BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PEMIKIRAN. 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Peternakan adalah kegiatan usaha dalam memanfaatkan kekayaan alam biotik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II. KERANGKA TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Kajian Biaya, Penerimaan & Keuntungan Usahatani

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. elastisitas, konsep return to scale, konsep efisiensi penggunaan faktor produksi

BAB II TINJUAN PUSTAKA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. METODE PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

III. KERANGKA PEMIKIRAN

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. bangunan. Jika bangunan tersebut rumah, maka disebut pekarangan rumah.

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

IV. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sumber daya alam hayati yang didominasi oleh pepohonan dalam

Oleh : DEDI DJULIANSAH DOSEN PRODI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SILIWANGI

ANALISIS PENDAPATAN PETANI TOMAT PADA LAHAN SAWAH DI DESA TOSURAYA SELATAN KECAMATAN RATAHAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Welson Wangke Benu Olfie L.

IV METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

dan produktivitasnya sehingga mampu memenuhi kebutuhan IPS. Usaha

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III METODE PENELITIAN DAN ANALISIS DATA

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. termasuk Indonesia. Buah ini dikenal dunia sejak zaman sebelum Masehi.

menghasilkan limbah yang berupa jerami sebanyak 3,0 3,7 ton/ha.

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Geografi adalah mempelajari gejala-gejala di permukaan bumi secara keseluruhan dengan

TINJAUAN PUSTAKA. dengan kondisi agroekosistem suatu tempat. Di lingkungan-lingkungan yang paling

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Tanaman jeruk mempunyai taksonomi sebagai berikut :

TINJAUAN TEORI EKONOMI PRODUKSI PERTANIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. konsep efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi, serta konsep penerimaan,

II. LANDASAN TEORI A. Penelitian Terdahulu

KAJIAN PENGELOLAAN USAHATANI KELAPA DI DESA TOLOMBUKAN KECAMATAN PASAN KABUPATEN MINAHASA TENGGARA. Eyverson Ruauw Jenny Baroleh Devison Powa ABSTRACT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang benar tentang konsep agribisnis itu sendiri. Sering ditemukan bahwa

III. METODE PENELITIAN. Semua konsep dan defenisi operasional ini mencakup pengertian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. Kerangka pemikiran teoritis meliputi penjelasan-penjelasan mengenai halhal

II. TINJAUAN PUSTAKA

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Perikanan adalah kegiatan manusia yang berhubungan dengan pengelolaan dan

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

VI. HASIL dan PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. daging putih (Hylocereus undatus), buah naga daging merah (Hylocereus

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanaman Kelapa Dalam Kelapa adalah jenis tanaman yang termasuk genus cocos dengan nama spesies cocos mucifer L. Tanaman kelapa dalam memiliki akar serabut dengan bentuk batang yang keras memiliki bunga yang tumbuh keluar dar ketiak pohon. Tanaman kelapa temasuk tanaman yang membutuhkan sinar matahari yang banyak, lamanya penyinaran sangat berpengaruh atas perkembangan tanaman kelapa tersebut. Tanaman kelapa dalam paling banyak tumbuh didaerah yang memiliki ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Biasanya daerah yang telampau tinggi letaknya akan mengakibatkan pertumbuhannya terlampau lambat dan buahnya kurang memuaskan (Adiwilaga, 2008:31). Secara ekonomis bahwa kelapa dalam memiliki banyak manfaat selain untuk pembuatan minyak goreng melalui pembuatan kopra, kelapa dalam juga sangat bermanfaat dari berbagai hal, baik itu dari segi buahnya maupun bagian-bagian lainnya dari kelapa dalam. Sedangkan menurut Warisno (2009:45), ciri-ciri kelapa dalam yaitu sebagai berikut : a) Umur mulai berbuah relatif lebih lama yaitu sekitar 5-8 tahun setelah tanam. b) Ketinggian batang dapat mencapai 25 meter atau lebih. c) Umur produksi tanaman 50 tahun lebih d) Batang, daun, buahnya relatif lebih besar B. Usahatani Kelapa Dalam Usahatani kelapa dalam adalah himpunan dari sumber-sumber alam yang diperlukan untuk produksi pertanian seperti tubuh tanah dan air, perbaikan-perbaikan yang dilakukan di atas tanah itu, sinar matahari, bangunan-bangunan yang didirikan di atas tanah tersebut dan sebagainya, (Sumardjo, 2009:19). Usahatani kelapa dalam yang benar dapat dilakukan sebagai berikut: a) Pembibitan dapat diambil dari induk kelapa dalam penanaman b) Bibit kelapa dapat dilakukan pada awal musim hujan secara teratur dan membahasi tanah c) Pemeliharaan di lakukan untuk menganti tanaman yang kerdil, terseranag hama peyakit d) Pemanenan kelapa dapat di lakukan setelah cukup umur tua dan berumur antara 12-13 bulan

e) Pegolahan dapat berupa kopra, miyak kelapa, kelapa parut kering dan gula kelapa Menurut Soekartawi (1995:90), usahatani adalah ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumber daya yang ada secara efektif dan efisien dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki atau yang dikuasai sebaik-baiknya dan dikatakan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) Ilmu usahatani merupakan ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan serta mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif mungkin sehingga produksi pertanian memberikan pendapatan keluarga petani yang lebih baik. Definisi ini terkandung satu tujuan utama yaitu peningkatan pendapatan keluarga petani. Ilmu usahatani juga dapat diartikan sebagai bagian ilmu dari pertanian dimana lebih menekankan pada pemanfaatan para petani dalam mengembangkan hasil pertanian mereka sehingga masyarakat tersebut dapat meningkatkan ekonomi mereka sendiri (Ratag 1982:98). Menurut Hernanto (1993:51), yang menjadi unsur- unsur pokok usahatani yang dikenal dengan faktor-faktor produksi, yaitu: a. Tanah sebagai mana dimaksud yaitu suatu wadah yang merupakan tempat dimana kelapa ditanam dan dapat menghasilkan produksi yang banyak b. Tenaga kerja adalah jumlah pekerja yang dipakai dalam mengelolah hasil kelapa baik dari proses perawatan sampai pada proses pengolahan c. Modal adalah suatu biaya yang diperlukan untuk membiayai suatu proses pengolahan sampai dengan hasilnya d. Manjemen adalah segala tata cara yang digunakan untuk mengelolah hasil kelapa dalam sehingga hasil dari kelapa dalam sesuai dengan harapan. Tidak berlebihan kiranya bila dikatakan bahwa kelapa dalam merupakan komoditas yang paling luas penyebarannya di wilayah Nusantara. Olehnya itu usahatani kelapa dalam perlu mendapat perhatian yang lebih dari pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. C. Struktur Biaya Usahatani 1) Pengertian Biaya

Menurut beberapa ahli, biaya dapat diartikan sebagai berikut : a. Menurut Mubyarto (1991:8) biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tersebut. b. Menurut Mosher A.P (1965:14) biaya adalah suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada saat yang akan datang. c. Menurut Kotler (1986:6) biaya adalah pengorbanan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Sebagai akuntan mendefinisikan biaya sebagai satuan moneter atas pengorbanan barang dan jasa untuk memperoleh manfaat dimasa kini atau masa yang akan datang. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi atau sumber daya berupa barang dan jasa yang diukur dalam satuan uang dengan tujuan untuk memperoleh suatu manfaat yaitu peningkatan laba di masa mendatang. Soekartawi (1995:19), mengemukakan bahwa biaya adalah semua pengeluaran yang digunakan dalam suatu usaha yang meliputi : biaya tetap (fixed cost) dan biaya variabel (variable cost). Menurut Bishop dan Simanjuntak P.J (1983:29), dalam menghasilkan produk akan menunjuk pada biaya yang di keluarkan, dalam menghasilkan suatu jumlah hasil produksi pada suatu periode waktu tertentu. Biaya produksi terbagi atas biaya tetap dan biaya variabel, biaya tetap di tambah biaya variabel sama dengan biaya total. Biaya total penting dalam memperhitungkan pendapatan bersih sama dengan penerimaan total di kurangi biaya total. Biaya merupakan pengeluaran, akan tetapi semua pengeluaran belum tentu dikatakan sebagai biaya produksi. Biaya produksi dalam hal ini adalah jumlah yang dikeluarkan dan diukur dalam satuan uang termasuk pengeluaran pengeluaran dalam bentuk pemindahan atas kekayaan dan aset, jasa-jasa yang dipergunakan untuk memperoleh barang yang dibutuhkan. Menurut Soeharjo (1973:31), bahwa biaya, harga cost pada umumnya ialah jumlah uang yang dibayar atau dibelanjakan untuk suatu produk atau jasa tertentu. Jumlah uang yang sebenarnya dikeluarkan atau dibebankan untuk pembelian barang atau jasa. Sehubungan adanya biaya dalam proses produksi, maka dikenal pula istilah lain yaitu biaya langsung (Direct Cost) dan biaya tidak langsung (Indirect Cost). Biaya langsung adalah harga bahan baku dan tenaga kerja yang secara langsung dibelanjakan atau dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk atau jasa.

Sedangkan biaya tidak langsung adalah pengeluaran yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi seperti biaya sewa, penerangan, pemeliharaan, dan sebagainya. 2) Biaya tetap dan biaya variabel Pembiayaan jangka pendek (satu musim tanam) biaya tetap tidak langsung berkaitan dengan jumlah tanaman yang dihasilkan diatas lahan. Biaya ini harus dibayar apakah menghasilkan sesuatu atau tidak, misalnya pajak lahan. Biaya total petani adalah biaya tetap total ditambah dengan biaya variabel total. Dalam pembiayaan pertanian khususnya pembiayaan usahatani kelapa dalam tentunya disetiap daerah berbagai macam variasi, kesemuanya tergantung dari bagaimana pemasaran kelepa dan hasil kelapa dalam di daerah tersebut (Soekartawi,1995:28). Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan untuk penggunaan faktor-faktor produksi tetap. Semakin banyak output yang dihasilkan, semakin rendah biaya tetap untuk menghasilkan setiap satuan output (Djojodipuro, 1991:99). Hal lain yang menyangkut dengan biaya tetap yaitu biaya yang dikeluarkan setiap kali pekerjaan itu dilakukan baik dalam jangka waktu yang pendek maupun pada jangka waktu yang panjang dan besar biaya tetap dari suatu pembiayaan tergantung dari jenis yang dibiayai. Jadi, biaya tetap rata-rata dalam suatu proses produksi cenderung menurun begitu kuantitas output bertambah. Biaya variabel adalah biaya yang digunakan untuk faktor-faktor produksi variabel. Semakin banyak pemakaian input variabel akan menyumbang output yang semakin sedikit. Hubungan antara input variabel dengan hasil produksi didasarkan pada prinsip pertambahan hasil yang semakin menurun (the law of deminishing return). Biaya variabel secara langsung berhubungan dengan jumlah tanaman yang diusahakan dan input variabel yang dipakai, misalnya pupuk, bibit, biaya penyiangan dan lain-lain. Biaya variabel juga tidak lepas dari biaya banyaknya para buruh yang dipekerjakan baik dari pengolahan di lapangan sampai pada pengolahan produksi yang pada intinya akan melihat apakah sesuai dengan hasil pendapatan atau sebaliknya (Soekartawi,1995:43). Hukum pertambahan hasil yang semakin menurun sangat penting, terutama pada sektor pertanian dalam menerangkan beberapa pertambahan hasil produksi apabila satu kesatuan biaya variabel ditambahkan kepada suatu jumlah biaya tetap yang sudah ada. Jumlah kenaikan hasil pada mulanya akan terus bertambah sampai pada suatu saat penambahan satu unit biaya variabel tertentu menghasilkan penambahan hasil yang lebih kecil dari jumlah kenaikan hasil sebelumnya

dan bila terus ditambahkan ke satu kesatuan biaya variabel, maka jumlah kenaikan hasil akan semakin berkurang. Analisa ini sangat penting bagi seorang petani dalam mempertimbangkan sejauh mana menaikkan hasil produksi persatu bidang tanah per kesatuan biaya variabel (Djojodipuro, 1991:104). Suryanto (1990:22) megemukakan biaya variabel proposional terhadap tingkat intensitas setiap kegiatan, namun juga menentukan hasil perhektar, yakni jumlah dan jenis pupuk, bibit, pengolahan dan penyiangan sebagian besar menentukan hasil tanaman perhektar. Selanjutnya dikatakan biaya tetap hanya memiliki pengaruh kecil terhadap tingkat hasil perhektar, karena biaya tetap tidak berkaitan dengan suatu kegiatan khusus. Apabila seorang petani terus manambah biaya variabel dengan jumlah dan komposisi biaya tetap sama, mengingat adanya hukum penambahan hasil yang semakin berkurang Pada tingkat volume produksi ini, jumlah total pendapatan kotor lebih besar dari jumlah biaya total. Sebaliknya, apabila jumlah pendapatan total lebih besar dari pada jumlah biaya total, tetapi selama jumlah pendapatan total lebih besar dari pada jumlah total biaya variabel, produsen masih dapat menghasilkan karena selisih pendapatan total dan biaya variabel tersebut masih dapat dipakai untuk menutupi sebagian biaya tetap yang di dalam keadaan apapun harus dibayar. Dengan demikian petani berusaha menekan kerugian serendah mungkin (Sulastiyo, 2007:22). Jadi dapat disimpulkan bahwa biaya adalah jumlah pengeluaran baik langsung maupun tidak langsung yang dinilai dengan satuan uang dalam mencapai suatu tujuan yaitu menghasilkan suatu output dan pengeluaran dalam biaya tersebut harus diminimalkan sedemikian rupa sehingga dapat diperoleh sejumlah output atau jumlah produksi yang maksimal. D. Pendapatan Usahatani Pendapatan usahatani adalah perkalian antara jumlah produksi yang diperoleh dengan harga produksi. Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan seluruh biaya yang dikeluarkan dalam sekali periode. Untuk memperoleh tingkat pendapatan dan tingkat keuntungan yang tinggi pada usahatani maka perlu diperhatikan bagaimana meningkatkan jumlah produksi dan kualitas yang tinggi. Dalam pengembangan usahatani juga diperhatikan ketersediaan jumlah tenaga kerja, tanpa ada ketersediaan tenaga kerja yang baik, maka pendaptan usahatani yang diharapkan akan menurun (Soekartawi,1995:22).

Menurut Soekartawi (1995:23) pendapatan usahatani ini dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal terdiri dari umur petani, pendidikan, pengetahuan, pengalaman, keterampilan, jumlah tenaga kerja, luas lahan dan modal. Faktor eksternal berupa harga dan ketersedian sarana produksi. Ketersedian sarana produksi dan harga tidak dapat dikuasai oleh petani sebagai individu meskipun dana tersedia. Bila salah satu sarana produksi tidak tersedia maka petani akan mengurangi penggunaan faktor produksi tersebut, demikian juga dengan harga sarana produksi misalnya harga pupuk sangat tinggi bahkan tidak terjangkau akan mempengaruhi biaya dan pendapatan. Pendapatan atau dapat juga disebut keuntungan, adalah merupakan selisih antara penerimaan total dengan biaya total. Dimana biaya itu terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Secara matematis analisis pendapatan dapat ditulis dan digambarkan sebagai berikut (Soekartawi, 2002:29). Hal tersebut juga jabarkan bahwa pendapatan didapatkann dari Total penerimaan dikurangi dengan Total biaya dimana Peneriman dihasilkan dari jumlah produksi dikalikan dengan Harga dan Total biaya didapatkan dari hasil Total biaya variabel ditambah dengan Total biaya tetap. Untuk menganalisa imbangan pendapatan dan biaya, metode yang digunakan adalah Return Cost Ratio (R/C), R/C bertujuan untuk mengetahui tingkat kelayakan dari suatu kegiatan cabang usahatani berdasarkan perhitungan finansial. Analisa ini akan menguji seberapa jauh setiap nilai rupiah biaya yang dipakai dalam kegiatan cabang usahatani yang bersangkutan dapat memberikan sejumlah pendapatan (Ratag, J, 1993:53). Jika R/C Ratio > 1, maka usahatani yang dijalankan mengalami keuntungan atau layak untuk dikembangkan. Jika R/C Ratio < 1, maka usahatani tersebut mengalami kerugian atau tidak layak untuk dikembangkan, sedangkan bila R/C Ratio = 1, maka cabang usahatani ini tidak rugi dan juga tidak untung (Soekartawi, 1995:34). E. Penelitian Terdahulu Pada penelitian yang dilakukan oleh Rusdiah N. (2008) dengan judul Pengaruh Modal Kerja, Luas Lahan dan Tenaga Kerja Terhadap Pendapatan Usahatani Nenas dimana tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahui pendapatan usahatani nenas dengan metode deskriptif statistik dimana hasil dari penelitian didapatkan bahwa modal kerja (X1), Luas Lahan, (X2), dan Tenaga kerja (X3). Hasil penelitian secara serempak berpengaruh positif terhadap produksi nenas

sedangkan secara parsial Modal kerja (X1) dan tenaga kerja (X2) tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap produksi nenas sedangkan luas lahan berpengaruh nyata terhadap produksi nenas sehingganya baik modal, tenaga kerja dan luas lahan sangat menentukan terhadap produksi nenas. Dari hasil tersebut didapatkan sebuah kesimpulan bahwa pendapatan dalam usahatani nenas sangat ditentukan oleh beberapa faktor yang antara lain adalah modal kerja, luas lahan serta jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan untuk suatu pembudidayaan nenas, selain itu didapatkan pula bahwa selain faktor tersebut, juga dipengaruhi oleh jumlah kebutuhan masyarakat yang ada di pasar atau daya beli masyarakat terhadap produksi usahatani nenas. Penelitian yang dilakukan oleh Desky S. (2007) dengan judul penelitian Analisis Faktor- Faktor yang Mempengaruhi Produksi Padi di Kabupaten Aceh Tenggara dengan tujuan mengetahui faktor produksi dan metode penelitian yaitu kuantitatif analisis dengan hasil penelitian bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi produksi padi yaitu luas lahan (X1), jumlah pekerja (X3), berpengaruh positif dan signifikan terhadap produksi padi, sedangkan pestisida (X5) juga berpengaruh signifikan tetapi pesisida pengaruhnya negatif. Waktu kerja (X2), pupuk (X4) dan benih (X6) walaupun mempunyai tanda positif tetapi tidak signifikan dalam memproduksi padi sawah di Kabupaten Aceh Tenggara. Olehnya dapat disimpulkan bahwa produksi padi dipengaruhi oleh beberapa faktor baik dari pengaruh positif seperti luas lahan dan jumlah tenaga kerja, pengaruh negatif yaitu pestisida dan waktu kerja. Arsyad L. (1997) pada penelitian tentang pengelolaan dengan judul penelitian Pengelolaan Faktor-Faktor Produksi untuk Meningkatkan Produksi dan Pendapatan Petani dengan tujuan untuk mengetahui faktor utama dalam meningkatkan produksi dan metode penelitian yaitu analitik dengan hasil penelitian yaitu bahwa: nilai jual produksi dapat mempengaruhi besarnya tingkat produksi sautu suatu hasil pertanian dimana keseluruhannya dilihat dari berapa besar keuntungan yang diperoleh. Olehnya dapat disimpulkan bawha perubahan harga atas faktor-faktor produksi sebagai harga pokok produksi ternyata mempengaruhi besarnya produksi dan pendapatan petani utamanya pada harga pupuk dan pestisida yang pada saat itu sulit diperoleh dengan harga terjangkau akibat terjadinya kenaikan harga-harga barang dalam negeri. Meningkatkan pendapatan petani, mempertahankan mutu dan kualitas hasil produksi untuk mempertahankan harga jual di pasaran. Menurut Zainudin (2005) Pada penelitian dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Biaya Usahatani Kelapa dimana tujuan yang ingin diketahui adalah beberapa

faktor yang mempengaruhi biaya usahatani dengan metode penelitian kualitatif observasional dengan hasil penelitian yaitu bahwa pembiayaan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain jumlah tanaman petani serta jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan sehingganya dari kedua hal tersebut sangat berpengaruh pada besar kecilnya pembiayaan yang akan dikeluarkan dimana biaya yang dikeluarkan untuk pembudidaayan pertanian padi baik dari segi pupuk yang harganya Rp.178.000 akan sangat berpengaruh jika hasil yang didapatkan dari padi tersebut hanya berkisar 2 Ton/Ha. Dari hasil yang didapatkan disimpulkan bahwa pendapatan para petani dipengaruhi oleh seberapa besar biaya yang dikeluarkan oleh petani itu sendiri baik itu biaya variabel maupun biaya tetap. Olehnya itu untuk menganalisis suatu pendapatan pada pertanian harusnya memperhatikan harga pasar dari produk-produk yang akan menjadi biaya variabel suatu tujuan dari pertanian. Abdi Wijaya (2008) dengan judul penelitian Efisiensi Pendapatan dan Biaya Petani dimana tujuan yang ingin dicapai untuk mengetahuui besar pendapatan dan biaya dari seorang petani dengan metode penelitian yaitu cross sectional study dengan hasil penelitian yaitu bahwa pendapatan petani dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lainnya adalah biaya pengolahan, hasil produksi dan harga produksi dipasaran sehingganya dari ketiga faktor tersebut dapat dilihat apakah hasil dari pengolahan pertanian menguntungkan para petani atau malah sebaliknya yang dapat merugikan petani pada umumnya, karena daya beli pasar yang terkadang tidak menentu sangat mempengaruhi tingkat pendapatan dari para petani dimana jika hasil produksi meningkat sedangkan permintaan pasar menurun, maka secara otomatis pendapatan dari para petani juga akan menurun. Dari hasil yang didapatkan pada penelitian tersebut ditarik sebuah kesimpulan bahwa harga pasar dan hasil produksi saling beriringan dimana harga yang ada dipasaran tergantung dari jumlah produksi demikian juga jumlah produksi sangat mempengaruhi harga jual di pasaran, olehnya dalam pembudidayaan suatu produk pertanian harusnya melihat permintaan pasar apakah yang dibudidayakan tersebut mempunyai nilai jual tinggi di pasaran atau tidak. F. Kerangka Berpikir Usahatani Kelapa Dalam merupakan jenis usahatani yang berbasis pada pembudidayaan dimana lebih mementingkan tingkat budidaya kelapa dalam dibandingkan dengan pengolahan sehingganya jika dilihat dari hasil yang ada dimana pendapatan yang dihasilkan dari

pembudidayaan kelapa dalam lebih besar dipengaruhi oleh faktor biaya dalam pembudidayaan kelapa dalam baik itu biaya tetap maupun biaya variabel. Pendapatan dari budidaya kelapa dalam juga tergantung dari harga jual yang ada di pasaran dimana jika permintaan konsumen menurun maka secara otomatis jumlah poduksi dari budidaya kelapa dalam juga akan berkurang demikian halnya dengan permintaan konsumen yang tinggi terhadap hasil kelapa dalam, maka dengan sendirinya penerimaan yang ada semakin meningkat akan tetapi biaya variabel dan biaya tetap juga akann meningkat sehingganya keseimbangan antara biaya dan penerimaan dari budidaya kelapa dalam sangatlah dipengaruhi oleh struktur biaya. Usahatani Kelapa Dalam Struktur Biaya Pajak Tenaga kerja dalam keluarga Tenaga kerja luar keluarga 1. Penerimaan Usahatani Pertahun 2. Pendapatan Usahatani Pertahun Pendapatan/Keuntungan R/C Ratio Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir Penelitian Analisis Biaya dan Pendapatan Usahatani Kelapa Dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo Berdasarkan gambar 1 di atas, maka dapat dijelaskan usahatani kelapa dalam adalah suatu himpunan dari sumber-sumber yang terdiri dari sumber daya alam dan sumber daya manusia yang mengelolahnya. Usahatani kelapa dalam tentunya memiliki biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengelolah kelapa dalam. Dari segi penerimaan usahatani kelapa dalam diketahui masih dalam bentuk penerimaan yang belum dikurangi dengan struktrur biaya (pajak, tenaga kerja dalam keluarga, dan tenaga kerja luar keluarga), sehingganya penerimaan yang dimaksud adalah suatu hasil yang masih tergolong hasil dari keseluruhan pendapatan dan belum dikurangi dengan

biaya selama pengolahan. Pada pendapatan itu sendiri diketahui adalah hasil bersih dari penerimaan setelah dikurangi dengan struktur biaya, sehingga dari pendapatan tersebut sudah dapat diketahui berapa keuntungan yang dihasilkan pada pengolahan usahatani kelapa dalam. Dalam usahatani kelapa dalam tujuan yang dicapai tentunya hasil yang menguntungkan dimana keuntungan dalam usahatani kelapa dalam adalah hasil penjualan dari kelapa dalam baik dalam bentuk barang produksi maupun masih dalam bentuk kopra yang dibebankan kepada langganan atau mereka yang menerima, sehingganya dapat dilihat dari hasil penjualan tersebut apakah mempunyai keuntungan atau tidak. G. Hipotesis Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan kerangka pikir maka disusun hipotesis yaitu: 1) Struktur Biaya Usahatani Kelapa Dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo meliputi pajak, biaya tenaga kerja dalam keluarga dan biaya tenaga kerja dalam keluarga. 2) Usahatani Kelapa Dalam di Desa Jatimulya Kecamatan Wonosari Kabupaten Boalemo menguntungkan.