RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 38/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD dan DPRD Hak Recall

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XII/2014 Pengisian Pimpinan DPRD

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 004/PUU-I/2003

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-I/2003

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

ASPEK HUKUM PEMBERHENTIAN DAN PENGGANTIAN ANTAR WAKTU (PAW) ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. Oleh: Husendro

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 7/PUU-VIII/2010 Tentang UU MPR, DPD, DPR & DPRD Hak angket DPR

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 51/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 142/PUU-VII/2009 Tentang UU MPR, DPR, DPD & DPRD Syarat menjadi Pimpinan DPRD

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

2 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 71/PUU-XIII/2015 Penyalahgunaan Wewenang oleh Pejabat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

5. Kosmas Mus Guntur, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon V; 7. Elfriddus Petrus Muga, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon VII;

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XI/2013 Tentang Frasa Pihak Ketiga Yang Berkepentingan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 117/PUU-XII/2014 Bukti Permulaan untuk Menetapkan Sebagai Tersangka dan Melakukan Penahanan

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XI/2013 Pemberian Hak-Hak Pekerja Disaat Terjadi Pengakhiran Hubungan Kerja

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 36/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 60/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 066/PUU-II/2004

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XI/2013 Tentang Hak Pensiun Pimpinan dan Anggota Lembaga Tinggi Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 29/PUU-XII/2014 Hak Politik Bagi Mantan Terpidana Politik

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 95/PUU-XV/2017 Penetapan Tersangka oleh KPK Tidak Mengurangi Hak-hak Tersangka

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

I. PARA PEMOHON Deden Rukman Rumaji; Eni Rif ati; Iyong Yatlan Hidayat untuk selanjutnya secara bersama-sama disebut Para Pemohon.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PUTUSAN.

PUTUSAN Nomor 008/PUU-IV/2006

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 109/PUU-XIV/2016 Jabatan Pimpinan Dewan Perwakilan Daerah (DPD)

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 008/PUU-IV/2006

KUASA HUKUM Veri Junaidi, S.H., M.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 18 Agustus 2014.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan KPK Karena Ditetapkan Sebagai Tersangka

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 75/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XIV/2016 Hak Konstitusional untuk Dipilih Menjadi Kepala Daerah di Provinsi Aceh

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

Kuasa Hukum Hendrayana, S.H., Mappinawang, S.H., dkk, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 6 Oktober 2016

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 130/PUU-XII/2014 Pengisian Kekosongan Jabatan Gubernur, Bupati, dan Walikota

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 017/PUU-IV/2006 Perbaikan Tanggal 12 September 2006

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 64/PUU-XV/2017 Keharusan Anggota DPR dan DPRD Mengundurkan Diri saat Menjadi Calon Kepala Daerah

I. PEMOHON - Magda Safrina, S.E., MBA... Selanjutnya disebut Pemohon

Kuasa Hukum: Fathul Hadie Utsman sebagai kuasa hukum para Pemohon, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 20 Oktober 2012.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 21/PUU-XIV/2016 Frasa Pemufakatan Jahat dalam Tindak Pidana Korupsi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 064/PUU-II/2004

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 004/SKLN-IV/2006 Perbaikan Tgl, 29 Maret 2006

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 140/PUU-XIII/2015 Hak Konstitusional Untuk Dipilih Dalam Hal Pasangan Calon Berhalangan Tetap

PUTUSAN Nomor 8/PUU-XIII/2015 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 3/PUU-XV/2017 Pelaksanaan Tugas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

Kuasa Hukum Dwi Istiawan, S.H., dan Muhammad Umar, S.H., berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 29 Juli 2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 3/PUU-XV/2017 Pelaksanaan Tugas Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen (BPSK)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 56/PUU-XIV/2016 Pembatalan Perda Oleh Gubernur dan Menteri

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

I. PARA PEMOHON 1. Dr. Andreas Hugo Pareira; 2. H.R. Sunaryo, S.H; 3. Dr. H. Hakim Sorimuda Pohan, selanjutnya disebut Para Pemohon.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 66/PUU-X/2012 Tentang Penggunaan Bahan Zat Adiktif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

Transkripsi:

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006 I. PEMOHON DJOKO EDHI SUTJIPTO ABDURRAHMAN. II. KUASA HUKUM DR.H.TEGUH SAMUDRA, S.H.,MH. Dkk. III. PENGUJIAN UNDANG-UNDANG A. Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pasal 85 ayat (1) huruf c Anggota DPR berhenti antarwaktu karena: a. diusulkan oleh partai politik yang bersangkutan; B. Undang-undang Nomor 31 Tahun 2002 Tentang Partai Politik. Pasal 12 huruf b Diberhentikan dari keanggotaan Partai Politik yang bersangkutan karena melanggar anggaran dasar dan anggaran rumah tangga. IV. BERTENTANGAN DENGAN UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945. a. Pasal 22E ayat (1) dan (2) (1) Pemilihan umum dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur dan adil setiap lima tahun sekali. (2) Pemilihan umum diselenggarakan untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Presiden dan Wakil Presiden dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. b. Pasal 28C ayat (2) Setiap orang berhak untuk memajukan dirinya dalam memperjuangkan haknya secara kolektif untuk membangun masyarakat, bangsa dan negara c. Pasal 28D ayat (1) dan (2) (1) Setiap orang berhak atas, pengakuan, jaminan, perlindungan dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama dihadapan hukum; (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan verja.

V. DASAR LEGAL STANDING PEMOHON Pemohon menilai dengan pemberhentian dengan sewenang-wenang kedudukan dari anggota DPR oleh partainya (recall), yang menyebabkan tidak dapat terlaksananya kewajiban Pemohon menjalankan aspirasi dan amanat konstituen yang memilih Pemohon dengan baik, dan menyebabkan tidak lancarnya tugas-tugas, fungsi dan kewajiban Pemohon selaku anggota DPR. Atas dasar tersebut Pemohon berkeyakinan memiliki kedudukan hukum (legal standing) yang diatur dalam Pasal 51 ayat (1) huruf a UU Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi VI. ALASAN Pasal 85 ayat (1) huruf c Undang-undang Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan kedudukan Majelis Permusywaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pasal 12 huruf b Undang-undang No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik bertentangan dengan Pasal 22E ayat (1) dan (2), Pasal 28C ayat (2), Pasal 28D ayat (1) dan (2) Undang-Uundang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, karena: 1. Pasal 85 ayat (1) huruf c menimbulkan multi interpretasi pada keseluruhan kalimat dalam pasal tersebut yang melahirkan diskriminasi dan kemudian pada akhirnya mengabaikan atau mengaburkan hak asasi manusia khususnya Pemohon sebagai Anggota DPR RI. 2. Pemohon menjadi anggota DPR telah dipilih melalui suatu proses pemilihan umum yang diselenggarakan berdasarkan UUD Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 22E ayat (1) dan (2), untuk masa jabatan lima (5) tahun. Sebagai warga negara Indonesia yang menjadi anggota DPR, Pemohon berkepentingan untuk menjalankan kewajiban melaksanakan amanat dan aspirasi rakyat pemilih serta berkepentingan terhadap terlaksananya dengan baik dan lancar tugas-tugas, fungsi dan kewajiban seorang anggota DPR sebagaimana diamanatkan oleh UUD Republik Indonesia Tahun 1945. Tetapi pembatasan seperti ketentuan Pasal 85 ayat (1) huruf c UU RI Nomor 22 Tahun 2003 tersebut justru karena dibuat hanya dengan menggunakan pertimbangan yang bersifat politis belaka. Disamping itu dalam persoalan Penggantian Antarwaktu Anggota DPR sepatutnya dan lazimnya telah cukup memadai dengan didasarkan atas ketentuan sebagaimana yang diatur pasal 85 ayat (1) huruf a, b dan ayat (2) huruf a, b, c, d, dan e; Sehingga ketentuan Pasal 85 ayat (1) huruf c UU RI Nomor 22 Tahun 2003 tentang

Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan Pasal 12 huruf b UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik jelas mengandung nuansa like and dislike dalam politik yang dilakukan kepada orang yang tidak disukai (dislike) oleh Pengurus Partai Politik yang bersangkutan.padahal seharusnya adil menurut hukum dan berkepastian hukum kalau didalam negara hukum, setiap pelanggaran yang mempunyai kaitan langsung dengan hak dan kebebasan warga negara harus didasarkan atas putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. 3. Apabila ada anggota DPR yang tidak memenuhi syarat-syarat sebagai anggota DPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1) butir c UU Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan Pasal 12 huruf b UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik kewenangan memberhentikannya merupakan otoritas Badan Kehormatan DPR. Sedangkan kriteria yang diatur dalam Pasal 85 ayat (1) butir c UU Nomor 22 Tahun 2003 yang dihubungkan dengan Pasal 12 huruf b UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik, merupakan Hak recall karena sifatnya yang subjektif dan berpotensi terjadinya kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh oligarchi partai, sehingga secara subtantif bertentangan dengan nilai-nilai demokrasi, keadilan, fairness maupun akuntabel berdasarkan Pasal 28C ayat (2) dan Pasal 28D ayat (1) dan (2) UUD Republik Indonesia Tahun 1945. 4. Hak recall sudah pernah dicabut, karena dinyatakan sebagai suatu tindakan melawan asas demokrasi dan dianggap sebagai suatu tindakan yang bertentangan dengan hakhak baik sebagai warga negara maupun sebagai anggota dewan yang memang mengemban amanat dari rakyat secara langsung. Maka dengan diberlakukannya kembali hak untuk me-recall oleh partai yang hanya ditujukan untuk semata-mata mematikan hak-hak dasar warga negara, tujuan maksud di atas adalah jelas merugikan kepentingan bangsa dan hak-hak warga negara. 5. Pemberlakuan kembali tentang hak recall sangat bertentangan dengan undangundang yang telah dibuat terutama terhadap undang-undang yang menganut semi distrik. Dalam peristiwa pemberlakukan kembali tentang hak recall, korban pertama yang terkena dampaknya adalah Pemohon sendiri, yang mana telah membatasi terhadap hak-haknya dalam memberikan pertanggungan jawab moral dan politik kepada konstituen dan mengebiri hak politiknya dalam menjalankan tugas yang diemban dari konstituennya. Hal ini jelas dan tegas

bahwa hak recall telah digunakan atas nama kesewenangan elite partai politik secara tyrani mayoritas, dengan demikian tidak salah lagi jika dikatakan Hak recall telah melampaui batas formilnya. 6. Penggunaan hak recall yang salah dapat mengakibatkan dirugikannya konstituen, maka sangat perlu untuk dilakukannya suatu tinjauan kembali terhadap pemberlakuannya, hal ini jika dibiarkan akan berakibat tidak dilindunginya Konstituen yang telah dijamin oleh undang-undang dengan tidak dapat dilaksanakannya sesuai dengan kontrak yang dibuat menurut sistem distrik pemilihan langsung. Selain itu Hak recall juga bertentangan dengan sumpah anggota DPR/MPR sebagaimana menjadi kewajiban setiap anggota dewan dalam menjalankan tugasnya. 7. Apabila tujuan diterapkannya/pemberlakuan hak recall adalah semata-mata karena mengantisipasi adanya kejahatan hukum dan kejahatan politik oleh anggota dewan yang memang dulunya dipergunakan sebelum terbentuknya instrumen pendukung dalam penindakan, maka dalam masa era reformasi sekarang instrumen tersebut seperti lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan lain-lain telah mulai terbentuk maka dengan demikian hak recall ini tidak dibutuhkan lagi/tidak relevan. Namun apabila hak recall ini tetap dilaksanakan maka akan menjadi hal buruk yang akan berkelanjutan, dimana tanpa adanya kejahatan hukum dan politik hak recalling dapat diterapkan. 8. Apabila prinsip Hak Recall yang tidak saja bisa dilaksanakan tanpa ada pemecatan dari partainya, maka ketentuan ini tidak saja merampas hak politik legislator, namun sekaligus juga merampas hak ekonomi dan hak-hak hidup lainnya, dengan demikian Recall bertentangan dengan kemanusiaan yang adil dan beradab. Untuk itu hak Recall merupakan hak paksa yang dilaksanakan oleh tyrani mayoritas dalam kepartaian politik.

VII. PETITUM 1. Menerima dan Mengabulkan permohonan Pemohon untuk seluruhnya; 2. Menyatakan isi Pasal 85 ayat (1) huruf c UU RI Nomor 22 Tahun 2003 Tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD bertentangan dengan Pasal 22E ayat (1) dan (2), Pasal 28 C ayat (2), Pasal 28 D ayat (1) dan (2), UUD Republik Indonesia Tahun 1945; 3. Menyatakan Pasal 85 ayat (1) huruf c UU RI Nomor 22 Tahun 2003 tentang Susunan dan Kedudukan MPR, DPR, DPD, dan DPRD dan Pasal 12 huruf b UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik tidak mempunyai kekuatan hukum mengikat. 4. Menyatakan Pasal 12 huruf b UU Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik bertentangan dengan Pasal 22E ayat (1) dan (2), Pasal 28 C ayat (2), Pasal 28 D ayat (1) dan (2), UUD Republik Indonesia Tahun 1945. -Mohon putusan yang seadil-adilnya;