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan serta dapat membantu seseorang tersebut menjadi orang yang berhasil karena kecerdasan spasial berbicara mengenai navigasi, pemahaman suatu daerah dan tentunya mengandung nilai-nilai estetika yang berguna bagi kehidupan. Penggunaan media diorama ini tentunya tidak akan berdiri sendiri, namun tetap didukung dengan penggunaan mediamedia pembelajaran yang relevan dengan materi untuk mendukung penerapannya. Dengan memperhatikan hal di atas, maka penggunaan media diorama ini diharapkan dapat meningkatkan kecerdasan spasial pada siswa kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung. Seiring dengan kajian terhadap pemikiran dan temuan dilapangan maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul Peningkatan kecerdasan spasial siswa melalui media diorama dalam pembelajaran IPS. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dari penelitian ini adalah Apakah dengan menerapkan media diorama dapat meningkatkan kecerdasan spasial siswa?. Untuk membatasi kajian penelitian ini, maka diajukan beberapa pertanyan penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini antara lain : 1. Bagaimana perencanan pembelajaran IPS dengan menggunakan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung?

7 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung? 3. Bagaimana upaya mengatasi masalah dalam penggunaan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung? 4. Bagaimana hasil dari penggunaan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswadi kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung? C. Tujuan Penelitian Untuk mendapatkan hasil yang optimal, disini peneliti merumuskan tujuan dalam penelitian ini menjadi dua tujuan umum dan tujuan khusus sebagai berikut: 1. Tujuan umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk menguji/mengetahui apakah media diorama dapat meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung? 2. Tujuan khusus a. Untuk mendeskripsikan perencanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung. b. Untuk mendeskripsikan pelaksanaan pembelajaran IPS dengan menggunakan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung. c. Untuk mendeskripsikan upaya mengatasi masalah dalam penggunaan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung. d...untuk mendeskripsikan hasil dari penggunaan media diorama untuk meningkatkan kecerdasan spasial siswa di kelas VII-I SMP Negeri 19 Bandung.

8 D. Manfat Penelitian Setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia tentunya memiliki manfaat baik untuk dirinya sendiri maupun untuk orang lain. ada beberapa manfaat dari penelitian ini, baik untuk peneliti, guru, siswa dan instansi terkait dalam penelitian ini. Adapun beberapa manfaat tersebut diantaranya adalah bagi : 1. Siswa, diharapkan penggunan media diorama ini dapat membantu meningkatkan kecerdasan spasial siswa dalam pembelajaran IPS yang dimana kecerdasan spasial ini dapat berguna bagi siswa dalam memahami materi IPS yang banyak sekali konsep-konsep dari berbagai disiplin ilmu sosial yang berkaitan dengan keadaan lingkungannya. 2. Guru, diharapkan penggunaan media diorama ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif oleh guru dalam proses pembelajaran IPS agar siswa tidak merasa bosan dan merasa pembelajaran IPS itu selalu menyenangkan untuk dipelajari, serta dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangankecerdasan spasial siswa. 3. Sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan untuk mengadakan variasi strategi pembelajaran guna meningkatkan kecerdasan spasial siswa atau menambah referensi cara penerapan pembelajaran yang mana lebihmengaktifkan siswa dalam menyerap materi pelajarandi dalam kelas.memudahkan sekolah untuk menggali potensi bakat yang dimiliki siswa agardapat dikembangkan untuk keberhasilan hidup di masa mendatang. 4. Peneliti, Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnyasebagaisalah satu bahan referensi, acuan atau pedoman dan menambah wawasanuntuk melakukan penelitian dengan masalah yang serupa di masa-masamendatang, juga apabila ada peneliti yang ingin mempertajam penelitian ini.dilaksanakannya penelitian ini diharapkan dapat menjadi pembelajarantersendiri bagi peneliti sebagai bekal dalam menghadapi siswa dalampembelajaran IPS di jenjang SMP.

9 E. Struktur Organisasi Skripsi Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab I merupakan bahasan mengenai pendahuluan, bagian awal dari penulisan skripsi.dalam bagian pendahuluan ini dipaparkan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan peneiltian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II merupakan kajian teori dan kerangka berfikir, bab ini memuat tentang kajian-kajian teori yang mendukung terhadap penelitian. Dalam pembahasannya terdiri dari Hakikat Belajar dan Pembelajaran IPS, Hakikat Media Pembelajaran IPS, Media Diorama, Tinjauan Kecerdasan Secara Umum, Kecerdasan Spasial, dan Penelitian Terdahulu. Bab III merupakan metodologi penelitian, bab ini menjelaskan tentang metodologi penelitian. Memaparkan tahapan-tahapan penelitian yang ditempuh untuk menyelesaikan penelitian. Dalam pembahasannya terdiri dari sub bab Lokasi dan Subjek Penelitian, Metode Penelitian, Desain Penelitian, Siklus Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas, Definisi Operasional, Instrumen Peneitian, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Pengolahan dan Analisis Data. Bab IV merupakan hasil penelitian, bab ini memaparkan hasil penelitian di SMP Negeri 19 Bandung dan pembahasan yang didasarkan pada data, fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan literatur yang menunjang. Bab V kesimpulan, membahas mengenai penutup yang di dalamnya terdapat kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan sekaligus menjawab rumusan masalahsecara singkat, dan saran untuk semua pihak.