11 BAB III METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian mengenai pengaruh konsep lanskap Keraton terhadap lanskap Kota ini dilakukan pada kawasan Keraton Kesunanan dan kawasan Kota. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Waktu dalam penelitian ini adalah enam bulan, dari bulan Februari 2012 hingga Juli 2012. Indonesia Pulau Jawa Kota Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian Sumber : BAPEDDA
12 3.2.1 Metode Penelitian dilakukan dengan membagi dua wilayah identifikasi, yaitu pada lanskap Keraton dan lanskap Kota. Penelitian dilakukan melalui empat tahapan, yaitu persiapan, pengumpulan data, analisis dan sintesis serta penyusunan rekomendasi guna meningkatkan identitas Kota. Tahapan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3. Persiapan Pembuatan proposal dan kolokium Perizinan dinas terkait Pengadaan alat dan bahan penelitian Pengumpulan Data Data Lanskap Keraton Data Lanskap Kota Analisis Analisis konsep ruang, elemen dan ornamen lanskap Keraton Analisis perkembangan lanskap Kota Pemetaan pengaruh konsep lanskap keraton terhadap lanskap Kota Analisis pola sebaran lanskap dan faktor yang mempengaruhi penerapan konsep lanskap keraton terhadap perkembangan Kota Sintesis Formulasi pengaruh konsep lanskap keraton pada lanskap kota dan kebutuhan pengembangan Rekomendasi guna pengembangan lanskap kota Gambar 3. Diagram Tahapan Studi
13 3.3 Tahapan Studi 3.2.1 Persiapan Tahapan persiapan meliputi penyusunan proposal penelitian, pelaksanaan kolokium yaitu mempresentasikan proposal penelitian dan mendapatkan masukan. Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan mengurus perizinan di lokasi penelitian dan dilakukan pencarian informasi umum mengenai lokasi penelitian, serta mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. 3.2.2 Pengumpulan data Data yang dibutuhkan pada penelitian ini adalah data lanskap Keraton dan data lanskap Kota. Data Keraton mencakup data primer dan sekunder yaitu data mengenai aspek kesejarahan, konsep ruang, desain/ragam hias dan ornamen pada elemen lanskap. Data yang diperlukan pada Kota terdiri dari aspek kesejarahan, penggunaan lahan, struktur kota, elemen-elemen pembentuk kota, aspek legal dan juga pendapat/pandangan masyarakat Kota terhadap lanskap Kota. Data yang dibutuhkan pada penelitian akan dijabarkan pada Tabel 1. Pengumpulan data dilakukan dengan cara berikut : a. Observasi : observasi merupakan pengamatan pada tapak guna mengetahui kondisi eksisting pada tapak. Observasi dilakukan dengan mengamati lanskap Keraton dan lanskap Kota yang meliputi lanskap permukiman, lanskap perkantoran dan perdagangan, lanskap fasilitas umum dan lanskap jalan. b. Wawancara : wawancara dengan narasumber guna mengetahui informasi mengenai hal terkait. Tahapan wawancara juga diperlukan untuk mendapatkan data dan informasi mengenai kondisi sosial budaya yang ada pada masyarakat sekitar yang tidak dapat dilihat secara langsung melalui tahapan observasi. Wawancara dilakukan dengan berbagai narasumber, yaitu : 1. GPH Puger, Kepala Sasana Pustaka Keraton 2. Mufti Raharjo, Kepala Bidang Pelestarian Kawasan dan Bangunan Cagar Budaya (BCB) Dinas Tata Ruang Kota
14 3. Endah Sita Resmi, Kepala Bidang Perencanaan Tata Ruang Dinas Tata Ruang Kota 4. Keksi Sundari, kepala Bidang Sarana Wisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota c. Kuisioner : Kuisioner digunakan sebagai media wawancara kepada masyarakat kota. Kuisioner disebar kepada masyarakat kota guna mengetahui pandangan maupun pendapat masyarakat Kota terhadap Keraton dan keinginan masyarakat dalam penataan kota. Kuisioner disebar pada masyarakat yang bermukim di sekitar keraton dan masyarakat yang bermukim di berbagai kecamatan di Kota, sehingga diharapkan dapat mewakili pendapat dari masyarakat Kota. d. Studi pustaka : Studi pustaka dilakukan guna mengetahui kondisi sosial budaya, maupun kesejarahan yang sudah tidak dapat dilihat karena bentukan fisik sudah hilang tergerus oleh perkembangan zaman. Studi pustaka juga dilakukan terhadap konsep dan sejarah perkembangan kota, dokumen-dokumen maupun peta dan juga kebijakan-kebijakan pemerintah. Tabel 1. Data yang dibutuhkan pada penelitian Jenis Data Bentuk Data Sumber Data 1 Lanskap Sejarah Keraton Arsip keraton, Keraton Konsep dan filosofi Tata Ruang dan Lanskap observasi, studi Keraton pustaka dan Jenis, tata letak dan makna elemen-elemen wawancara keraton (hardscape dan softscape ) 2 Lanskap Kota Kondisi Umum Sejarah dan perkembangan kota Penggunaan lahan (landuse) Struktur kota ( pusat kota hingga pinggir kota) Kondisi Biofisik ( iklim, topografi, hidrologi, vegetasi, satwa, tanah dan sirkulasi) Elemen fisik : kantor-kantor pemerintahan, kantor swasta, bangunan dan fasilitas umum (pasar, taman, tempat peribadatan, sarana pendidikan) dan bangunan serta fasilitas komersil Permukiman : Bangunan (arsitektur dan orientasi) dan halaman rumah (elemen hardscape dan softscape) BMG, observasi lapang, kuisioner dan studi pustaka
15 Tabel 1. Data yang dibutuhkan pada penelitian (Lanjutan) Jenis Data Bentuk Data Rencana Tata Ruang Kota (RTRK) 2 Lanskap Kota Kebijakan pengembangan dan pembangunan kota Kebijakan mengenai pelestarian kota dan kawasan bersejarah Persepsi masyarakat mengenai Keraton Sumber Data BAPPEDA, Dinas Tata Ruang Kota, wawancara dan kuisioner 3.2.3 Analisis Tahapan analisis meliputi tahap identifikasi dan analisis konsep lanskap Keraton dan lanskap Kota. Tahapan analisis dilakukan dengan metode analisis deskriptif kuantitatif, deskriptif kualitatif dan secara spasial. Analisis dilakukan melalui empat tahap, yaitu analisis konsep lanskap Keraton, analisis perkembangan lanskap Kota, analisis sebaran elemen lanskap dan analisis pola sebaran lanskap. 1. Analisis konsep lanskap Keraton Analisis konsep lanskap Keraton dilakukan secara deskriptif kualitatif. Analisis konsep lanskap Keraton dilakukan guna mengetahui tatanan dan karakter lanskap dari Keraton. Konsep lanskap pada Keraton yang dikemukakan oleh Setiawan (2000) dalam tesis yang berjudul Konsep Simbolisme dalam Tata Ruang Luar Keraton merupakan dasar dalam melakukan identifikasi dan analisis konsep lanskap keraton. Setiawan (2000) menyatakan bahwa ruang luar/lanskap pada Keraton terdiri dari sejarah keraton, bangunan keraton, pandangan hidup dan adat istiadat, serta konsep tata ruang keraton. Identifikasi pada lanskap keraton juga dilakukan dengan cara observasi langsung dan juga wawancara dnegan pihak-pihak terkait. Hasil deskripsi lanskap Keraton digunakan untuk mengidentifikasi pengaruh/kesamaan pada lanskap Kota. 2. Analisis Perkembangan Kota Analisis perkembangan lanskap kota dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif dan spasial. Analisis dilakukan dengan menelusuri sejarah Kota melalui periode pemerintahan sejak Keraton hingga saat
16 ini. Analisis juga dilakukan dengan mengacu pada peta maupun sketsa denah lanskap kota dari berbagai periode pemerintahan. Analisis dilakukan guna mengetahui arah perkembangan kota serta karakteristik lanskap yang terbentuk pada Kota. 3. Analisis pengaruh konsep lanskap Keraton Analisis pengaruh konsep lanskap keraton pada lanskap Kota dilakukan dengan cara deskriptif kuantitatif, yaitu pemberian skor nilai pada lanskap kota. Menurut Lynch (1960) elemen penting dari suatu kota terdiri dari paths, nodes, district, landmarks dan edges. Sedangkan menurut Freeman (1974) suatu kota harus menyediakan berbagai fasilitas untuk seluruh warga. Sehingga penilaian jenis pengaruh konsep lanskap keraton terhadap lanskap kota dilakukan dengan penilaian pada empat elemen penting pada kota, yaitu: a. lanskap permukiman b. lanskap perkantoran dan perdagangan c. lanskap fasilitas umum d. lanskap jalan. Analisis skoring pada masing-masing elemen lanskap dilakukan dengan observasi/pengamatan langsung dan juga melalui penelusuran cagar budaya yang telah ditetapkan pada Surat Keputusan Walikota pada Tahun 1997 serta dengan melakukan identifikasi melalui bantuan dari google maps. Metode ini dilakukan guna memetakan lanskap Kota. Analisis skoring pada elemen-elemen lanskap kota akan dinilai berdasarkan kriteriakriteria tertentu yang diungkapkan oleh Haris dan Dines (1988) mengenai asosiasi kesejarahan serta kriteria elemen bersejarah seperti pada Undang-Undang No.11 Tahun 2010 dan juga dengan menggunakan karakter lanskap keraton seperti yang diungkapkan oleh Setiawan (2000) seperti konsep tata ruang, arsitektur bangunan keraton, ragam hias dan elemen pendukung lanskap keraton lainnya. Kemudian skor penilaian akan dijumlahkan guna mengetahui apakah elemen-elemen lanskap pada Kota masih mengikuti konsep lanskap yang digunakan pada keraton. Selanjutnya setelah dihasilkan analisis skoring secara spasial, maka akan dihitung luasan setiap zona guna mengetahui besaran area pada masing-masing zona pengaruh.
17 Kriteria dalam penilaian terhadap masing-masing elemen disajikan pada Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4. Kriteria penilaian pada lanskap meliputi : a. asosiasi kesejarahan b. konsep tata ruang c. jenis elemen d. posisi/tata letak elemen e. desain elemen f. ornamen atau ragam hias Keraton. Kriteria penilaian memiliki bobot penilaian yang berbeda-beda. Asosiasi kesejarahan memiliki bobot nilai terbesar, hal ini dikarenakan nilai sejarah merupakan elemen penting yang dapat menunjukan pengaruh dari Keraton. Sedangkan kriteria lain memiliki bobot yang lebih rendah, karena pada kriteria-kriteria tersebut dianggap memiliki kepentingan yang sama. Penilaian terhadap lanskap dihitung berdasarkan metode skoring yang digunakan oleh Slamet (Slamet, 1983 dalam Anggraeni, 2011) yaitu dengan rumus interval sebagai berikut : Interval g. Kelas (IK) = Skor Maksimum (SMa) Skor minimum (SMi) Jumlah Kategori Tinggi Sedang Rendah = SMi + 2IK +1 sampai SMa = SMi + IK + 1 sampai (SMi + 2IK) = SMi sampai SMi +IK Tabel 2. Kriteria Penilaian Lanskap Permukiman Kriteria Asosiasi Kesejarahan (40%) Tata Ruang (10%) Hubungan kesejarahan yang kuat dengan Keraton Skor Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1) Hubungan kesejarahan yang lemah dengan Keraton Tata ruang kawasan menyerupai tata ruang di Keraton Tata ruang kawasan sedikit menyerupai tata ruang di Keraton Tidak memiliki hubungan kesejarahan dengan Keraton Tata ruang kawasan tidak menyerupai tata ruang di Keraton
18 Tabel 2. Kriteria Penilaian Lanskap Permukiman (Lanjutan) Kriteria Arsitektur Bangunan (20%) Ornamen Bangunan (15%) Kesamaan elemen hardscape dan softscape (15%) Permukiman mengadopsi gaya arsitektur seperti pada Keraton Ornamen bangunan memiliki maupun menyerupai detail yang menunjukan Skor Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1) Permukiman mengadopsi Permukiman tidak beberapa gaya arsitektur, dapat menunjukkan namun masih gaya arsitektur masa mencerminkan gaya lalu arsitektur masa lalu ciri khas Keraton memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas Keraton Ornamen bangunan khas masa lalu masih khas masa lalu Ornamen bangunan tidak memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas di masa lalu tidak khas di masa lalu Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi Tabel 3. Kriteria Penilaian Lanskap Perkantoran dan Perdagangan dan Lanskap Kriteria Asosiasi Kesejarahan (40%) Posisi terhadap Keraton (20%) Arsitektur Bangunan (20%) Kesamaan jenis elemen lanskap (20%) Fasilitas Umum Skor Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1) Hubungan kesejarahan yang lemah dengan Keraton Hubungan kesejarahan yang kuat dengan Keraton Terletak pada konsep tata ruang Keraton Lanskap bangunan mengadopsi gaya arsitektur seperti pada Keraton dapat menunjukan ciri khas Keraton dan banyak tersebar Terletak pada konsep tata ruang lain Lanskap bangunan mengadopsi beberapa gaya arsitektur, namun masih mencerminkan gaya arsitektur tradisional Jawa masih khas masa lalu dan tersebar cukup banyak Tidak memiliki hubungan kesejarahan dengan Keraton Tidak terletak pada konsep tata ruang Keraton Lanskap bangunan tidak mengadopsi gaya arsitektur tradisional Jawa tidak khas di masa lalu Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi
19 Tabel 4. Kriteria Penilaian Lanskap Jalan Kriteria Asosiasi Kesejarahan (40%) Kesamaan elemen hardscape (30%) Skor Kuat (3) Sedang (2) Rendah (1) Hubungan kesejarahan Hubungan kesejarahan Tidak memiliki yang kuat dengan yang lemah dengan hubungan Keraton Keraton kesejarahan dengan dapat menunjukan ciri khas Keraton dapat menunjukan ciri khas Keraton masih khas masa lalu Keraton tidak memiliki detail yang dapat menunjukan ciri khas di masa lalu Kesamaan elemen masih tidak memiliki detail softscape yang dapat (30%) khas masa lalu menunjukan ciri khas di masa lalu Keterangan : Skor 1-1,7 = Rendah ; Skor 1,8-2,4 = Sedang; Skor 2,5-3 = Tinggi 4. Analisis pola sebaran lanskap Analisis spasial dilakukan guna mengetahui pola sebaran lanskap. Analisis dilakukan dengan menggunakan peta hasil analisis jenis pengaruh konsep lanskap keraton terhadap Kota. Analisis pola sebaran lanskap dilakukan guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi sebaran lanskap tersebut. 3.2.4. Konsep dan Arahan Pengembangan Lanskap Setelah dilakukan analisis data didapatkan suatu hasil menyeluruh yang merupakan hasil analisis data baik analisis konsep lanskap keraton, analisis perkembangan Kota, analisis sebaran jenis pengaruh lanskap maupun analisis pola sebaran lanskap. Pada tahap sintesis didapatkan formulasi mengenai pengaruh konsep lanskap keraton terhadap lanskap Kota dan faktorfaktor yang mempengaruhi sehingga didapatkan kebutuhan pengembangan yang dapat digunakan untuk pengembangan Kota.