Sahabat yang Pergi Kisah ini diawali dari tiga anak laki-laki yang sudah berteman sejak mereka masih duduk di bangku SD. Mereka adalah Louis William, Liam Payne, dan Harry Styles. Louis tinggal bersama Ibu, kakak perempuan, dan adik perempuannya. Ayah Louis, Tuan Shane William sudah lama bercerai dengan Ibu Louis, Nyonya Krees, sejak Louis berumur tiga tahun. Sedangkan Liam dan Harry tinggal bersama Ibu mereka masing-masing. Orang tua mereka telah bercerai sejak mereka masih berada di bangku kelas satu SD. Perceraian kedua orang tua mereka hanya berselang satu bulan saja. Setelah orang tua Liam bercerai, barulah orang tua Harry bercerai. Waktu berjalan begitu cepat, tidak terasa sekarang mereka sudah memasuki masa SMP. Masa-masa ini adalah masa-masa yang membahagiakan. Louis, Liam, dan Harry tumbuh menjadi cowok-cowok yang ganteng. Louis, Liam, dan Harry selalu bersama, baik suka maupun duka. Bagi Louis, Liam dan Harry adalah sahabat terbaiknya. Mereka berdua juga beranggapan yang sama pada Louis.
Suatu hari, saat liburan semester pertama mereka pergi ke sebuah pantai. Disana mereka menghabiskan waktu hanya bertiga saja. ``Aku mau menuliskan harapanku di kertas ini dan aku akan memasukkannya ke dalam botol ini, lalu aku akan melemparnya ke laut,``kata Louis sambil menunjukkan secarik kertas dan sebuah botol bekas. ``Apa yang kau tuliskan di kertas itu? Bolehkah aku melihatnya?``tanya Harry sambil meminta kertas yang ada di tangan Louis. ``Tidak boleh. Ini sangat rahasia,``louis menyingkirkan tangan Harry yang mencoba merebut kertasnya. ``Kau bilang kami sahabat terbaikmu, tapi kenapa kau merahasikan sesuatu dari kami?``tanya Liam sambil merangkul Harry yang berada di sampingnya. Louis tidak segera menunjukkan isi dari kertas yang sedang dipegangnya itu pada Harry dan Liam. Sikap Louis yang keras kepala itu membuat Liam dan Harry sangat kesal. Harry dan Liam pun berusaha merebut kertas yang dipegang oleh Louis, namun Louis berlari menjauh dari mereka berdua. Setelah cukup jauh dari mereka, Louis segera memasukkan kertas yang berada di tangan kanannya, ke dalam botol bekas yang berada di tangan kirinya. Kemudian dia segera melempar botol berisi kertas itu ke tengah laut. Harry dan Liam hanya terbengong 2
melihat tingkah temannya itu. Kalau dilihat dari segi umur, Louis itu yang paling tua di antara mereka, tapi tingkahnya masih seperti anak-anak. ``Sekarang botolnya sudah aku lempar ke laut. Jadi, kalian tidak akan tahu apa yang aku tulis di atas kertas yang kumasukkan dalam botol itu,``louis meledek temannya yang tidak berhasil mengetahui apa yang dia tulis di atas kertas dalam botol yang telah dia lempar ke tengah laut. Karena kesal, Liam mengambil pasir dan mengusapkan ke wajah Louis yang ganteng itu. Harry pun tidak mau ketinggalan kesempatan yang sangat ditunggunya itu, sebab dari tadi dia sudah kesal pada Louis. Waktu berputar begitu cepat. Rasanya baru kemarin mereka pergi liburan dan merasakan santainya hidup tanpa pekerjaan rumah, tanpa ulangan, dan tanpa guru. Sekarang mereka harus menghadapi itu semua. ``Liam, silahkan maju ke depan! Ceritakan pada teman-temanmu apa saja yang kau lakukan saat liburan kemarin,``pak George menunjuk Liam yang duduk di bangku paling depan. ``Liburan kemarin, aku, Louis, dan Harry pergi ke pantai. Kami menghabiskan waktu hanya bertiga saja. Disana, kami menuliskan harapan kami disebuah kertas dan kemudian memasukkannya ke dalam sebuah botol, lalu kami melemparkannya ke 3
laut,``liam menceritakan pengalamannya di depan teman-temannya. ``Terima kasih, Liam. Atas ceritamu,``pak George mempersilahkan Liam untuk duduk kembali di tempatnya. Teetttt..Bel tanda istirahat sudah berbunyi. Anak-anak pun keluar dari kelas mereka masingmasing untuk mengisi perut mereka dengan berbagai makanan dan minuman yang sudah tersedia di kantin sekolah mereka. Setelah kenyang, Louis, Liam, dan Harry pergi ke taman sekolah untuk mencari udara segar, tapi yang mereka temukan bukannya udara segar, melainkan udara yang yang sangat panas. Mereka pun menuju ruang musik yang sejuk. Disana mereka bisa memainkan alat musik yang mereka sukai sepuas hati mereka. Suatu hari, Ibunya Liam, Nyonya Lisa Payne memutuskan untuk pindah ke Jepang, karena ada suatu urusan yang harus diselesaikan disana. Dan dia tidak tega meninggalkan Liam sendirian, lagipula rumah keluarga Liam yang lain sangat jauh. Bagi Liam ini adalah keputusan yang menyakitkan, karena dia harus meninggalkan sahabat-sahabatnya, sekolahnya, rumahnya, dan lain-lain yang disayanginya. Liam tidak ingin teman-temannya khawatir padanya, jadi dia ingin berpamitan dulu pada mereka sebelum dia berangkat ke Jepang. Pertama dia dan Ibunya pergi ke rumah Louis, namun keluarga Louis sedang tidak di rumah. Liam pun segera menelphon Louis, namun ponsel Louis tidak 4
aktif. Liam dan Ibunya pun segera mengendarai mobilnya menuju rumah Harry. Disana Liam akan berpamitan pada Harry. ``Harry, pagi ini aku dan Ibuku akan pindah ke Jepang,``kata Liam sambil memegang tangan Harry. ``Tapi kenapa?``tanya Harry pada Liam. ``Entahlah, tapi Ibuku bilang dia harus menyelesaikan suatu urusan disana,``jawab Liam. lagi. ``Louis sudah tahu tentang ini?``tanya Harry ``Tadi aku sudah ke rumahnya, tapi dia tidak ada di rumah. Aku juga sudah menelphonnya berkalikali, tapi ponselnya tidak aktif,``jawab Liam. ``Aku bahagia bisa menjadi temanmu. Aku menyayangimu Harry,``kata Liam sambil memeluk Harry dengan eratnya. ``Tolong katakan juga pada Louis kalau aku juga bahagia bisa menjadi temannya dan aku juga sangat menyayanginya,``kata Liam sambil melepas pelukannya dari tubuh Harry. Harry tidak bisa berbuat apa-apa melihat temannya pergi, dia hanya bisa melambaikan tangan untuknya tanda perpisahan. Setelah beberapa menit kepergian Liam, Harry segera mengambil ponselnya dan segera menelphon Louis. Namun ponsel Louis tidak aktif, seperti yang dikatakan oleh Liam sebelumnya. Tanpa pikir panjang, dia pun menaiki 5
sepedanya dan pergi ke rumah Louis. Saat tiba di rumah Louis, Harry tidak melihat Louis. Harry pun mengeluarkan ponselnya kembali dari saku celananya dan mulai menekan nomor ponsel Louis. Namun Louis tidak kunjung mengangkat ponselnya. Yang terdengar hanyalah suara operator. ``maaf, nomor yang anda tuju saat ini tidak bisa dihubungi, cobalah sesaat lagi`` Tujuh kali sudah Harry menelphon Louis, namun tetap tidak ada jawaban. Hingga akhirnya datanglah sebuah mobil berwarna hitam berhenti di depan rumah Louis. Dan keluarlah Louis, Monicha, Lucy, dan Ibunya dari dalam mobil itu. Mereka tampak mengenakan baju berwarna hitam seperti orang yang habis berkabung. ``Ada apa kamu kesini?``tanya Louis sambil berlari kearah Harry yang sudah cukup lama menunggunya. ``Kamu dari mana, kok pakai baju serba hitam?``harry balik bertanya pada Liam. ``Aku dari rumah kakekku, beliau baru saja meninggal dunia,``louis menjawab sambil menundukkan kepalanya tanda bahwa dia sedang berduka. ``Aku turut berduka atas meninggalnya kakekmu,``kata Harry sambil menepuk bahu Louis. 6
``Tadi kamu belum menjawab pertanyaanku, kan?``louis mengingatkan kembali pertanyaan yang belum dijawab oleh Harry. ``Begini Louis, Liam sudah tidak ada di kota ini lagi. Dia dan Ibunya sudah pindah ke Jepang. Dia menyuruhku untuk menyampaikan padamu, bahwa dia bahagia menjadi temanmu dan dia juga menyayangimu,``kata Harry sambil merangkul Louis. Louis yang mendengar berita itu tampak tidak menunjukkan satu ekspresi pun dari wajah tampannya, namun mata birunya tidak bisa berbohong kalau dia sangat terpukul dengan kabar itu. Tanpa berkata apa pun, Louis langsung menaiki sepeda Harry yang berada tidak jauh darinya menuju rumah Liam untuk memastikan kalau yang dikatakan oleh Harry itu benar. Rumah Liam tampak sepi. Setiap dia mengetuk pintu, tidak pernah ada jawaban dari dalam rumah tersebut. ``Permisi, saya mau tanya apakah keluarga Payne sedang tidak di rumah?``tanya Louis sopan pada Pak Thomas tetangga Liam. ``Ooo, keluarga Payne sudah pindah ke Jepang tadi pagi,``jawab Pak Thomas halus. Mendengar berita itu, Louis sangat terkejut sekaligus sedih. Rasanya dia seperti disambar petir di musim panas. Kemudian tampak dari kejauhan, Harry menghampiri Louis yang terduduk lemas, karena tidak sanggup menerima kenyataan pahit bahwa Liam sahabatnya telah pergi jauh 7
meninggalkannya. Harry segera memeluk Louis yang sedang bersedih. ``Aku tahu kamu sangat sedih sekarang ini, sebab aku juga sedih sepertimu. Liam memang sekarang sudah jauh dari kita, tapi bukan berarti hati kita juga jauh darinya. Aku rasa Liam juga sedih dengan keadaannya saat ini. Semoga saja suatu hari nanti kita bisa bertemu dengannya lagi,``kata Harry sambil memeluk Louis dengan eratnya. Saat dipeluk oleh Harry, Louis tidak berkata apa pun, tapi air matanya menetes begitu saja tanpa bisa dibendung lagi. Air matanya yang hangat itu menetes di pundak Harry. Kemudian mereka pun pulang ke rumah mereka masing-masing dengan rasa sedih yang telah memenuhi hati mereka. Dari sore sampai malam, Louis terus berbaring di atas kasurnya yang empuk tanpa melakukan apa pun. Yang dia lakukan hanyalah membayangkan Liam yang sedang melampaikan tangannya dan terus berjalan menjauh darinya. Saat itu juga, tidak henti-hentinya Louis terus bergumam dalam hati. ``kenapa kau pergi? kenapa kau pergi?`` 8