PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III LANDASAN TEORI

KAJIAN PENINGKATAN NILAI CBR MATERIAL LAPISAN PONDASI BAWAH AKIBAT PENAMBAHAN PASIR

Uji Kelayakan Agregat Dari Desa Galela Kabupaten Halmahera Utara Untuk Bahan Lapis Pondasi Agregat Jalan Raya

BAB II LANDASAN TEORI

Pengaruh Kandungan Material Plastis Terhadap Nilai CBR Lapis Pondasi Agregat Kelas S

RATIO NILAI SOAKED DAN UNSOAKED CBR SUBGRADE TERHADAP TEBAL PERKERASAN RUNWAY BANDARA MALIKUSSALEH LHOKSEUMAWE

Jurnal Sipil Statik Vol.3 No.4 April 2015 ( ) ISSN:

PENGARUH SUHU DAN DURASI TERENDAMNYA PERKERASAN BERASPAL PANAS TERHADAP STABILITAS DAN KELELEHAN (FLOW)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PERSENTASE KADAR BATU PECAH TERHADAP NILAI CBR SUATU TANAH PASIR (Studi Laboratorium)

METODOLOGI PENELITIAN

Praktikum 3 : CBR (CALIFORNIA BEARING RATIO)

METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. 1. Sampel tanah yang digunakan pada penelitian ini yaitu berupa tanah

PENGARUH CAMPURAN ABU SABUT KELAPA DENGAN TANAH LEMPUNG TERHADAP NILAI CBR TERENDAM (SOAKED) DAN CBR TIDAK TERENDAM (UNSOAKED)

PENGARUH KEPIPIHAN BUTIRAN AGREGAT KASAR TERHADAP DAYA DUKUNG LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS-A

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik

VARIASI AGREGAT PIPIH TERHADAP KARAKTERISTIK ASPAL BETON (AC-BC) Sumiati Arfan Hasan ABSTRAK

PERBANDINGAN FILLER PASIR LAUT DENGAN ABU BATU PADA CAMPURAN PANAS ASPHALT TRADE BINDER UNTUK PERKERASAN LENTUR DENGAN LALU LINTAS TINGGI

BAB III METODOLOGI 3.1 Umum 3.2 Tahapan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Bahan bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung Rawa Sragi,

Lampiran 1. Hasil Uji Agregat Kasar Dengan Mesin Impact Test

TINJAUAN MUTU AGGREGAT LAPISAN PONDASI BAWAH PADA PERKERASAN JALAN BATAS KOTA LHOKSEUMAWE - PANTON LABU

METODE PENGUJIAN CBR LABORATORIUM

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

gambar 3.1. teriihat bahwa beban kendaraan dilimpahkan ke perkerasan jalan

Spesifikasi agregat untuk lapis fondasi, lapis fondasi bawah, dan bahu jalan

PEMADATAN TANAH (ASTM D a)

PENGARUH JUMLAH TUMBUKAN PEMADATAN BENDA UJI TERHADAP BESARAN MARSHALL CAMPURAN BERASPAL PANAS BERGRADASI MENERUS JENIS ASPHALT CONCRETE (AC)

Pengujian agregat dan kuat tekan dilakukan di Laboratorium Bahan

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, pertama melakukan pengambilan sampel tanah di

BAB III LANDASAN TEORI

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB V PENUTUP JULIE-CVL 11

kelompok dan sub kelompok dari tanah yang bersangkutan. Group Index ini dapat

Spesifikasi lapis fondasi agregat semen (LFAS)

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan di gunakan untuk penguujian adalah jenis tanah lempung

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 4.1 Bagan alir penentuan Kadar Aspal Optimum (KAO)

PENGGUNAAN SIRTU MALANGO SEBAGAI BAHAN LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

METODE PENELITIAN. Lampung yang telah sesuai dengan standarisasi American Society for Testing

BAB III METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Yogyakarta dapat disimpulkan sebagai berikut : meningkat dan menurun terlihat jelas.

BAB III LANDASAN TEORI. bergradasi baik yang dicampur dengan penetration grade aspal. Kekuatan yang

ANALISIS KARAKTERISTIK LAPISAN TIPIS ASPAL PASIR (LATASIR) KELAS A YANG SELURUHNYA MEMPERGUNAKAN AGREGAT BEKAS

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang digunakan berupa tanah lempung anorganik yang. merupakan bahan utama paving block sebagai bahan pengganti pasir.

3.1 Lataston atau Hot Rolled Sheet

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Inti Jalan Raya Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung.

BAB III METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian. Tahap penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3. 1.

(Data Hasil Pengujian Agregat Dan Aspal)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMANFAATAN TRAS PADA PERKERASAN JALAN

KORELASI KEPADATAN LAPIS PONDASI BAWAH JALAN RAYA DENGAN KADAR AIR SPEEDY TEST DAN OVEN TEST. Anwar Muda

GRAFIK PENGGABUNGAN AGREGAT

CBR LABORATORIUM (ASTM D )

METODE PENGUJIAN KEPADATAN RINGAN UNTUK TANAH

ANALISA PERBANDINGAN PENGGUNAAN SEMEN PORTLAND DAN FLY ASH SEBAGAI FILLER PADA ASPHALT CONCRETE WEARING COURSE (AC-WC)

PENENTUAN NILAI CBR DENGAN VARIASI GRADASI BATAS BAWAH TERHADAP BATAS TENGAH PADA LAPIS PONDASI AGREGAT KELAS A

KAJIAN NILAI MODULUS REAKSI SUBGRADE DAN NILAI CBR BERDASARKAN PENGUJIAN DI LABORATORIUM

III. METODOLOGI PENELITIAN. Jurusan Teknik Sipil Universitas Lampung. Adapun bahan yang digunakan dalam penelitian ini :

BAB IV METODE PENELITIAN

METODE PENGUJIAN HUBUNGAN ANTARA KADAR AIR DAN KEPADATAN PADA CAMPURAN TANAH SEMEN

PEMANFAATAN ABU VULKANIK GUNUNG KELUD PADA CAMPURAN ASPAL BETON

STABILITAS LAPIS ASPAL BETON AC-WC MENGGUNAKAN ABU SEKAM PADI

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.2, Januari 2013 ( )

METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lanau yang diambil dari Desa

Alik Ansyori Alamsyah Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Malang

Akhmad Bestari, Studi Penggunaan Pasir Pantai Bakau Sebagai Campuran Aspal Beton Jenis HOT

ANALISA PENGGUNAAN TANAH KERIKIL TERHADAP PENINGKATAN DAYA DUKUNG TANAH UNTUK LAPISAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN RAYA

III. METODE PENELITIAN. paralon sebanyak tiga buah untuk mendapatkan data-data primer. Pipa

METODOLOGI PENELITIAN

UJI CALIFORNIA BEARING RATIO (CBR) ASTM D1883

Gambar 4.1. Bagan Alir Penelitian

Berat Tertahan (gram)

VARIASI AGREGAT LONJONG PADA AGREGAT KASAR TERHADAP KARAKTERISTIK LAPISAN ASPAL BETON (LASTON) I Made Agus Ariawan 1 1

DAFTAR PUSTAKA. 1. Bina Marga Petunjuk Pelaksanaan Lapis Tipis Aspal Beton. Saringan Agregat Halus Dan Kasar, SNI ;SK SNI M-08-

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. aspal keras produksi Pertamina. Hasil Pengujian aspal dapat dilihat pada Tabel 4.1

III. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel tanah Pasir ini berada di Kecamatan Pasir Sakti,

HASIL DAN PEMBAHASAN

PERENCANAAN PERKERASAN JALAN (Pavement Design) Menggunakan CBR

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA. penetrasi, uji titik nyala, berat jenis, daktilitas dan titik lembek. Tabel 4.1 Hasil uji berat jenis Aspal pen 60/70

ANALISIS STABILITAS CAMPURAN BERASPAL PANAS MENGGUNAKAN SPESIFIKASI AC-WC

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

PERBANDINGAN KARAKTERISTIK AGREGAT KASAR PULAU JAWA DENGAN AGREGAT LUAR PULAU JAWA DITINJAU DARI KEKUATAN CAMPURAN PERKERASAN LENTUR

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENAMBAHAN PASIR PADA TANAH LEMPUNG TERHADAP KUAT GESER TANAH

Cara koreksi kepadatan tanah yang mengandung butiran kasar

EFEKTIFITAS SEMEN PADA STABILISASI LEMPUNG DENGAN KAPUR AKIBAT PERCEPATAN WAKTU ANTARA PENCAMPURAN DAN PEMADATAN

PENGARUH SIFAT FISIK AGREGAT TERHADAP RONGGA DALAM CAMPURAN BERASPAL PANAS

PENGARUH KADAR LEMPUNG DAN KADAR AIR PADA SISI BASAH TERHADAP NILAI CBR PADA TANAH LEMPUNG KEPASIRAN (SANDY CLAY)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Dari hasil penelitian mengenai penggunaan Low Density Poly Ethylene

BAB 1. PENDAHULUAN. Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak diantara

STUDI PARAMETER MARSHALL CAMPURAN LASTON BERGRADASI AC-WC MENGGUNAKAN PASIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Disusun oleh: Th. Jimmy Christian NRP:

KAJIAN PEMANFAATAN SIRTU BUMELA SEBAGAI MATERIAL LAPIS PONDASI BAWAH DITINJAU DARI SPESIFIKASI UMUM 2007 DAN 2010

Kajian Peningkatan Daya Dukung Sub Base Menggunakan Pasir Sumpur Kudus

METODOLOGI PENELITIAN. untuk campuran lapis aspal beton Asphalt Concrete Binder Course (AC-

Transkripsi:

PENGARUH VARIASI FILLER TERHADAP NILAI KEPADATAN UNTUK AGREGAT PASIR KASAR Jurusan Teknik Sipil, Universitas Malikussaleh Abstrak Campuran agregat sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan raya sangat dipengaruhi mutu perkerasan, salah satu faktor adalah sifat agregat, gradasi, kepadatan dan daya dukung yang dinyatakan dengan CBR. Nilai CBR bergantung pada komposisi butiran agregat, kepadatan dan kekerasan. Penelitian ini untuk menyelidiki pengaruh variasi filler terhadap nilai kepadatan dan daya dukung perkerasan dari agregat pasir kasar. Dengan cara memvariasikan filler dari agregat pasir kasar bergradasi rapat dengan tingkat kepadatan berapa didapatkan daya dukung maksimum. Tahapan-tahapan penelitian yaitu pertama dengan melakukan percobaan pemadatan dengan Modified Proctor dan dilanjutkan percobaan CBR berdasarkan kadar air optimum yang didapat dari percobaan pemadatan. Komposisi filler yaitu 5%, 7%, 9%, 11% dan 13% terhadap berat total campuran. Rancangan benda uji kepadatan masing-masing variasi filler adalah variasi kadar air yaitu 6%, 7%, 8%, 9% dan 10%, sehingga jumlah benda uji 5 x 5 = 25 buah. Dari hasil pengujian kepadatan diperoleh pada kadar filler 5,% didapat kadar air optimum 7,30% dengan berat isi kering (γ d ) maksimum 2,788 gr/cm 3. Selanjutnya pengujian CBR pada setiap variasi filler dan tertinggi pada filler 9% dengan kadar air optimum 7,85% didapat nilai CBR laboratorium 86,66%. Dari hasil di atas terlihat nilai CBR maksimum tidak terjadi pada campuran dengan tingkat kepadatan optimum. Kata-kata kunci: kepadatan, daya dukung dan filler 1. Pendahuluan Campuran agregat sebagai bahan konstruksi perkerasan jalan sangat mempengaruhi mutu perkerasan. Konstruksi perkerasan jalan yang baik adalah konstruksi perkerasan yang kuat dan mempunyai daya dukung yang tinggi. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kemampuan perkerasan dalam menahan beban lalu lintas tersebut adalah sifat agregat, gradasi, kepadatan dan daya dukung yang dinyatakan dengan nilai CBR (California Bearing Ratio). Nilai CBR bergantung pada komposisi butiran agregat, kepadatan dan kekerasan. Komposisi butiran agregat terdiri dari beberapa kelompok ukuran yang lazim yaitu kelompok butiran kasar, butiran halus dan filler dalam batas ukuran yang telah ditentukan. Butiran-butiran agregat tersebut harus terdistribusi sesuai dengan komposisi masing-masing sehingga butiran halus akan mengisi rongga-rongga yang kosong di antara butir yang lebih kasar. Menurut Yoder dan Witczak (1975), bahwa nilai CBR maksimum terdapat pada tingkat kepadatan tertentu, maka berdasarkan kondisi tersebut dilakukan variasi komposisi filler terhadap material pasir kasar bergradasi rapat menurut spesifikasi yang dikutip dari Bukhari (2004) dengan menggunakan spesifikasi batas tengah sebagai acuran dalam melakukan penambahan dan pengurangan komposisi filler. Pada penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh komposisi filler pada tingkat kepadatan dan daya dukung material pasir kasar bergradasi rapat, dan daya dukung maksimum. 29

Material yang digunakan adalah agregat pasir kasar yang berasal dari sungai Krueng Aceh lokasi Indrapuri Aceh Besar dengan kadar filler 9%, kemudian dilakukan variasi penambahan dan pengurangan persen filler sehingga campuran menjadi sesuai spesifikasi. Sebelum dilakukan pengujian pemadatan dan CBR material terlebih dahulu diperiksa sifat-sifat fisis dan kadar air awal. Pemberian kadar air untuk memudahkan proses pemadatan yang didasarkan pada kadar air awal. Penelitian ini dilakukan dua tahap, tahap pertama yaitu melakukan percobaan pemadatan untuk memperoleh kadar air optimum dan kepadatan maksimum. Kadar air optimum tersebut dipergunakan untuk penelitian tahap kedua yaitu pengujian CBR dan diperoleh nilai CBR laboratorium pada setiap variasi variasi filler. 2. Tujuan Penelitian Berdasarkan berbagai variasi filler tersebut di atas maka dapat dinyatakan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah: a. Menyelidiki pengaruh variasi filler terhadap campuran agregat pasir kasar sebagai material lapis perkerasan. b. Mengetahui apakah nilai stabilitas tertinggi terjadi pada kadar filler yang menghasilkan nilai kepadatan maksimum. 3. Pengujian Laboratorium 3.1 Pengujian sifat-sifat fisis agregat Agregat yang digunakan dalam penelitian diperoleh dari quarry Krueng Aceh dan filler (sebagai bahan pengisi) adalah dari abu batu agregat itu sendiri. Persyaratan sifat-sifat fisis agregat dalam penelitian ini adalah yang ditetapkan oleh AASHTO (1990). Dalam penlitian ini pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat tidak dilakukan lagi, karena penelitian ini menggunakan material yang sama dengan Wahyudi (2005). Wahyudi telah melakukan pengujian sifat-sifat fisis agregat pecah Sungai Krueng Aceh dan data keseluruhan dari hasil pemeriksaan diperlihatkan pada Tabel 1. Tabel 1 Data Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Agregat No. Sifat-Sifat Fisis Agregat Syarat Hasil Pemeriksaan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. Berat isi Berat jenis Brt jenis krng permukaan jenuh Berat jenis semu Penyerapan Keawetan Keausan Indeks kepipihan Indeks kelonjongan Tumbukan (impact) > 1 kg/dm 3 > 2,50 > 2,50 > 2,50 < 3% berat < 12% berat < 40% berat < 25% berat < 25% berat < 35% berat 1,469 kg/dm 3 2,688 2,709 2,745 0,770% berat 3,50% berat 21,62% berat 22,072% berat 16,063% berat 25,18% berat Sumber : Wahyudi (2005) 30

3.2 Gradasi agregat Pemilihan gradasi agregat dalam penelitian ini menggunakan gradasi baik/rapat (dense graded) yang merupakan distribusi partikel-partikel dari agregat kasar sampai halus relatif berimbang. Jumlah filler yang dibutuhkan dalam gradasi ini secukupnya untuk menutupi rongga yang ada di antara butir-butir agregat kasar. Persyaratan bahan lapis perkerasan bergadasi baik untuk agregat pasir kasar diambil berdasarkan persen lolos saringan No.4>50% dan spesifikasinya seperti diperlihat Tabel 2. Tabel 2 Spesifikasi agregat pasir kasar gradasi rapat untuk lapis perkerasan Ukuran Saringan Persen Lolos No. Saringan Ukuran (mm) ( % ) 3/8 9,52 100 No.4 4,75 71 No.8 2,36 50 No.10 2,00 46 No.30 0,59 25 No.40 0,42 21 No.100 0,149 13 No.200 0,074 9 Filler < 0,074 Sumber: Bukhari (2004) 3.3 Pemeriksaan material filler Material filler sebelum digunakan/dicampur dengan agregat kasar terlebih dahulu diperiksa sifat-sifat fisisnya. Filler disyaratkan harus kering dan bebas dari gumpalan-gumpalan. Filler yang digunakan dalam penelitian ini adalah abu batu itu sendiri, sebagai material yang lolos pada saringan No.200 (0,074 mm). 3.4 Pembuatan benda uji Agregat kasar dan agregat halus yang telah diperiksa dan memenuhi syarat/spesifikasi dan dibuat komposisi gradasi ukuran saringannya sesuai dengan yang direncanakan dengan gradasi rapat. Pada tahap awal ditentukan jumlah filler (P) yang akan dijadikan sebagai dasar penentuan variasi kadar filler dengan menggunakan rumus Talbot. Setelah diketahui jumlah filler (P) maka dibuat variasi kadar filler dengan menetapkan 1% dan 2% di bawah (P) serta 1% dan 2% di atas (P). Kemudian material yang bergradasi baik tersebut selanjutnya dibuat satu benda uji seberat 5000 gram. Berat masing-masing ukuran saringan sesuai dengan distribusi gradasi rapat. Tiap variasi kadar filler dibuat 5 buah benda uji yaitu 6%, 7%, 9%, 11% dan 13%, sehingga jumlah benda uji tersebut adalah 5x5=25 buah. Agregat yang telah dicampur sesuai dengan porsi, kemudian dimasukkan ke dalam talam dan agregat tersebut diberikan kadar air sesuai dengan jenis agregat. Menurut Ismail (1995) pemberian kadar air didasarkan pada patokan, kadar air yang diberikan adalah 5%, 7%, 9%, 11% dan 13%. Berat air dihitung didasarkan pada kadar awal, kekurangannya ditambah berdasarkan persen kadar yang diperlukan. Metode penambahan air yaitu, benda 31

uji yang telah diberikan kadar air, lalu diaduk sedemikian rupa sehingga merata, lalu benda uji dimasukkan ke dalam kantong platik dan dibiarkan selama 24 jam lalu dipadatkan. Selanjutnya agregat tersebut dipersiapkan untuk pemadatan dan test CBR, Pada percobaan CBR, dibuat 3 benda uji untuk masing-masing komposisi filler. Sehingga total benda uji untuk percobaan CBR adalah 3x5=15 benda uji. Kadar air yang digunakan pada test CBR tersebut adalah kadar optimum yang didapat pada test kepadatan. 3.5 Pengujian Pemadatan Proctor Benda uji yang telah disiapkan selanjutnya dilakukan pemadatan dengan menggunakan alat uji pemadatan Modified Proctor. Pemadatan ini dilakukan sesuai standar AASHTO (1990) yang diambil dari Anonim (1994). Benda uji dipadatkan dalam cetakan silinder bervolume 1766, 25 cm 3, diameter cetakan adalah 6 inci(15 cm). Benda uji dipadatkan dalam 5 lapisan dengan menggunakan penumbuk seberat 10 lb (4,54 kg), tinggi jatuh penumbuk adalah 18 inci (45 cm), jumlah tumbukan perlapis adalah 56 kali untuk setiap lapisan. Berdasarkan berat agregat dibagi volume agregat diperoleh berat vulume agregat (γ ), kemudian dari berat volume agregat tersebut didapat berat volume agregat kering (γ k ). Kemudian berdasarkan data tersebut di buat grafik hubungan antara kadar air dengan gama kering material/density (γ k ) untuk mendapatkan kadar air optimum yang menghasilkan kepadatan maksimum (γ k maks ), seperti diperlihatkan pada Gambar 1. Уd maksimum Berat isi kering (gr/cm3) Kadar Air Kadar air optimum Gambar 1 Hubungan antara kadar air dengan berat isi kering Sumber: Wesley (1977) 3.6 Pengujian California Bearing Ratio (CBR) Benda uji yang telah pemadatan dilakukan pengujian penetrasi dengan menggunakan mesin penetrasi (loading machine) berkapasitas 4,45 ton (10.000 lbs) dengan kecepatan penetrasi 1,27 mm (0,05 inc) per menit, dalam arah vertikal. Pengukuran beban di catat pada penetrasi 0,1 in (2,5 mm) sampai dengan penetrasi 0,5 inch (12,5 mm). 32

Nilai penetrasi yang diambil untuk menghitung nilai CBR adalah nilai pada penetrasi 0,1 dan 0,2 inch. Nilai-nilai tersebut diplot ke dalam grafik yang menyatakan hubungan antara kadar filler dengan nilai CBR, dimana pada kadar filler optimum akan diperoleh daya dukung maksimum yaitu berupa nilai CBR maksimum. 4. Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil percobaan Dari hasil pengujian pada percobaan di atas disajikan hasil percobaan pemadatan dan hasil percobaan CBR sebagai berikut: 4.1.1 Hasil percobaan pemadatan Pada percobaan pemadatan dengan Modified Proctor pasir kasar bergradasi baik dengan variasi komposisi filler yang digunakan dalam campuran 5%, 7%, 9%, 11% dan 13% terhadap berat total campuran. Sebelum dilakukan pemadatan, distribusi agregat sudah sesuai dengan gradasi yang dipilih yaitu gradasi baik, maka penggunaannya sudah sesuai dengan persentase lolos setiap ukuran saringan. Pada pengujian pemadatan dengan Modified Practor yang telah dilakukan sesuai metode pelaksanaan, diperoleh hasil pemadatan pada masingmasing variasi filler. Hasil pengujian kepadatan diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai kadar air optimum dan berat isi kering (γ d ) maksimum Kadar Filler Kadar Air No. Agregat Optimum Berat Isi Kering (γ d ) maks. (gr/cm 3 ) 5 7,80 2,577 7 8,85 2,649 1. Pasir Kasar 9 7,85 2,764 11 7,30 2,788 13 7,30 2,761 Dari hasil tersebut dibuat grafik hubungan antara kadar air (Wi) dengan berat isi kering (γ k ) untuk mendapatkan kadar air optimum, dimana pada kadar air optimum diperoleh berat isi (γ d ) maksimum. Tingkat kepadatan yang diperoleh dari uji kepadatan berdasarkan kadar air optimum pada agregat kerikil pecah yang menghasilkan berat isi (γ d ) maksimum tertinggi yaitu pada kadar filler 5% didapat nilai kadar air optimum 8,10% dengan berat isi kering (γ d ) maksimum 2,826 gr/cm 3, dan terendah pada kadar filler 1% didapat nilai kadar air optimum 6,50 % dengan berat isi kering (γ d ) maksimum 2,638 gr/cm 3. Untuk lebih rinci nilai-nilai tersebut diperlihatkan pada Gambar 2. 33

2,850 2,800 Berat isi kering (gr/cm3) 2,750 2,700 2,650 y = -0,0067x 2 + 0,078x + 2,5702 R 2 = 0,8415 2,600 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Filler Gambar 2. Hubungan berat isi kering optimum pada setiap variasi persen filler dengan kadar filler untuk material kerikil pecah. 4.1.2 Hasil percobaan CBR Berdasarkan hasil percobaan CBR yang dilaksanakan pemadatan berdasarkan kadar air optimum pada material agregat pasir kasar untuk masingmasing variasi komposisi filler 5%, 7%, 9%, 11% dan 13% terhadap berat total capuran agregat. Dari hasil percobaan CBR agregat pasir kasar untuk setiap variasi filler diperoleh nilai CBR terendah adalah pada filler 5% dengan kadar air optimum 7,80% didapat nilai CBR laboratorium 70,00%, dan nilai CBR tertinggi pada filler 9,0% dengan kadar air optimum 7,85% didapat nilai CBR laboratorium 86,66%. Hasil dari percobaan CBR tersebut diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil percobaan CBR untuk agregat kerikil pecah dan pasir kasar pada masing-masing kadar persen filler. Kadar Kadar Air Nilai CBR No. Jenis Agregat 1. Pasir Kasar Filler Optimum 5 7,80 70,00 7 8,85 78,88 9 7,85 86,66 11 7,30 71,11 13 7,30 81,11 Berdasarkan data tersebut untuk mengetahui daya dukung maksimum terdapat pada campuran dengan komposisi filler berapa, maka dibuat grafik yang menyatakan hubungan antara nilai CBR maksimum dengan kadar filler pada setiap variasi filler. Berikut ini ditampilkan grafik hubungan nilai CBR maksimum dengan kadar filler seperti diperlihatkan pada Gambar 3. 34

90 80 CBR 70 60 50 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 Filler Gambar 3 Hubungan CBR maksimum dengan setiap variasi filler untuk agregat pasir kasar. Dari grafik di atas diperoleh kadar filler optimum yang dapat menghasilkan nilai CBR tertinggi dari agregat pasir kasar, dan nilai CBR tertinggi tidak diperoleh pada kadar filler (11%) yang menghasilkan nilai kepadatan tertinngi (2,764 gr/cm 3 ) tetapi berkurang sedikit yaitu pada filler 11% dengan nilai CBR laboratorium maksimum 86,66%. Dari kedua grafik diatas, diperoleh suatu hubungan antara kadar filler, nilai kepadatan, dan CBR. Grafik ini menunjukkan bahwa nilai CBR maksimum tidak terjadi pada tingkat kepadatan optimum, hubungan tersebut diperlihatkan pada Gambar 4. Gambar 4. Grafik Hubungan Kepadatan dan CBR terhadap persen Filler 4.2 Pembahasan Dari percobaan pemadatan yang dilakukan berdasarkan kadar air pada variasi komposisi filler 5%, 7%, 9%, 11% dan 13% dari agregat pasir kasarh, diperoleh nilai kadar air optimum dan nilai kepadatan. Kadar air optimum yang didapat pada variasi komposisi filler yaitu semakin tinggi kadar filler semakin rendah kadar optimum yang didapat. Hal ini disebabkan jumlah agregat yang lolos No. 4>50% umumnya pasir tidak menyerap air dan kadar rongga di dalam campuran pasir relatif kecil sehingga variasi filler ditambah kadar air menurun. 35

Adapun nilai kepadatan diperoleh nilai kepadatan tertinggi pada campuran dengan kadar filler 11,5 dengan berat isi kering (γ k ) maksimum 2,780 gr/cm 3. Dari hasil tersebut bahwa terjadi perbedaan sedikit antara Yoder dan Witczak dengan hasil yang didapat, hal disebabkan jenis dan sifat properties agregat pada Yoder dan Witczak tidak diperlihatkan. Dimana daya dukung maksimum untuk jenis agregat tersebut tidak terjadi pada campuran dengan tingkat kepadatan tertinggi, namun berkurang sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan pada saat dilakukan uji CBR setelah pemadatan, terjadi kehancuran agregat akibat proses pemadatan sehingga komposisi filler bisa bertambah pada campuran tersebut. 5. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian pada percobaan dan pembahasan yang dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Pada uji kepadatan pada setiap variasi komposisi filler yang dilakukan berdasarkan kadar air diperoleh berat isi kering (γ d ) maksimum dan kadar air optimum, dengan menggunakan grafik hubungan antara kadar filler dengan nilai kepadatan yang didapat pada kadar air optimum maka diperoleh pada kadar filler 11,5% dengan berat isi kering (γ k ) maksimum 2,780 gr/cm 3. 2. Pada uji CBR yang dilakukan berdasarkan kadar air optimum pada material agregat pasir kasar untuk masing-masing variasi komposisi filler diperoleh nilai CBR maksimum pada kadar filler 9,95% dengan nilai CBR 81%. Dengan demikian nilai CBR maksimum tidak diperoleh pada kadar filler yang menghasilkan nilai kepadatan maksimum, dimana terjadi selisih nilai kadar filler sebesar 1,60%. Pada penelitian selanjutnya direkomendasikan untuk meneliti bukan hanya dengan jumlah filler saja, tetapi dengan jenis filler dan material yang berbeda baik dari jenis maupun tempat pengambilannya. Dan pada penelitian ini faktor kekerasan tidak dijadikan variabel, sedangkan faktor tersebut ikut mempengaruhi persen filler akibat kehancuran pada saat pemadatan, dimana persen filler mempengaruhi pada besarnya nilai kepadatan dan daya dukung. Daftar Kepustakaan 1. AASHTO, 1990, Standard Specification for Transportation Materials and Method of Sampling ang Testing, ed, 15 th, Washington D.C. 2. Anonim, 1987, Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) untuk Jalan Raya, SNI No. 1737-1989-F, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta. 3. Anonim, 1994, Petunjuk Pelaksanaan Pekerjaan Laboratorium Jalan, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 36

4. Bowles, J.E., 1991, Sifat-Sifat Fisis dan Geoteknik Tanah, Terjemahan Hainim J.K., Erlangga, Jakarta. 5. Bukhari, et al., 2004, Rekayasa Bahan dan Tebal Perkerasan Jalan Raya, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 6. Das, B.M., 1993, Mekanika Tanah (Prinsip-Prinsip Rekayasa Geoteknik), J.K., Erlangga, Jakarta. 7. Hines, W.W., dan D.C.Montgomery, 1990, Probabilita dan Statistik Dalam Ilmu Rekayasa dan Manajemen, Terjemahan Rudiansyah, Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta. 8. Ismail, M.A., 1995, Petunjuk Praktikum Mekanika Tanah, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh. 9. Krebs, R.D, and R.D. Walker, 1971, Highway Materials, Mc. Graw Hill Book Company, New York. 10. Sukirman, S., 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung. 11. Wahyudi, 2005, Perubahan Gradasi Akibat Pemadatan Ditinjau Terhadap Kekerasan Agregat Bergradasi Seragam, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Darussalam Banda Aceh. 12. Wesley, L.D., 1977, Mekanika Tanah, Cetakan Ke Enam, Badan Penerbit Pekerjaan Umum, Jakarta. 13. Woods, et al.,1960, Highway Engineering Handbook, McGraw-Hill Book Company, New York. 14. Yoder, E.J., and M.W. Witczak, 1975, Principles of Pavement Design, John Wiley & Sons, Inc, New York. 37