BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II SIFAT BAHAN BETON DAN MEKANIKA LENTUR

BAB 1. PENGENALAN BETON BERTULANG

1. PENDAHULUAN 1.1. BETON

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada masa sekarang, dapat dikatakan penggunaan beton dapat kita jumpai

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Ganter Bridge, 1980, Swiss. Perencanaan Struktur Beton Bertulang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III LANDASAN TEORI

STUDI EKSPERIMENTAL PENGGUNAAN PORTLAND COMPOSITE CEMENT TERHADAP KUAT LENTUR BETON DENGAN f c = 40 MPa PADA BENDA UJI BALOK 600 X 150 X 150 mm 3

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dunia konstruksi bangunan di Indonesia saat ini mengalami perkembangan

PEMERIKSAAN KUAT TEKAN DAN MODULUS ELASTISITAS BETON BERAGREGAT KASAR BATU RINGAN APE DARI KEPULAUAN TALAUD

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton memiliki berat jenis yang cukup besar (± 2,2 ton/m 3 ), oleh sebab itu. biaya konstruksi yang semakin besar pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUANb Latar Belakang Permasalahan

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGARUH PENGGUNAAN CONSOL POLYMER LATEX SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Seiring dengan laju pembangunan yang semakin pesat, beton telah banyak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang. Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus, agregat kasar,

PROSENTASE DEVIASI BIAYA PADA PERENCANAAN KONSTRUKSI BALOK BETON KONVENSIONAL TERHADAP BALOK BETON PRATEGANG PADA PROYEK TUNJUNGAN PLAZA 5 SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pozolanik) sebetulnya telah dimulai sejak zaman Yunani, Romawi dan mungkin juga

BAB I PENDAHULUAN. meningkat dibandingkan beberapa tahun sebelumnya. Perkembangan yang. perkuatan untuk elemen struktur beton bertulang bangunan.

PEMANFAATAN KAWAT GALVANIS DIPASANG SECARA MENYILANG PADA TULANGAN BEGEL BALOK BETON UNTUK MENINGKATKAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan konstruksi bangunan di Indonesia semakin

PERBANDINGAN KUAT LENTUR DUA ARAH PLAT BETON BERTULANGAN BAMBU RANGKAP LAPIS STYROFOAM

Oleh : A.A.M PERTEMUAN XIII

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III LANDASAN TEORI. agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan (SNI 2847 : 2013).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas bahan, cara pengerjaan dan cara perawatannya.

BAB III LANDASAN TEORI. A. Beton

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. desain untuk pembangunan strukturalnya, terutama bila terletak di wilayah yang

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I 1.1 LATAR BELAKANG

Struktur Beton Bertulang

BAB II STUDI PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. bahan terpenting dalam pembuatan struktur bangunan modern, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERHITUNGAN STRUKTUR HOTEL ROYAL TAPAZ PONTIANAK (STRUKTUR BETON BERTULANG 12 LANTAI) TERHADAP GEMPA. Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH VARIASI LUAS PIPA PADA ELEMEN BALOK BETON BERTULANG TERHADAP KUAT LENTUR

Jurnal Teknik Sipil No. 1 Vol. 1, Agustus 2014

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

PENELITIAN AWAL TENTANG PENGGUNAAN CONSOL FIBER STEEL SEBAGAI CAMPURAN PADA BALOK BETON BERTULANG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI. (admixture). Penggunaan beton sebagai bahan bangunan sering dijumpai pada. diproduksi dan memiliki kuat tekan yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. banyak diterapkan pada bangunan, seperti: gedung, jembatan, perkerasan jalan, balok, plat lantai, ring balok, ataupun plat atap.

BAB I PENDAHULUAN. & error) untuk membuat duplikasi proses tersebut. Menurut (Abdullah Yudith, 2008 dalam lesli 2012) berdasarkan beratnya,

BAB VII PEMBAHASAN MASALAH KERETAKAN PADA BETON. Beton merupakan elemen struktur bangunan yang telah dikenal dan banyak

I. PENDAHULUAN. Beton dan bahan dasar butiran halus (cementitious) telah digunakan sejak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Beton merupakan salah satu material yang banyak digunakan sebagai material

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di zaman sekarang, perkembangan ilmu dan teknologi pada setiap bidang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI. Yufiter (2012) dalam jurnal yang berjudul substitusi agregat halus beton

BAB 2 DASAR TEORI. Bab 2 Dasar Teori. TUGAS AKHIR Perencanaan Struktur Show Room 2 Lantai Dasar Perencanaan

II. TINJAUAN PUSTAKA. rintangan yang berada lebih rendah. Rintangan ini biasanya jalan lain ( jalan

BAB I PENDAHULUAN. ini, para insinyur dituntut untuk memberikan inovasi-inovasi baru agar bisa

BAB I PEDAHULUAN. dan bahkan karena bobotnya yang ringan, bisa digunakan melebihi

Beton sebagai bahan bangunan teknik sipil telah lama dikenal di Indonesia, lokal, sehingga beton sangat populer dipakai untuk struktur-struktur besar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempermudah penyebaran fiber kawat secara merata kedalam adukan beton. Dari

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PERHITUNGAN STRUKTUR HOTEL 11 LANTAI JALAN TEUKU UMAR PONTIANAK

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir) (SNI ) Berat Tertahan (gram)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI JUDUL PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. baja sehingga menghasilkan beton yang lebih baik. akan menghasilkan beton jadi yang keropos atau porous, permeabilitas yang

BAB I PENDAHULUAN. penyusunnya yang mudah di dapat, dan juga tahan lama. Beton ringan adalah beton yang memiliki berat jenis yang lebih ringan dari

TINJAUAN KUAT LENTUR PLAT LANTAI DENGAN BAHAN TAMBAH ZEOLIT MENGGUNAKAN TULANGAN WIRE MESH

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan keruntuhan tekan, yang pada umumnya tidak ada tanda-tanda awal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL JALAN MARTADINATA MANADO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mencampurkan semen portland, air, pasir, kerikil, dan untuk kondisi tertentu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN KUAT LENTUR PELAT BETON BERTULANG BAJA DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG MENYILANG NASKAH PUBLIKASI

BAB 2 DASAR TEORI Dasar Perencanaan Jenis Pembebanan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi dan kemajuan industri yang semakin pesat

BAB VI KONSTRUKSI KOLOM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TEKNOLOGI BAHAN DAN KONSTRUKSI 2.1. PENGERTIAN BETON BERTULANG Beton bertulang (reinforced concrete) tersusun dari bahan beton dan baja, yang antara keduanya mempunyai ikatan/lekatan (bond) yang kuat sehingga membentuk suatu bahan komposit. Beton mempunyai kekuatan yang besar dalam menahan gaya tekan (compression), namun lemah dalam menahan gaya tarik. Bagian beton yang menahan gaya tarik akan diperkuat atau digantikan oleh baja tulangan. Beton tersusun dari beberapa bahan yaitu: 1. semen 2. air 3. agregat halus (pasir), ukuran butir 5 mm 4. agregat kasar (kerikil, batu belah), ukuran butir > 5 mm 5. bahan tambah (admixture) Campuran semen dan air yang berupa pasta merupakan bahan pengikat pasir dan kerikil menjadi satu kesatuan. Semen dan air ini akan bereaksi secara kimiawi, sehingga bahan-bahan tersebut akan menjadi satu kesatuan yang padat dan keras seperti batu. Beton keras mempunyai kuat tekan yang tinggi. Beberapa faktor yang berpengaruh pada mutu beton antara lain: 1. umur beton. 2. faktor air semen (water cement ratio). 3. proporsi campuran bahan penyusun dan bahan tambah. 4. sifat mudah dikerjakan (workability). 5. perawatan beton (curing). Prodi Teknik Sipil Diploma III BAB 2-1

Kuat tekan beton didapatkan dari pengujian silinder standar (diameter 15 cm, tinggi 30 cm) pada saat umur mencapai 28 hari. Beberapa penentu sifat-sifat beton dan nilainya adalah sebagai berikut (berdasarkan SNI 02): 1. Tegangan tekan fc 2. Modulus elastisitas untuk beton secara umum: Ec = 0,043 wc1,5, untuk beton normal Ec = 4700. 3. c = 0,002 atau 0,2 % Regangan. 4. cu = 0,003 atau 0,3 % Regangan. Kuat tarik beton dibagi menjadi 2 kondisi: 1. Tarik lentur (modulus of rupture). 2. Tarik belah (splitting). 2.2. PENGENALAN BERBAGAI MACAM BETON Beton spesial yang dimaksud adalah jenis beton selain beton normal seperti yang umum dijumpai sehari-hari yang biasanya terbuat dari campuran semen Portland dan agregat alami dan dibuat secara konvensional Beton spesial mempresentasikan kemajuan teknologi beton yang dikembangkan untuk menanggulangi kekurangan yang dimiliki beton normal. Beberapa jenis beton yang bisa dikategorikan sebagai beton spesial diantaranya adalah : 1. Beton Ringan (Lightweight Concrete) Dibuat dengan menggunakan agregat ringan atau dikombinasikan dengan agregat normal sedemikian rupa sehingga dihasilkan beton dengan berat isi yang lebih kecil (lebih ringan) daripada beton normal. Berat isi beton ringan mencapai 2/3 dari beton normal. Tujuan penggunaan beton ringan adalah untuk mengurangi berat sendiri dari struktur sehingga komponen struktur pendukungnya seperti pondasinya akan menjadi lebih hemat. 2. Beton mutu tinggi (High Strength Concrete) Beton dengan kuat tekan yang lebih besar dari 40 MPa sudah bias dikategorikan sebagai beton mutu tinggi.beton ini dikembangkan untuk membuat struktur yang menuntut tingkat kepentingan yang tinggi misalnya Prodi Teknik Sipil Diploma III BAB 2-2

bangunan2 dengan tingkat keamanan tinggi seperti jembatan, gedung tinggi, reaktor nuklir dan lain-lain. 3. Beton dengan workabilitas tinggi (High Workability Concrete) Umumnya tingkat kesulitan dalam pengerjaan beton dikaitkan dengan tingkat keenceran campurannya atau kemampuannya mengalir (flowing consistency), semakin encer beton akan semakin mudah dikerjakan.encer yang dimaksud bukan semata encer karena diberi banyak air, justru dengan kebanyakan air mutu beton akan semakin rendah karena material penyusunya bisa terpisah-pisah (segregated). Yang dimaksud disini adalah beton yang mudah mengalir tetapi tetap memiliki mutu yang baik seperti beton normal atau mutu tinggi. 4. Beton Serat (Fiber Reinforced Concrete) Adalah beton yang materialnya ditambah dengan komponen serat yang bisa berupa serat baja, plastik, glass ataupun serabut dari bahan alami.walaupun serat dalam campuran tidak terlalu banyak meningkatkan kekuatan beton terhadap gaya tarik, perilaku struktur beton tetap semakin baik misalnya meningkatkan regangan yang dicapai sebelum runtuh, meningkatkan ketahanan beton terhadap benturan dan menambah kerasnya beton. 5. Beton dengan Polimer (Polymers Concrete) Dengan pemberian polimer sebagai bahan perekat tambahan pada campuran beton, akan dihasilkan beton dengan kuat tekan yang lebih tinggi dan dalam waktu yang lebih singkat. Bahan yang ditambahkan bisa berupa latex maupun emulsi dari bahan lain. Jenis ini cocok digunakan pada pekerjaan-pekerjaan pembetonan dalam keadaan darurat seperti terowongan, tambang dan pekerjaan lain yang membutuhkan kekuatan beton dalam waktu singkat bahkan dalam hitungan jam. Disamping itu, jenis beton polimer bisa dibuat dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan terhadap bahan kimia tertentu. Prodi Teknik Sipil Diploma III BAB 2-3

Metode panambahan polimer selain pada campuran beton, bisa juga dilakukan pada saat beton sudah kering dengan tujuan untuk menutup poripori beton dan retak kecil (microcrac) karena pengeringan sehingga didapatkan beton yang kedap air (inpermiable) sehingga keawetan beton bisa meningkat. 6. Beton Berat (Heavyweight Concrete) Kebalikan dari beton ringan adalah beton berat, dimana beton jenis ini memiliki berat isi yang lebih tinggi dari beton normal (2400 kg/m3) yaitu sekitar 3300 kg/m3 sampai 3800 kg/m3. Beton berat biasanya digunakan pada bangunan-bangunan seperti untuk perlindungan biologi, instalasi nuklir, unit kesehatan dan bagunan fasilitas pengujian dan penelitian atom.beton berat dibuat dengan menggunakan agregat berat seperti bijih besi maupun bahan alami yang berat. 7. Beton Besar (Mass Concrete) Merupakan beton pada struktur masif dengan dengan volume yang sangat besar seperti pada bendungan, pintu air maupun balok dan pilar besar dan masif.beton berat dibuat dengan perlakuan yang berbeda dengan beton normal mengingat timbulnya panas yang berlebihan pada campuran beton dan terjadinya perubahan volume yang juga menjadi sangat besar.perlakuan untuk penanganan beton berat bisa dilakukan dengan mengubah komposisi campuran seperti pengurangan semen, penambahan bahan aditif pembentuk gelembung udara dan penggunaan agregat yang memiliki kepadatan tinggi. 8. Beton Dengan Pemadatan Roller (Roller Compacted Concrete) Pada pekerjaan-pekerjaan besar dan khusus seperti jalan berbahan beton dan bendungan, pemadatan beton harus dilakukan dengan menggunakan roller vibrator. Untuk pemadatan dengan roller, campuran beton harus cukup kering agar roller tidak teggelam tatapi tetap harus memiliki sifat basah agar distribusi bahan perekat (semen) ke seluruh permukaan agregat menjadi merata. Pada akhirnya penggunaan dan pemilihan jenis beton harus Prodi Teknik Sipil Diploma III BAB 2-4

disesuaikan dengan tujuan dan fungsi struktur bangunan yang ingin dibuat dan tentu saja dengan pertimbangan biaya. Tidak perlu menggunakan beton mutu tinggi untuk membuat rumah sederhana. 2.3. MUTU BAHAN STRUKTUR Nilai kuat tekan beton f c menurut SKSNI T-15-1991-03, Bab I butir 3 ayat 14 disebutkan kuat tekan beton yang disyaratkan adalah kuat tekan beton yang ditetapkan oleh perencana struktur. Jika perencana merencanakan f c = 25,0 MPa. Dari mutu beton f c = 25,0 MPa, didapatkan nilai modulus elastisitas beton Ec = 4700 f ' c = 23500 Mpa. Untuk bahan baja direncanakan fy = 240 MPa, untuk tulangan Ø < 16 mm. Untuk tulangan Ø 16 mm digunakan fy = 400 MPa. Es = 200.000 MPa (SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.1.5. ayat 2). 2.4. ANALISA PEMBEBANAN Peraturan Pembebanan Indonesia untuk Gedung 1987 (PPIUG 1987) menyebutkan suatu struktur gedung harus direncanakan kekuatannya terhadap beban mati (M), beban angin (A), beban gempa (G), dan beban khusus (K). Kombinasi pembebanan dapat dirumuskan seperti yang terdapat dalam PPIUG 1987 pasal 2.1 ayat 2 yaitu : Pembebanan Tetap = Mati + Hidup Pembebanan Sementara = Mati + Hdup + Angin = Mati + Hidup + Gempa Pembebanan Khusus = Mati + Hidup + Khusus = Mati + Hidup + Angin + Khusus = Mati + Hidup + Gempa + Khusus Ketentuan-ketentuan pembebanan pada struktur berlaku sebagai berikut : a. Ketentuan beban mati dan beban hidup Pelat mendukung beban hidup dan beban mati termasuk berat sendiri pelat. Balok anak mendukung berat sendiri dan beban tetap yang didukung pelat. Beban tetap adalah kombinasi beban mati dan beban hidup. Balok induk mendukung berat sendiri serta beban dari balok anak. Prodi Teknik Sipil Diploma III BAB 2-5

Beban dari balok induk diteruskan ke kolom dan selanjutnya ke pondasi. b. Ketentuan beban Gempa Beban gempa yang diperhitungkan adalah beban mati ditambah beban hidup yang direduksi. Untuk bangunan kurang dari 40 meter tidak perlu dianalisis secara dinamis, karena tinggi bangunan ini seperti yang tercantum dalam Peraturan Perancangan Tahan Gempa Indonesia Untuk Gedung 1983 halaman 9 bahwa strukturnya beraturan, kekuatan merata, dan memiliki bentuk, ukuran dan penggunaan yang umum. Rumus-rumus yang digunakan dalam menghitung beban gempa adalah sebagai berikut : 1. Untuk mencari beban geser desain gempa untuk dianalisis beban statis ekuivalen digunakan rumus : V = C. I. K. Wt (Struktur Beton Bertulang jilid 3 yang disusun oleh W.C. Vis dan Gedeon Kusuma). Dimana : V = beban gempa horizontal C = koefisien gempa I = Koefisien keutamaan gedung K = faktor jenis gedung Wt = berat total gedung 2. Dalam menentukan waktu geser alami struktur gedung T dalam detik untuk portal beton adalah : T = 0,06 H 3/4 Dimana : T = waktu geser H = tinggi gedung 3. Beban geser dasar akibat gempa (V) yang dibagikan sepanjang tinggi gedung menjadi beban-beban horizontal terpusat yang bekerja pada tiap lantai, dengan rumus : Prodi Teknik Sipil Diploma III BAB 2-6

Wi.hi Fi.V ΣWi.hi Dimana : Fi = beban gempa horizontal pada lantai i Wi = berat lantai i hi = tinggi lantai i V = beban geser dasar akibat beban gempa 2.5. KUAT PERLU Berdasarkan SKSNI T15-1991-03 pasal 3.2.2, kuat perlu diperhitungkan dengan tujuan agar struktur memenuhi syarat kekuatan dan layak pakai terhadap bermacam-macam kombinasi beban, maka harus dipenuhi kekuatan dari faktor beban berikut : 1. Kuat perlu U sama dengan beban mati D dan beban hidup L paling tidak harus sama dengan : U = 1,2 D + 1,6 L 2. Apabila ketahanan struktur terhadap beban angin W harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka pengaruh kombinasi beban D, L, dan W berikut harus dipelajari untuk menentukan nilai U terbesar. U = 0,75 (1,2 D + 1,6 L + 1,6 W) Dimana kombinasi beban harus memperhitungkan kemungkinan beban hidup L yang penuh dan kosong untuk mendapatkan kondisi yang paling berbahaya, dan U = 0,9 D + 1,3 W Dengan catatan bahwa untuk setiap kombinasi beban D, L, dan W akan diperoleh kekuatan U yang tidak kurang dari 1,2 D + 1,6 L 3. Bila ketahanan struktur terhadap beban gempa E harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka nilai U harus diambil sebagai : U = 1,05 (D + L R + E ) atau U = 0,9 (D ± E) L R adalah beban hidup yang telah direduksi sesuai dengan ketentuan SKBI 1987. Prodi Teknik Sipil Diploma III BAB 2-7

4. Bila ketahanan tekanan tanah H harus diperhitungkan dalam perencanaan, maka kekuatan yang diperlukan U minimum harus sama dengan : U = 1,2 D + 1,6 L + 1,6 H 5. Bila pengaruh struktural T dari perbedaan penurunan, rangkak, susut, atau perubahan suhu mungkin menentukan dalam perencanaan, maka kekuatan yang diperlukan U harus sama dengan : U = 0,75 (1,2 D 1,2T + 1,6 L) Tetapi tidak boleh kurang dari : U = 1,2 (D + T) Kuat perlu U yang dipakai adalah kuat perlu U yang nilainya terbesar, karena pada perhitungan portal bangunan hotel ini beban angin dan beban khusus tidak ditinjau maka kuat perlu yang diperhitungkan adalah kuat perlu point (1) dan (3). 2.6. KUAT RENCANA Dalam menentukan kuat rencana suatu komponen struktur, maka kuat minimum harus direduksi dengan faktor reduksi kekuatan sesuai dengan sifat beban yang ditentukan dalam SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.2.3. (2) sebagai berikut : Lentur tanpa beban aksial = 0,80 Aksial tarik, dan aksial tarik dengan lentur = 0,80 Aksial tekan, dan aksial tekan dengan lentur Komponen struktur dengan tulangan spiral maupun sengkang ikat Ø = 0,70 Komponen struktur dengan tulangan sengkang biasa Ø = 0,65 Geser dan torsi Ø = 0,60 Tumpuan pada beton Ø = 0,70 Bila kekuatan geser yang ada pada setiap komponen struktur kurang dari geser yang berhubungan dengan pengembangan kuat lentur nominall untuk kombinasi beton terfaktor termasuk pengaruh gempa, maka faktor reduksi kuat geser harus diambil sebesar 0,5 kecuali untuk menentukan kekuatan-kekuatan join dimana faktor reduksi kekuatan harus diambil sebesar 0,6. Prodi Teknik Sipil Diploma III BAB 2-8