BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini, desa mempunyai peran

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris, artinya sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat hidup bahagia dan terpenuhi segala kebutuhannya.

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG KEUANGAN DESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BAB I PENDAHULUAN. ditempuh dari setiap daerah maka akan cepat mengalami perkembangan,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 03/PMK.07/2007 TENTANG

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil dengan bentuk susunan pemerintahannya diatur dalam undangundang.

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KECAMATAN SEMBAKUNG KABUPATEN NUNUKAN Studi Komparatif Antara Desa Mambulu Dan Desa Pagaluyon

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

KEPALA DESA CINTAKARYA KABUPATEN BANDUNG BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 50 TAHUN 2010 TENTANG TAMBAHAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan desa secara hukum diakui dalam Undang-Undang Nomor 32

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakekatnya merupakan suatu upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

REALISASI PENGGUNAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) OLEH PEMERINTAH DESA DI DESA KARANGSARI KECAMATAN PADAHERANG KABUPATEN PANGANDARAN TAHUN 2015

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DESA

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 21 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

PEDOMAN UMUM PENGATURAN DAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DAN TUNJANGAN PENGHASILAN APARATUR PEMERINTAH DESA DI KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN 2014

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

PEMERINTAH ACEH PERATURAN BUPATI SIMEULUE NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN BAGI HASIL DANA PERIMBANGAN KEPADA DESA DI KABUPATEN BADUNG

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 16 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bagian terkecil dari struktur pemerintahan yang ada di dalam struktur

BAB I PENDAHULUAN. melumpuhkan hampir semua sendi-sendi perekonomian dan bisnis Indonesia. Tidak

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BPKP PERWAKILAN SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011

IMPLEMENTASI PERDES APBDES DI DESA TOLOK KABUPATEN MINAHASA. Oleh : Friski Rantung ABSTRAK

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 14 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 37 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN DESA MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DESA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI PAKPAK BHARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN BARAT,

TELAHAAN STAF. Kekeliruan penempatan dan penetapan besaran penghasilan tetap kepala desa dan perangkat desa.

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Januari 2001 telah memberikan kewenangan yang luas, nyata dan. bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional mengatur dan

BUPATI SAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SAMBAS NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyusunan RKP-Des RKP Desa RKP Desa

BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 26

2014, No Pajak Tahun Anggaran 2011 dan Tahun Anggaran 2012; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antar

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi Daerah merupakan fenomena yang sangat dibutuhkan dalam era

PEMERINTAH ALOKASIKAN ANGGARAN DANA DESA TAHUN 2015 SEBESAR RP9,1 TRILIUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indenosia tersebar di desa-desa seluruh Indonesia. diundangkannya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DANA BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DAN ALOKASI DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Dairi terletak di sebelah barat laut Provinsi Sumatera Utara.

BUPATI TOLITOLI PROVINSI SULAWESI TENGAH

BUPATI KUNINGAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 27 TAHUN 2007 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR BALI PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 131.1/PMK.07/2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 09 TAHUN 2017 TENTANG

KEPALA DESA LEMPUYANG KABUPATEN SERANG PERATURAN DESA LEMPUYANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 160.2/PMK.07/2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU TAHUN 2006 NOMOR : 9 SERI : E.6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 9 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada sistem pemerintahan yang ada dan berlaku saat ini, desa mempunyai peran yang strategis dan penting dalam membantu pemerintah daerah dalam proses penyelenggaraan pemerintahan, termasuk pembangunan. Semua itu dilakukan sebagai langkah nyata pemerintah daerah dengan kemandiriannya dalam mendukung pelaksanaan otonomi daerah di wilayahnya. Pembangunan pedesaan mempunyai peranan penting dalam konteks pembangunan nasionl karena mencakup bagian terbesar wilayah nasional. Sekitar 65 % penduduk Indonesia bertempat tinggal di daerah pedesaan (Rahardjo Adisasmita, 11:2006). Oleh karena itu, pembangunan masyarakat pedesaan harus terus ditingkatkan melalui pengembangan kemampuan sumberdaya manusia yang ada di pedesaan sehingga kreativitas dan aktivitasnya dapat semakin berkembang serta kesadaran lingkungannya semakin tinggi. Penyusunan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah juga telah banyak bertujuan pada pemberdayaan dan pengembangan Usaha Kecil dan Menengah serta masyarakat pedesaan. Hal tersebut ditandai semakin meningkatnya anggaran pembangunan yang dialokasikan untuk kegiatan pembangunan pedesaan, baik menyangkut pembangunan fisik maupun pemberdayaan masyarakat pedesaan. Salah satu bentuk kepedulian pemerintah terhadap pemberdayaan masyarakat desa dan pengembangan wilayah pedesaaan adalah adanya anggaran pembangunan secara khusus yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) untuk pembangunan wilayah pedesaan, yakni dalam bentuk Alokasi Dana Desa (ADD). Desa sebagai ujung tombak pemerintahan dalam hirarki susunan pemerintahan di negara Indonesia juga mengemban amanat otononomi sebagai konsekuensi pelaksanaan otonomi daerah yang mulai diberlakukan semenjak tahun 1999. Dalam upaya peningkatan peran pemerintahan desa dalam memberikan pelayanan dasar kepada masyarakat dan pemberdayaan masyarakat maka pemerintahan desa perlu didukung dana dalam melaksanakan tugas-tugasnya baik di bidang pemerintahan maupun bidang pembangunan. Dalam undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah diatur mengenai pelaksanaan sistem desentralisasi di Negara Indonesia, dimana pemerintah pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin keselarasan pembangunan. Pemberian otonomi daerah seluas-luasnya berarti pemberian kewenangan dan keleluasaan kepada daerah untuk mengelola dan memanfaatkan sumberdaya daerah secara optimal. Agar tidak terjadi penyimpangan dan penyelewengan, pemberian wewenang dan keleluasaan yang luas tersebut harus diikuti dengan pengawasan secara intens. Meskipun titik berat otonomi diletakkan pada tingkat Kabupaten/Kota, namun secara esensi sebenarnya kemandirian tersebut harus dimulai dari level pemerintahan di tingkat paling bawah, yaitu Desa. Inilah yang menggambarkan pemerintahan yang ideal dan terstruktur nyata.

Pada saat ini, pembangunan desa masih banyak bergantung dari pendapatan asli desa dan swadaya masyarakat yang jumlah maupun sifatnya tidak dapat diprediksi demikian halnya terjadi di Kabupaten Dairi. Dengan adanya peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa sangat jelas mengatur tentang pemerintahan desa, termasuk di dalamnya tentang kewajiban yang tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh pemerintah kabupaten untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah tentang Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai bagian dari kewenangan fiskal desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, pemerintah desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk membiayai kegiatan yang dilakukan. Hal yang penting untuk diperhatikan adalah adanya kepastian untuk pembiayaannya. Dengan bergulirnya dana-dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa (ADD) harus menjadikan desa benar-benar sejahtera. Untuk itu, seharusnya proses tranformasi ke arah pemberdayaan desa terus dilaksanakan dan didorong semua elemen untuk menuju Otonomi Desa. Ada beberapa program bantuan dari pemerintah pusat ke kabupaten Dairi sebagai bentuk kepedulian untuk memajukan dan mengembangkan Kabupaten Dairi yaitu Dana Bantuan Operasional Sekolah ( BOS ) yang bertujuan untuk memajukan pendidikan bagi anak-anak sekolah mulai dari SD, SMP sampai dengan SMA, Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin berbasis pemberdayaan masyarakat secara mandiri. Program Sanitasi Air Bersih Masyarakat ( PASIMAS ), dimana pada praktek di lapangan tujuannya untuk membangun, memperbaiki air bersih pada desa-desa di Kabupaten Dairi.

Dasar hukum Alokasi Dana Desa (ADD) ini yaitu Undang-Undang nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan pemerintah nomor 72 tahun 2005 tentang Desa, Peraturan menteri dalam negeri nomor 37 tahun 2007 tentang pengelolaan keuangan desa, Surat edaran menteri dalam negeri Nomor 140/640/SJ tanggal 22 maret tahun 2005 tentang pedoman alokasi dana desa dari pemerimtah Kabupaten/Kota kepada pemerintah Desa, Surat edaran menteri dalam negeri nomor 140/286/SJ tanggal 17 tahun 2006 perihal pelaksanaan alokasi dana desa dan Surat edaran menteri dalam negeri nomor 140/1784/2006 tanggal 3 oktober tahun 2006 perihal atas tanggapan pelaksanaan alokasi dana desa (ADD) dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Menindaklanjuti peraturan tersebut, Pemerintah Kabupaten Dairi telah merealisasikan kebijakan pemberian Alokasi Dana Desa (ADD) kepada setiap desa. Hal ini mengingat bahwa desa yang dulunya sebelum melaksanakan pembangunan hanya mendapat bantuan keuangan yang terbatas dan pengelolaannya masih sangat sentralistis oleh satuan instansi pemerintahan, akan tetapi setelah kebijakan alokasi dana desa diberlakukan sekarang ini, desa mendapatkan alokasi anggaran yang cukup besar dan pengelolaannya dilakukan secara mandiri, sehingga keraguan terhadap kemampuan desa secara internal untuk mengelola alokasi dana tersebut masih dipertanyakan. Dengan kedudukannya tersebut, saatnya pemerintah Desa berupaya melakukan pembenahan menuju arah kemandirian desa. Pasal 215 ayat (1) undang-undang nomor 32 tahun 2004 pun secara tegas menyebutkan bahwa pembangunan kawasan pedesaan yang dilakukan oleh kabupaten/kota dan atau pihak ketiga, harus mengikut sertakan pemerintah desa dan badan permusyawaratan desa. Hal

ini menunjukkan bahwa fungsi desa telah didudukkan sebagai komponen pelaksana pembangunan yang sangat penting. Pengelolaan keuangan desa pun menjadi wewenang desa yang mesti terjabarkan dalam peraturan desa (Perdes) tentang anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes). Dengan sumber pendapatan yang berasal dari pendapatan asli desa seperti dari hasil usaha desa, hasil kekayaan desa, hasil swadaya dan partisipasi, hasil gotongroyong, dan lainlain pendapatan asli desa yang sah. Selanjutnya bagi hasil pajak daerah Kabupaten/Kota paling sedikit 10% (sepuluh per seratus) untuk desa dan dari retribusi Kabupaten/Kota sebagian diperuntukkan bagi desa, dan bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh Kabupaten/Kota untuk Desa paling sedikit 10%, yang pembagiannya untuk setiap Desa secara proporsional yang merupakan Alokasi Dana Desa (ADD). Pemerintah Kabupatenlah yang berkewajiban untuk merumuskan dan membuat peraturan daerah tentang Alokasi Dana Desa (ADD) sebagai bagian dari kewenangan fiskal desa untuk mengatur dan mengelola keuangannya. Pendapatan itu bisa bersumber lagi dari bantuan keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan, serta hibah dan sumbangan dari pihak ketiga yang tidak mengikat. Selanjutnya regulasi juga membolehkan desa untuk mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa. Artinya desa sesungguhnya telah didorong, diupayakan dan diharapkan menjadi mandiri dan berdikari. Apalagi bergulirnya dana-dana perimbangan tersebut melalui Alokasi Dana Desa (ADD) harusnya menjadikan desa benar-benar sejahtera.

Dari data yang diperoleh dari Badan Pemberdayaan Masyarakata Desa (BAPPEMAS) diketahui bahwa Alokasi dana desa di Kabupaten Dairi tahun 2012 tersebar pada 15 Kecamatan dengan jumlah 161 desa. Pengalokasian Dana Desa di Kabupaten Dairi dibagi dalam dua tahap. Jumlah keseluruhan alokasi dana desa pada 161 desa di 15 Kecamatan di Kabupaten Dairi sebesar Rp.16.804.484.000 (enam belas milyard delapan ratus empat juta empat ratus delapan puluh empat ribu rupiah) dengan perincian alokasi untuk tahap I sebesar Rp.8.402.242.000 (delapan milyard empat ratus dua juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah) dan tahap II sebesar Rp. 8.402.242.000 (delapan milyard empat ratus dua juta dua ratus empat puluh dua ribu rupiah). No Tabel 1.1. Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun 2012 di Kabupaten Dairi Nama Kecamatan Alokasi Dana Desa Tahap I (Rupiah) Alokasi Dana Desa Tahap II (Rupiah) Jumlah (Rupiah) 1 Sidikalang 313.924.700 313.924.700 627.849.400 2 Silima Pungga Pungga 842.189.000 842.189.000 1.684.378.000 3 Siempat Nempu 667.299.400 667.299.400 1.334.598.800 4 Tigalingga 743.457.400 743.457.400 1.486.914.800 5 Tanah Pinem 928.213.550 928.213.550 1.856.427.100 6 Parbuluan 542.125.350 542.125.350 1.084.250.700 7 Pegagan Hilir 698.459.900 698.459.900 1.396.919.800 8 Siempat Nempu Hulu 624.148.900 624.148.900 1.248.297.800 9 Siempat Nempu Hilir 564.022.800 564.022.800 1.128.045.600 10 Gunung Sitember 404.301.350 404.301.350 808.602.700 11 Berampu 251.500.650 251.500.650 503.001.300 12 Sitinjo 152.639.100 152.639.100 305.278.200 13 Sumbul 942.703.000 942.703.000 1.885.406.000 14 Silahisabungan 239.300.150 239.300.150 1.885.406.000 15 Lae Parira 487.956.750 487.956.750 975.913.500 Total 8.402.242.000 8.402.242.000 16.804.484.000 Sumber : Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Kabupaten Dairi Setiap desa memiliki ciri dan karakteristik yang berbeda baik dari segi mata pencaharian, pendidikan, pengangguran, sarana kesehatan, jumlah koperasi unit desa, kepadatan penduduk, luas wilayah desa dan keterjangkauan desa ke

pusat ibu kota kecamatan. Adanya perbedaan-perbedaan yang dimiliki setiap desa di Kabupaten Dairi tentunya menjadi ukuran atau tolak ukur bagi pemerintah daerah dalam memberikan alokasai dana desa pada desa di Kabupaten Dairi. Hal ini juga menjadi acuan atau dasar bagi pemerintah Kabupaten Dairi dalam menghitung Alokasi Dana Desa (ADD) sesuai dengan rumus yang telah diatur di dalam Surat edaran menteri dalam negeri nomor 140/640/SJ tanggal 22 maret tahun 2005 perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa. Sehingga ada perbedaan alokasi dana desa pada desadesa di Kabupaten Dairi. Namun apakah sudah sesuai penilaian tersebut dengan karakteristik yang menonjol dan yang dibutuhkan setiap desa yang menjadi acuan alokasi dana desa sesuai peraturan pemerintah yang dilakukan pemerintah Kabupaten Dairi. Sehingga tidak ada desa yang merasakan ketidak adilan yang berujung pada pemberdayaan masyarakat desa dan pembangunan wilayah desa yang berbeda di desa-desa di Kabupaten Dairi. Hal ini sesuai pendapat dari kepala desa Juma Teguh, Dame Nababan yang mewakili sebahagian besar pendapat kepala desa di Kabupaten Dairi yang menyatakan bahwa dalam pelaksanaannya sering kali anggaran Alokasi Dana Desa dirasakan oleh Desa masih kurang adil, karena pembagiannya tidak berdasarkan kebutuhan, karakteristik serta sosial budaya desa. Desa yang memiliki jumlah pengangguran yang lebih sedikit memperoleh Alokasi Dana Desa yang hampir sama dengan desa yang penganggurannya besar. Atau bahkan Desa yang memiliki kepadatan penduduk yang lebih besar memperoleh bagian Alokasi Dana Desa yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan desa yang memiliki kepadatan penduduk lebih kecil. Dan ada juga desa yang memiliki

sarana kesehatan yang jumlahnya banyak malah sedikit menerima alokasi dana desa dibanding desa yang memiliki sarana kesehatan yang sedikit. Sehingga pihak desa sering mempertanyakan bagaimana Pemerintah Daerah menghitung besaran anggaran Alokasi Dana Desa (ADD) khususnya terhadap alokasi dana desa proporsional. Selain itu, menurut pendapat kepala desa hutarakyat Hasiholan ujung, mewakili beberapa pendapat kepala desa yang memiliki pernyataan yang sama, bahwa cara perhitungan alokasi dana desa tidak dimerngerti dan tidak diberikan kejelasan secara terperinci tentang penetapan karakteristik desa dan pemberian nilai bobot karakteristik desa, desa hanya tinggal menerima jumlah alokasi dana desa. Hal ini juga yang menjadi batasan masalah yang akan penulis teliti. Dari sisi penganggran, Menurut pendapat Hotlan Situmorang, Kepala seksi pemberdayaan masyarakat desa Bappemas Kabupaten Dairi, bahwa dalam penyusunan kegiatan yang didanai dari Alokasi Dana Desa (ADD) sebelum disahkan oleh Pemerintah Kabupaten Dairi, cenderung mengalami perubahan, hal ini terjadi saat dilakukannya musyawarah pembangunan desa (musrembang-desa). Ini menunjukkan ketidaksiapan dan kurangnya keahlian, kecakapan dan pengetahuan sumber daya manusia dari perangkat desa yang memahami tentang Alokasi Dana Desa (ADD). Penggunaan Anggaran Alokasi Dana Desa adalah sebesar 30% (tigapuluh persen) untuk belanja aparatur dan operasional pemerintah desa dan sebesar 70% (tujuhpuluh persen) untuk biaya pemberdayaan masyarakat, bagi belanja pemberdayaan masyarakat digunakan untuk biaya perbaikan sarana publik dalam skala kecil, penyertaan modal usaha masyarakat melalui BUMDesa, biaya untuk pengadaan ketahanan pangan, perbaikan lingkungan dan pemukiman,

teknologi tepat guna, perbaikan kesehatan dan pendidikan dan pengembangan sosial budaya. Adanya perbedaan nilai alokasi dana desa di setiap desa di Kabupaten Dairi tentu akan menjadikan pembangunan desa di desa-desa di Kabupaten dairi akan berbeda. Evaluasi dan pengawasan atas pengelolaan dan penyaluran Alokasi Dana Desa pada desa di Kabupaten Dairi ini perlu dilakukan, karena dari hasil evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan terhadap perencanaan dan pelaksanaaan kegiatan serta sebagai dasar untuk memperbaiki kinerja pada masa yang akan datang. Selain dairi sisi penganggaran, Menurut pendapat Hotlan Situmorang, Kepala seksi pemberdayaan masyarakat desa Bappemas Kabupaten Dairi, bahwa jika dilihat dari sisi pertanggungjawaban, pihak desa belum mampu menyusun laporan pertanggungjawaban alokasi dana desa, sehingga sering mendapat bantuan dari Badan Pemberdayaan Masyarakat dan pemerintahan Desa. Partisipasi masyarakat dairi tentunya sangat diperlukan dalam pengawasan Alokasi Dana Desa (ADD) ini, apa memang sudah tepat sasaran sebagaimana tujuan Alokasi Dana Desa (ADD) untuk pembangunan desa di Kabupaten Dairi. Untuk itu perencanaan dan pelaksanaan pembangunan, khususnya pembangunan pedesaan yang bersumber dari Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Dairi, perlu didukung suatu studi evaluasi kinerja sebagai bagian terpadu dengan sistem perencanaan dan manajemen pembangunan daerah yang pro rakyat. Dikarenakan adanya masalah-masalah yang ada dalam penyaluran alokasi dana desa (ADD), maka penulis menawarkan simulasi perhitungan alokasi dana desa (ADD) berdasarkan karakteristik desa yang dominan yang ada pada desa-

desa atau karakteristik apa yang perlu mendapat bantuan anggaran dari setiap desa Kabupaten Dairi. Sehingga memberikan keadilan dalam hal penyaluran alokasi dana desa (ADD) pada setiap desa di Kabupaten Dairi. Simulasi dalam penelitian ini tetap berpedoman pada surat edaran menteri dalam negeri nomor 140/640/SJ tanggal 22 maret 2005 perihal pedoman alokasi dana desa dari pemerintah Kabupaten/Kota kepada pemerintah desa dan jumlah keseluruhan alokasi dana desa tetap dan tidak diubah. Hal ini sangat perlu sebagai pedoman bagi pemerintah Kabupaten Dairi dalam menyalurkan alokasi dana desa pada setiap desa pada tahun berikutnya. Berdasarkan penjelasan dan pernyataan-pernyataan masalah yang ada, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan menuangkannya dalam sebuah judul tesis yaitu "Analisis Alokasi Dana Desa (ADD) Berdasarkan Karakteristik Desa di Kabupaten Dairi. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan diatas, maka dapat diidentifikasi suatu rumusan masalah sebagai berikut : Bagaimana alokasi dana desa (ADD) realisasi dan alokasi dana desa (ADD) simulasi berdasarkan karakteristik desa pada desa-desa di Kabupaten Dairi?

1.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui Alokasi Dana Desa (ADD) simulasi berdasarkan karakteristik desa yang menjadi kebutuhan desa pada desa-desa di Kabupaten Dairi. 1.4. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Sebagai sumbangan pemikiran dalam bidang ilmu pengetahuan juga bagi mahasiswa dan peneliti lainnya yang ada kaitannya dengan Alokasi Dana Desa (ADD). 2. Sebagai sumbangan pemikiran dan masukan bagi pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam mengambil kebijakan yang berhubungan dengan Alokasi Dana Desa (ADD) khususnya pemerintah Kabupaten Dairi.