PENGARUH PERBEDAAN UKURAN MATA PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR DI PERAIRAN PULAU SABUTUNG PANGKEP

dokumen-dokumen yang mirip
Marine Fisheries ISSN

Perbandingan hasil tangkapan tuna hand line dengan teknik pengoperasian yang berbeda di Laut Maluku

PRODUKTIVITAS PANCING ULUR UNTUK PENANGKAPAN IKAN TENGGIRI (Scomberomorus commerson) DI PERAIRAN PULAU TAMBELAN KEPULAUAN RIAU

Pengaruh warna umpan pada hasil tangkapan pancing tonda di perairan Teluk Manado Sulawesi Utara

PENGGUNAAN PANCING ULUR (HAND LINE) UNTUK MENANGKAP IKAN PELAGIS BESAR DI PERAIRAN BACAN, HALMAHERA SELATAN

PENGARUH PENGGUNAAN MATA PANCING GANDA PADA RAWAI TEGAK TERHADAP HASIL TANGKAPAN LAYUR

BEBERAPA JENIS PANCING (HANDLINE) IKAN PELAGIS BESAR YANG DIGUNAKAN NELAYAN DI PPI HAMADI (JAYAPURA)

SELEKSI UMPAN DAN UKURAN MATA PANCING TEGAK. (Selection on bait and hook number of vertical line) Oleh:

Muhamad Farhan 1), Nofrizal 2), Isnaniah 2) Abstract

KAJIAN PERIKANAN TANGKAP Mene maculata Di TELUK BUYAT Fisheries Studies of Mene maculata In Buyat Bay

Jurnal IPTEKS PSP, Vol. 1 (2) Oktober 2014: ISSN: X

Penangkapan Tuna dan Cakalang... Pondokdadap Sendang Biru, Malang (Nurdin, E. & Budi N.)

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE TUNA DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

KONSTRUKSI DAN PRODUKTIVITAS RUMPON PORTABLE DI PERAIRAN PALABUHANRATU, JAWA BARAT

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR MEMAKAI ALAT TANGKAP FUNAI (MINI POLE AND LINE) DI KWANDANG, KABUPATEN GORONTALO

SELEKTIVITAS ALAT TANGKAP PURSE SEINE DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) MUARA ANGKE JAKARTA

VARIASI JUMLAH DAN JENIS HASIL TANGKAPAN JARING RAMPUS PADA UKURAN MATA JARING YANG BERBEDA DI PERAIRAN TELUK JAKARTA

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI HAJIRA TILOHE Telah memenuhi syarat untuk diterima oleh komisi pembimbing:

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

TINJAUAN PUSTAKA. jenis merupakan sumber ekonomi penting (Partosuwiryo, 2008).

PENGARUH JUMLAH LAMPU TERHADAP HASIL TANGKAPAN PUKAT CINCIN MINI DI PERAIRAN PEMALANG DAN SEKITARNYA

ABSTRAK. Kata kunci: Jumlah tangkapan; struktur ukuran; jenis umpan; ikan demersal dan rawai dasar

ANALISIS KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN RAWAI (LONG LINE) PAGI DAN SIANG HARI DI PERAIRAN TELUK PAMBANG KECAMATAN BANTAN KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

Gambar 2. Konstruksi pancing ulur Sumber : Modul Penangkapan Ikan dengan Pancing Ulur

PENGAMATAN ASPEK OPERASIONAL PENANGKAPAN PUKAT CINCIN KUALA LANGSA DI SELAT MALAKA

PERIKANAN TUNA SKALA RAKYAT (SMALL SCALE) DI PRIGI, TRENGGALEK-JAWA TIMUR

WARNA UMPAN TIRUAN PADA HUHATE

PENGARUH PERBEDAAN UMPAN DAN WAKTU SETTING RAWAI TUNA TERHADAP HASIL TANGKAPAN TUNA DI SAMUDERA HINDIA

TEKNIK PENGOPERASIAN PANCING TENGGIRI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU CAHAYA

PENGARUH UMPAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI KECAMATAN TANJUNG MUTIARA KABUPATEN AGAM PROVINSI SUMATERA BARAT OLEH

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1. Jumlah Armada Penangkapan Ikan Cirebon Tahun Tahun Jumlah Motor

Marine Fisheries ISSN Vol. 2, No. 1, Mei 2011 Hal: 19 28

Engtangling Nets: TRAMMEL NET (GILTONG (Gillnet Berkantong)/Jaring Gondrong)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh penambahan bentangan horizontal pada pancing dasar terhadap hasil tangkapan ikan-ikan karang

PENINGKATAN EFISIENSI PENANGKAPAN PADA MODIFIKASI ALAT TANGKAP BOAT SEINE YANG RAMAH LINGKUNGAN DI KABUPATEN KENDAL, JAWA TENGAH

PRODUKTIVITAS PERIKANAN TUNA LONGLINE DI BENOA (STUDI KASUS: PT. PERIKANAN NUSANTARA)

ANALISIS PERBEDAAN KEDALAMAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TERHADAP KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN PADA ALAT TANGKAP CANTRANG

HASIL TANGKAPAN SAMPINGAN (BY CATCH) TUNA LONG LINE DI PERAIRAN LAUT BANDA

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE WARING UNTUK PELESTARIAN SUMBERDAYA IKAN TERI (Stolephorus devisi) DI PERAIRAN WONOKERTO, KABUPATEN PEKALONGAN

Pengaruh ekstrak minyak cumi pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan kepiting bakau dan rajungan di Perairan Malise Kecamatan Tabukan Tengah

1) The Student at Faculty of Fisheries and Marine Sciences, University of Riau.

Depik Jurnal Ilmu-Ilmu Perairan, Pesisir dan Perikanan p-issn: , e-issn:

PENGARUH JARAK TALI CABANG PADA ALAT TANGKAP PANCING RAWAI DASAR TERHADAP HASIL TANGKAP IKAN DASAR DI PERAIRAN SELAT MADURA

SAMBUTAN. Jakarta, Nopember Kepala Pusat Penyuluhan Kelautan dan Perikanan

TINJAUAN PUSTAKA. dimana pada daerah ini terjadi pergerakan massa air ke atas

KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN MELALUI PUKAT CINCIN (Purse Seine) TAHUN DI PELABUHAN PERIKANAN PANTAI (PPP) LAMPULO, KOTA BANDA ACEH

PASI SEBAGAI DAERAH PENANGKAPAN IKAN BAE (Etelis spp) DI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Produksi dan produktivitas hasil tangkapan kapal tuna hand line yang berpangkalan di Kelurahan Mawali, Kecamatan Lembeh Utara, Kota Bitung

PENGOPERASIAN ALAT TANGKAP PANCING TONDA DI LAUT BANDA YANG BERBASIS DI KENDARI

II. TINJAUAN PUSTAKA Penangkapan Ikan. Ayodhyoa (1981) mengatakan bahwa penangkapan ikan adalah suatu usaha

PERBANDINGAN HASIL DAN KOMPOSISI TANGKAPAN JARING INSANG PERMUKAAN DAN JARING INSANG DASAR DI PERAIRAN DESA SEI NAGALAWAN SERDANG BEDAGAI

Pengaruh umpan buatan warna merah dan kuning terhadap hasil tangkapan pancing pompa di perairan pantai Desa Bajo, Kabupaten Minahasa Selatan

TINJAUAN PUSTAKA. Alat ini umumnya digunakan untuk menangkap ikan menhaden (Brevoortia

ANALISIS KECENDERUNGAN PRODUKSI IKAN PELAGIS KECIL DI PERAIRAN LAUT HALMAHERA TAHUN Adrian A. Boleu & Darius Arkwright

PROPORSI DAN KOMPOSISI HASIL TANGKAPAN JARING TIGA LAPIS (TRAMMEL NET) DI PELABUHAN RATU

Jurnal PERIKANAN dan KELAUTAN 14,2 (2009) :

Jurnal Teknologi Perikanan dan Kelautan. Vol. 4. No. 1 Mei 2013: ISSN

Perbandingan Hasil Tangkapan Rajungan Pada Alat Tangkap Bubu Kerucut dengan Umpan yang Berbeda

Distribusi tertangkapnya ikan selar pada lembaran jaring soma darape di rumpon

Potensi Lestari Ikan Kakap di Perairan Kabupaten Sambas

Studi ketertarikan ikan di keramba jaring apung terhadap warna cahaya lampu di perairan Sindulang I, Kecamatan Tuminting, Kota Manado

SELAMAT DATANG. Peserta Training

FISHING GEAR PERFORMANCE ON SKIPJACK TUNA IN BONE BAY DISTRICT LUWU

POTENSI DAN TINGKAT PEMANFAATAN IKAN SEBAGAI DASAR PENGEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN DI SELATAN JAWA TIMUR

TEKNOLOGI ALAT PENANGKAPAN IKAN PANCING ULUR (HANDLINE) TUNA DI PERAIRAN LAUT SULAWESI BERBASIS DI KABUPATEN KEPULAUAN SANGIHE

DAFTAR PUSTAKA. Asikin D Sinopsis Biologi Ikan Layang (Decapterus spp.). Lembaga Penelitian Perikanan Laut. Jakarta : 3-27.

LAPORAN AKHIR PROGRAM IPTEK BAGI MASYARAKAT (IbM) IbM KELOMPOK NELAYAN BAGAN TANCAP KECAMATAN LEKOK KABUPATEN PASURUAN

Pengaruh umpan buatan terhadap hasil tangkapan pancing layang-layang di Selat Bangka

PENGARUH LAMA SETTING DAN JUMLAH PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN RAWAI TUNA DI LAUT BANDA

Alat bantu Gill net Pengertian Bagian fungsi Pengoperasian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDUGAAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN MELALUI PENDEKATAN KONVENSIONAL

EFISIENSI WAKTU PENGISIAN PERBEKALAN TERHADAP WAKTU TAMBAT KAPAL PERIKANAN SONDONG DI PANGKALAN PENDARATAN IKAN (PPI) DUMAI PROVINSI RIAU

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN RUMPON DALAM OPERASI PENANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN MALUKU TENGGARA

Keragaan perikanan tuna hand line 5-10 GT yang berpangkalan di Pelabuhan Perikanan Samudera Bitung

KEGIATAN PENANGKAPAN IKAN DI PESISIR BARAT SELATAN PULAU KEI KECIL KEPULAUAN KEI MALUKU TENGGARA

ANALISIS HASIL TANGKAPAN IKAN TERI (Stolephorus sp.) DENGAN ALAT TANGKAP BAGAN PERAHU BERDASARKAN PERBEDAAN KEDALAMAN DI PERAIRAN MORODEMAK

KONDISI DAN PERMASALAHAN INDUSTRI PERIKANAN TANGKAP

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Analisis Komparasi

Aspek Biologi Ikan Kembung Lelaki (Rastrelliger kanagurta) Sebagai Landasan Pengelolaan Teknologi Penangkapan Ikan di Kabupaten Kendal

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan di laut sifatnya adalah open acces artinya siapa pun

DRAFT KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PRODUKTIVITAS KAPAL PENANGKAP IKAN

Pengaruh penambahan ekstrak minyak tenggiri pada umpan bubu terhadap hasil tangkapan ranjungan di perairan Malalayang, Kota Manado

Rizka Oktafiani*), Asriyanto, dan Pramonowibowo

PERIKANAN PANCING ULUR TUNA DI KEDONGANAN, BALI

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN Visi

6 PEMBAHASAN 6.1 Daerah Penangkapan Ikan berdasarkan Jalur Jalur Penangkapan Ikan

MAKALAH ALAT TANGKAP DRIVE IN NETS

BAB III BAHAN DAN METODE

PERIKANAN PANCING TONDA DI PERAIRAN PELABUHAN RATU *)

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Produktivitas 2.2 Musim

TINJAUAN PUSTAKA. mata jaring ke arah panjang atau ke arah horizontal (mesh length) jauh lebih

HUBUNGAN BOBOT PANJANG IKAN TUNA MADIDIHANG Thunnus albacares DARI PERAIRAN MAJENE SELAT MAKASSAR SULAWESI BARAT Wayan Kantun 1 dan Ali Yahya 2

Erwin Tanjaya ABSTRAK

Sp.) DI PERAIRAN TIMUR SULAWESI TENGGARA

Transkripsi:

PENGARUH PERBEDAAN UKURAN MATA PANCING TERHADAP HASIL TANGKAPAN PANCING ULUR DI PERAIRAN PULAU SABUTUNG PANGKEP Effects of the difference of Hook Size on the Catch of Pancing Ulur (Hand Line) in the Sabutung Island Waters of Pangkep Regency Muhammad Kurnia 1, Sudirman 1 dan Muhammad Yusuf 2 1 Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km.10 Tamalanrea Makassar 90245 *E-mail: kurniamuhammad_unhas@yahoo.co.uk 2 Alumni Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin Abstrak Penelitian ini dilaksanakan di perairan pulau Sabutung Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan bertujuan untuk mengetahui pengaruh ukuran mata pancing yang efektif dalam pengoperasian alat tangkap pancing ulur. Penelitian ini menggunakan metode uji coba (Experimental fishing), dengan melakukan uji coba menggunakan tiga ukuran mata pancing nomor 8, 10 dan 12 pada operasi penangkapan ikan pancing ulur sebanyak 30 trip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semua jenis ikan hasil tangkapan adalah jenis pelagis kecil diantaranya ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), selar bentong (Selar boops), layang (Decapterus russelli), dan ekor kuning (Caesio erythrogaster). Secara deskriptif dapat dikatakan bahwa ukuran mata pancing nomor 10 memberikan hasil tangkapan yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran mata pancing nomor 8 dan nomor 12. Namun, uji statistik t-student menunjukkan bahwa perbandingan jumlah hasil tangkapan dari ukuran mata pancing nomor 8 dengan nomor 10, nomor 8 dan nomor 12 serta mata pancing nomor 10 dan nomor 12 yang berbeda nyata. Kata kunci: pancing ulur, ukuran mata pancing, ikan pelagis kecil Abstract This research was conducted in the Sabutung Island Waters of Pangkep Regency, South Sulawesi; aims to investigate the effect of hook size on the catch of hand line that is effective in the fishing operation of hand line. The research method in used is testing method (experimental fishing), to conduct trials using three sizes of hook number 8, 10, and 12 on the fishing operation of hand line during 30 trips. The output of the research showed that all species of fish catch were small pelagic species such as a short mackerel (Rastrelliger kanagurta), Bigeye scad (Selar Boops), Indian scad (Decapterus russelli), and yellow tail (Caesio erythrogaster). Descriptively, it can be said that the hook size of the number 10 is larger than the hook size of the number 8 and number 12. However, statistic analysis by t-student shows that the comparison of the amount of the catch from the hook size of number 8 with number 10, number 8 with 12 and the number 10 and number 12 showed the results were significantly different Keywords: hand line, hook size, small pelagic fish 1

Pendahuluan Usaha perikanan tangkap Indonesia didominasi perikanan tradisional dengan menggunakan alat tangkap yang sederhana dengan daerah penangkapannya berkisar di daerah pantai (Pusat Penelitian dan Pembangunan Perikanan Laut, 1988) dan pada kedalaman kurang dari 100 m (Naamin dan Baharuddin, 1992) Salah satu perikanan tangkap tradisonal yang sebagian besar dipakai oleh nelayan Indonesia, khususnya di kabupaten Pangkajene Kepulauan adalah pancing ulur (Hand line). Pancing ulur terdiri atas beberapa komponen, yaitu 1) gulungan tali; 2) tali pancing; 3) mata pancing; dan 4) pemberat (Subani, 1989) dan termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing (Ayodhyoa,1981). Selain konstruksinya sederhana, metode pengoperasian mudah, tidak memerlukan modal yang besar dan kapal khusus (Von Brandt, 1984 dan Sudirman dan Mallawa, 2012). Jenis hasil tangkapan pancing ulur adalah jenis ikan pelagis kecil dan besar (tuna dan cakalang). Kabupaten Pangkep adalah salah satu kabupaten dalam wilayah provinsi Sulawesi Selatan yang memiliki potensi besar untuk pengembangan sektor perikanan tangkap. Usaha perikanan pancing ulur dalam perkembangannya tidak banyak mengalami kemajuan yang berarti jika dibandingkan dengan alat tangkap lainnya. Untuk mengatasi hal tersebut, berbagai upaya dan modifikasi dilakukan guna mengoptimalkan produktivitas dan efektivitas alat tangkap ini. Selain itu, penggunaan mata pancing dengan berbagai ukuran dan tipe serta modifikasi berbagai macam dan bentuk umpan buatan untuk efektivitas penangkapan ikan relatif kurang diterapkan oleh nelayannelayan pancing ulur. Jadi, untuk meningkatkan efisiensi dan produksi hasil tangkapan pancing ulur, maka diperlukan suatu pengetahuan dan informasi baru untuk pengembangan alat tangkap di masa mendatang. Salah satunya adalah dengan memodifikasi alat tangkap yang menggunakan beberapa ukuran mata pancing dalam pengoperasian alat tangkap pancing ulur. Modifikasi tersebut telah dilakukan oleh berbagai peneliti, baik jenis dan tipe mata pancing (Alo s, J. Et al. 2008; Erzini et al. 1999; Halliday, 2002; Stergiou and Erzini, 2002; Cooke et al., 2005) maupun jenis dan bentuk umpan buatan dan umpan alami. Selektivitas ukuran mata pancing telah diujicoba dalam perikanan tangkap 2

(Cortez-Zaragoza et al., 1989; Otway and Craig, 1993). Darmawan (1995), yang melakukan penelitian dengan alat tangkap rawai dasar dengan ukuran mata pancing nomor 5, 6, dan 7. Hasilnya menunjukkan bahwa pancing nomor 5 dan 6 memberikan hasil tangkapan yang terbesar. Berdasarkan hasil penelitian tersebut diatas, maka dilakukan penelitian lanjutan dengan memilih tiga ukuran mata pancing yang berbeda untuk melihat ukuran mata pancing yang efektif. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi tentang ukuran mata pancing yang efektif untuk penangkapan ikan. ulur. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah uji coba dengan melakukan pengoperasian pancing ulur dengan tiga ukuran mata pancing no.8, 10 dan 12. Penelitian dilakukan sebanyak 30 trip, dengan rata-rata operasi penangkapan 6-7 jam, dari pukul 05.00 pagi (dini hari) dari fishing base ke fishing ground, dan kembali ke fishing base pukul 12.00 (siang hari). Posisi daerah penangkapan pancing ulur di perairan Pulau Sabutung Kabupaten Pangkep dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Posisi fishing base dan fishing ground di lokasi penelitian 3

Pancing ulur dioperasikan oleh 3 pemancing yang masing-masing menggunakan 1 unit pancing dengan tiga ukuran mata pancing yaitu nomor 8, 10 dan 12. Pemancing diasumsikan memiliki teknik dan kemampuan yang sama dalam mengoperasikan alat tangkap. Hasil tangkapan yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan nomor mata pancing dan dihitung berdasarkan rata-rata jumlah dan berat dari setiap mata pancing. Untuk mengetahui ukuran mata pancing yang efektif memperoleh hasil tangkapan, maka digunakan uji-t student. Analisis digunakan untuk membandingkan jumlah hasil tangkapan pada setiap ukuran mata pancing (nomor 8, 10 dan 12). Namun sebelumnya, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas data (uji Liliefors), untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelompok berdistribusi normal atau tidak. HASIL DAN PEMBAHASAN Deksripsi Pancing Ulur Pancing ulur merupakan alat tangkap yang sederhana baik secara fisik maupun cara pengoperasiannya. Secara umum alat penangkap ikan ini terdiri atas tali pancing, penggulung tali, pemberat, swivel, mata pancing (hook), dan menggunakan umpan dalam pengoperasiannya (Gambar 2). Prinsip pengoperasian pancing adalah dengan mengaitkan umpan pada mata pancing dan menenggelamkannya ke dalam air (Ayodhyoa, 1981). Lebih lanjut dijelaskan oleh von Brandt (1984) bahwa penggunaan umpan dimaksudkan untuk memikat dan menarik perhatian ikan target tangkapan serta untuk merangsang penglihatan ikan terutama dari gerakan, bentuk dan warna umpan. Operasi penangkapan ikan dengan pancing ulur pada penelitian ini menggunakan umpan buatan yang didisain khusus (Gambar 2b). Sebagaimana penjelasan Juwito (2009) bahwa umpan buatan (lure) adalah umpan khusus yang dibuat sedemikian rupa sehingga bentuk dan gerakannya menyerupai makanan alami ikan di habitat aslinya. Lebih lanjut Sadhori (1985) menyatakan bahwa warna umpan pada mata pancing berpengaruh terhadap keberhasilan operasi penangkapan dengan alat tangkap pancing ulur. Umpan buatan yang digunakan terdiri dari bahan serat kain nilon berwarna merah dengan jumlah ±50 lembar, panjang 2-4 cm, dan diikat pada mata pancing agar tidak mudah terlepas. 4

(a) (b) Gambar 2. Konstruksi pancing ulur (a) dan disain umpan buatan (serat kain nilon dan jumlah 50 helai serat) yang digunakan selama penelitian (M.Yusuf, 2012) Pemilihan warna serat dari umpan ini berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan, bahwa umpan warna merah lebih sering digunakan nelayan. Selain harganya murah dan mudah didapat, juga warna merah ketika berada di dalam perairan memiliki warna yang mencolok dan lebih mernarik perhatian. Hal ini sejalan dengan penjelasan Subani dan Barus (1988) bahwa penentuan warna dan cara pemasangan umpan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan dan disesuaikan agar ideal untuk jenis ikan tujuan penangkapan. Disamping itu, harga bahan dari umpan buatan tersebut dapat terjangkau, murah dan bahannya mudah didapatkan. Pemasangan umpan harus dibuat sedemikian rupa supaya bila dipasang diperairan dapat menyerupai makanan dari ikan yang akan ditangkap, karena ikan lebih suka dengan umpan yang berwarna terang dibanding umpan yang berwarna gelap. Salah satu cara pemasangan umpan agar umpan tidak mudah rusak dengan mengaitkan umpan di 5

bagian kepala dari mata pancing. Oleh karena itu satu persyaratan lain untuk umpan yang baik adalah bahannya yang kuat agar tidak mudah putus pada saat dimakan oleh ikan yang akan ditangkap (Sadhori, 1985). Metode Pengoperasian Kegiatan operasi penangkapan ikan dengan pancing ulur dimulai dengan mengadakan beberapa persiapan sebelum keberangkatan menuju d aerah penangkapan atau fishing ground, meliputi persiapan alat pancing, penyediaan BBM (solar) dan bekal makanan. Setelah semua persiapan selesai, maka persiapan pemberangkatan perahu menuju fishing ground segera dilakukan. Pemberangkatan menuju fishing ground dilakukan sekitar pukul 05.00 dini hari. Operasi penangkapan dimulai dengan menentukan fishing ground (Nurhayati, 2006 dan Rahmat, 2007), berdasarkan letak rumpon. Selain itu, lokasi pemancingan ditentukan dengan melihat tanda-tanda alam seperti keberadaan burung laut dan munculnya riak-riak air dan gelembung udara di permukaan air. Keberadaan ikan di bawah rumpon dan sekitarnya disebabkan karena jenis-jenis ikan dari berbagai ukuran pada saat-saat tertentu berkumpul di sekitar rumpon untuk berlindung dan mencari makan (Departemen pertanian, 2003). Setelah sampai di fishing ground, maka mesin dimatikan dan jangkar diturunkan agar perahu tidak terbawa arus. Setelah jangkar diturunkan, proses pemancingan segera disiapkan. Masing-masing nelayan mengoperasikan 1 unit pancing dengan menggunakan tiga ukuran mata pancing (no.8, 10 dan 12). Setelah umpan dikaitkan pada hook lalu secara perlahan diturunkan ke dalam air sampai pada posisi tali pancing terlentang lurus. Pancing kemudian ditariktarik perlahan atau disentak-sentakkan, sampai ada ikan terkait pada mata pancing. Ikan yang tertangkap kemudian dimasukkan ke baskom yang telah diberi tanda sesuai dengan nomor mata pancing. Selanjutnya dilakukan pemancingan kembali. Jika tidak ada hasil tangkapan, maka pengoperasian dipindahkan menuju fishing ground yang lain. Operasi pemancingan dilakukan sampai pukul 12.00 (siang hari) sebanyak 30 trip. Setelah operasi penangkapan selesai, maka jangkar diangkat dan perahu meninggalkan fishing ground menuju fishing base. Ikan hasil tangkapan selanjutnya dijual di pelelangan. 6

Analisis Hasil Tangkapan Jenis dan berat hasil tangkapan pancing ulur berdasarkan ukuran mata pancing dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Jumlah dan berat hasil tangkapan berdasarkan ukuran mata pancing. No Jenis Hasil Tangkapan Hasil Tangkapan No. 8 No. 10 No. 12 Jumlah Berat Jumlah Berat Jumlah Berat (ekor) (gr) (ekor) (gr) (ekor) (gr) 1 Kembung lelaki 144 15299.9 220 21732.4 0 0.0 2 Selar bentong 98 9330.4 166 15320.8 15 1269.0 3 Layang 31 1699.0 116 4901.5 24 367.0 4 Ekor Kuning 10 805.0 24 1785.0 18 1405.0 5 Buntal 0 0.0 7 525.0 10 990.0 Jumlah 283 27134.3 533 44264.7 67 4031.0 Jenis hasil tangkapan pancing ulur terdiri atas empat spesies yang tergolong jenis ikan ekonomis penting yaitu ikan kembung lelaki (Rastrelliger kanagurta), selar bentong (Selar boops), layang (Decapterus russelli), dan ekor kuning (Caesio erythrogaster) dan 1 spesies yang tidak ekonomis yaitu ikan buntal. Ikan yang paling banyak tertangkap adalah kembung lelaki yaitu 220 ekor pada mata pancing No.10; 144 ekor pada No.8, sedangkan nomor 12 tidak mendapatkan hasil tangkapan kembung lelaki. Sedangkan ikan yang paling sedikit tertangkap adalah buntal yaitu 10 ekor pada No. 12; 7 ekor pada No 10, dan untuk mata pancing nomor 8 tidak mendapatkan ikan buntal. Komposisi jumlah jenis hasil tangkapan selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 3. Perbedaan jumlah (ekor) dan berat (kg) dari setiap jenis tangkapan terhadap ukuran mata pancing yang digunakan disebabkan adanya pengaruh fisik dari ukuran mata pancing itu sendiri. Hal ini diduga karena ukuran mata pancing nomor 10 ikan lebih mudah terkait karena disebabkan oleh ukuran bukaan mulut dari tiap jenis tangkapan selama 30 trip. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Erzini et al (1998) bahwa jumlah dan komposisi jenis hasil tangkapan yang diperoleh dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu tipe dan ukuran mata pancing. Hasil penelitian yang sama diperoleh oleh Al s et al. (2008) bahwa ukuran mata pancing signifikan mempengaruhi komposisi jenis hasil tangkapan, khususnya pada spesies Diplodus annularis dan Coris 7

julis yang frekuensi tertangkapnya lebih tinggi dengan ukuran mata pancing No.8, sedangkan spesies Spondyliosoma cantharus, D. vulgaris dan Serranus scriba frekuensi tertangkapnya lebih tinggi dengan ukuran mata pancing No.12. Serta hasil penelitian Rahmat (1998) mengatakan bahwa pengaruh nyata yang diperoleh dari perbedaan ukuran mata pancing terhadap berat maupun jumlah dari tiap jenis tangkapan ini diduga disebabkan karena faktor perbedaan fisik dari tiap ukuran mata pancing. Ukuran fisik mata pancing yang digunakan menurut besarannya secara berurutan adalah nomor 8, 9 dan nomor 10. Gambar 3. Komposisi jenis hasil tangkapan berdasarkan ukuran mata pancing Gambar 4 menunjukan jumlah total hasil tangkapan selama penelitian. Rataan tertinggi didapatkan pada mata pancing nomor 10 pada trip pertama dengan jumlah 8

hasil tangkapan 8 ekor, sedangkan hasil tangkapan terendah pada trip ke 25 dengan menggunakan mata pancing nomor 12 diperoleh jumlah rataan hasil tangkapan 1,3 ekor. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mata pancing nomor 10 sangat mempengaruhi total hasil tangkapan yang paling baik yaitu dengan jumlah total 533 ekor/30 trip. Gambar 4. Hubungan antara jumlah hasil tangkapan (ekor) dengan ukuran mata pancing pada setiap trip penangkapan Sementara pada Gambar 5 menunjukan berat hasil tangkapan selama penelitian, dengan rataan yang diperoleh yaitu berat hasil tangkapan (kg), dengan masing-masing hasil tangkapan diperoleh berat tertinggi yaitu pada mata pancing nomor 10 dengan berat total 0,65 kg pada trip 26. Sedangkan berat hasil tangkapan terendah diperoleh pada mata pancing no.12 pada trip 14 dengan berat tangkapan 0,02 kg. Hasil ini membuktikan bahwa mata pancing nomor 10 mempengaruhi total berat hasil tangkapan pada setiap trip penangkapan. Adaanya perbedaan total jumlah dan berat hasil tangkapan ulur dengan ukuran mata pancing nomor 10 lebih baik dibandingkan dengan mata pancing nomor 8 dan nomor 12, diduga disebabkan perbedaan posisi kedalaman ketiga ukuran mata pancing yang 9

digunakan selama penelitian ikan. Dugaan ini cukup beralasan karena beberapa hasil penelitian dengan menggunakan pancing ulur memperoleh hasil tangkapan yang signifikan berbeda dengan ada perbedaan kedalaman dari posisi mata pancing alat tangkap pancing ulur. Salah satu diantaranya adalah hasil penelitian yang dilakukan Nurhayati (2006) bahwa jumlah hasil tangkapan ikan layur sebagai tangkapan utama pada penelitian ini berbeda berdasarkan perbedaan kedalaman perairan. Pada kedalaman < 30 m, ikan layur yang mtangkap sebnyak 138 ekor, kedalaman 31-60 m sebanyak 269 ekor dan pada kedalaman > 61 m sebanyak 88 ekor. Gambar 5. Hubungan antara berat hasil tangkapan (kg) dengan ukuran mata pancing pada setiap trip penangkapan Selain itu, ukuran mata pancing nomor 10 memiliki kelebihan yang ukurannya lebih pas dengan bukaan mulut setiap jenis ikan yang tertangkap dibandingkan nomor 8 dan 12. Sehingga mata pancing nomor 10 pada waktu digunakan hasilnya relatif lebih banyak dibanding nomor 8 dan 12. Hal ini didukung dengan data yang diperoleh dari sampel bukaan mulut dari hasil tangkapan. Ikan kembung lelaki dengan ukuran bukaan mulut 2,0-3,1 cm, selar 1,0-1,8 cm, layang 0,8-1,6 cm, ekor kuning 0,8-1,5 cm, dan 10

buntal 0,6-1,0 cm. Berdasarkan ukuran bukaan mulut setiap jenis ikan diatas menunjukkan urutan dari terbesar yaitu ikan kembung lelaki, selar bentong dan laying. Jenis hasil tangkapan ini banyak tertangkap dengan mata pancing nomor 8 dan10, sedangkan ekor kuning dan buntal yang memiliki bukaan mulut kecil banyak tertangkap dengan ukuran mata pancing nomor 10 dan 12. Hasil penelitian yang sama terkait dengan bukaan mulut ikan, diperoleh oleh Erzini et al. (1998) dan Karpouzi and Stergiou (2003) dimana ukuran bukaan mulut ikan menjadi faktor penting yang mempengaruhi jumlah hasil tangkapan pancing ulur. Kemudian peneliti lain yakni Alo s et al. (2008) memperoleh hasil bahwa faktor variasi ukuran bukaan mulut dan ukuran panjang tubuh ikan mempengaruhi jumlah hasil tangkapan. Jenis-jenis ikan yang tertangkap dengan alat tangkap pancing ulur yang menggunakan mata pancing yang berbeda adalah relatif sama. Dimana semua jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan ukuran mata pancing nomor 10, juga tertangkap pada mata pancing nomor 8 sedangkan jenis ikan hasil tangkapan dengan mata pancing nomor 12 berbeda dengan mata pancing nomor 8. Namun secara deskriptif dapat dikatakan bahwa ukuran mata pancing nomor 10 memberikan hasil yang lebih besar dibandingkan dengan ukuran mata pancing nomor 8 dan 12. Hasil analisis statistik dengan uji t-student menunjukkan bahwa perbandingan antara ukuran mata pancing nomor 8, 10 dan No.12, secara jelas ketiga perhitungan antara jumlah dan berat hasil tangkapan diperoleh nilai tertinggi pada nomor 10 dan nomor 8 yaitu jumlah hasil tangkapan -118,3 dan berat -0,27 kemudian nomor 10 dan nomor 12 dan terakhir nomor 12 nomor 8. KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa hasil tangkapan pancing ulur dengan menggunakan ukuran mata pancing No.10 memberikan hasil tangkapan yang lebih besar dibandingkan dengan No.8 dan No.12. Secara statistik dengan uji t-student bahwa mata pancing No.10 berbeda nyata dalam jumlah dan berat hasil tangkapan dengan No.8 dan 12. Ada kecenderungan bahwa hasil tangkapan tertinggi diperoleh dengan menggunakan mata pancing nomor 10. 11

DAFTAR PUSTAKA Alo s, J., Palmer, M., Grau, A. M., Deudero, S. 2008. Effects of hook size and barbless hooks on hooking injury, catch per unit effort, and fishb size in a mixed-species recreational fishery in the western Mediterranean Sea. ICES Journal of Marine Science, 65: 899 905. Ayodhyoa, A. U. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Penerbit Yayasan Dewi Sri. Bogor. Cooke, S. J., Barthel, B. L., Suski, C. D., Siepker,M. J., Philipp, D. P. 2005. Influence of circle hook size on hooking efficiency, injury, and size selectivity of bluegill with comments on circle hook conservation benefits in recreational fisheries.north American Journal of Fisheries Management, 25: 211 219. Cortez-Zaragoza, E., Dalzell, P., Pauly, D. 1989. Hook selectivity of yellowfin tuna (Thunnus albacares) caught off Darigayos Cove, La Union, Philippines. Journal of Applied Ichthyology, 5: 12 17. Darmawan, W., 1995. Pengaruh jenis umpan dan ukuran mata pancing yang berbeda terhadap hasil tangkapan rawai dasar [Skripsi]. Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Departemen Pertanian, 2003. Pedoman teknis pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Indonesia. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Jakarta. Series Pengembangan Hasil Penelitian Perikanan. No.PHP/KAN/PT.23/2003. 83 hal. Erzini, K., Goncalves, J. M. S., Bentes, L., Lino, P. G., and Ribeiro, J. 1998. Species and size selectivity in a red sea bream longline metier in the Algarve (southern Portugal). Aquatic Living Resources, 11: 1 11. Erzini, K., Gonc alves, J. M. S., Bentes, L., Lino, P. J., Ribeiro, J. 1999. Catch composition, catch rates and size selectivity of three long-line methods in the Algarve (southern Portugal). Boletı n del Instituto Espan ol de Oceanografı a, 15: 313 323. Gunarso, W. 1998. tingkah laku ikan dan perikanan pancing bahan kuliah (tidak dipublikasikan). Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Halliday, R. G. 2002. A comparison of size selection of Atlantic cod (Gadus morhua) and haddock (Melanogrammus aeglefinus) by bottom longlines and otter trawls. Fisheries Research, 57: 63 73. 12

Karpouzi, V. S., Stergiou, K. I. 2003. The relationships between mouth size and shape and body length for 18 species of marine fishes and their trophic implications. Journal of Fish Biology, 62:1353 1365. Juwito, R, 2009. Jenis-jenis Umpan Mancing [Online]. http://pemancinganku.blogspot.com/2009/07/ jenis-umpan-mancing.html diakses tanggal 03 juni 2010 Monintja, D.R., S. Martasuganda 1991. Diktat Mata Kuliah Teknologi Penangkapan Ikan. Fakultas Perikanan IPB. Bogor. Naamin, N., M. Baharuddin. 1992. Eksplorasi sumberdaya hayati laut dan prospeknya di bidang perikanan. Makalah Pada Studium General Dies Natalis II HIMITEKA. Fakultas Perikanan Institu Petanian Bogor. Nomura, M., T. Yamazaki, 1977. Fishing techniques (1). Japan International Cooperation Agency, Tokyo. Otway, N. M., Craig, J. R. 1993. Effects of hook size on the catches of undersized snapper Pagrus auratus. Marine Ecology Progress Series, 93: 9 15. Nurhayati, Y. 2006. Pengaruh kedalaman terhadap komposisi hasil tangkapan pancing ulur (hand line) pada perikanan layur di perairan Pelabuhanratu, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [Skripsi] Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB Bogor. Pusat Penelitan dan Pengembangan Perikanan Laut 1988. Prosiding Pertemuan Teknis Koordinasi Penelitian dan Pengembangan Perikanan. Departemen Pertanian Jakarta. Rahmat, A. 1998. Pengaruh perbedaan ukuran mata pancing terhadap komposisi hasil tangkapan ikan layur (Trichiurus spp). Pada Perikanan Pancing Ulur di Pelabuhan Ratu, Sukabumi Jawa Barat. Skripsi (tidak dipublikasikan). Program Studi Ilmu Kelautan, institut Pertanian Bogor. Rahmat, E. 2007. Penggunaan pancing ulur (hand line) untuk menangkap ikan pelagis besar di perairan Bacan, Halmahera Selatan. Jurnal Penelitian Perikanan Laut, 6(1): 29-33. Sadhori. N,. 1982. Teknik Penangkapan Ikan. Penerbit Angkasa. Bandung Stergiou, K. I., Erzini, K. 2002. Comparative fixed gear studies in the Cyclades (Aegean Sea): size selectivity of small-hook longlines and monofilament gill nets. Fisheries Research, 58: 25 40. Subani, W., H.R. Barus. 1985. Alat dan cara penangkapan ikan di Indonesia. Lembaga Penelitian Perikanan laut. Jakarta. 13

Subani, W., H.R. Barus. 1989. Alat penangkapan ikan dan udang di Indonesia (fishing gear for marine fish and shrimp in Indonesia). Jurnal Penelitian Perikanan Laut (Edisi khusus) No.50 tahun 1988/1989. 248 hal. Sudirman., Mallawa. 2004 Teknik penangkapan ikan. Penerbit Rineka Cipta Jakarta. Von Brant, A. 1968. Develoment of fishing techniques. Proceeding of the International Seminar on Possibility and Problem of Fishing Develoment in South Asia. Wibowo, H. 2009. Nikmatnya memancing laut perairan dasar. di akses tanggal 10 Juni 2010. Widiastutik, Y. 2008. Pengaruh bentuk dan ukuran (nomor) mata pancing terhadap hasil tangkapan pada alat tangkap pancing rentak di perairan prigi trenggalek jawa timur [Skripsi]. Malang: Prodi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Jurusan Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan dan Kelautan, Universitas Brawijaya. Wyrtki, K. 1961. Physical Oceanography of the South East Asian Waters. Scientific Result of Marine Investigation of the South China Sea and Gulf of Thailand 1959-1961, NAGA Report No.2. Universitas California Scripps. Isnt Oceanography, La Jolia. Yusuf, M. 2012. Analisis hasil tangkapan pancing ulur (hand line) dengan ukuran mata pancing yang berbeda Di Perairan Kabupaten Pangkep Sulawesi Selatan (Skripsi). Makassar: Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin. 14