BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra pupuk organik.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Pakchoy (Brassica sinensis L.) merupakan tanaman sayuran berumur pendek (±

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ternak ruminansia seperti kerbau, sapi, kambing dan domba sebagian besar bahan

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

Pemanfaatan Jerami Padi sebagai Pupuk Organik In Situ untuk Memenuhi Kebutuhan Pupuk Petani

P e r u n j u k T e k n i s PENDAHULUAN

PUPUK KANDANG MK : PUPUK DAN TEKNOLOGI PEMUPUKAN SMT : GANJIL 2011/2011

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.) merupakan salah satu komoditas

Sri Arnita Abutani, Darlis, Yusrizal, Metha Monica dan M. Sugihartono 2

PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

BAB I PENDAHULUAN. sehingga terjadi peningkatan produksi tanaman (Syekfani,2000). Pupuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berskala besar seperti limbah industri rokok, industri kertas, dan industri

CARA MEMBUAT KOMPOS OLEH: SUPRAYITNO THL-TBPP BP3K KECAMATAN WONOTIRTO

PENGARUH BERBAGAI JENIS BAHAN ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN CABAI (Capsicum annum L.)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN. Tebu (Saccharum officinarum L.) merupakan tanaman perkebunan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. sayur yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia. Harga tanaman

BAB I PENDAHULUAN. hewan atau manusia, seperti pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos,

V. GAMBARAN UMUM USAHA

BAB I PENDAHULUAN. Rumput gajah odot (Pannisetum purpureum cv. Mott.) merupakan pakan. (Pannisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/ha/tahun

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Organik

Pembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas buah-buahan yang populer di masyarakat karena

Pemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat

LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

LAMPIRAN-LAMPIRAN Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota Tim Pelaksana Ketua Tim Pelaksana :

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. keberadaan pupuk anorganik dipasaran akhir-akhir ini menjadi langka.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan konsumsi per kapita akibat

KARYA ILMIAH TENTANG. BUDIDAYA CAISIN (Brassica juncea) SECARA ORGANIK DENGAN PENGARUH BEBERAPA JENIS PUPUK ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROSPEK CERAH BISNIS JAMUR MERANG

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

PANDUAN PRAKTIKUM TANAMAN HORTI Oleh Tim Dosen Produksi Tanaman Hortikultura. Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Tanaman pisang adalah salah satu komoditas yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan masyarakat. Saat ini, perunggasan merupakan subsektor peternakan

PERANGKAT UJI PUPUK ORGANIK (PUPO) (ORGANICFERTILIZER TEST KIT )

PENINGKATAN EKONOMI MASYARAKAT MELALUI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS TERNAK SAPI POTONG DI KELURAHAN MERDEKA KECAMATAN KUPANG TIMUR KABUPATEN KUPANG

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

PENDAHULUAN. dalam tiga dasawarsa terakhir telah mencapai tingkat rendah bahkan sangat rendah.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sangat berperan penting sebagai sumber asupan gizi yang dibutuhkan

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

UPAYA UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM DAN MENGURANGI PENCEMARAN DI DESA ROWO INDAH KECAMATAN AJUNG KABUPATEN JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan pupuk di dunia terus meningkat sesuai dengan pertambahan

I. PENDAHULUAN. Ultisols merupakan salah satu jenis tanah di Indonesia yang mempunyai sebaran

I. PENDAHULUAN. Larutan Mikroorganisme Lokal (MOL ) terbuat dari bahan-bahan alami,

PEMANFAATAN LIMBAH PASAR SEBAGAI PAKAN RUMINANSIA SAPI DAN KAMBING DI DKI JAKARTA

I. PENDAHULUAN. Nitrogen (N) dan Fosfor (P) merupakan unsur hara makro utama yang diperlukan

BAB I PENDAHULUAN. dari daerah Brasilia (Amerika Selatan). Sejak awal abad ke-17 kacang tanah telah

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annum L.) merupakan salah satu jenis sayuran penting yang

I. PENDAHULUAN. Pertanian organik merupakan sistem managemen produksi yang dapat. tanaman. Dalam pelaksanaannya pertanian organik menitikberatkan pada

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 KAJIAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN PUPUK ORGANIK

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

Menanan Jamur Merang di Dalam Kumbung

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

PENDAHULUAN. Buah melon (Cucumis melo L.) adalah tanaman buah yang mempunyai nilai

PEMBUATAN KOMPOS DENGAN MOL LIMBAH ORGANIK Dini Rohmawati Jurdik Kimia, FMIPA UNY

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau (Phaseolus radiatus L.) merupakan salah satu tanaman pangan

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

PENDAHULUAN. Melon (Cucumis melo L.) merupakan salah satu buah yang dikonsumsi segar.

I. PENDAHULUAN. Tanah Ultisol mencakup 25% dari total daratan Indonesia. Penampang tanah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

BAB I PENDAHU LUAN 1.1. Latar Belakang

S U N A R D I A

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI

PEMANFAATAN KOTORAN KAMBING PADA BUDIDAYA TANAMAN BUAH DALAM POT UNTUK MENDUKUNG PERKEMBANGAN PONDOK PESANTREN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang keduanya tidak bisa dilepaskan, bahkan yang saling melengkapi.

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PEMANFAATAN KOMPOS AKTIF DALAM BUDIDAYA PEPAYA ORGANIK DI DESA KASANG PUDAK

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN 1.2 Analisis Situasi Mitra Pertanian merupakan sumber pangan bagi sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal ini menyebabkan bidang pertanian harus dapat memacu diri untuk meningkatkan hasilnya. Namun peningkatan hasil pertanian biasanya diikuti dengan bertambahnya limbah pertanian. Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar dari input energi, 70 % hasil pertanian merupakan materi sisa hasil panen dan apabila tanpa diolah akan menjadi limbah. Limbah sisa hasil pertanian ini dapat digunakan sebagai pupuk untuk memperbaiki kondisi tanah, dan biasanya disebut istilah pupuk kandang, pupuk hijau, dan kompos. Keberadaan pupuk organik seperti kompos kian dibutuhkan sebagai bahan baku produksi tanaman. Belakangan ini permintaan kompos (pupuk organik) menunjukkan grafik yang terus meningkat. Bahkan eksport kompos Indonesia sudah sampai ke negara Ghana (Afrika) untuk perkebunan kapas, dan Singapura untuk lapangan golf, belum lagi permintaan buyer asing yang sudah berminat, seperti dari negara Jepang dan Korea (Sudirja, 2009). Selain itu, kelangkaan pupuk di musim tanam, harga pupuk kimia yang cenderung meningkat, beredarnya pupuk palsu, beban subsidi pemerintah yang semakin meningkat, dan program Go Organik 2010 akan memperbesar penggunaan kompos. Kompos yang digunakan sebagai pupuk alternatif disebut pupuk organik. Pupuk organik ini merupakan pupuk yang berasal dari limbah organik pertanian, hewan seperti pupuk kandang atau pupuk hijau, dan kompos yang berbentuk cair maupun padat. Salah satu limbah pertanian dan kotora ternak yang sering dikenal di sekitar kita yaitu limbah jerami dan kotoran ayam. Selama ini para petani telah banyak memanfaatkan kompos sebagai pupuk organik di lahan pertanian, karena dapat berfungsi untuk menambah bahan organik tanah dan memperbaiki sifat fisik tanah atau bahan pembenah tanah, disamping juga sebagai sumber unsur hara walaupun dalam jumlah kecil. Pupuk organik limbah jerami dapat berasal dari media tumbuh budidaya jamur merang. Sebagai media tumbuh berasal dari jerami segar yang dicampur dengan bekatul (dedak) dan kapur. Media tersebut sebelumnya dikomposkan, kemudian digunakan sebagai media tumbuh yang setiap hari dilakukan penyiraman selama 1 bulan. Limbah pertanian media jerami tersebut tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja. Pemberian kompos jerami pada beberapa tanaman pangan dan sayuran sudah sering diteliti, pada 1

2 umumnya memberikan pengaruh yang positif. Limbah pertanian media jermi tersebut tidak dimanfaatkan dan dibuang begitu saja. Pemberian kompos jerami pada beberapa tanaman pangan dan sayuran sudah sering diteliti, pada umumnya memberikan pengaruh yang positif. Sementara itu pupuk kotoran ayam merupakan pupuk organik biasanya digunakan sebagai pupuk dasar untuk memperbaiki sifat tanah menjadi gembur dan dapat menyimpan udara dan air yang cukup. Dewasa ini telah berkembang peternak ayam ras di Jawa Timur, tahun 2008 ayam ras petelur dan ayam ras pedaging sudah mencapai masing-masing 35.799.287 dan 168.923.909 ekor. Dari kelompok peternak ayam dapat dihasilkan pupuk organik dengan parameter berat kotoran ayam basah: 60 gram/ekor/hari dan kotoran unggas kering: 30 gram/ekor/hari (Direktorat Budidaya Ternak dan Ruminansia, 2011). Dengan demikian sangat berpotensi sebagai penyedia bahan baku utama pupuk organik kotoran unggas. Sebagai pupuk organik jerami padi tidak efektif dan tidak efisien bila diandalkan sebagai sumber hara N dan P, tetapi cukup efektif sebagai sumber K, Si dan C (Badan Penelitian dan Pengembangan, 2007). Namun dengan penambahan kotoran ayam dapat mempercepat dekomposisi limbah jerami, karena dapat menstimulir pertumbuhan mikrooganisme yang berperan merombak unsur C-N sehingga akan meningkatkan fiksasi N. Selain itu, kompos kotoran ayam mengandung fosfor dan kalsium yang lebih tinggi dibanding pupuk kandang (pukan) lainnya (Suzuki et al., 2004 dalam Hartatik dan Widiowati, 2011). Saat ini pembuatan pupuk organik yang dilakukan oleh petani berbentuk curah yang hanya memenuhi untuk kebutuhan sendiri. Apabila diproduksi dalam skala industri, maka salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan pupuk organik yang dikomposkan adalah berbentuk butiran-butiran kecil (granul atau granular). Pemilihan bentuk ini tergantung pada analisa penggunaan dan aplikasi pada tanaman target, biaya produksi, distribusi dan aspek-aspek pemasaran lainnya. Bentuk granul selain lebih mudah diaplikasikan, juga telah mendapatkan dukungan pemerintah melalui BUMN Pertanian. Sejak tahun 2008, APBN telah memberikan subsidi bagi produsen pupuk organik 385.000 ton (2008) dan 450.000 ton (2009), sehingga telah membuka kesempatan bagi Usahawan Kecil Menengah (UKM) berinvestasi dalam indutri Pupuk Organik Granul (Anonim, 2011). Produksi pupuk organik granul (POG) membutuhkan keberadaan teknologi dan sumber bahan baku murah bagi pengkayaan (enrichment) unsur hara. Dukungan teknologi tersebut berupa menyediakan system yang mudah dan padu mulai penyediaan kompos

3 sebagai bahan baku terbesar, mesin pengering, mesin pencacah bahan organik, mesin pembentuk granul (Pan Granulator), dan teknologi pembuatan pupuk granul. Pan Granulator merupakan alat untuk memproduksi pupuk organik granul, berbentuk lingkaran datar dengan tingkat kemiringan tertentu. Prinsip kerja alat ini bahan akan diputar-putar di dalam mesin granulator sambil disemprot dengan bahan perekat sehingga terbentuk inti granular. Di samping itu, dalam teknologi pembuatan pupuk organik granul biasanya ditambahkan bahan pengaya pupuk yang mengadung hara pelengkap maupun mikroba. Penambahan bahan yang mengandung mikroba bisa menggunakan EM4, Promi, Mikro Organisme Lokal (MOL). Larutan MOL adalah larutan hasil fermentasi yang berbahan dasar dari bahan limbah pertanian seperti limbah bonggol pisang. Larutan MOL mengandung unsur hara makro, mikro dan juga bakteri yang berpotensi sebagai perombak bahan organik (Tim PKM Dikti, 2010). Bahan pengaya pupuk lain yaitu arang sekam, mempunyai kandungan hara K yang cukup tinggi dan tersedia melimpah. Walupun granulasi membutuhkan biaya tambahan, investasi alat, dan waktu, namun hasil kompos organik dalam bentuk granul mempunyai harga yang lebih tinggi dibanding bentuk curah, menurut harga yang ditetapkan pemerintah sekitar Rp. 700, sampai Rp. 1000,-. Mengingat kompos limbah pertanian seperti limbah media jerami, kotoran ayam, arang sekam memiliki potensi hara yang cukup baik dan bonggol pisang untuk bahan MOL, maka diperlukan sentuhan teknologi agar bisa dijadikan pupuk organik berkualitas. Untuk itulah teknologi pembuatan pupuk oganik granul ini layak dapat dimanfaatkan sebagai pemberdayaan kelompok masyarakat yaitu melalui pengadian pada masyarakat dalam program Ipteks bagi Masyarakat (IbM). Pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan dengan mitra paguyuban budidaya jamur merang Kaola Mandiri di dusun Darungan desa Rambipuji kecamatan Rambipuji, kabupaten Jember. Pengusaha jamur merang ini, mulai mencoba kegiatan sejak tahun 1995, awalnya dirintis sendiri oleh bapak Riyanto, yang hanya mempunyai 1 gudang (3 kumbung), kemudian bekerjasama dengan 3 orang mitra akhirnya pada tahun 2000 bisa menambah 2 gudang (6 kumbung). Pada tahun 2010 mengembangkan budidaya jamur merang lebih intensif lagi, dan hingga sekarang telah mempunyai 4 gudang, dan mitra/plasma sebanyak 50 kelompok tersebar di wilayah kabupaen jember. Setiap kelompok mitra masing-masing mempunyai 2 sampai 6 gudang, sehingga secara keseluran kelompok mitra memiliki 174 kumbung. Dalam kegiatan budidaya jamur merang, media tanam berasal dari jerami segar yang dicampur dengan bekatul (dedak) dan kapur. Media tersebut sebelumnya

4 dikomposkan, kemudian ditumpuk dalam rak kumbung, dan dilakukan penyiraman media sampai panen jamur. Setelah panen dalam waktu 1 bulan sekali, setiap kumbung akan menghasilkan limbah jerami 1 ton, dan dalam 4 gudang (12 kumbung) menghasilkan limbah jerami sekitar 12 ton. Belum lagi limbah media jerami yang berasal dari mitra paguyuban Kaola Mandiri kesemuanya sebanyak 174 kumbung, sehingga limbah jerami yang didapatkan sekitar 174 ton. Selama ini, paguyuban Kaola Mandiri sudah memanfaatkan limbah jerami tersebut menjadi kompos, melalui binaan dan pedampingan hasil program IbM tahun 2010 yang sampai sekarang masih berlanjut. Cara pembuatan kompos dilakukan dengan mencacah hasil limbah jamur menggunakan mesin pencacah. Kapasitas kerja mesin menghasilan hasil cacahan limbah jerami sebesar 150 kg/jam dengan tenaga kerja 2 orang, sehingga dalam 1 hari sekitar 7 jam kerja (HOK) dapat menghasilkan kompos jerami 1.050 kg/hari. Hasil kompos ini telah dijual di perusahaan pupuk organik di Jetis Bangsalsari seharga Rp. 300.-, namun bila dijual ke petani dapat mencapai Rp. 500,-. Di sisi lain, paguyuban Kaola Mandiri berkejasama dengan peternak ayam ras pedaging Malindo desa Rambigundam kecamatan Rambipuji Jember, sebagai pemasok kotoran ayam untuk tambahan pupuk dalam budidaya jamur merang. Peternak ayam Malindo memelihara 20.000 ekor, berdasark hasil wawancara diperkirakan menghasilkan kotoran ayam basah sekitar 750 zak atau sekirar 60 ton. Limbah kotoran ayam ini cukup potensial untuk dimanfaatkan menjadi pupuk organik baik dalam hal kebutuhan budidaya jamur merang maupun budidaya tanaman lainnya. Berdasarkan analisis situasi di atas, pembuatan pupuk oganik granul ini layak dapat dimanfaatkan sebagai pemberdayaan kelompok masyarakat, melalui penerapan hasil-hasil Ipteks (IbM) perguruan tinggi. Teknologi yang dikembangkan dalam Ipteks ini yaitu pemanfaatan limbah pertanian berupa limbah media jerami, kotoran ternak ayam, arang sekam, dan bonggol pisang serta penerapan mesin Pan Granulator dan alat pengering untuk memproduksi pupuk organik granul. 1.2 Rumusan Masalah yang Dihadapi Mitra Limbah pertanian berupa bahan organik limbah media jamur merang, kotoran ayam, arang sekam, bonggol pisang berpotensi untuk diproduksi menjadi pupuk organik. Sumber bahan organik ini dapat diperoleh di paguyuban budidaya jamur merang Kaola Mandiri dan peternak ayam ras pedaging Malindo. Dari usaha budidaya jamur paguyuban Kaola Mandiri bersama mitra/plasma yang memiliki 174 kumbung, dalam setiap bulan dihasilkan limbah jerami sebanyak 174 ton. Sedangkan peternak ayam ras

5 pedaging Malindo, saat ini memilhara 20.000 ekor, diperkirakan bisa menghasilkan kotoran ayam basah sekitar 750 zak atau sekirar 60 ton yang didibuang begitu saja didalam lubang tanah atau ditumpuk. Demikian juga di sekitar lokasi mitra/plasma paguyuban Kaola Mandiri juga mudah didapat arang sekam dan bonggol pisang yang melimpah. Selama ini, paguyuban Kaola Mandiri sudah memanfaatkan limbah jerami tersebut menjadi pupuk organik/kompos, melalui binaan dan pedampingan hasil program IbM tahun 2010 yang sampai sekarang masih berlanjut. Cara pembuatan kompos dilakukan dengan mencacah hasil limbah jamur menggunakan mesin pencacah. Namun demikian masih terdapat permasalahan antara lain : (1) kualitas kompos belum maksimal karena hanya dari satu jenis bahan organik, (2) kompos masih diproduksi dalam bentuk curah yang sangat sulit diaplikasikan di lapangan dan bobot volumenya lebih besar, (3) pengeringan kompos masih secara alami sehingga sulit memproduk bila saat musim hujan, dan (4) hasil kompos dihargai oleh pembeli dengan nilai jual rendah yaitu sebesar Rp. 250,-. sehingga kurang produktif dan ekonomis. Untuk itulah dalam pengembangan program IbM kali ini, teknologi yang akan diterapkan yaitu pemanfaatan limbah jerami, kotoran ternak ayam dan bonggol pisang serta penerapan mesin pengering bahan dan mesin Pan Granulator untuk memproduksi pupuk organik granul. Pemilihan bentuk pupuk organik granul ini sebagai upaya memperbaiki kualitas pupuk karena berasal dari berbagai sumber bahan organik (limbah media jamur, kotoran ayam, arang sekam, bonggol pisang untuk MOL), mudah diaplikasikan, dan mempunyai nilai jual tinggi sekitar Rp. 500, sampai Rp. 700,-. Berdasarkan permasalahan mitra yang ada, dan mempertimbangkan kemampuan masyarakat dari sisi ekonomi dan skill, serta memadukannya dengan kemampuan dan tenaga pelaksana, dan pertimbangan nilai ekonomi pemanfaatan limbah jamur merang, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : (1) Apakah penerapan teknologi pemanfaatan limbah pertanian menjadi pupuk organik granul dengan mesin Pan Granulator dan mesin pengering bahan dapat memperbaiki kualitas pupuk organik dan meningkatkan harga jual. (2) Apakah penerapan teknologi mesin Pan Granulator dan mesin pengering bahan dapat meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan mitra dalam pembuatan pupuk organik granul.