memfokuskan perhatian terhadap suatu objek.

dokumen-dokumen yang mirip
Standar kopetensi Pendidikan oleh Fauzan AlghiFari / / TP-B

Universitas Pendidikan Indonesia Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. Copyright by Asep Herry Hernawan

BAHAN AJAR (MINGGU KE 1) MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN FISIKA STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN (SNP)

STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN. Achmad Samsudin, M.Pd. Jurdik Fisika FPMIPA UPI

Komponen kelembagaan sekolah; kurikulum, proses dan hasil belajar, administrasi dan manajemen satuan pendidikan, organisasi kelembagaan satuan

Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum URAIAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI

MAKALAH 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KAPITA SELEKTA

Penulis. Ladyanst Berchah Pitoewas Hermi Yanzi. Penyunting Holilulloh

HIiII,[ E=I ; E. 2 el'v't. ffi' o=, .az. z a. ;r9. a 2=a g, 3. o. -o. 3r c6 3E. =o =! ,-r. -tr. -t' {,E. OrE. leq. EE f- a I. F-(l -- =E. -.

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 728 TAHUN 2012 TENTANG PENDIRIAN DAN PERUBAHAN SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan (SPMP)

I. PENDAHULUAN. Menjadi bangsa yang maju tentu merupakan cita-cita yang ingin dicapai oleh

2013, No.71 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 T

INDIKATOR IMPLEMENTASI SEKOLAH RAMAH ANAK DALAM 8 STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dikehendaki tanpa menghiraukan faktor-faktor tenaga, waktu, pikiran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka untuk meningkatkan kualitas pendidikan. globalisasi adalah kondisi sumber daya manusia ( SDM ) masih relatif rendah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

I. PENDAHULUAN. Bagian pertama ini membahas beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

WALIKOTA TASIKMALAYA

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki fungsi yang sangat penting dalam pengembangan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani sebagai bagian integral dari proses pendidikan secara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekolah merupakan suatu organisasi pendidikan (dalam sistem sosial)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pondasi awal untuk

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Starata 1 Program Studi Pendidikan Akuntansi.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2005 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2015 ANALISIS MANAJEMEN SARANA DAN PRASARANA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. yang diperoleh adalah tingkat Kompetensi Pedagogik guru-guru SD Negeri di

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 49 TAHUN 2007 TENTANG STANDAR PENGELOLAAN PENDIDIKAN OLEH SATUAN PENDIDIKAN NONFORMAL

I. PENDAHULUAN. intelektual, spiritual, dan mandiri sehingga pada akhirnya diharapkan masyarakat kita

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan pondasi kemajuan suatu negara, maju tidaknya

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS. seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya

PEMILIHAN KEPALA SEKOLAH BERPRESTASI TINGKAT PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2007

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 19 TAHUN 2005 Tentang STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas dan profesionalitas seorang guru, sehingga ke. segera menjadi kenyataan seperti yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

II. TINJAUAN PUSTAKA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana digariskan dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik. RI No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas).

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab terhadap pembentukan sumber daya manusia yang unggul. Dalam

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Sarana dan Prasarana Belajar

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Karena keberhasilan pendidikan sebagai

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan kualitas di era globalisasi ini menuntut kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan bagi bangsa. Kemajuan suatu bangsa dapat dilihat dalam segi

1.PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan masalah penting bagi setiap bangsa disetiap negara

Negeri 2 Teupah Barat Kabupaten Simeulue Tahun Pelajaran 2014/2015. Oleh: PARIOTO, S.Pd 1 ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut Suryadi (2011: 2) warga negara berhak memperoleh pendidikan

I. PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan, setiap organisasi dipengaruhi oleh perilaku

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Kepala Sekolah, UKKS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. dijelaskan pula pada batang tubuh Undang-undang Dasar 1945 bab XII

BAB 1 PENDAHULUAN. terpenting dalam bidang pendidikan. Pendidikan yang berkualitas adalah yang. Pasal 3 tentang fungsi dan tujuan pendidikan adalah:

BAB I PENDAHULUAN. keharusan bagi bangsa Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN PENDIDIKAN

kualitas negara dimata internasional. 1

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan mutu pendidikan. Kecenderungan internasional mengisyaratkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah hal yang penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. sempurna sehingga ia dapat melaksanakan tugas sebagai manusia. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. belum sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Menurut Sagala (2010:1) mutu. Menurut Laporan Pengembangan Manusia (Human Developement

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Pengertian Persepsi Manusia sebagai makhluk sosial memerlukan interaksi dengan lingkungan sekitar. Dalam melakukan interaksi itu manusia sering melakukan persepsi dalam lingkungannya. Persepsi terhadap suatu objek akan berbeda pada masing-masing individu tergantung pada pengalaman, proses belajar, sosialisasi, cakrawala, dan pengetahuan masing-masing individu tentang objek tertentu. Kartini (2001:67) menyatakan bahwa Persepsi adalah pandangan dan interpretasi seseorang atau individu terhadap suatu kesan objek yang diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempat ia berada sehingga dapat menentukan tindakannya. Slameto (2003:102) mengemukakan bahwa Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi kedalam otak manusia. Pendapat lain dikemukakan oleh Warsito Wirawan Sarwono (2009: 86) Persepsi adalah kemampuan untuk membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap suatu objek.

14 Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan cara pandang seseorang atau individu terhadap suatu kesan objek yang masuk melalui otak manusia yang diinformasikan kepada dirinya dan lingkungan tempatnya berada sehingga ia dapat membedabedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap objek tersebut. Menurut Miramis (1999:119) mendefinisikan Persepsi sebagai daya mengenal barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan yang terdapat pada objek, melalui proses mengamati, mengetahui, dan mengartikan setelah panca inderanya mendapat rangsangan. Menurut Bimo Walgito (2010: 99), Persepsi adalah suatu proses yang didahului oleh proses penginderaan yaitu merupakan proses diterimanya stimulus oleh individu melalui indera atau proses sensoris namun proses itu tidak berhenti begitu saja melainkan stimulus tersebut diteruskan dan proses selanjutnya merupakan proses persepsi. Sebagai suatu cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke otak, kemudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit, baru dihasilkan persepsi. Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (input), mengorganisasikan stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi prilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan prilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri.

15 Berdasarkan dari beberapa pendapat persepsi di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu proses diterimanya rangsangan dan pengamatan terhadap suatu objek yang didalamnya menyangkut tanggapan mengenai kebenaran terhadap objek tersebut. Proses persepsi menuntut individu untuk memberikan penilaian terhadap suatu objek yang dapat bersifat positif/negatif, senang atau tidak senang, paham atau tidak paham dan sebagainya. Dengan adanya persepsi maka akan terbentuk sikap. Persepsi setiap orang terhadap suatu objek akan berbeda-beda. Oleh karena itu, persepsi memiliki sifat yang subjektif. Persepsi yang dibentuk oleh seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan lingkungan sekitarnya. a. Macam-Macam Persepsi Menurut Sunaryo (2004: 94) persepsi dibedakan menjadi dua, yaitu External Perception dan Self Perception. External Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu. Sedangkan Self Perception yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari dalam diri individu, dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. b. Proses Terjadinya Persepsi Persepsi seseorang tidaklah timbul begitu saja, ada tahapan-tahapan atau proses tertentu yang harus dilalui oleh seseorang untuk bisa berpersepsi. Menurut Sunaryo (2004: 95) persepsi melewati tiga

16 proses, yaitu Proses fisik (kealaman), Proses fisiologis, dan Proses psikologis. Proses fisik berupa objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses fisiologis berupa stimulus yang diterima oleh indera diteruskan dari saraf sensoris ke otak. Sedangkan proses psikologis berupa proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Menurut Warsito Wirawan Sarwono (2009: 90), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah: a) Perhatian Biasanya seseorang tidak menanamkan seluruh rangsangan yanga ada disekitarnya secara sekaligus tetapi akan memfokuskan perhatian pada satu atau dua objek saja. Perbedaan fokus ini menyebabkan perbedaan persepsi. b) Set/harapan Yaitu harapan seseorang akan rangsanagan yang timbul. Perbedaan set ini menyebabkan perbedaan persepsi. c) Kebutuhan Kebutuhan sesaat seseorang akan mempengaruhi persepsi orang tersebut. d) Sistem nilai Sistem nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh pula pada persepsi seseorang. e) Ciri kepribadian Kepribadian seseorang dapat mempengaruhi persepsinya terhadap suatu objek. f) Gangguan jiwa Hal ini dapat menimbulkan kesalahan persepsi seseorang yang biasa disebut halusinasi.

17 Menurut Siagian (1995), secara umum terdapat dua faktor yang mempengaruhi terjadinya persepsi yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor eksternal merupakan faktor yang terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar yang meliputi: a. Objek Objek ini akan menjadi sasaran dari persepsi yang dapat berupa orang, benda, atau peristiwa. b. Faktor situasi Situasi merupakan keadaan dimana keadaan tersebut dapat menimbulkan sebuah persepsi. Sedangkan faktor internal yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu yang meliputi: a. Motif Motif adalah semua penggerak, alasan-alasan atau dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan seseorang berbuat sesuatu. b. Minat Minat adalah perhatian terhadap sesuatu stimulus atau objek yang menarik kemudian akan disampaikan melalui panca indera. c. Harapan Harapan merupakan perhatian seseorang terhadap stimulus atau objek mengenai hal yang diharapkan atau disukai. d. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek. e. Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. f. Pengalaman Pengalaman merupakan peristiwa yang dialami seseorang dan ingin membuktikan sendiri secara langsung dalam rangka membentuk pendapatnya sendiri.

18 d. Syarat-Syarat Mengadakan Persepsi Menurut Sunaryo (2004: 97), syarat-syarat timbulnya persepsi yaitu, adanya objek yang dipersepsi, adanya perhatian, serta alat indera: 1) Adanya objek yang dipersepsi Objek menimbulkan stimulus yang mengenai alat indera atau reseptor stimulus dapat langsung datang dari luar langsung mengenai alat indera (reseptor) dapat pula datang dari dalam langsung mengenai syaraf penerima (sensori) yang bekerja sebagai reseptor. 2) Alat indera atau reseptor Yaitu alat untuk menerima stimulus. Selain itu, harus pula ada syaraf sensoris sebagai alat untuk meneruskan stimulus yang diterima reseptor menuju susunan syaraf otak sebagai pusat kesadaran. Selain itu alat indera sebagai alat untuk mengadakan respon diperlukan juga syaraf motoris. 3) Perhatian Untuk menyadari atau mengadakan pandangan atau persepsi diperlukan pula perhatian yang merupakan langkah pertama sebagai suatu persiapan dalam melakukan persepsi. 2. Pengertian Peserta didik Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya peserta didik, peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan sistem pendidikan karena seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang didiknya. Peserta didik merupakan sekelompok orang dengan usia tertentu yang belajar baik secara kelompok atau perorangan. Peserta didik juga disebut murid atau pelajar. Peserta didik adalah orang yang memiliki potensi dasar yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu di

19 lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Abu Ahmadi (1991) mengemukakan bahwa Peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan, bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat dan sebagai suatu pribadi atau individu. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, melakukan pembelajaran baik secara kelompok atau perorangan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan nasional pendidikan. Sebagai suatu komponen pendidikan, peserta didik dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: 1) Pendekatan sosial Peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang disiapkan untuk menjadi anggota masyarakat yang lebih baik.

20 Sebagai anggota masyarakat, dia berada dalam lingkungan keluarga, masyarakat sekitarnya, dan masyarakat yang lebih luas. Peserta didik perlu disiapkan agar pada waktunya mampu melaksanakan perannya dalam dunia kerja dan dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. 2) Pendekatan psikologis Peserta didik adalah organisme yang sedang tumbuh dan berkembang. Peserta didik memiliki berbagai potensi manusiawi, seperti: bakat, minat, kebutuhan, sosial-emosional-personal, dan kemampuan jasmaniah. Potensi-potensi itu perlu dikembangkan melalui proses pendidikan dan pembelajaran di sekolah, sehingga terjadi perkembangan secara menyeluruh menjadi manusia seutuhnya. 3) Pendekatan edukatif/pendagogis Pendekatan pendidikan menempatkan peserta didik sebagai unsur penting yang memiliki hak dan kewajiban dalam rangka sistem pendidikan menyeluruh dan terpadu. 3. Pengertian Persepsi Peserta Didik Persepsi peserta didik merupakan cara pandang sekelompok peserta didik yang hidup bersama dalam suatu lingkungan sekolah terhadap suatu objek yang diamati berdasarkan pengetahuan dan pengalaman sehingga memungkinkan antara orang yang satu dengan yang lainnya berbeda walaupun objeknya sama.

21 4. Pengertian Optimalisasi Pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk meningkatkan kualitas kehidupan bangsa. Seiring dengan perubahan jaman, inovasi-inovasi dalam dunia pendidikan terus mengalami perkembangan. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan maka akan tercipta sumber daya manusia yang berkompeten dan mampu bersaing di dunia kerja yang akan berdampak pada kemajuan suatu negara. Salah satu upaya yang dapat ditempuh adalah dengan mengoptimalkan proses pembelajaran di sekolah. Optimalisasi berasal dari kata opimal. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Optimal adalah suatu hal yang baik; tertinggi; paling menguntungkan. Sedangkan menurut Sisdjiatmo (1990:266) Optimal adalah berusaha memaksimumkan sesuatu yang diiginkan. Dengan demikian, optimalisasi dapat didefinisikan sebagai cara atau langkah-langkah yang digunakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dengan segala yang mempengaruhinya. Menurut Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia (1998:705) Optimalisasi merupakan proses, cara atau perbuatan mengoptimalkan. Mengoptimalkan berarti menjadikan paling baik, paling tinggi atau paling menguntungkan. Sedangkan menurut Sudjana (2008:8) Optimalisasi adalah setiap upaya yang sistematik dan disengaja untuk menciptakan kondisi-kondisi maksimal.

22 Menurut Yuwono (1994) Optimalisasi adalah perihal mengoptimalkan suatu proses atau kegiatan yang diarahkan untuk mencapai atau mendapatkan hasil yang terbaik. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa optimalisasi adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan untuk meminimalkan atau memaksimalkan suatu program agar mendapatkan hasil yang diharapkan. Optimalisasi kegiatan belajar mengajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, diantaranya faktor metode atau teknik mengajar guru. Guru dapat menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi sehingga peserta didik tidak jenuh dalam kegiatan pembelajaran. Guru dapat mengaitkan materi yang terdapat dalam kurikulum dengan kondisi lingkungan atau sesuai dengan dunia nyata sehingga peserta didik merasa pembelajaran menjadi lebih bermakna atau memiliki manfaat dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kegiatan pembelajaran yang menyenangkan guru harus dapat melibatkan peserta didik dalam proses pembelajaran atau pembelajaran yang partisipatif. Peserta didik dibantu oleh pendidik dalam melibatkan diri untuk mengembangkan atau memodifikasi kegiatan pembelajaran sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna. Hal ini sesuai dengan pendapat Sudjana (2008: 69) dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, peserta didik dibantu oleh pendidik melibatkan diri dalam proses pembelajaran. Proses ini mencakup kegiatan untuk menyiapkan fasilitas atau alat bantu pembelajaran, menerima informasi tentang materi/bahan

23 belajar dan prosedur pembelajaran, membahas materi/ bahan belajar dan melakukan saling tukar pengalaman dan pendapat dalam membahas materi atau memecahkan masalah. 5. Pengertian Pelayanan Sekolah Proses pendidikan dan pembelajaran pada dasarnya merupakan kegiatan positif yang memfasilitasi anak didik untuk memperoleh informasi yang dapat mengubah kondisi dirinya menjadi lebih baik. Oleh karena itulah, maka diperlukan suatu kondisi yang dapat mewujudkan tujuan tersebut. Kondisi tersebut harus diciptakan, sebab tidak mungkin secara otomatis suatu kondisi muncul dihadapan kita. Dalam hal ini kita perlu menyadari bahwa menciptakan kondisi yang kondusif merupakan salah satu bentuk pelayanan sekolah kepada anak didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal. Menurut Kotler sebagaimana dikutip oleh Aulia Rahayu (2013:54) Pelayanan adalah setiap tindakan atau kegiatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak mengakibatkan kepemilikan apapun. Sedangkan menurut Anton Adiwiyoto dalam Hendra Hadiwijaya (2011:224) mengemukakan bahwa Pelayanan adalah suatu yang sangat subyektif dan sulit didefinisikan karena pelayanan sebagai subyek yang melakukan suatu transaksi dapat bereaksi secara berbeda terhadap apa yang kelihatannya seperti pelayanan yang sama.

24 Menurut Moenir sebagaimana dikutip oleh Hendra Hadiwijaya (2011:224) Pelayanan adalah aktivitas yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang dengan landasan faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan orang lain sesuai dengan haknya. Hal ini menjelaskan bahwa pelayanan adalah suatu bentuk sistem, prosedur atau metode tertentu yang diberikan kepada orang lain dalam hal ini pelanggan agar kebutuhan pelanggan tersebut dapat terpenuhi sesuai dengan harapan mereka. Menurut Tjiptono dalam Hendra Hadiwijaya (2011:224) mengemukakan bahwa Kualitas pelayanan atau jasa merupakan keunggulan-keunggulan yang diberikan perusahaan dalam rangka memenuhi keinginan pelanggan. Pendapat lain dikemukakan Siagian dalam Hendra Hadiwijaya (2011:244) Pelayanan secara umum adalah rasa menyenangkan yang diberikan kepada orang lain disertai kemudahan-kemudahan dan memenuhi segala kebutuhan mereka. Dengan demikian pelayanan merupakan upaya memberikan kesenangan-kesenangan kepada pelanggan dengan adanya kemudahan-kemudahan agar pelanggan dapat memenuhi kebutuhannya. Dari beberapa pengertian pelayanan yang telah disebutkan diatas, dapat disimpulkan bahwa pelayanan merupakan suatu proses pemenuhan kebutuhan melalui suatu aktivitas atau kegiatan orang lain. Subjek dari pelayanan adalah pelanggan yang dapat memberikan suatu reaksi yang berbeda terhadap pelayanan yang kelihatannya sama

25 Menurut Moenir dalam jurnal Hendra Hadiwijaya (2011:245) bentukbentuk pelayanan terdiri dari: 1) Pelayanan dengan Lisan Dalam pelayanan dengan lisan ini fungsi humas betul-betul diefektifkan sebagai kepanjangan tangan dari pemberian informasi kepada pelanggan. Dengan kata lain pelayanan lisan adalah komunikasi langsung kepada pelanggan. 2) Pelayanan dengan tulisan Pelayanan dalam bentuk tulisan ini dilakukan berdasarkan pada jarak yang terlalu jauh antara pelanggan dengan produsen. Adapun pelayanan ini dapat digolongkan yaitu pelayanan berupa petunjuk dan pelayanan berupa reaksi tertulis atas permohonan. 3) Pelayanan dengan perbuatan Adapun pelayanan yang dilakukan dengan perbuatan merupakan tindak lanjut dari suatu pekerjaan pada bagian pelayanan agar dapat beradaptasi langsung atau bertatap muka dengan pelanggan. Selanjutnya dapat dilihat pula bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan yang efektif, seperti dikemukakan oleh Pusat Data dan Analisis Pilar dalam jurnal Hendra Hadiwijaya (2011:227) yang menyatakan beberapa prinsip yang mendukung prosedur pelayanan pelanggan yang efektif yaitu : 1) Program pelayanan harus berkaitan dengan perusahaan. 2) Program pelayanan harus dimulai dari manajemen puncak. 3) Terpusat pada visi. 4) Program pelayanan harus terintegrasi dalam manajemen. 5) Memotivasi karyawan ujung tombak. 6) Berpedoman pada hasil penelitian. 7) Melakukan pengukuran. 8) Harus berkaitan dengan prestasi dan penghargaan. 9) Mampu mengkaitkan kualitas eksternal dengan internal. 10) Pengembangan program pelayanan harus didukung oleh pelatihan, program, seleksi dan induksi. Penelitian ini membahas mengenai persepsi peserta didik terhadap optimalisasi pelayanan di SMA YP Unila. Dalam penelitian ini yang

26 dimaksudkan dengan pelanggan adalah peserta didik di SMA YP Unila sebagai pengguna langsung dari pelayanan yang diberikan oleh sekolah tersebut. Persepsi peserta didik terhadap pelayanan di SMA YP Unila ini terbentuk dari pelayanan yang diterima atau dirasakan oleh peserta didik di sekolah tersebut. 6. Tinjauan Tentang Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan ini merupakan penjabaran dari Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sebagaimana tercantum dalam ketentuan umum Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, yang dimaksud dengan Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dalam pelaksanaan peningkatan mutu pendidikan haruslah ada yang menjamin dan mengendalikan pendidikan sehingga sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan. Dalam hal ini pemerintah melakukan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi, ketiga proses ini dilaksanakan untuk menentukan layak tidaknya lembaga pendidikan yang berstandar nasional. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana, terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal nasional, dan global, sehingga mutu pendidikan di Indonesia bisa bersaing dengan negara lain.

27 Standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Standar nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, terdapat delapan standar yang menjadi sorotan dalam melaksanakan Standar Nasional Pendidikan yaitu sebagai berikut: 1. Standar Isi Standar isi mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Standar isi ini memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum, beban belajar, kurikulim tingkat satuan pendidikan, dan kalender pendidikan/akademik. (Pasal 5 Ayat (1) dan (2)) 2. Standar Proses Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. (Pasal 19 Ayat (1))

28 Selain itu dalam penyelenggaraan proses pembelajaran, pendidik harus memberikan keteladanan dan contoh yang baik kepada peserta didiknya. Setiap satuan pendididikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembeajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif. 3. Standar kompetensi kelulusan Standar kompetensi lulusan digunakan sebagai pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Standar kompetensi kelulusan ini meliputi kompetensi untuk seluruh mata pelajaran mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan. (Pasal 25 Ayat (1), (2), dan (4)) Standar kompetensi kelulusan bertujuan untuk meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, dan akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.

29 4. Standar pendidik dan tenaga kependidikan Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini meliputi: kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. (Pasal 28) Seseorang yang tidak memiliki ijazah dan/atau sertifikat keahlian tetapi memiliki keahlian khusus yang diakui dan diperlukan dapat diangkat menjadi pendidik setelah melaewati uji kelayakan dan kesetaraan. 5. Standar sarana dan prasarana Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (Pasal 42 Ayat (1))

30 Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. (Pasal 42 Ayat (2)) 6. Standar pengelolaan Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas. Setiap satuan pendidikan dipimpin oleh seorang kepala satuan sebagai penanggung jawab pengelolaan pendidikan. (Pasal 29 Ayat (1) dan (3)) 7. Standar pembiayaan Pembiayaan pendidikan terdiri atas biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan.

31 Biaya operasi satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya operasi pendidikan tak langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak, asuransi, dan lain sebagainya. Standar biaya operasi satuan pendidikan ditetapkan dengan Peraturan Menteri berdasarkan usulan BSNP. (Pasal 62) 8. Standar penilaian Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas: penilaian hasil belajar oleh pendidik, penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan penilaian hasil belajar oleh pemerintah. (Pasal 63 Ayat (1)) Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian pendidikan ini digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik, bahan penyusunan laporan hasil belajar, dan memperbaiki proses pembelajaran.

32 7. Pentingnya Peningkatan Mutu Pendidikan Tuntutan akan lulusan sekolah yang bermutu semakin mendesak karena semakin ketatnya persaingan dalam lapangan kerja. Dalam kerangka pengembangan mutu terpadu, usaha pendidikan tidak lain adalah merupakan usaha yang memberikan pelayanan kepada pelanggannya, yaitu mereka yang belajar dalam lembaga pendidikan tersebut. Para pelanggan layanan pendidikan terdiri dari berbagai unsur paling tidak empat kelompok. Mereka itu adalah pertama yang belajar, bisa merupakan mahasiswa/pelajar/murid/peserta belajar yang disebut klien/pelanggan primer (primary external costumers). Mereka inilah yang langsung menerima manfaat layanan pendidikan dari lembaga tersebut. Kedua, para klien terkait dengan orang yang mengirimnya ke lambaga pendidikan, yaitu orang tua dan mereka ini yang disebut sebagai pelanggan sekunder (secondary external cosumers). Pelanggan lainnya yang ketiga adalah lapangan kerja bisa pemerintah maupun masyarakat sebagai pengguna output pendidikan (tertiary external cosumers). Selain itu yang keempat dalam hubungan kelembagaan masih terdapat pelanggan lainnya yaitu yang berasal dari intern lembaga; mereka itu adalah para guru/tenaga pendidik, serta pemimpin lembaga (internal costumers). Seperti disebutkan diatas bahwa program peningkatan mutu pendidikan harus berorientasi kepada kebutuhan/harapan pelanggan, maka layanan pendidikan suatu lembaga pendidikan haruslah memperhatikan masing-

33 masing pelanggannya diatas. Kepuasan dan kebanggaan dari mereka sebagai penerima manfaat layanan pendidikan harus menjadi acuan bagi program peningkatan mutu layanan pendidikan. Sistem jaminan kualitas mutu pendidikan menjadi isu yang utama dalam konteks pendidikan saat ini. Mutu pendidikan yang kasat mata tentunya tertuju pada mutu pendidikan itu sendiri. Untuk dapat menghasilkan lulusan yang bermutu tentunya harus didukung oleh suatu proses yang bermutu juga. Suatu proses yang bermutu tentunya harus didukung oleh faktor-faktor penunjang proses pendidikan yang bermutu pula. Mutu pendidikan harus bersifat menyeluruh, menyangkut semua komponen, pelaksanaan dan kegiatan yang bermutu total. Dalam rangka peningkatan mutu pendidikan di sekolah, harus didasarakan kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan di Indonesia. Standar nasional pendidikan ini merupakan kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Republik Indonesia. Fungsi dari standar nasional pendidikan ini adalah sebagai perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang lebih bermutu. Inti utama dari mutu pendidikan adalah memberikan pelayanan yang sesuai bagi masyarakat. Bermutu atau berkualitasnya suatu pendidikan dapat diukur secara dedukatif dan induktif. Dedukatif apabila visi yang

34 telah ditetapkan dapat dijabarkan dalam misinya. Indukatif apabila pendidikan dapat mendatangkan manfaat, dunia kerja, dan profesional. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, tidaklah cukup hanya ditangani oleh sebuah lembaga saja yang bernama dinas pendidikan mulai dari tingkat pusat sampai tingkat daerah, tetapi harus ditangani oleh lebih dari satu lembaga yang memiliki visi dan misi yang sama dalam bidang pendidikan, contohnya sekolah. Untuk itu diperlukan sebuah komitmen bersama agar dapat memperbaiki mutu pendidikan di Indonesia. Sekolah merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pendidikan yang merupakan salah satu faktor penentu mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Melalui lembaga pendidikan ini para peserta didik secara mental maupun intelektual dididik agar dapat mencapai mutu sesuai dengan target yang ditetapkan sekolah. Sekolah merupakan bagian terdepan dari proses pendidikan, oleh sebab itu sekolah harus melakukan berbagai usaha yang nyata dalam rangka peningkatan mutu pendidikan. Sekolah haruslah mampu mengelola sumber-sumber yang ada pada sekolah tersebut misalnya komponen input seperti guru, bahan ajar, media pembelajaran, metode, sarana prasarana, penilaian dan buku teks, serta sekolah harus mengontrol kualitas proses pembelajaran sehingga akan menghasilkan mutu output secara optimal sesuai denga harapan semua orang.

35 Salah satu sekolah yang mendukung terselenggaranya mutu pendidikan ke arah yang lebih baik adalah SMA YP Unila Bandar Lampung. Sekolah ini telah berusaha mengoptimalkan pelayanannya sesuai dengan standar nasional pendidikan Indonesia. B. Kerangka Pikir Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan nasional Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Melalui pendidikanlah tujuan nasional tersebut dapat tercapai. Salah satu komponen penting dalam bidang pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai faktor penentu mutu Sumber Daya Manusia (SDM) harus dapat melaksanakan fungsinya dengan baik agar dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik. Demi terciptanya pancapaian mutu pendidikan, sekolah sebagai pelaksana pendidikan harus berupaya secara optimal dalam memberikan pelayanan kepada peserta didiknya dan untuk mengetahui tingkat ketercapaian kualitas itu, maka sekolah berkualitas harus merujuk kepada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan di Indonesia yang meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi kelulusan, standar pendidikan dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, serta standar penilaian pendidikan. Standar nasional pendidikan yang dapat dirasakan langsung oleh peserta didik meliputi indikator standar proses, standar pendidik dan tenaga pendidikan, standar sarana prasarana, serta standar pengelolaan.

36 Salah satu sekolah yang telah berusaha mengoptimalkan standar pelayanannya adalah SMA YP Unila Bandar Lampung. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana persepsi peserta didik terhadap optimalisasi pelayanan pendidikan di SMA YP Unila.Persepsi peserta didik ini didasarkan pada indikator pemahaman peserta didik terhadap pelayanan di sekolah, tanggapan peserta didik terhadap pelayanan yang diberikan sekolah, serta harapan peserta didik terhadap pelayananyang telah diberikan SMA YP Unila Bandar Lampung. Untuk memperjelas kerangka pemikiran dalam penelitian ini, dapat dilihat pada bagan berikut ini: Persepsi Peserta didik terhadap optimalisasi pelayanan pendidikan di SMA YP Unila (X): 1. Pemahaman 2. Tanggapan 3. Harapan Optimalisasi Pelayanan Pendidikan di SMA YP Unila (Y): 1. Standar Proses 2. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan 3. Standar Sarana dan Prasarana 4. Standar pengelolaan