PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN KAMPUNG DAN PERUBAHAN STATUS KAMPUNG MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI BARAT, Menimbang : bahwa dalam rangka mengimplementasikan ketentuan Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 5 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa dipandang perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat tentang Pembentukan, Penghapusan, Penggabungan Kampung dan Perubahan Status Kampung Menjadi Kelurahan; Mengingat : 1. Pasal 18 Undang - Undang Dasar 1945; 2. Undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai dan Kota Bontang (Lembaran Negara Nomor 65 Tahun 1999, Tambahan Lembaran Negara Nomor 38) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 07 Tahun 2000 tentang Perubahan Atas undang-undang Nomor 47 Tahun 1999 tentang tentang Pembentukan Kabupaten Malinau, Kabupaten Nunukan, Kabupaten Kutai Barat dan Kabupaten Kutai dan Kota Bontang (Lembaran Negara Nomor 74 Tahun 2000, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3962); 3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Nomor 60 tahun 2004, tambahan Lembaran Negara RI Nomor 3839) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Desa Menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4548); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 158, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4587); 5. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503; 6. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 03 Tahun 2008 Tentang Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan
Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 03); 7. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 04 Tahun 2008 tentang Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Kutai Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Tahun 2008 Nomor 04, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 129); 8. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 01 Tahun 2009 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun 2009 (Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat Nomor 01). Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT dan BUPATI KUTAI BARAT MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN KAMPUNG DAN PERUBAHAN STATUS KAMPUNG MENJADI KELURAHAN. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Daerah Kabupaten Kutai Barat; 2. Pemerintahan Kabupaten adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah Kabupaten dan DPRD Kabupaten; 3. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Kutai Barat; 4. Bupati adalah Bupati Kabupaten Kutai Barat; 5. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah DPRD Kabupaten Kutai Barat; 6. Camat adalah perangkat daerah yang mempunyai wilayah kerja di tingkat kecamatan dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat; 7. Pemerintahan Kampung adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan kampung oleh pemerintah kampung dan Badan Permusyawaratan Kampung dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat; 8. Pemerintah Kampung adalah Kepala Kampung atau Petinggi dan perangkat kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung; 9. Kampung atau sebutan lain dari desa dalam bahasa umum yang berlaku di Indonesia adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah Kabupaten Kutai Barat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 10. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat Kabupaten dalam wilayah kerja Kecamatan; 2
11. Badan Permusyawaratan Kampung selanjutnya disebut BPK adalah lembaga yang merupakan perwujudan demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan kampung sebagai unsur penyelenggara pemerintahan kampung; 12. Pembentukan Kampung adalah penggabungan beberapa kampung, atau bagian kampung yang bersandingan, atau pemekaran dari satu kampung menjadi dua kampung atau lebih, atau pembentukan kampung di luar kampung yang telah ada; 13. Penghapusan kampung adalah tindakan meniadakan kampung yang ada sebagai akibat tidak lagi memenuhi persyaratan; 14. Penggabungan Kampung adalah penyatuan dua kampung atau lebih menjadi kampung baru; 15. Penataan Kampung adalah tindakan menata 1 (satu) wilayah kampung sehingga mengakibatkan terbaginya wilayah kampung dalam beberapa dusun; 16. Dusun adalah bagian wilayah dalam kampung yang merupakan wilayah kerja pelaksanaan pemerintahan kampung; 17. Kampung Persiapan adalah kampung baru di dalam wilayah kampung sebagai hasil pemecahan yang akan ditingkatkan statusnya menjadi kampung definitif atau kampung yang berdiri sendiri; 18. Batas alam adalah unsur-unsur alami seperti gunung, bukit, sungai, danau dan sebagainya yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas kampung; 19. Batas buatan adalah unsur-unsur buatan manusia seperti pilar batas, jalan, saluran irigasi dan sebagainya yang dinyatakan atau ditetapkan sebagai batas kampung. BAB II PEMBENTUKAN KAMPUNG Bagian Pertama Tujuan Pembentukan Pasal 2 Pembentukan kampung bertujuan untuk meningkatkan pelayanan Publik guna mempercepat pembangunan sehingga terwujud masyarakat yang cerdas, aman, adil dan sejahtera. Bagian Kedua Syarat - syarat Pembentukan Pasal 3 (1) Pembentukan kampung sebagaimana dimaksud dalam pasal 2, harus memenuhi syarat: a. Jumlah penduduk paling sedikit 1.500 Jiwa atau 150 KK; b. Luas wilayah dapat dijangkau dalam meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan serta pemberdayaan masyarakat; c. Wilayah kerja memiliki jaringan perhubungan atau komunikasi antar dusun; d. Sosial budaya yang dapat menciptakan kerukunan antar umat beragama dan kehidupan bermasyarakat sesuai dengan adat istiadat setempat; e. Potensi kampung yang meliputi sumber daya alam dan sumber daya manusia; f. Batas kampung yang dinyatakan dalam bentuk peta kampung yang ditetapkan dengan Peraturan Bupati; dan g. Sarana dan prasarana yaitu tersedianya potensi infrastruktur pemerintahan kampung dan perhubungan. (2) Selain persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), untuk membentuk kampung perlu memperhatikan juga mengenai nama kampung, batas kampung, jumlah 3
lingkungan atau bagian wilayah dan syarat lain sebagaimana ketentuan persyaratan keberadaan kampung. Bagian Ketiga Tata Cara Pembentukan Kampung Pasal 4 (1) Kampung dibentuk atas prakarsa masyarakat dengan memperhatikan asal usul, adat istiadat dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat; (2) Pembentukan kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilakukan setelah mencapai usia penyelenggaraan pemerintahan kampung paling sedikit 5 (lima) tahun. Pasal 5 Tata cara pembentukan kampung adalah sebagai berikut: a. Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk membentuk kampung; b. Masyarakat mengajukan usul pembentukan kampung kepada BPK dan Kepala Kampung; c. BPK mengadakan rapat bersama Kepala Kampung untuk membahas usul masyarakat tentang pembentukan kampung dan kesepakatan rapat dituangkan dalam berita acara hasil rapat BPK; d. Kepala Kampung mengajukan usul pembentukan kampung kepada Bupati melalui Camat, disertai berita acara hasil rapat BPK dan rencana wilayah administrasi kampung yang akan dibentuk; e. Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Kampung, Bupati menugaskan tim pengkajian Kabupaten bersama tim Kecamatan untuk melakukan observasi ke kampung yang akan dibentuk, hasilnya menjadi bahan rekomendasi Bupati; f. Bila rekomendasi hasil observasi dari tim pengkajian menyatakan layak dibentuk kampung baru, Bupati menyiapkan rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Kampung; g. Penyiapan rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan kampung sebagaimana dimaksud pada huruf f, harus melibatkan pemerintah kampung, BPK dan unsur masyarakat kampung agar ditetapkan secara tepat batas-batas wilayah kampung yang akan dibentuk; h. Bupati mengajukan rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan kampung kepada DPRD dalam forum rapat paripurna DPRD; i. DPRD bersama Bupati melakukan pembahasan atas Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan kampung dan bila diperlukan dapat mengikutsertakan pemerintahan kampung dan unsur masyarakat setempat; j. Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan kampung yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah; k. Penyampaian rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan kampung sebagaimana dimaksud huruf j, disampaikan oleh pimpinan DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama; l. Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan kampung sebagaimana dimaksud huruf k, ditetapkan oleh Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui bersama; dan m. Dalam hal sahnya Rancangan Peraturan Daerah tentang pembentukan kampung yang telah ditetapkan oleh Bupati sebagaimana dimaksud huruf l, Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut dalam Lembaran Daerah. 4
Pasal 6 (1) Dalam pembentukan kampung baru, Bupati menetapkan kampung persiapan dengan ketentuan setelah adanya pembinaan paling lama 1 (satu) tahun dan memenuhi syaratsyarat terbentuknya kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dibentuk kampung definitif; (2) Penetapan kampung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan dengan Peraturan Bupati setelah mendapat persetujuan DPRD. Pasal 7 Pembentukan kampung di luar kampung yang telah ada, diusulkan oleh Kepala Kampung kepada Bupati melalui Camat dengan tata cara pembentukan sebagaimana diatur dalam Pasal 5. BAB III PENGGABUNGAN DAN PENGHAPUSAN KAMPUNG Pasal 8 (1) Kampung oleh karena perkembangan tidak lagi memenui syarat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3, dapat digabung dengan kampung lain atau dihapus; (2) Penggabungan atau penghapusan kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (1), terlebih dahulu dimusyawarahkan oleh pemerintah kampung dan BPK dengan masyarakat kampung masing-masing; (3) Hasil musyawarah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dalam Keputusan Bersama Kepala kampung yang bersangkutan; (4) Keputusan bersama sebagaimana dimaksud pada ayat (3) disampaikan kepada Bupati melalui Camat; (5) Hasil penggabungan atau penghapusan kampung sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Pasal 9 Perangkat pemerintahan kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dan diberikan penghargaan sesuai kemampuan Daerah. Pasal 10 (1) Ketentuan lebih lanjut mengenai Kampung yang akan dibentuk, digabung dan/atau dihapus diatur dengan Peraturan Daerah; (2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), memuat antara lain: a. Tujuan; b. Syarat c. Mekanisme; d. Penghapusan nama kampung yang digabung; e. Nama kampung yang baru dibentuk; f. Pengaturan pemerintahan kampung; g. Pengaturan sarana dan prasarana; h. Pengaturan lembaga kemasyarakatan; i. Pengaturan kekayaan alam; dan 5
j. Pengaturan batas wilayah kampung yang dilengkapi peta kampung. BAB IV HAK, WEWENANG DAN KEWAJIBAN Pasal 11 Kampung yang dibentuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10, mempunyai hak, wewenang dan kewajiban yang sama dengan kampung lain yang sudah definitif. Pasal 12 (1) Kampung yang baru dibentuk, digabung dan/atau dihapus, membentuk perangkat pemerintahan kampung; (2) Pembentukan perangkat pemerintahan kampung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), mengikuti ketentuan Peraturan Perundang - Undangan yang berlaku; (3) Sebelum melaksanakan pembentukan perangkat pemerintahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), Bupati menetapkan Pejabat Petinggi dan perangkat kampung atas usul camat setempat. Pasal 13 Perangkat Pemerintahan Kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1), mempunyai hak, wewenang dan kewajiban yang sama dengan Perangkat pemerintahan Kampung lain yang sudah definitif. BAB V BATAS KAMPUNG Pasal 14 Kampung yang baru dibentuk, digabung dan/atau dihapus menetapkan batas kampung sesuai ketentuan Peraturan tentang Penetapan dan Penegasan Batas Kampung. Pasal 15 (1) Batas kampung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, ditetapkan berdasarkan riwayat kampung dan atas kesepakatan bersama antar kampung yang berbatasan; (2) Batas kampung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dapat berupa batas alam maupun batas buatan. Pasal 16 (1) Gambar umum mengenai kondisi geografi kampung disajikan dalam bentuk peta kampung; (2) Peta kampung sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ditetapkan dengan Peraturan Bupati. Pasal 17 Dalam rangka mewujudkan tertib batas kampung, Bupati membentuk tim penetapan dan penegasan batas kampung. 6
BAB VI PEMBAGIAN WILAYAH KAMPUNG Pasal 18 (1) Dalam wilayah kampung dapat dibentuk dusun, yang merupakan bagian wilayah kerja pelaksana pemerintahan kampung yang dipimpin oleh Kepala Dusun. (2) Syarat-syarat pembentukan dusun adalah sebagai berikut: a. Jumlah penduduk paling rendah 100 Jiwa atau 25 KK; b. Luas wilayah terjangkau dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan; dan c. Kondisi sosial budaya masyarakat memungkinkan adanya kerukunan hidup, kerukunan beragama dan menampung perubahan hidup bermasyarakat sesuai adat istiadat setempat. (3) Pembentukan dusun ditetapkan dengan peraturan kampung. BAB VII PERUBAHAN STATUS KAMPUNG MENJADI KELURAHAN Pasal 19 (1) Kampung dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan berdasarkan prakarsa pemerintah kampung bersama BPK dengan memperhatikan aspirasi masyarakat; (2) Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara kesepakatan masyarakat untuk merubah status kampung menjadi kelurahan oleh BPK; (3) Perubahan status kampung menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus memenuhi syarat sebagai berikut: a. Luas wilayah tidak berubah; b. Jumlah penduduk paling sedikit 3000 Jiwa atau 750 KK; c. Berada dalam wilayah ibukota Kabupaten dan/atau kecamatan; d. Sarana dan prasarana pemerintahan yang memadai bagi terselenggaranya pemerintahan kelurahan; e. Potensi ekonomi berupa jenis, jumlah usaha jasa dan produksi serta keanekaragaman mata pencaharian; f. Kondisi sosial budaya masyarakat yang heterogen berupa keanekaragaman status penduduk dan perubahan nilai agraris ke jasa dan industri; dan g. Meningkatnya volume pelayanan. Pasal 20 (1) Kampung yang berubah status menjadi kelurahan, Lurah dan perangkatnya diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang tersedia di Daerah; (2) Aparat Pemerintahan Kampung yang diubah statusnya menjadi kelurahan, diberhentikan dengan hormat dari jabatannya dan diberikan penghargaan sesuai kemampuan Daerah. Pasal 21 Tata cara pengajuan dan penetapan perubahan status kampung menjadi kelurahan adalah sebagai berikut: 7
a. Adanya prakarsa dan kesepakatan masyarakat untuk merubah status kampung menjadi kelurahan; b. Masyarakat mengajukan usul perubahan status kampung menjadi kelurahan kepada BPK dan Kepala Kampung; c. BPK mengadakan rapat bersama Kepala Kampung untuk membahas usul masyarakat tentang perubahan status kampung menjadi kelurahan dan kesepakatan rapat dituangkan dalam berita acara hasil rapat BPK tentang perubahan status kampung menjadi kelurahan; d. Kepala Kampung mengajukan usul perubahan status kampung menjadi kelurahan kepada Bupati melalui Camat, disertai berita acara hasil rapat BPK; e. Dengan memperhatikan dokumen usulan Kepala Kampung, Bupati menugaskan tim pengkajian Kabupaten bersama tim kecamatan untuk melakukan observasi ke kampung yang akan diubah statusnya menjadi kelurahan dan hasilnya menjadi bahan rekomendasi Bupati; f. Bila rekomendasi hasil observasi dari tim pengkajian menyatakan layak untuk merubah status kampung menjadi kelurahan, Bupati menyiapkan rancangan Peraturan Daerah tentang Pembentukan Kampung; g. Bupati mengajukan rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan status kampung menjadi kelurahan kepada DPRD dalam forum rapat paripurna DPRD; h. DPRD bersama Bupati melakukan pembahasan atas rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan status kampung menjadi kelurahan dan bila diperlukan dapat mengikutsertakan pemerintahan kampung dan unsur masyarakat setempat; i. Rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan status kampung menjadi kelurahan yang telah disetujui bersama oleh DPRD dan Bupati disampaikan oleh pimpinan DPRD kepada Bupati untuk ditetapkan menjadi Peraturan Daerah; j. Penyampaian rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan status kampung menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud huruf i, disampaikan oleh pimpinan DPRD paling lambat 7 (tujuh) hari terhitung sejak tanggal persetujuan bersama; k. Rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan status kampung menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud huruf j, ditetapkan oleh Bupati paling lambat 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak rancangan tersebut disetujui bersama; dan l. Dalam hal sahnya rancangan Peraturan Daerah tentang perubahan status kampung menjadi kelurahan yang telah ditetapkan oleh Bupati sebagaimana dimaksud huruf l, Sekretaris Daerah mengundangkan Peraturan Daerah tersebut dalam Lembaran Daerah. Pasal 22 (1) Berubahnya status kampung menjadi kelurahan, seluruh asset kekayaan dan sumbersumber pendapatan kampung menjadi kekayaan Daerah; (2) Kekayaan dan sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dikelola oleh kelurahan bersangkutan untuk kepentingan masyarakat setempat. Pasal 23 (1) Perubahan status kampung menjadi kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Daerah; (2) Peraturan Daerah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), memuat antara lain: a. Tujuan; b. Syarat; c. Mekanisme; 8
d. Tata cara pengalihan kekayaan kampung menjadi kekayaan daerah; e. Tata cara pengalihan administrasi pemerintahan; f. Pengaturan sarana dan prasarana; dan g. Pembiayaan. BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN Pasal 24 (1) Pembinaan dan pengawasan terhadap pembentukan, penghapusan, penggabungan kampung dan perubahan status kampung menjadi kelurahan dilakukan oleh Pemerintah Daerah dan Camat; (2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan melalui pemberian pedoman umum dan supervisi. Pasal 25 (1) Pembinaan umum penyelenggaraan pemerintahan kampung dan lembaga kemasyarakatan dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Provinsi; (2) Pembinaan teknis dan pengawasan terhadap pemerintahan kampung dan lembaga kemasyarakatan dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten dan Camat. Pasal 26 Pembinaan teknis dan pengawasan Pemerintah Kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2), meliputi: a. menetapkan pengaturan kewenangan Kabupaten yang diserahkan pengaturannya kepada Kampung; b. memberikan pedoman pelaksanaan tugas pembantuan dari Kabupaten ke Kampung; c. memberikan pedoman penyusunan peraturan Kampung dan peraturan Kepala Kampung; d. memberikan pedoman teknis pelaksanaan dan pengembangan lembaga kemasyarakatan; e. memberikan pedoman penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; f. melakukan penelitian tentang penyelenggaraan pemerintahan Kampung; g. melakukan evaluasi dan pengawasan peraturan Kampung; h. menetapkan pembiayaan alokasi dana perimbangan untuk Kampung; i. mengawasi pengelolaan keuangan Kampung dan pendayagunaan aset Kampung; j. melakukan pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan pemerintahan Kampung dan lembaga kemasyarakatan; k. memfasilitasi keberadaan kesatuan masyarakat hukum adat, nilai adat istiadat, lembaga adat beserta hak-hak tradisionalnya dalam pelaksanaan pemerintahan Kampung; l. menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi pemerintahan Kampung dan lembaga kemasyarakatan; m. menetapkan pakaian dan atribut lainnya bagi Kepala Kampung, Perangkat Kampung dan BPK sesuai dengan kondisi dan sosial budaya masyarakat setempat; n. memberikan penghargaan atas prestasi yang dilaksanakan dalam penyelenggaraan pemerintahan Kampung dan lembaga kemasyarakatan; o. Menetapkan batas kampung; dan 9
p. melakukan upaya-upaya percepatan atau akselarasi pembangunan Kampung. Pasal 27 Pembinaan teknis dan pengawasan Camat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 ayat (2), meliputi: a. memfasilitasi penyusunan peraturan Kampung dan peraturan kepala desa; b. memfasilitasi administrasi tata pemerintahan Kampung; c. memfasilitasi pengelolaan keuangan Kampung dan pendayagunaan aset Kampung; d. memfasilitasi pelaksanaan urusan otonomi daerah Kabupaten yang diserahkan kepada Kampung; e. memfasilitasi penerapan dan penegakan Peraturan Perundang - Undangan; f. memfasilitasi pelaksanaan tugas kepala Kampung dan perangkat Kampung; g. memfasilitasi upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum; h. memfasilitasi pelaksanaan tugas, fungsi, dan kewajiban lembaga kemasyarakatan; i. memfasilitasi penyusunan perencanaan pembangunan partisipatif; j. memfasilitasi tata batas kampung; k. memfasilitasi kerjasama antar Kampung dan kerjasama Kampung dengan pihak ketiga; l. memfasilitasi pelaksanaan pemberdayaan masyarakat Kampung; m. memfasilitasi kerjasama antar lembaga kemasyarakatan dan kerjasama lembaga kemasyarakatan dengan pihak ketiga; n. memfasilitasi bantuan teknis dan pendampingan kepada lembaga kemasyarakatan; dan o. memfasilitasi koordinasi unit kerja pemerintahan dalam pengembangan lembaga kemasyarakatan. BAB IX P E M B I A Y A A N Pasal 28 Pembiayaan pembentukan, penghapusan, penggabungan kampung dan perubahan status kampung menjadi kelurahan dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Kutai Barat. BAB X KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 29 (1) Tim Pengkajian Pembentukan, Penghapusan dan/atau Penggabungan Kampung, ditetapkan dengan Keputusan Bupati; (2) Team Pengkajian Perubahan Status Kampung Menjadi Kelurahan, ditetapkan dengan Keputusan Bupati; (3) Keputusan Bupati sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), terdiri dari unsur Pemerintah Daerah; (4) Ketentuan lain yang belum ditetapkan dalam peraturan ini, akan ditetapkan dengan Peraturan Bupati. 10
BABI XI KETENTUAN PENUTUP Pasal 30 Dengan berlakunya Peraturan ini, Peraturan lain yang berhubungan dengan pembentukan, penghapusan, penggabungan kampung dan perubahan status kampung menjadi kelurahan, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 31 (1) Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. (2) Agar setiap orang dapat mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kutai Barat. ditetapkan di Sendawar pada tanggal, 18 Agustus 2009. BUPATI KUTAI BARAT, diundangkan di Sendawar pada tanggal, 18 Agustus 2009. SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT, ISMAIL THOMAS YAHYA MARTHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 2009 NOMOR 13. 11