BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN PARTISIPATORY ACTION RESEARCH (PAR) di sebut dengan berbagai sebutan, di antaranya adalah : Action research,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya pengembangan

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN A. PENGERTIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. Participatory Action Research (PAR). Dalam buku Jalan Lain, Dr.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. PAR sendiri memiliki kepanjangan participatory action research. PAR

BAB III METODE PENELITIAN DAN PEMBERDAYAAN. PAR ini adalah kepanjangan dari Participatory Action Research. Pendekatan PAR

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN. Menurut Yoland Wadworth sebagaimana di kutip Agus Afandi, PAR

BAB III METODE PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN. filosofi, metodologi dan prinsip kerjanya. PAR tidak memiliki sebutan

BAB II METODE PENELITIAN. dikenal dengan nama PAR atau Participatory Action Risearch. Adapun

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Participatory Action Research (PAR). Metodologi tersebut dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma pengetahuan tradisional kuno. Asumsi-asumsi baru tersebut

BAB II METODE PENELITIAN. A. Pengertian Participatory Action Research (PAR) Menurut Yoland Wadworth, Participatory Action Research (PAR) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Penelitian ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mengelola tanah hingga menanam bibit sampai menjadi padi semuanya dilakukan

BAB III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. PAR (Participatory Action Research). Metode PAR (Participatory Action

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pemberdayaan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN PARTICIPATORY ACTION RESEARCH. riset aksi sering dikenal dengan Participatory Action Research (PAR).

BAB III METODOLOGI PENELITIAN RISET AKSI PARTISIPATIF. Dompyong ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Karangwungulor ini penulis menggunakan metode Participatory Action research

PAR. Dr. Tantan Hermansah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MENCIPTAKAN PERUBAHAN

Bab III METODE DAN STRATEGI PENDAMPINGAN. metode dalam cara kerja PAR (Participatory Action Research). Pada dasarnya, PAR merupakan

METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan Penelitian untuk Pendampingan. Kabupaten lamongan ini secara umum memakai pendekatan PAR.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. yang melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji

BAB III METODE RISET AKSI PARTISIPATIF. Pada proses pendampingan yang telah dilakukan di Dusun Satu

BAB VI MENUJU DESA TANGGUH BENCANA MELALUI PEMBENTUKAN KOMUNITAS TARUNA SIAGA BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia (NKRI) tidaklah kecil. Perjuangan perempuan Indonesia dalam

BAB I PENDAHULUAN. sistem sosial budaya harus tetap berkepribadian Indonesia.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB I PENDAHULUAN. masalah kemiskinan dan keterbelakangan. 1. Pendapatan mayoritas penduduk pedesaan yang rendah.

PERMUKIMAN UNTUK PENGEMBANGAN KUALITAS HIDUP SECARA BERKELANJUTAN. BAHAN SIDANG KABINET 13 Desember 2001

BAB III METODE PAR (PARTICIPATORY ACTION RESEARCH) Pendekatan penelitian yang dipakai adalah riset aksi. Di antara namanamanya,

BAB III METODE RISET DAN PENDAMPINGAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN UNTUK PENDAMPINGAN

BAB VIII REFLEKSI HASIL PENELITIAN DAN PENGORGANISASIAN

Pendidikan Alternatif bagi Pekerja Rumah Tangga (Sekolah Wawasan)

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

Brief Note. Edisi 19, Mobilisasi Sosial Sebagai Mekanisme Mengatasi Kemiskinan

BAB II KERANGKA PEMECAHAN MASALAH. A. Terjadinya Konflik Jalan Lingkungan Di Kelurahan Sukapada

BAB VII REFLEKSI TEORITIS A. ANALISIS TEORI PRESPEKTIF TEORI PEMBERDAYAAN. menggunakan teori pemberdayaan. Dalam konsep pemberdayaan, manusia adalah

PRINSIP PARTISIPASI

BAB I PENDAHULUAN. Program nasional pemberdayaan masyarakat (PNPM) mandiri adalah

RISET TINDAKAN Bahan fasilitasi lokakarya penelitian tindakan guru-guru SMP Darul Hikam Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Perbandingan PRA dengan RRA dan PAR

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. ini menggunakan pendekatan Participatory Action Research (PAR). Pada

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berkreasi, semakin dirasakan urgensinya. Otonomi dibidang

BAB I PENDAHULUAN. wilayah kecamatan sebanyak 15 kecamatan. Produktifitas rata-rata

BAB 6 DINAMIKA PENGORGANISIRAN MASYARAKAT. dalam bentuk deskriptif. Deskriptif ini akan penulis sesuaikan dengan prinsipprinsip

Pemberdayaan KEKUASAAN (POWER)

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

BAB I PENDAHULUAN. dalam menyiapkan kehidupan bangsa di masa depan. diberati oleh nilai-nilai. Hal ini terutama disebabkan karena pemuda bukanlah

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan motor penggerak yang memberikan dasar bagi peningkatan

PEMBANGUNAN MASYARAKAT (D) R. Ahmad Romadhoni Surya Putra, S.Pt., M.Sc., Ph.D. Laboratorium Komunikasi dan Pembangunan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Permasalahan kemiskinan yang cukup

Pemberdayaan Masyarakat

Strategi Gerakan untuk Kepentingan Perempuan Surya Tjandra Unika Atma Jaya Jakarta, 10 Maret 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam kehidupan sehari hari, kita mengenal berbagai jenis organisasi

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut keputusan menteri kesehatan No. 193/ MenKes/ SK/ X/2004 tentang

BAB IX MANAJEMEN PERUBAHAN SISTEM PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan negara Indonesia yang terdiri dari banyak pulau dan Daerah

PRINSIP-PRINSIP PRA MENURUT ROBERT CHAMBERS. . Prinsip-Prinsip PRA

Sekalipun Dibenci, Tetapi Selalu Dirindukan

BAB III METODOLOGI PENDAMPINGAN. Sehingga terjalin hubungan yang baik dan setara. Inkulturasi dengan

BAB V PENUTUP. Penelitian ini pada akhirnya menunjukan bahwa pencapaian-pencapaian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam upaya meningkatan mutu pendidikan pemerintah. mengeluarkan berbagai kebijakan. Salah satu kebijakannya adalah mengganti

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG PENGARUSUTAMAAN GENDER DALAM PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indrie Noor Aini, 2013

PERANGKAT (TOOLS) DALAM COMMUNITY BASED TOURISM

BAB 1 PENDAHULUAN. sumbangan besar dalam menciptakan stabilitas nasional. Pembangunan desa adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perempuan adalah tiang penyangga dalam rumah tangga. Istilah tersebut

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. dalam menjalankan komunikasi pembangunan dan pemberdayaan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang memadai dan efektif pada setiap tahapan manajemen public relations

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

Workshop PPM Desa Timbulharjo Jurusan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial UNY UTAMI DEWI

I. PENDAHULUAN. Belajar pada hakekatnya adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada

BAB I PENDAHULUAN. berpikir dan berupaya para pemerhati pendidikan merupakan hal yang bersifat. tantangan zaman dalam era globalisasi ini.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nana Sutarna, 2015

BAB III METODE PENELITIAN AKSI PARTISIPATIF. Penelitian ini menggunakan metode Participatory Action Research (PAR)

Prinsip-Prinsip Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

Sistem Rekrutmen Anggota Legislatif dan Pemilihan di Indonesia 1

Pengantar. responsibility (CSR).

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. memiliki sejarah tersendiri, salah satunya keresahan akan keadaan LSM yang mementingkan

PERAN PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN INDUSTRI KECIL (Studi Kasus: Perempuan dalam Industri Batik di Kabupaten Banyumas) TUGAS AKHIR

Transkripsi:

BAB II METODOLOGI PENDAMPINGAN PARTISIPATORY ACTION RESEARCH (PAR) A. Pengertian PAR PAR tidak memiliki sebutan tunggal. Dalam berbagai literatur, PAR bias di sebut dengan berbagai sebutan, di antaranya adalah : Action research, learning by doing, action learning, action science, action inquiry, collaborative research, partisipatory action research, policy-oriented action research, emancipatory research, conscientizing research, collaborative inquiry, participatory action learning, dan dialectical research. 1 Sesungguhnya tidak ada definisi baku mengenai apa yang di maksud dengan participatory action research, namun demikian beberapa definisi telah dikemukakan oleh para ahli diantaranya menurut yoland wadworth, PAR adalah istilah yang memuat seperangkat asumsi yang mendasari paradigm baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma baru ilmu pengetahuan dan bertentangan dengan paradigma pengetahuan traddisional atau kuno. Asumsi-asumsi mengenai apa kasus yang sedang terjadi dan apa implikasi perubahannya yang di pandang berguna oleh orang-orang yang berada pada situasi problematis dalam mengantarkan untuk melakukan 1 Agus afandi,dkk. Modal Participatory Action Research, (surabaya:lppm UIN sunan ampel,2014),hal.89 10

penelitian awal. Par pada dasarnya melibatkan secara aktif semua pihak-pihak yang relevan (stakeholders) dalam mengkaji tindakan yang sedang berlangsung (dimana pengamalan mereka sendiri sebagai persoalan) dalam rangka melakukan perubahan dan perbaikan ke arah yang lebih baik. Untuk itu, mereka harus melakukan reflesi kritis terhadap konteks sejarah, politik, budaya, ekonomi, geografis dan konteks lain lain terkait.yang mendasari di lakukannya PAR adalah kebutuhan kita untuk mendapatkan perubahan yang di inginkan. PAR memiliki tiga kata yang selalu berhubungan satu sama lain, yaitu partisipasi, riset dan aksi, semua riset harus di implementasikan dalam aksi. Betapapun juga, riset mempunyai akibat-akibat yang di timbulkannya, segala sesuatu berubah sebagai akibat dari riset. Situasi baru yang di akibatkan riset bias jadi berbeda dengan situasi sebelumnya. PAR merupakan intervensi sadar yang tak terelakkan terhadap situasi soisal, riset berbasis par PAR di rancang untuk mengkaji sesuatu dalam rangka merubah dan melakukan perbaikan terhadapnya. Hal ini seringkali muncul dari situasi yang tidak memuaskan yang kemudian mendorong keinginan untuk berubah kepada situasi yang lebih baik. Namun, ia bias juga muncul dari pengalaman yang sudah berlangsung secara baik yang mendorong keinginan untuk memperoduksi 11

kembali atau menyebarkannya. 2 Salah satu kunci keberhasilan PAR adalah membangun tim PAR yang sangat meyakini kebenaran proses PAR dan nilai-nilai PAR. Harus di ingat bahwa komitmen terhadap PAR dan proses kebersamaan atau kerja sama merupakan kunci sukses. B. Cara Kerja PAR yang menjadi landasan dalam cara kerja PAR, terutama adalah gagasangagasan yang datang dari rakyat. Oleh karena itu, pendamping PAR harus melakukan cara kerja sebagai berikut. 1) perhatikan dengan sunggu-sungguh gagasan yang datang dari masyarakat yang masih terpenggal dan belum sistematis. 2)pelajari gagasan tersebut secara bersama-sama dengan mereka sehingga menjadi gagasan yang sistematis. 3) menyatulah dengan rakyat. 4) kaji kembali gagasan yang datang dari mereka sehingga mereka sadar dan memahami bahwa gagasan itu milik mereka sendiri, 5) terjemahkan gagasan tersebut dalam bentuk aksi, 6) uji kebenaran gagasan melalui aksi, 7) dan seterusnya berulang-ulang sehingga gagasan tersebut menjadi benar. C. Prinsip-Prinsip PAR Pradigma ilmu sosial kritis yang memihak pada kaum tertindas, merupakan prinsip utama atau bahkan menjadi prinsip mendasr yang harus dimiliki oleh setiap pengorganisir masyarkat. Pada dasarnya, prinsip 2 Agus Afandi,dkk.ibid.hal.91 12

mengorganisir masyarakat adalah menyangkut sikap dan pilihan yang jelas dan tegas untuk berpihak kepada rakyat yang dizalimi dan tertindas.karena itulah sarat dengan pilihan-pilihan nilai, kaidah, keyakinan, dan pemahaman masyarakat dan bagaimana agar keadilan, perdamayan dan hak-hak asasi manusia ditegakkan dalam seluruh aspek kehidupan masyarakat. Prinsip pengorganisir masyarkat yang harus dimiliki dan dibangun dalam diri para pengorganisir masyarkat (community organizer)adalah meliputi; 1. Membangun etos dan kometmen organizer Etosdan kometmen seorang community organizer merupakan prinsip utama agar mampu bertahan menghadapi banyak tantangan dan berhasil membawa sebuah perubahan bersama masyarakat.karena, menjadi seorang community organizerberarti terlibat dalam suatu proses perjuangan seumur hidup yang menuntut tanggung jawab besar sebagai pengorganisir rakyat yang lebih besar. 2. Keberpihakan dan pembebasan terhadap kaum lemah. 3. Berbaur dan terlibat (live in) dalam kehudupan masyarakat. 4. Belajar bersama rakyat, merencanakan bersama, dan membangun dengan apa yang mereka punya. 5. Kemandirian.Kemandirian merupakan prinsip yang dipegang baik dalam sikap politik, budaya, maupundalam memenuhi kebutuhan dari sumbersumber yang ada. Seorang community organizer hanya akan dianggab selesai dan berhasil melakukan pekerjaannya jika masyarakat yang di organisirnya telah mampu mengorganisir diri mereka sendiri (local 13

leader), sehingga tidak lagi memerlukan organizer luar yang memfasilitasi mereka. 6. Berkelanjutan, setiap kegiatan pengorganisasian di orientasikan sebagian suatu yang terus-menerus dilakukan. Tiap langkah dalam pengembangan komunitas ditempatkan dalam satu kerangka kegiatan yang terus-menerus. 7. Keterbukaan dengan prinsip ini,setiap anggota komunitas dirancang untuk mengetahui masalah-masalah yang akan dilakukan dan sedang dihadapi oleh komunitas. 8. Partisipasi, setiap anggota komunitas memiliki peluang yang sama terhadap informasi maupun terhadap proses pengambilan keputusan yang dibuat oleh komunitas. satu sisi seorang pengorganisi masyarakat memang dituntun mampu menstimulasi masyarakat dan mendorong mrereka berpartisipasi aktif dalam proses pengorganisasi mereka sendiri misalnya dengan memfasilitasi proses pelatihan, pertemuan,hingga dalam proses pengambilan keputusan dengan memberikan ruang dan peluang yang terbuka dan sama bagi setiap anggota (masyarakat) untuk ikut ambil bagian dalam proses tersebut. Namun, perlu diketahui bahwa partisipasi tidak slalu menuju pada suatu pemberdayaan. Dibutuhkan lingkungan yang mendukung untuk menumbuhkan anspirasi masyarakat dan kemampuan supaya pemberdayaan dapat terjadi. Menurut David Wilcox bahwa ada beberapa cara ini yaitu: a) Tidak menyepelekan orang.berikan mereka (para partisipasi) peralatan 14

yang memudahkan untuk dapat mengatur kompleksitas latar dan maslah diantara mereka sendiri. b) Mengelompokkan / membagi masalah menjadi lebih kecil sehingga mudah untuk dicerna, c) Mulaidengan maslah isu yang berhubungan dengan mereka secara langsung, d) Tidak memasakkan ide dan solusi pribadi terhadp permasalahan yang ada. e) Membantu orang-orang untuk memperlebar persepsi mereka akan pilihan-pailihan yang ada dan membantu menjelaskan implikasiimplikasi akan setiap pilihan. f) Membangun gambaran akan sukses-sukses awal yang dapat diraih untuk mengembangkan keyakinan para partisipan. g) Kemampuan jenjang tangga, kepercaayan dan kometmen terhadap prose; tawarkan beberapa pilihan yang progresif akan level keterlibatan dan membantu mereka untuk terus naik ke jenjang yang lebih tinggi. h) Pelatihan pemberdayaan langsung untuk para peserta mungkin tidak terlalu dihargai.karana itu, mungkin lebih baik untuk meningkatkan kemampuan-kemampuan secara organic sebagai bagian dari proses. i) Selama memungkinkan, hindari solusi yang takdapat dikembalikan ke situasi semula. Susunlah proses pembelajaran yang interaktif,dengan 15

pilotdan pengalaman yang kecil,cepat,dan dapat dikembalikan. j) Terus-menerus mengulas dan meperlebar keanggotan. Ketika ketertarikan-ketertarikan group (kelompok) sudah diketahui, bagaimana untuk menyatukan mereka kedalam proses. k) Membantu orang-orang untuk membangun pengertian mereka akan proses pengambilan keputusan yang kompleks dan jarak jauh yang berada diluar kekuasan dari proses partisipasi tetapi akan mempengaruhi asil akhir (l) Membangun network dan alisis baru. l) Rencana-rencana harus berarti dan menjurus kepada aksi. m) Mengatur hubungan antara kemampuan pribadi atas beberapa group yang berbeda untuk menyampaikan kometmen mereka, kepercayaan public,dan control akan implemetasinya. n) Membangun kesempatan-kesempatan untuk refleksi dan penilaian. o) Pastikan orang-orang bergembira. Prinsip lain yang harus di miliki oleh seorang pendamping yaitu: Pertama, Prinsip Partisipasi. Prinsip ini mengharuskan PAR dilaksanakan separtisipatif mungkin, melibatkan siapa saja yang berkepentingan dengan situasi yang sedang diteliti dan perubahan kondisi yang lebih baik. Dengan prinsip ini, PAR dilakukan bersama di antara warga masyarakat melalui proses berbagi dan belajar bersama, untuk memperjelas dan memahami kondisi dan permasalahan mereka sendiri. Prinsip ini juga menuntut penghargaan pada setiap perbedaan yang melatarbelakangi warga saat terlibat 16

dalam PAR, termasuk penghargaan pada kesetaraan jender (terlebih jika dalam suatu komunitas warga perempuan belum memperoleh kesempatan yang setara dengan laki-laki untuk berpartisipasi sosial). Berbeda dengan riset konvensional, tim peneliti dalam PAR bertindak sebagai fasilitator terjadinya proses riset yang partisipatif di antara warga, bukan tim peneliti yang meneliti kondisi komunitas dari luar sebagai pihak asing. Kedua, Prinsip Orientasi Aksi.Prinsip ini menuntut seluruh kegiatan dalam PAR harus mengarahkan masyarakat warga untuk melakukan aksi-aksi transformatif yang mengubah kondisi sosial mereka agar menjadi semakin baik.oleh karena itu, PAR harus memuat agenda aksi perubahan yang jelas, terjadwal, dan konkret. Ketiga, Prinsip Triangulasi. PAR harus dilakukan dengan menggunakan berbagai sudut pandang, metode, alat kerja yang berbeda untuk memahami situasi yang sama, agar pemahaman tim peneliti bersama warga terhadap situasi tersebut semakin lengkap dan sesuai dengan fakta. Setiap informasi yang diperoleh harus diperiksa ulang lintas kelompok warga/elemen masyarakat (crosscheck).prinsip ini menuntut PAR mengandalkan data-data primer yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti bersama warga di lapangan.sedangkan data-data sekunder (riset lain, kepustakaan, statistik formal) dimanfaatkan sebagai pembanding. Keempat, Prinsip Luwes atau Fleksibel.Meskipun PAR dilakukan dengan perencanaan sangat matang dan pelaksanaan yang cermat atau hati-hati, 17

peneliti bersama warga harus tetap bersikap luwes menghadapi perubahan situasi yang mendadak, agar mampu menyesuaikan rencana semula dengan perubahan tersebut.bukan situasinya yang dipaksa sesuai dengan Desain riset, melainkan Desain riset yang menyesuaikan diri dengan perubahan situasi. D. Teknik dan Langkah Pengorganisasian Masyarakat Keseluruhan proses pengorganisasian masyarakat terdiri dari serangkaian tahapan yang berkaitan satu sama lain sebagai kesatuan terpadu. Namun, semua proses atau tahapan dalam pengorganisasian masyarakat tidak selalu ketat berurutan dan tentu saja sorang pengorganisir yang baik tidak dapat hanya melakukan salah satunya dan mengabaikan yang lainnya. Dalam kenyatannya, seorang pengorganisir memang mungkin sepenuhnya berada pada suatu tahap tertentu saja pada suatu saat tertentu pula. 3 Secara umum dan sederhana, tahapan proses yangsekaligus menjadi langkah-langkah pengorganisasian masyarakat dapat di uraikan sebagai berikut. 1. Memulai Pendekatan. Memulai pendekatan terhadap kelompok, slalu memerlukan apa yang selama ini dikenal sebagai pintu masuk (entry point) atau kunci yang menentukan untuk memulai membangun hubungan dengan masyarakat setempat. Hal ini tentu membutuhkan persiapan yang matang sebelum terjun 3 Agus Afandi,dkk. Modal Participatory Action Research, (Surabaya: LPPM UIN sunan ampel,2014), hlm.208 18

mengorganisir komunitas. Karena itu hal yang penting yang perlu dipersiapkan pada tahap ini adalah pemahaman tentang komunitas sehingga perlu pemetaan pendahuluan (preliminary mapping). Hal-hal yang diketahui pada pemetaan pendahuluan ini seperti informasi lebih detail tentang komunitas, kondisi sosio demografisnya, karakteristik masyarakat, nilai-nilai yang dianut, adat-istiadat yang berlaku, serta isu-isu yang akan diangkat dan ditangani bersama komunitsa. Setelah itu. pendekatan dilakukan dangan membaur atau beritegritasi menyatu dengan komunitas (live with them.) 4 2. Investigasi Sosial (Riset Partisipatoris) Tahap ini merupakan kegiatan riset (penelitian) untuk mencari dan menggali akar persoalan secara sistematis dengan cara partisipatif. Organizer terlibat dalam kehidupan komunitas langsung dan bersama-sama komunitas. Pengorganisir merupakan beberapa masalah yang kemudian bersama anggota komunitas melakukan upaya klasifikasi menentukan masalah apa yang paling kuat dan mendesak untuk didiskusikan bersama. 3. Memfasilitasi Proses. Salah satu fungsi paling pokok dari seorang pengorganisir, baik yang berasal dari masyarakat setempat ataupun yang berasal dari luar, adalah memfasilitasi masyarakat yang di organisirnya. Mefasilitasinya dalam pengertian ini tidak hanya berarti memfasilitasi proses-proses pelatihan atau pertemuan saja. Seorang pengorganisir fasilitator adalah seorang yang 4 Agus Afandi,dkk. Ibid. hal: 210 19

memahami peran-peran yang dijalankannya di masyarakat serta memiliki ketrampilan teknis menjalankannya, yakni ketrampilan memfasilitasi prosesproses yang membantu, memperlancar, dan mempermudah masyarakat setempat agar pada akhirnya mampu melakukan sendiri semua peranan yang dijalankan seorang pengorganisir 4. Merancanng Strategi Merancang dan merumuskan strategi dalam pengorganisiran masyarakat benar-benar diarahkan untuk melakukan dan mencapai perubahan sosial yang lebih besar dan lebih luas di tengah masyarakat. Beberapa uraian langkah berikut dapat membantu dan memahami tentang perumusan strategi kearah perubahan sosia: 1. Menganalisis keadan (pada mikro maupun makro) 2. Merumuskan kebutuhan dan keinginan masyarakat 3. Menilai sumber daya dan kemampuan masyarakat 4. Menilai kekuatn dan kelemaha masyarakat sendiiiri dan lawannya 5. Merumuskan bentuk tindakan dan upaya yang tepat dan kreatif 5. Merancang Aksi (Tindakan) Setelah tersusunn perencanaan yang matang berupa rancangan isu-isu strategis, langkah selanjutnya adalah mengorganisir aksi bersama komunitas untuk melakukan suatu aksi (tindakan) yang memungkinkan keterlibatan (partisipasi) masyarakat sebesar-besarnya dalam penyelesaian masalah mereka sendiri.dalam pengerahan aksi ini, kata kuncinya adalah partisipasi 20

komunitas(masyarakat).oleh karena itu, seorang organizer(fasilator) dikatakan berhasil jika mampu mendorong dan membiarkan mereka (masyarakat) menjadi dominan,untuk menentukan lebih banyak agenda, untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi serta membuat rencana. Proses pengerahan aksi bisa diawali dari penentuan akan isu-isu yang matang untuk membahas masalah dan bagai mana bentuk aksi penyelesaian melalui diskusi-diskusi atau pertemuan bersama komunitas (Focus Group Discussion);kegiatan agitasi atau propaganda dengan harapan anggota komunitas akan tergerak untuk secara bersama-sama melakukan suatu tindakan,mobilisasi massa dalam kelompok kecil ataupun besar yang bersifat massif, negosisasi antara wakil komunitas dengan pihak yang dituntut;serta membentuk opini publik melalui media massa atau media populer. 6. Menata Organisasi dan Keberlangsungannya Mengorganisir masyarakat juga berarti membangun dan mengembangkan suatu Dalam pengertian ini, membangun organisasi masyarakat adalah juga berarti membangun dan mengembangkan suatu struktur dan mekanisme yang menjadikan mereka, pada akhirnya, sebagai pelaku utama sama kegiatan organisasi, mulai dari perencanaan, pelaksanaan sampai evaluasi dan tindak lanjutannya. Bahkan sejak awaal sebenarnya struktur dan mekanisme itu harus dibentuk oleh masyarakat setempat sendiri. Beraapa hal yang harus diyakini 21

dan di pahami oleh para pengorganisir rakyat menurut Jo Han Tann dan Topatimasang, antara lain: a) Masyarakat manapun di dunia ini sebenarnya sudah memiliki organisasi mereka sendiri. Bahkan masyarakat yang paling sederhana dan terpencilpun sudah mengenal dan mempraktekan kehidupan organisasi. Karena itu mulailah dari apa yang sudah mereka jalankan selama ini. b) Struktur mekanisme kerja kelembagaan yang khas tingkat masyarakat biasa yang sangat berbeda yang slama ini dikenal dalam teori-teori menejmen ilmiah modern yang di praktekkan di banyak ORNOP (NGO) Selama ini.secara tradisional, proses-proses kolektif di kalangan masyarakat selama ini sebenarnya adalah proses-proses pembagian kerja atau tugas berdasarkan fungsi masing-masing, sebagai suatu tim, sesuai dengan kemampuan setiap anggota masyarakat tersebut. Durkheim menyebutnya sebagai pranata sosial (sosil instituton). Setiap pranata sosial di masyarakat memiliki struktur sosial yang khas dan fungsional serta bersifat eksternal dan koersif. Misalnya tradisi keagamaan yang berlaku pada masyarakat tradisional adalah suatu pranata sosial yang memiliki struktur sosial khas dan fungsional anggota-anggota masyarakatnya. Karena itu, Jangan membangun suatu struktur dan mekanisme yang hierarkis,karea juga akan berdampak negatif pada sikap dan perilaku masyarakat sendir, antara lain yang terpenting, mereka lantas akan mengangap fungsi yang mereka jalankan dalam organisasi 22

tersebut sebagai suatu jabatan kaaaarier, lalu diminta gaji tetap, dan seterusnya. c) Sruktur-struktur organisasi atau lembaga tradisional mengandung banyak maslah, antara lain, yang paling sering dikemukakan adalah sifatnya yang serba paternalistik,primodial,bahkan banyak yang sangat feodal dan patriarkis. Karena itu, pengorganisasian rakyat tidak sekadar membentuk dan membangun struktur kelembagaan dan mekanisme kerja organisasi tradisional lokal, tetapi sekaligus juga berarti membangun nilai-nilai, memberi makna baru pada struktur-struktur tradisional tersebut agar menjadi lebih terbuka, lebih demokratis dan egaliter, lebih partisipatif dan lebih berwawasan kesetaraan atau keadilan gender. 23

24