Perencanaan Dengan Konsep Sustainable Building (Faktor Penting dalam Penerapan Sustainable Development)

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI Hal Kata Pengantar Daftar Isi

LAMPIRAN 1 KEUNTUNGAN DARI SUSTAINABLE BUILDING. Menurut Yulestra Putra dalam library.usu.ac.id, sustainable building

Laporan Perancangan Arsitektur Akhir (73) Perancangan Stasiun dan Apartment dengan Integrasinya di Kawasan TOD Senen (Tema: Sustainable Development)

MEMBANGUN KEBERLANJUTAN DI ORLANDO MAGIC AWAY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III TINJAUAN TEORI SUSTAINABLE ARCHITECTURE

BAB I PENDAHULUAN. Konsep hijau (green) mengacu kepada prinsip keberlanjutan (sustainability)

BAB III INTERPRETASI DAN ELABORASI TEMA. Tema yang digunakan pada perencanaan Hotel Forest ini adalah Green

PENINGKATAN NILAI BANGUNAN HIJAU PADA BANGUNAN TERBANGUN Studi Kasus: Gedung Kampus X

BAB I PENDAHULUAN. perhatian adalah mengenai konsumsi energi dan mengenai penghematan energi.

ABSTRAK. apartemen, Sea Sentosa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. daya secara efisien selama proses pembuatannya hingga pembongkarannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP KAMPUS HIJAU Green-Safe-Disaster Resilience (Hijau-Keselamatan-Ketahanan Bencana)

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang berwawasan lingkungan (green building).

1 BAB I PENDAHULUAN. diiringi dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat. Beriringan pula dengan

BAB IV: KONSEP PERANCANGAN

MODEL SMALL BUILDING SEBAGAI SALAH SATU WUJUD EFFEKTIFITAS RUANG DAN IMPLEMENTASI ARSITEKTUR BERKELANJUTAN

Arsitektur Hijau BAB III TINJAUAN KHUSUS PROYEK. mengurangi kenyamanan dari club house itu sendiri.

PENGERTIAN GREEN CITY

BAB I PENDAHULUAN. baik itu dari sisi produksi maupun sisi konsumsi, yang berbanding terbalik dengan

Green Building Concepts

Arsitektur dan Lingkungan. Lilis Widaningsih

STUDI TINGKAT KEBERLANJUTAN GEDUNG UNIT 8 UNIVERSITAS BUDI LUHUR DENGAN MENGGUNAKAN LEED FOR NEW CONSTRUCTION Anggraeni Dyah S, Sri Kurniasih

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan. Menurut Green Building Council Indonesia (2010) menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. Foto I.1.1. Wisma Atlet Fajar - Senayan. Sumber : Dokumentasi pribadi

BAB I PENDAHULUAN. 1 A. Soni Keraf. ETIKA LINGKUNGAN HIDUP, hal Emil Salim. RATUSAN BANGSA MERUSAK SATU BUMI, hal

TANTANGAN DAN HAMBATAN PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE CONSTRUCTION PADA KONTRAKTOR PERUMAHAN DI SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIMENSI IMPLEMENTATIF PERTIMBANGAN ENERGI PADA BANGUNAN PELAYANAN ADMINISTRASI KAMPUS SEBAGAI UPAYA MENUJU BANGUNAN SADAR ENERGI

PENERAPAN KONSEP SUSTAINABLE PADA RUMAH TINGGAL DARI SEGI MATERIAL

KEPENTINGAN DAN IMPLEMENTASI GREEN CONSTRUCTION DARI SISI PANDANG KONTRAKTOR

BAB I Pendahuluan. benua. 1 Bahasa dari setiap belahan di dunia digunakan dan dituturkan oleh semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian sebelumnya mengenai Green Construction telah dilakukan

pemerintah dan lembaga pelayanan itu sendiri. Dalam menjalankan fungsinya Rumah Sakit dapat menimbulkan gangguan kesehatan bagi karyawan, pasien,

IDENTIFIKASI INDIKATOR GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG DI INDONESIA. Oleh:

Sebuah Alur Pemikiran: Implementasi Green Building di Indonesia.

CAPAIAN GREEN CONSTRUCTION DALAM PROYEK BANGUNAN GEDUNG MENGGUNAKAN MODEL ASSESSMENT GREEN CONSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. terletak dalam satu kawasan (Ayres dan Ayres,2002). Kawasan ini bertujuan

No pemeliharaan dan pemanfaatan keanekaragaman hayati sebagai modal dasar pembangunan. Penerapan prinsip Keuangan Berkelanjutan sebagai per

Penerapan Aspek Green Material pada Kriteria Bangunan Ramah Lingkungan di Indonesia

Mada Asawidya [ ] Yusronia Eka Putri, ST, MT Christiono Utomo, ST, MT, Ph.D

ANALISIS KRITERIA PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB III TINJAUAN TEMA ARSITEKTUR HIJAU

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh penerapan..., Furqan Usman, FT UI, Universitas Indonesia

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Proyek.

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan dan Implementasi Green Data Center Study kasus Data Center PT. ISN.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. pengelola real estat terpadu dalam bidang ritel, komersial dan pemukiman real

Pengambilan Keputusan Investasi dengan menggunakan Metode Life Cycle Cost Anaysis

TINGKAT KENYATAAN DAN HARAPAN RUMAH TINGGAL HEMAT ENERGI MENURUT PERSEPSI KONSUMEN DI PERUMAHAN CITRALAND UTARA SURABAYA

green gauge Visi AECI adalah untuk menjadi penyedia bahan kimia dan penyedia jasa tambang pilihan bagi para pelanggan.

BAB I PENDAHULUAN. semakin meningkat, hal ini dapat terlihat dari adanya kekhawatiran kemungkinan

PERKEMBANGAN ARSITEKTUR II

Tujuan Penyediaan Prasarana

Pengembangan RS Harum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

Perancangan gedung rawat inap rumah sakit dengan pendekatan Green Architecture khususnya pada penghematan energi listrik. Penggunaan energi listrik me

Perkembangan golf yang signifikan tidak terlepas dari pembangunan lapangan golf yang berkelanjutan di Indonesia. 2 Jumlah peminat golf dari tahun ke t

TUGAS ORGANIZATION & MANAGEMENT Topik : Ethics & Responsibility

PANDUAN. AUDIT LINGKUNGAN MANDIRI MUHAMMADIYAH (ALiMM) ENVIRONMENT SELF AUDIT GUIDE MLH PP MUHAMMADIYAH

Science&Learning&Center!di!Universitas!Mulawarman!! dengan!konsep!green&building!

BAB V KESIMPULAN. dapat dilihat dari nilai rata-rata 2,99.

I. PENDAHULUAN. Pengembangan energi ini di beberapa negara sudah dilakukan sejak lama.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan utama yang mutlak dari setiap individu-individu di bumi ini.

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Latar Belakang Proyek. Dewasa ini tingkat pertumbuhan penduduk di Indonesia terutamanya

PERATURAN GUBERNUR No. 38 tahun 2012 tentang BANGUNAN GEDUNG HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI INDIKATOR PENERAPAN GREEN CONSTRUCTION PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA BANDA ACEH

Sustainable Design, Sebuah Pendekatan dalam Perancangan Arsitektur

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

PENGARUH PARAMETER BANGUNAN HIJAU GBCI TERHADAP FASE PROYEK

SERTIFIKASI GREENSHIP

SAINS ARSITEKTUR II ARTIKEL ILMIAH TENTANG BANGUNAN ARSITEKTUR YANG RAMAH LINGKUNGAN MENURUT KONSEP ARSITEKTUR TROPIS.

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

TANTANGAN YANG BERPENGARUH DAN KETERAMPILAN MANAJER PROYEK PADA PROYEK YANG BERUPAYA MENJADI BANGUNAN HIJAU

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul. Jakarta merupakan salah satu kota besar yang memiliki perkembangan cukup

PENGELOLAAN BANGUNAN HABIS PAKAI DALAM ASPEK SUSTAINABILITY

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Latar Belakang Proyek

Agro Industri Ramah Lingkungan Dede Sulaeman

STUDI TERHADAP KONSERVASI ENERGI PADA GEDUNG SEWAKA DHARMA KOTA DENPASAR YANG MENERAPKAN KONSEP GREEN BUILDING

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. kehidupan modern dengan tuntutan kebutuhan yang lebih tinggi. Seiring

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

ROADMAP PENELITIAN KOMUNITAS BIDANG ILMU MANAJEMEN DAN REKAYASA KONSTRUKSI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era digital seperti sekarang ini, data-data sudah jarang sekali tersimpan dalam bentuk kertas.

PENGHEMATAN ENERGI PADA INDUSTRI SEMEN Studi Kasus : Pemasangan VSD S pada Fan

aktivitas manusia. 4 Karbon dioksida dari pembakaran bahan bakar fosil dan penggundulan lahan yang menjadi penyebab utama Bumi menjadi hangat, baik pa

PENGKAJIAN INDIKATOR SOSEKLING BANGUNAN GEDUNG HIJAU (GREEN BUILDING)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSULTAN DALAM MENENTUKAN DESAIN DAN JENIS BANGUNAN RAMAH LINGKUNGAN (GREEN BUILDING)

KEPENTINGAN STANDAR BANGUNAN HIJAU INDONESIA DAN PENGARUH PENERAPANNYA TERHADAP BIAYA PROYEK SELAMA UMUR BANGUNAN

Pengembangan Stasiun Pusat RegionaL di Manggarai Jakarta Selatan

BAB I. PENDAHULUAN. Dua hal yang melatar belakangi dari penulisan karya ilmiah ini :

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk di Indonesia sekarang ini semakin meningkat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek

Transkripsi:

Perencanaan Dengan Konsep Sustainable Building (Faktor Penting dalam Penerapan Sustainable Development) Yulesta Putra Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Sumatra Utara I. Latar Belakang Dibeberapa Negara maju pada tahun 2000 telah mengeluarkan peraturan tentang penerapan konsep sustainable building yang merupakan bagian dari program management lingkungan kota. Departemen lingkungan hidup ditunjuk sebagai pembimbing sekaligus sebagai salah satu tim pengawas dalam perencanaan dan pembangunan perkotaan tersebut. Hal ini dilakukan dengan tujuan membantu mengarahkan kebutuhan kota dengan tetap memperhatikan peraturan lingkungan, membimbing departemen lain agar mengurangi kerusakan lingkungan dalam operasi-operasinya serta meningkatkan kualitas lingkungan itu sendiri. Kebijakan-kebijakan yang dapat meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan dikembangkan sedemikian rupa oleh team tersendiri yang dibentuk untuk mengembangkan kebijaksanaan sustainable building dan merencanakan implementasinya. Team ini juga berfungsi sebagai komite antar departemen yang berurusan dengan teknik, kebijaksanaan dan program sustainable building. Penerapan konsep sustainable building sudah selayaknya diterapkan di Indonesia mengingat keadaan pembangunan yang sangat besar volumenya serta semakin parahnya kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh pembangunan tersebut. Karena tanpa kita sadari jika konsep sustainable building tidak diterapkan dalam setiap pembangunan maka suatu saat kita akan mengalami krisis terhadap energy, air, sumber daya alam serta kerusakan lingkungan yang parah. II. Tujuan Kebijaksanaan Sustainable Building Tujuan diterapkanya kebijaksanaan tentang sustainable building ialah untuk: Menyelamatkan manusia dan lingkungan dari bahaya yang dihadapinya. Menunjukkan komitmen kota terhadap lingkungan, ekonomi dan pelayanan sosial. Menghasilkan penghematan dana bagi pembangunan. Menyediakan lingkungan kerja yang sehat bagi staf dan pengunjung. Mempercepat pencapaian tujuan kota dalam melindungi, mengkonservasi, dan meningkatkan sumber-sumber lingkungan didaerah. 1

Dengan diterapkannya kebijaksanaan sustainable building secara langsung maupun tidak langsung akan membantu kota dalam tumbuh dan berkembang sesuai dengan standar komunitas yang layak bagi kehidupan. III. Pengertian Sustainable Building Pembangunan berkelanjutan sustainable building adalah bentuk gabungan dari berbagai disiplin ilmu yang bertanggung jawab soal lingkungan menjadi suatu disiplin yang selalu mengacu pada efek lingkungan, sosial ekonomi dari sebuah bangunan atau proyek terbangun secara keseluruhan. Dalam pembanguan berkelanjutan penerapan kebijakan sustainable building secara langsung berintegrasi dengan: Lingkungan (Environment Sustainability) Ekonomi (Economic Sustainability) Sosial (Social Sustainability) Pada diagram 1 berikut ini dapat dilihat bagaimana integrasi dari nilai lingkungan, nilai ekonomi dan nilai sosial menghasilkan kehidupan yang sejahtera bagi manusia. Well Human Being Lingkungan (Environment sustainability) Ekonomi (Economic sustainability) Sosial (Social sustainability) Diagram 1 : Integrasi Lingkungan, Ekonomi dan Sosial (Sumber : Sustainable Architecture and Building Design) 2

Integrasi Ketiga Butir Diatas Terjadi Melalui Design, Konstruksi Dan Operasi Dari Lingkungan Terbangun Dengan Melalui Keseluruhan Proses Berikut : Proses Pradesain Proses Desain Proses Konstruksi Proses Operasi (Perawatan Dan Renovasi) Sedangkan Pokok-Pokok Dari Proses Diatas Dalam Kebijaksanaan Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Building Meliputi: Management Yang Efisien Terhadap Energi Dan Sumber Air Management Dari Sumber Material Dan Sampah Material Perlindungan Terhadap Kualitas Lingkungan Perlindungan Terhadap Kualitas Kesehatan Komunitas Dalam konteks aslinya defenisi pembangunan berkelanjutan sustainable building bersumber dari pemikiran-pemikiran dalam upaya merangkul ide ekologi global agar dapat direalisasikan dengan penuh tanggungjawab secara ekologi, ekonomi dan etika, sebagai bahagian dari ukuran alam yang berevolusi. Dalam arti lain kebijaksanaan sustainable building harus bisa dikembangkan agar semua bagian dari alam dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini dan masa mendatang. Jika dilihat lebih khusus, pengertian sustainable building itu sendiri berasal dari kata sustainablelity yaitu suatu upaya pemenuhan kebutuhan saat ini dengan memikirkan generasi dimasa depan agar dapat terpenuhi kebutuhannya pula. Jadi sustainability merupakan suatu pemikirin yang seimbang tentang pembangunan, perkembangan manusia serta pemikiran tentang kehidupan yang baik dimuka bumi. Dengan memperhatikan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa konsep dari pembangunan berkelanjutan sustainable building ini diambil dari defenisi luas tentang sustainablelity. Konsep dari pada pembangunan berkelanjutan sustainable building harus dapat diekspansikan agar tercakup isu-isu pada komunitas dan sosial, kepercayaan atau spiritual dan tindakan untuk menyelamatkan kehidupan dimasa depan. Segala aktifitas yang berkenaan dan terjadi dalam sustainable building dapat digambarkan secara gamblang pada diagram 2 berikut ini. 3

ENERGY ISSUES Efficiency Renewable WATER CONSERVATION Reduce Recycle Designer Contractor DESIGN CONSTRUCTION Pre- Building Phase User OPERATION & MAINTENANCE DEMOLITION / DISPOSAL Building Phase Post- Building Phase MATERIAL AND SYSTEM Reduce Select WASTE MANAGEMENT Reduce Select Diagram 2 : Sustainable Building Proses (Sumber : Sustainable Architecture and Building Design) IV. Kebutuhan akan Sustainable Building Industi bangunan merupakan salah satu aktifitas manufaktur terbesar di dunia, disain, konstruksi dan perawatan dari bangunan-bangunan tersebut mempunyai pengaruh yang hebat terhadap manusia dan lingkungan, aktifitas tersebut juga memberikan pengaruh keareal-areal diluar lokasi mereka, yaitu mempengaruhi terhadap sumber-sumber air, kualitas udara dan pola transportasi dalam suatu komunitas. Menurut Integrated Waste Management Board CA, konsumsi sebuah bangunan itu biasanya menghabiskan: 4

40% dari energi terpakai diseluruh dunia 25% dari pemotongan kayu 16% dari pemakaian air bersih 50% dari pengrusakan ozon berhubung CFC masih dipakai 30% dari konsumsi bahan mentah 35% dari buangan co2 dunia 40% dari sampah padat yang ditujukan untuk menguruk lahan Melihat kenyataan diatas pemikiran untuk mempergunakan bahan bangunan daur ulang menjadi pemikiran utama akan tetapi timbul suatu permasalahan baru yaitu terjadinya peningkatan pemakaian energi untuk mengumpulkan dan memproses material daur ulang tersebut. Dilain sisi di khawatirkan tidak adanya teknologi yang ramah lingkungan yang dapat mengolah bahan bangunan tersebut atau malah bahan bangunan yang diperoleh dari alam membutuhkan energi dan biaya yang jauh lebih kecil daripada harus mengolah bahan daur ulang yang ada. V. Keuntungan dari Sustainable Building V.1 Mengurangi Biaya Operasi V.1.1 Energi Efisiensi Disain yang tanggap terhadap cuaca dan memakai teknologi hemat energi dapat mengurangi pemakaian pemanas dan pendingin sampai 60% serta, memotong pemakaian cahaya hingga 50% pada bangunan. Pengembalian break evan point untuk bangunan yang menerapkan sustainable building lebih cepat dan lebih tinggi daripada bangunan yang tidak menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan sustainable building. Partisipasi masyarakat dengan menerapkan program penghematan pemakaian listrik secara menyeluruh dapat menghemat jutaan watt listrik dan mengurangi tagihan listrik nasional pertahun. V.1.2 Efisiensi Air Peralatan-peralatan untuk mengefisiensikan pemakaian air, perubahan cara pemakaian air dan perubahan metode irigasi dapat mengurangi konsumsi air hingga mencapai 30% atau lebih. Seratus ribu kaki persegi gedung perkantoran tipikal dapat menghemat jutaan rupiah jika menginstal pengukuran energi efisiensi yang tinggi dan mengurangi pemakaian air sebanyak 30%. V.1.3 Pengurangan Sampah Konstruksi 5

V.2 Mengurangi Biaya Pokok. Sampah konstruksi dan demolisi adalah 35-40% dari sampah padat municipal. Daur ulang sampah konstruksi dan demolisi dapat memberikan penghematan yang berarti. Perluasan lahan konstruksi bukan hanya dengan cara menguruk lahan tapi bisa juga dengan cara waste hauling dan tipping fest. Sebagai contoh dapat dilihat pada proyek konstruksi dan demolisi dari taman Portland Traibilazers Rose dapat melakukan penghemat kira-kira 186.000 USD melalui daur ulang sampah dan merubah bentuk sampah. Daur ulang menciptakan pekerjaan. Merubah material-material sisa ini menjadi local processors jauh lebih baik dari pada hanya dijadikan bahan untuk menguruk tanah serta dapat menciptakan peluangpeluang ekonomi yang baru. V.2.1 V.2.2 V.2.3 V.2.4 Rehabilitasi bangunan yang sudah ada dapat mengurangi biaya infra struktur dan material. Disain yang terintegrasi dapat menghemat biaya sehingga biaya-biaya tersebut dapat dialihkan untuk kebutuhan yang lain. Gedung yang hemat energi dapat mengurangi kebutuhan peralatan, pengurangan pemakaian peralatan seperti chiller atau insulasi seperti penahan panas. Dengan mempergunakan pervious paving dan strategi runoff prevantion dapat mengurangi ukuran dan biaya dari struktur management stormwater. V.3 Mengekspansi Jangka Waktu untuk Mendapatkan Keuntungan Infestasi V.3.1 Saat ini melalui analisa biaya life cycle building dapat dilihat nilai bersih sebuah design sebagai infestasi. Tujuan utama ialah untuk mencapai performance lingkungan yang paling baik dan paling efektif dalam biaya, jika memungkinkan hingga melewati dari masa perkiraan proyek tersebut. Dalam perputaran hidup sebuah bangunan 2% kurang lebih dari biaya keseluruhan life cycle adalah untuk biaya bangunan, 6% biaya operasi dan maintenance dan 92% adalah biaya personel. Banyak penilaian bangunan (green building) memakai perkiraan ekonomi jangka panjang yang baik jika nilai pertama dikurangkan dari semua simpanan (saving) untuk masa depan, dan simpanan tersebut dikalkulasi dengan nilai (rate) pasar kapitalis (market capitalization). 6

Dengan kata lain banyak bangunan (green building) dinilai sebagai investasi yang nilainya akan bertambah sejalan dengan waktu, bahkan lebih dari nilai pasar. Pengeluaran awal yang terlalu irit biasanya akan menghasilkan bangunan dengan pembiayaan yang lebih tinggi sepanjang life cycle dari bangunan tersebut. V.4 Meningkatkan produktifitas dan Kesehatan Manusia Dengan meningkatkan lingkungan dalam ruang maka dapat meningkatkan produktifitas pegawai sehingga 16%. Pegawai yang bekerja di lingkungan dalam ruang yang sehat cenderung kurang melakukan absen dan mau bekerja lebih lama. US Environmental Protecion Agency menilai bahwa polusi udara di dalam ruangan termasuk dalam lima tertinggi factor yang membahayakan kesehatan. Sepertiga dari bangunan-bangunan ditemukan mempunyai kondisi ruang dalam yang jelek. Sindrome bangunan sakit dan penyakit yang disebabkan oleh kondisi bangunan diperkitakan memakan biaya perobatan jutaan rupiah per tahun dan hilangnya jumlah produktifitas pekerja. Keuntungan bagi penyewa bangunan green building selain secara keseluruhan mendapatkan kualitas lingkungan yang baik, lingkungan kerja yang baik, kurangnya kecenderungan absen pegawai, moral pegawai yang lebih baik, tapi juga menjadi terpandang di mata komunitas lain. Memastikan kondisi ruang dalam yang sehat dapat mengurangi asuransi, biaya operasional dan resiko bahaya. Contoh kasus: US EPA dituntut oleh salah seorang pegawai yang menjadi sakit karena pemasangan karpet baru; pegawai tersebut memenagkan kasusnya dan mendapat ganti rugi sebesar USD 1 juta. V.5 Memberikan Keuntungan pada Komunitas Tertentu Sustainable building dapat mendukung dan melindungi: Ekonomi lokal melalui kebutuhannya akan material bangunan, pekerjaan dan industri. Kualitas lingkungan seperti udara dan air yang bersih. Infrastruktur yang tahan lama seperti industri tenaga, industri penanggulanagn air dan urugan tanah. 7

Keadilan sosial melalui penambahan group komunitas dan populasi khusus dalam proses desain. Perbaikan perubahan cuaca global dengan cara merendahkan energi dan konsumsi material dalam konstruksi dan operasi bangunan, yang dapat memberikan kontribusi terhadap perubahan cuaca. VI Penerapan sistem LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) Untuk mengetahui bagaimana penerapan sistem LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) diterapkan dapat kita lihat pada poin-poin pembahasan berikut. Sebagai contoh, kebijaksanaan Sustainable building di kota Seattle terkait dengan sistem penilaian green building (bangunan hijau) yang dikenal dengan LEED (Leadership in Energy and Environmental Design), yang dikembangkan oleh Dewan Bangunan Hijau Amerika (US Green Building Council atau USGBC). Dibentuk thn 1993, USGBC ditujukan untuk mengadopsi praktek, teknologi, kebijaksanaan dan standard green building. Filosofi mereka ialah sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menciptakan, mengoperasikan dan mengisi ulang level infrastruktur yang ada adalah sangat besar, akan tetapi sumbersumber yang tersedia untuk kegiatan tersebut di atas makin berkurang, untuk tetap kompetitif dan terus mendapat keuntungan di masa depan maka sebuah industri bangunan harus tau konsekuensi, efek ekonomi dan lingkungan yang diakibatkannya. VI.1 Sistem Penilaian Bangunan yang LEED pada bangunan yang menerapkan konsep Pembangunan Berkelanjutan Sustainable Building Faktor faktor yang dinilai adalah : Sustainable Sites 14 points Water Efficiency 5 points Energy and Atmosphere 17 points Materials and Resources 13 points Indoor Environmental Quality 15 points Innovation and Design Process 5 points Bangunan yang sudah mendapatkan penilaian sesuai dengan faktor diatas akan mendapatkan penghargaan sesuai dengan akumulasi point yang diterimanya, yaitu : Certified 26 32 point Silver 33 38 point Gold 39 51 point Platinum 52 point keatas VI.2 Kebijaksanaan yang ingin dicapai Menerapkan kebijaksanaan dari pemerintah kota agar setiap pendanaan, rancangan, desain, konstruksi, manjemen, renovasi, penjagaan dan 8

perawartan terhadap fasilitas dan bangunannya dengan cara yang sesuai dengan konsep pembangunan berkelanjutan (sustainable building). VI.3 VI.4 Performan yang ingin dicapai Penilaian yang dilakukan oleh LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) bukanlah satu-satunya patokan, tetapi project manager harus juga menyadari kebutuhan akan pembangunan berkelanjutan (sustainable building) yang dapat memberikan keuntungan bagi manusia. Penambahan sistem elektronik dalam penilaian LEED Project manager harus menyediakan konsultan dan sistem penilaian LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) secara elektronik. Hal ini agar terbentuk suatu hubungan langsung yang integrasi antara sebuah proyek dengan sistem LEED (Leadership in Energy and Environmental Design) yang diterapkan oleh kota yang meliputi kode bangunan, praktek dan kebijaksanaan kota. Jadi kegiatan yang dilakukan di proyek terkoneksi langsung ke kantor LEED kota sehingga dapat dimonitor dan di up date setiap saat. DAFTAR PUSTAKA 1. Integreted Waste management Board, California Sustainable Training 2. NAHB Research Center, Guide to Developing Green Building Program, National Association of Home Builders, 1999 3. New York City Department of Design and Construction, High Performance Green Building Guidelines. 4. Harry B Zackrison, Jr, P.E, Energy Conservation Techniques For Engineers, Van Nostrand Reinhold Company Inc., 1984 5. Sam C M Hui, Sustainable Architecture, Building Energy Efficiency Research, 1996 9