BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang sangat. kompleks karena ada banyak aspek yang bisa diulas,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup maupun benda (objek) yang ada di dunia ini

RASIONALITAS HASRAT DALAM PEMIKIRAN THOMAS AQUINAS Kajian terhadap Summa Theologica I-II Quaestiones 22-25

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang misterius dan kompleks. Keberadaan dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. rekayasa genetika beberapa tahun terakhir. Teknologi teknologi dalam

BAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,

BAB I PENDAHULUAN. filsafat. Setiap tradisi atau aliran filsafat memiliki pemikiran filosofis masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. diri. Sebagai person manusia memiliki keunikan yang membedakan dengan yang

PERTEMUAN KE 8 POKOK BAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki Pancasila yang dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya setiap manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan dalam

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Transseksual merupakan permasalahan yang kompleks. Di satu sisi, di

Areté Volume 02 Nomor 02 September 2013 RESENSI BUKU 2. Simon Untara 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

sebelumnya, yaitu Zaman Pertengahan. Walau demikian, pemikiran-pemikiran yang muncul di Zaman Pencerahan tidaklah semuanya baru.

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

A. Identitas : Nissa (Nama Samaran)

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak manusia menghidupi kehidupan palsu. Kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. Bandung, Hlm E. Mulyasa, Pengembangan Dan Implementasi Kurikulum 2013, Remaja Rosdakarya,

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai persona pertama-tama karena ke-diri-annya (self). Artinya, self

BAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN UTSMAN NAJATI TENTANG KECERDASAN EMOSIONAL DAN RELEVANSINYA DENGAN PENDIDIKAN ISLAM

PENDAHULUAN (MATERI) Pengertian Psikologi Pendakatan dalam Psikologi: Sub disiplin Psikologi Bidang terapan Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. yang tak kunjung mampu dipecahkan sehingga mengganggu aktivitas.

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN KEMAMPUAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Mempelajari pendidikan Islam sangat penting bagi kehidupan setiap. muslim karena pendidikan merupakan suatu usaha yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Penelitian Terdahulu

HUBUNGAN ANTARA FILSAFAT, MANUSIA, DAN PENDIDIKAN

Oleh: Achmad Dardiri. (Dosen FIP IKIP YOGYAKARTA) A. Pendahuluan. Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendidikan adalah fenomena universal.

RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor

BAB I PENDAHULUAN. atau tepat. Kecakapan berpikir adalah ketrampilan untuk menerapkan hukum-hukum

6 Mei Dibawakan oleh Rivalino Shaffar

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang

MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU

MEMBANGUN ILMU PENGETAHUAN DENGAN KECERDASAN EMOSI DAN SPIRITUAL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

EMOSI DAN SUASANA HATI

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dan mengalami fenomena kehidupan konkrit manusia di jaman

BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Filsafat dan Filsafat Ketuhanan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Tanpa pendidikan akan sulit

TUMBUH KEMBANG ANAK YUSI RIKSA YUSTIANA

BAB I PENDAHULUAN. pernikahan. Berdasarkan Undang Undang Perkawinan no.1 tahun 1974,

4.3 Relasi Sosial yg Primitif

BAB II KAJIAN TEORI. esensialisme, pusat perhatiannya adalah situasi manusia. 1. Beberapa ciri dalam eksistensialisme, diantaranya: 2

ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN REKONSTRUKSIONALISME DALAM TINJAUAN ONTOLOGIS, EPISTEMOLIGIS, DAN AKSIOLOGIS

MAKALAH FILSAFAT PENDIDIKAN Manusia Sebagai Makhluk Alamiah dan Sosial. Oleh: NAMA : VIYANK WIDYA ISWARA NPM : KELAS : III.

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Adapun berkarakter diartikan sebagai berkepribadian, berperilaku,

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

GEJALA KONASI--MOTIVASI. PERTEMUAN KE 10

ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA

BAB IV KESEPAKATAN ANTARA SUKU-SUKU DI ISRAEL DENGAN DAUD DALAM 2 SAMUEL 5:1-5 PERBANDINGANNYA DENGAN KONTRAK SOSIAL MENURUT JEAN JACQUES ROUSSEAU

IPTEK DAN SENI DALAM ISLAM

PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti memiliki tujuan hidup. Tujuan tersebut menjadi salah

I. PENDAHULUAN. pembentukan masing-masing anggotanya, terutama anak-anak yang masih

Tiga macam nilai menurut Noto Negoro, antara lain: 1) Nilai Kebenaran, yang bersumber pada akal manusia.

BAB II TEORI TINDAKAN SOSIAL-MAX WEBER. Setiap manusia mempunyai naluri untuk berinteraksi dengan

YODI PERMANA PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB VII PENUTUP A. KESIMPULAN. ganda, yaitu mencari pasir, mengangkut dan memasarkannya. Pada masing-masing tugas

MATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. telah membina keluarga. Menurut Muzfikri (2008), anak adalah sebuah anugrah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. I. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. ini adalah bagian dari jenjang atau hierarki kebutuhan hidup dari Abraham Maslow, yang

Filsafat Ilmu dan Logika

BAB II KAJIAN TEORI. hakikatnya pengalaman emosional akan selalu mengalir dan berkelanjutan dalam

INTI SILA PERTAMA SAMPAI INTI SILA KELIMA

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PANCASILA. AKTUALISASI NILAI PANCASILA : Implementasi Sila Pertama dalam kaitan dengan Pembangunan Manusia Seutuhnya. Dr. Achmad Jamil M.Si.

Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah

BAB I PENDAHULUAN. dan mempromosikan ide politik dalam tulisan-tulisan etika dan politik. Dia yakin

HAKIKAT DAN MAKNA NILAI

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB VI PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. uraian yang sudah dibahas secara keseluruhan. Penulis akan menyimpulkan bab

BAB II LANDASAN TEORI. Sibling rivalry adalah suatu persaingan diantara anak-anak dalam suatu


Perkembangan Individu

MEMBANGUN BONUM CONIUGUM DENGAN MEMBINA RELASI INTERPERSONAL DALAM HIDUP BERKELUARGA MENURUT KANON KITAB HUKUM KANONIK 1983 SKRIPSI

BAB I PENDAHALUAN. A. Latar Belakang Masalah. status sebagai orang dewasa tetapi tidak lagi sebagai masa anak-anak. Fase remaja

LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA

The problem is not the problem. The problem is your attitude about the problem. Do you understand?

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

SOSIOLOGI POLITIK. oleh : Yesi Marince, M.Si. 4 October 2012 yesimarince-materi-01 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

KOMUNIKASI PEMASARAN POLITIK

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks karena ada banyak aspek yang bisa diulas, dianalisa, dan diteliti. Manusia juga merupakan makhluk yang utuh. Walaupun banyak aspek yang bisa dianalisa, manusia harus dilihat dalam keutuhannya sebagai manusia. Karena itulah, manusia disebut utuh dalam keberadaannya sebagai manusia. Berbicara mengenai manusia dan kehidupannya tidak bisa terlepas dari berbicara mengenai emosi. Alasannya adalah karena emosi itu berhubungan erat dengan tindakan manusia sehari- 1

hari. Emosi juga dapat memengaruhi usaha berpikir, bersikap, dan memahami bagi seseorang. Apakah emosi itu? Ada beberapa definisi tentang emosi. 1 Menurut Lorens Bagus, emosi adalah perasaan dari diri seseorang yang menunjukkan sikapnya terhadap dirinya sendiri dan terhadap lingkungan sekitarnya. Mengenai sifatnya, emosi dapat dikategorikan ke dalam dua golongan, yakni emosi yang berjangka pendek dan emosi yang berjangka panjang. Emosi yang berjangka pendek adalah rasa senang, sedih, kecewa, dan lain sebagainya. Sedangkan contoh emosi yang berjangka panjang misalnya rasa benci dan rasa cinta. Mengenai emosi manusia ini, terkadang juga disebutkan dengan istilah hasrat. Hasrat, atau oleh 1 LORENS BAGUS, Kamus Filsafat, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2005, 193. 2

Lorens Bagus disebut sebagai appetite, adalah suatu kecenderungan aktif kepada suatu tujuan tertentu. 2 Di sini, Lorens Bagus menyamakan istilah hasrat dengan appetite. Lorens Bagus juga membuat definisi passion. Menurut Lorens Bagus, passion atau hasrat adalah gerak hati yang intens dan terkadang bisa menguasai diri seseorang. Hasrat juga mengandung suatu kecondongan dari kehidupan emosional dan inderawi kepada reaksi-reaksi yang kuat. 3 Dalam penjelasan Aquinas, pendapat Lorens Bagus tentang definisi appetite maupun juga hasrat tidaklah tepat. Aquinas menggunakan istilah passion untuk menjelaskan hasrat, yang merupakan hasil tindakan dari appetite. Dalam karya tulis ini, penulis 2 Ibid., 65. 3 Ibid., 685. 3

mengikuti pemikiran Aquinas mengenai hasrat. Penulis menggunakan istilah hasrat untuk menjelaskan passion menurut Thomas Aquinas. Dalam karya tulis ini, penulis membahas rasionalitas hasrat dalam perspektif pemikiran Aquinas. Alasan dari penggunaan perspektif Aquinas adalah pemikiran Aquinas begitu jelas, teratur, terstruktur, dan masuk akal. Pemikiran Thomas Aquinas mengenai manusia sangat menyeluruh. Demikian juga halnya dalam penjelasan hasrat (passion). Aquinas secara khusus membahas hasrat manusia dalam buku Summa Theologica bagian yang pertama buku kedua pertanyaan nomor 22 sampai dengan 48. Pertanyaan nomor 22 sampai 48 tersebut, terbagi dalam 2 bagian besar. Bagian yang pertama 4

adalah pertanyaan nomor 22 sampai dengan nomor 25. Bagian yang pertama ini menjelaskan hasrat secara umum. Sedangkan bagian kedua adalah pertanyaan nomor 26 sampai dengan nomor 48. Bagian ini adalah penjelasan secara terperinci mengenai macam-macam hasrat. Aquinas membuat daftar mengenai kemampuan-kemampuan (faculties) yang dimiliki manusia. Kemampuan-kemampuan tersebut merupakan organ rohaniah dari jiwa. Analogi yang bisa digunakan untuk menjelaskan istilah organ di sini adalah organ tubuh manusia. Tubuh manusia memiliki organ-organ untuk menjalankan fungsinya, sehingga tubuh manusia bisa tetap hidup dan bertumbuh kembang. Organ-organ tubuh manusia itu 5

antara lain: jantung, paru-paru, ginjal, dan lain sebagainya. Jiwa manusia juga memiliki organ rohaniah yang disebut dengan kemampuan-kemampuan jiwa. Kemampuan-kemampuan jiwa itu adalah: indera dalam dan indera luar (panca indera), akal budi (intellect), kehendak (will), concupiscible appetite, dan irascible appetite. Akal budi dan kehendak merupakan kemampuan rohaniah dalam diri manusia, sedangkan panca indera, indera dalam, concupiscible appetite dan irascible appetite merupakan kemampuan yang bersifat inderawi. Semua kemampuan dalam diri manusia tersebut saling berhubungan satu dengan yang lain. Dalam filsafatnya, Aquinas juga menjelaskan bagaimana proses manusia mendapatkan suatu 6

pengetahuan sampai menentukan suatu tindakan. Di sini, Aquinas mampu menjelaskan dengan sangat logis dan terstruktur proses yang terjadi dalam diri manusia. Dari penjelasan Aquinas mengenai proses manusia mendapatkan suatu pengetahuan sampai kemudian melakukan suatu tindakan, terlihat bahwa sebenarnya manusia itu mampu mengendalikan hasrat yang muncul. Manusia hidup, bertumbuh dan berkembang dari anak menjadi dewasa, baik dari usia maupun dari struktur kejiwaan mereka. Manusia yang dewasa adalah manusia yang mampu mengenal diri mereka. Mengenal diri berarti mengenal segala gerak hasrat yang muncul. Setelah mengenal gerak hasrat yang muncul, orang tersebut mampu mengendalikan hasrat dengan akal budinya. 7

1.2. RUMUSAN MASALAH Dalam karya tulis ini, penulis akan mendalami pemikiran Aquinas mengenai hasrat. Orang seringkali tunduk dan tidak berdaya dengan hasrathasrat yang muncul dalam dirinya. Ada kecenderungan yang sangat besar bagi seseorang untuk menyerah pada kecenderungan hasrat yang timbul dalam dirinya. Hal ini tidak sesuai dengan pemikiran Aquinas. Melalui argumentasi filosofisnya mengenai manusia, Aquinas dengan sangat kritis mampu membuktikan dan menunjukkan bahwa manusia harus bisa menguasai hasrat yang muncul. Akal budi adalah kemampuan utama manusia yang harus menguasai seluruh kemampuan lainnya yang ada dalam diri manusia. Kehendak dan hasrat berada di bawah kendali akal budi manusia. 8

Keunggulan lain dari pemikiran Aquinas tentang manusia adalah bahwa sistem pemikiran filosofisnya tentang manusia adalah begitu jelas, baik, dan terstruktur dengan rapi. Dasar pemikiran tentang keunggulan dan kelebihan dari pemikiran Aquinas mengenai manusia adalah hukum kodrat. Dari kodratnya, manusia memiliki banyak kelebihan dan juga keunggulan dibandingkan makhluk hidup yang lain. Dari kodratnya pula, manusia memiliki suatu nilai yang mampu melihat dan mewujudkan nilai-nilai kebenaran dan kebaikan. Secara kodrati, manusia memiliki akal budi yang mengatur dan menguasai seluruh sikap dan perilakunya. Adalah sesuatu yang melawan kodratnya sebagai manusia, apabila seluruh sikap dan perilaku manusia tunduk pada hasrat yang 9

muncul. Hasrat harus tunduk pada kendali akal budi. Permasalahan inilah yang akan penulis dalami melalui karya tulis ini. Pertanyaan mendasar yang penulis ajukan dalam karya tulis ini adalah: bagaimana manusia mampu mengendalikan hasrat yang muncul dengan akal budinya? Landasan teori yang penulis gunakan untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah pemikiran dari Thomas Aquinas dalam buku Summa Theologica I-II pertanyaan (quaestiones) nomor 22 sampai dengan 25. Ini merupakan batasan permasalahan dan pendasaran teori dalam membahas pertanyaan tersebut. Dalam pertanyaan nomor 22 sampai 25 tersebut, Aquinas membahas mengenai hasrat secara umum. Dalam karya tulis ini, penulis akan berusaha 10

menjelaskan pemikiran Aquinas tentang pengendalian hasrat melalui akal budi manusia. Dari pertanyaan mendasar tersebut, penulis merumuskan pernyataan yang menjadi titik tujuan dari penulisan karya ini. Pernyataan awal yang penulis berikan dalam karya tulis ini adalah dengan akal budinya, manusia mampu mengendalikan hasrat yang muncul dalam dirinya. Berdasarkan pernyataan tersebut, penulis memberikan judul karya tulis ini sebagai berikut: Rasionalitas Hasrat dalam Pemikiran Thomas Aquinas: Kajian terhadap Summa Theologica I-II quaestiones 22-25. 1.3. TUJUAN PENULISAN Tujuan dari penulisan karya ini adalah untuk membuktikan pemikiran Thomas Aquinas bahwa 11

secara kodrati, manusia itu mampu mengendalikan hasrat yang muncul dengan akal budinya. Akal budi memegang kuasa untuk mengontrol hasrat-hasrat yang ada. Manusia dikatakan manusiawi dan harus bertanggung jawab atas semua tindakannya apabila dalam kehidupannya, manusia mampu mengontrol hasrat-hasrat yang muncul. Ini merupakan keunggulan manusia yang memiliki akal budi apabila dibandingkan dengan binatang. Manusia berbeda dengan binatang. Manusia memiliki nilai yang lebih luhur daripada binatang karena memiliki akal budi dan kehendak bebas. Kontrol yang utama dalam diri manusia adalah akal budi. Kehendak dan juga hasrat tunduk pada kendali akal budi. Oleh karena itu, manusia disebut juga 12

sebagai rational animal. 4 Termasuk juga dalam hal ini adalah gerak emosi dan hasrat yang disebabkan oleh struktur biologis dalam tubuh manusia. Semuanya harus berada dalam kendali akal budi. Tujuan lain dari penulisan karya tulis ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan program studi strata satu (S1) di Fakultas Filsafat Unika Widya Mandala Surabaya. 1.4. MANFAAT PENULISAN Pengendalian hasrat merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Ketika seseorang mampu mengendalikan seluruh aspek dalam dirinya dengan akal budi, maka hidupnya akan teratur. Kontrol terhadap hasrat merupakan sesuatu yang sangat 4 THOMAS AQUINAS, Summa Theologica I, translated by Fathers of The English Dominican Province, Christian Classics, Westminster 1948, quaestio 29 art.4. 13

penting dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam hidup berkeluarga. Orang yang dikuasai hasrat-hasratnya seringkali akan menyesali tindakannya. Ketika hasrat mengendalikan seseorang, hal ini dapat menimbulkan sesuatu yang merusak dan merugikan baik diri sendiri maupun orang lain. Banyak terjadi kesalahpahaman, perselisihan, konflik dari ketidakmampuan seseorang untuk menguasai hasrat. Sebaliknya, ketika hasrat bisa dikendalikan, akan menimbulkan banyak hal positif, seperti relasi yang baik dengan orang lain, keharmonisan dalam hidup sosial. Dalam keluarga di masa sekarang ini, banyak tantangan yang mereka hadapi dalam perjuangan menjaga keharmonisan dan keutuhan. Salah satu tantangan yang dihadapi adalah berhubungan dengan 14

kontrol hasrat. Ketika hasrat dapat dikendalikan dengan akal budi, tantangan yang dihadapi dalam hidup berkeluarga akan lebih mudah diselesaikan. Banyak permasalahan yang dihadapi oleh para anggota keluarga, terutama pasutri, titik pangkal dan ujungnya adalah mengenai pengendalian hasrat. Penulis berharap melalui karya tulis ini mampu memberikan sumbangsih pemikiran dalam pastoral keluarga. Semoga dari penelitian dan pembelajaran yang mendalam dari pemikiran Thomas Aquinas memberikan dasar pemahaman tentang pentingnya pengendalian hasrat dalam kehidupan sehari-hari. Dari dasar pemahaman yang benar tentang pengendalian hasrat diharapkan ada suatu tindakan lebih lanjut dalam pastoral keluarga berupa 15

kebijakan-kebijakan praktis dalam pastoral keluarga di paroki-paroki. 1.5. METODE PENULISAN Metode yang digunakan dalam penulisan karya ini adalah metode kepustakaan. Penulis akan mempelajari dan membahas pemikiran Thomas Aquinas dari karya-karya yang dibuatnya, secara khusus dalam Summa Theologica. Selain itu, penulis juga melakukan analisa dari ahli Thomisme yang lain. Harapan penulis dengan melakukan analisa terhadap para ahli lain adalah semoga karya ini bisa memberikan pembahasan yang lebih komprehensif dan sesuai dengan perkembangan ilmu di jaman sekarang mengenai hasrat manusia. 1.6. SKEMATIKA PENULISAN 16

Karya tulis ini terdiri dari empat bab. Bab pertama adalah pendahuluan. Bab kedua adalah pembahasan tentang hasrat dalam pemikiran antropologis abad pertengahan. Bab ketiga adalah pembahasan tentang rasionalitas hasrat. Bab keempat adalah kesimpulan dan relevansi. Bab pertama ini, yakni pendahuluan, berisi tentang latar belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, dan skematika penulisan. Kemudian bab kedua, yakni tentang hasrat dalam pemikiran antropologis abad pertengahan, berisi tentang sistem antropologis abad pertengahan. Secara khusus, pemikiran antropologis Thomas Aquinas. Apa itu manusia dan apa saja kemampuan-kemampuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk inderawi dan rasional, semuanya 17

akan dibahas secara mendalam sesuai dengan pemikiran Thomas Aquinas. Bab ketiga berjudul rasionalitas hasrat. Pada bab ketiga ini akan dibahas appetite inderawi, kemudian dilanjutkan mengenai hasrat. Setelah dibahas appetite inderawi dan hasrat, pada subbab berikutnya, akan dibahas relasi antar akal budi, kehendak, dan appetite inderawi. Pada subbab ini, penulis akan membahas mengenai relasi antara akal budi, kehendak, dan appetite inderawi. Pada bagian ini akan diulas secara mendalam bagaimana rasionalitas hasrat itu menjadi mungkin bagi manusia. Bab keempat adalah bab terakhir. Bab empat ini memiliki dua subbab. Subbab pertama berisi kesimpulan dari keseluruhan karya tulis ini. Subbab 18

kedua berisi relevansi rasionalitas hasrat dalam kehidupan sehari-hari. Secara khusus, pada bagian ini, penulis akan relevansi rasionalitas hasrat dalam kehidupan pasutri (kehidupan berkeluarga). 19