Sikap Kerja Praktek Ukir Pada Sekolah Menengah Industri Kerajinan Batubulan, Gianyar, Bali Drs. I Made Radiawan, M.Erg.

dokumen-dokumen yang mirip
SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

SIKAP KERJA YANG MENIMBULKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL DAN MENINGKATKAN BEBAN KERJA PADA TUKANG BENTUK KERAMIK

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BEBAN KERJA DAN KELUHAN SISTEM MUSCULOSKELETAL PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

ANALISIS PENGARUH PENGGUNAAN STAGEN PADA AKTIVITAS ANGKAT-ANGKUT DI PASAR LEGI SURAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB I PENDAHULUAN. dengan kompetensi yang dibutuhkan oleh dunia kerja. Ada beberapa jurusan di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pekerja merupakan salah satu komponen yang perlu mendapatkan

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian eksperimental menggunakan rancangan

BAB I PENDAHULUAN. harus sesuai dengan kondisi tubuh serta tenaga yang dimiliki oleh masing-masing individu

ERGONOMI PADA BURUH GENDONG PEREMPUAN. ( Oleh : Risma A Simanjuntak, Prastyono Eko Pambudi ) Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. dengan peraturan yang terdapat di masing-masing perguruan tinggi. Di

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

Simposium Nasional RAPI XIII FT UMS ISSN

I Gede Oka Pujihadi; I Putu Gede Adiatmika; I Ketut Tirtayasa

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian keselamatan dan kesehatan kerja tidak lepas dari peran

BAB VI PEMBAHASAN. Perbaikan Sikap Kerja Dan Penambahan Penerangan Lokal Menurunkan Keluhan

MODIFIKASI GEBOTAN BERORIENTASI ERGONOMI MENINGKATKAN KINERJA PETANI WANITA PERONTOK PADI DI SUBAK MARGAYA DESA PEMECUTAN KELOD KODYA DENPASAR

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL

ANALISIS BEBAN KERJA PENGGUNAAN MESIN GERINDA PADA PERAJIN BATU PERMATA DI KARANGASEM

BAB I PENDAHULUAN. Sampah selalu menjadi polemik yang berkembang setiap tahunnya. Kondisi

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

Perubahan Postur/Sikap Tubuh Pada Aktivitas Pewarnaan Batik (Colet) Setelah Dilakukan Perancangan Meja Batik Secara Ergonomi Untuk Mengurangi Keluhan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

ANALISIS PERBAIKAN POSTUR KERJA DENGAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA HOME INDUSTRY JKS SNACK & CATERING DI SERANG-BANTEN

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

BAB 1 PENDAHULUAN. menyatakan bahwa setiap pekerja mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas

BAB I PENDAHULUAN. produksi, terutama perusahaan yang bersifat padat karya. Produktivitas tenaga kerja

Penilaian Resiko Manual Handling dengan Metode Indikator Kunci. dan Penentuan Klasifikasi Beban Kerja dengan Penentuan. Cardiovasculair Load

BAB VI PEMBAHASAN. Hasil analisis penelitian tentang pengecatan plafon menggunakan tangkai

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISA RESIKO MANUAL MATERIAL HANDLING PADA PEKERJA PENGGILINGAN PADI DI UD. CITRA TANI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam beraktifitas membutuhkan suatu alat yang dirancang atau

ANALISIS PENGUKURAN BEBAN KERJA FISIK DENGAN METODE FISIOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB I PENDAHULUAN. gerakan yang dilakukan oleh tangan manusia. Gerakan tangan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

terjadi karena kerja berlebihan (ougkverexertion) atau gerakan yang berulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

TEKNIK TATA CARA KERJA MODUL INTRODUCTION ERGONOMI & TTCK

BAB I PENDAHULUAN. industri pengolahan air minum dalam kemasan (AMDK) dengan merk dagang. keselamatan dan kesehatan akan aman dari gangguan.

IDENTIFIKASI MUSCULOSKLETAL DISORDERS (MSDs) PADA AKTIVITAS PENGEMASAN IKAN LOMEK (HARPODON NEHEROUS) DI KAWASAN MINAPOLITAN KUALA ENOK

BAB I PENDAHULUAN. Industri manufaktur di Indonesia, sekarang ini mengalami. pangsa pasar tidak hanya lokal tetapi internasional. Industri seperti ini

Analisis Postur Kerja dengan Rapid Entire Body Assesment (REBA) di Industri Pengolahan Tempe

IDENTIFIKASI TINGKAT KELELAHAN OTOT PADA PENGGUNA KOMPUTER DI BIRO PUSAT ADMINISTRASI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

BAB II LANDASAN TEORI

KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

Hubungan Faktor Internal Dan Eksternal Terhadap Kelelahan Kerja Melalui Subjective Self Rating Test

BAB I PENDAHULUAN. Stasiun Kerja Bawahan. Stasiun Kerja Finishing. Gambar 1.1 Stasiun Kerja Pembuatan Sepatu

MUSCULOSKELETAL DISORDER (MSD) PADA PEKERJA LAUNDRY DI KECAMATAN DENPASAR SELATAN, BALI

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut ILO (2013) Diperkirakan 2.34 juta orang meninggal setiap tahunnya

BAB I PENDAHULUAN. dapat memenuhi kebutuhan siswa karena jika digunakan perabot kelas yang

BAB I PENDAHULUAN. atau man made disease. Penyakit Akibat Kerja menurut OSHA. tahun 1992, dimana sekitar 62% pekerja menderita Musculoskeletal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

Proceeding Seminar Nasional dan Kongres PEI 2015 Yogyakarta, Nopember 2015

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lebih dominan dialami oleh para pekerja. secara fisik yang berat. Salah satu akibat dari kerja secara manual, seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. terpadu, full day school atau boarding school. Padatnya jam belajar yang ditawarkan

BAB 6 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. khusus guna menghasilkan suatu produk yang bermanfaat bagi masyarakat. Interaksi

perusahaan lupa untuk memperhatikan akibat dari pengangkutan material secara manual tersebut bagi kenyamanan dan kesehatan pekerja atau operator. Pabr

BAB I PENDAHULUAN. kerja, modal, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan untuk menghasilkan

Kegiatan Belajar -6. Modul 4: Konsumsi Energi. Ir. MUH. ARIF LATAR, MSc. Modul-4, data M Arief Latar

BAB I PENDAHULUAN. dengan pekerjaan manual handling. Suatu hal yang sangat beralasan,

BAB I PENDAHULUAN. belum bisa dihindari secara keseluruhan. Dunia industri di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. mengenai sistem muskuloskeletal. Gangguan muskuloskeletal (musculoskeletal

Identifikasi keluhan biomekanik dan kebutuhan operator proses packing di PT X

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KELUHAN SUBJEKTIF PADA OPERATOR KOMPUTER DI UNIT PELAKSANA TEKNIS PENGEMBANGAN SENI DAN TEKNOLOGI KERAMIK DAN PORSELIN BALI

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. jasa produksi (Eko Nurmianto, 2008). Fasilitas kerja yang dirancang tidak

Antropometri Dan Aplikasinya Dalam Perancangan Fasilitas Kerja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

Sikap Kerja Praktek Ukir Pada Sekolah Menengah Industri Kerajinan Batubulan, Gianyar, Bali Drs. I Made Radiawan, M.Erg. radiawan_made@yahoo.co.id BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. Proses belajar adalah proses pembelajaran dalam sistim pendidikan yang dilakukan sekolah dasar, menengah dan diperguruan tinggi baik yang sifatnya formal maupun informal dengan tujuan untuk mencerdaskan anak bangsa. Pada masa dini pendidikan sangatlah penting dimana harus banyak hal yang perlu diketahui atau dikenal baik melalui bangku sekolah maupun di tempat-tempat privat yang dilaksanakan diluar sekolah. Dalam sistim pendidikan akan mendapatkan wawasan secara global baik di sekolah umum maupun di sekolah kejuruan, sekolah umum sudah tentu ada jenjang yang lebih tinggi tingkatannya dan tingkat kejuruan siswa akan didik sebagai tenaga siap pakai setelah menyelesaikan pendidikannya tapi kemungkinan juga dapat melanjutkan kejenjang ketingkat yang lebih tinggi. Dalam tinjauan ke lapangan di SMIK Batubulan salah satu sebgai obyek untuk bisa dijadikan kasus yang banyak perlu diamati, dimana siswa merupakan obyek untuk dijadikan studi kasus terutamanya dalam melakukan pratek pada mata pelajaran praktek ukir (ukir kayu) Waktu bekerja banyak siswa yang melakukan praktek ukir kayu dijumpai bahwa sikap duduk para siswa duduk bersila di lantai dengan ubin keramik tanpa memakai bantalan (tempat duduk), kadang-kadang dengan posisi jongkok dengan punggung membungkuk serta obyek kerja tanpa menggunakan landasansikap kerja yang tidak fisiologis menjadi penyebab timbulnya keluhan pada system musculoskeletal. Untuk mengatasi masala-masalah yang dihadapi oleh siswa SMIK Batubulan perlunya dilakukan beberapa perbaikan dalam kondisi kerja, dari duduk dilantai dengan sikap jongkok diubah dengan dibiasakan memakai tempat duduk (kursi) dengan bekerja diatas meja kerja yang ergonomic diharapkan dengan perbaikan sikap kerja dan stasiun kerja sehingga lelah tidak muncul dengan cepat dan meningkatkan produktivitas kerja pratek siswa SMIK Batubulan. 1.2 Rumusan Masalah Dari yang dipapar pada latar belakang diatas, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: 1. Beberapa besarkah keluhan system muskoluskeletal setelah kerja praktek ukir pada siswa SMIK Batubulan. 2. Beberapa besarkah beban kerja setelah kerja praktek ukir pada siswa SMIK Batubulan. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum.

Untuk mengetahui keluhan system musculoskeletal dan beban kerja setelah kerja praktek ukir pada siswa SMIK Batubulan. 1.3.2 Tujuan hkusus. 1) Mengetahui seberapa besar keluhan sistem musculoskeletal setelah melakukan praktek ukir pada siswa SMIK Batubulan Gianyar. 2) Mengetahui seberapa besar beban kerja setelah melakukan praktek ukir pada siswa SMIK Batubulan Gianyar. 1.4 Manfaat Penelitian Diharapkan hasih yang diperoleh dapat berguna bermanfaat; 1.4.1 Manfaat Praktis 1. Sumbangan nyata untuk mengungkapkan seberapa besar keluhan keluhan yang dirasakan oleh siswa SMIK Batubulan Gianyar. 2. Dengan memberikan masukan dapat menurunkan keluhan-keluhan yang dialami oleh siswa dan praktek mengukir akan lebih ergonomi. 3. Memberikan wawasan IPTEKS, utamanya relevansinya terhadap ilmu ergonomi. 1.4.2 Manfaat Akademis. Sebagai acuan serta sumbangan pikiran pikiran dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan seni khususnya yang berkaitan dengan aplikasi ergonomi di bidang system kerja, sikap kerja pada SMIK Batubulan. BAB II MATERI DAN METODE

2.1 Materi 2.1.1 Pendekatan ergonomi desain kerja. Ergonomi adalah; ilmu teknologi dan seni yang berupaya menyerasikan alat cara dan lingkungan kerja terhadap kemampuan, kebolehan dan batasan manusia untuk mewujudkan kondisi lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan efesien demi tercapainya produktivitas yang setinggi-tingginya (Manuaba 1992.a) Ergonomi sebagai disiplin ilmu yang bersifat multidisipliner dimana intergrasi elemen-elemen fisiologi, psikologi, anatomi, hegienis, teknologi dan ilmu-ilmu lainnya yang terkait dengan kegiatan bekerja. Meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental, khususnya dalam rangka mencegah munculnya cedera dan penyakit akibat kerja menurunkan beban kerja dan mempromosikan kepuasan kerja. Memperbaiki kualitas kontak sosial bagaimana mengorganisasi kerja sebaik-baiknya. Meningkatkan efesiensi sistem manusia/mesin kontribusi rasional antara aspek teknis, ekonomi, antropologi dan budaya. Dalam kaitannya dengan ergonomi bagi perkerja, pedekatan kuratif melalui perbaikan sikap kerja duduk di kursi dan meja kerja sedapat mungkin dilakukan untuk mengurangi keluhan musculoskeletal dan meningkatkan produktivitas kerja pekerja. Sedangkan bagi perajin tugas yang baru sedini mungkin dilaksanakan perlu pendekatan konseptual untuk mencapai efisiensi dan produktivitas yang tinggi.. Dengan penerapan prinsip-prinsip ergonomi baik melalui pendekatan kuratif maupun pendekatan konseptual, agar setiap melakukan aktivitas kerja dengan nyaman aman, dan produktif melalui perbaikan sikap kerja. 2.1.2 Keluhan Sistem Muskuloskeletal Sistim musculoskeletal komponen primer aktivitas otot, tulang-tulang dan jaringan penghubung serta metabolisme diperlukan untuk menyediakan kebutuhan energi untuk sistim muskuloskeletal. Otot salah satu peran utama dalam aktivitas manusia. Diantara banyak jenis otot, otot skeletal (Voluntary) yang menjadi perhatian bagi para ergonom. Kelompok otot skeletal diataranya bertempat pada leher, punggung, kaki dada, bahu, lengan atas, lengan bawah, betis, pantat, dasar panggul paha atas. Otot-otot bisa menghasilakan tekanan maksimum dalam keadaan meregang dan sebauah kontraksi otot dapat menggunakan tekanan yang kecil. Sebuah otot menghasilkan kerja mekanik dengan mengubah energi kimia keenergi mekanik. (Bridger,1995; Kroemer, 1992). Keluhan pada system musculoskeletal (MSD) dipengaruhi oleh adanya kerja otot yang bekerja tidak secara normal akibat dari sikap kerja yang tidak fisiologis, dampaknya dapat menimbulkan kelelahan otot dan rasa tidak nyaman. Rasa tidak nyaman ini bisa terjadi karena adanya tekanan pada jaringan yang lembut menyebabkan terhambatnya aliran darah ke jaringan. Hasilnya menyebabkan berkurangnya oksigen dan menumpuknya karbondioksida dan menghasilkan limbah asam latat. Asam laktat memberikan sensasi pegal, capek sampai rasa sakit. Penguraian asam laktat memerlukan waktu dan terjadi sewaktu otot berelaksasi oleh karena itulah perlu adanya istirahat untuk memberikan waktu kepada otot menguraikan asam laktat tersebut. Keluhan otot dapat dibedakan; keluhan sementara, terjadi saat otot menerima beban statis, pembebanan berhenti demikian juga keluhan otot akan menghilang, keluhan

menetap keluhan yang sifatnya menetap walaupun beban dihentihan, rasa sakit otot tetap akan terasa. 2.1.3 Penyebab Keluhan Muskuloskeletal Tarwaka dkk (2004) menjelaskan bahwa, terdapat beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya keluhan otot skeletal: 1. Peregangan otot yang berlebihan Peregangan otot yang berlebihan (over exertion) pada umumnya sering dikeluhkan oleh siswa, aktivitas kerjanya menuntut pengerahan tenaga yang besar seperti aktivitas mengangkat, mendorong, menarik dan menahan beban yang berat. Peregangan otot berlebihan karena pengerahan tenaga yang diperlukan melampaui kekuatan optimum otot. Apabila sering dilakukan resiko keluhan otot dapat menyebabkan terjadinya cedera otot skeletal. 2. Aktivitas berulang Aktivitas berulang adalah pekerjaan yang dilakukan secara terus-menerus, seperti menyangkut, angkat-angkut. Keluhan otot akan menerima beban kerja secara terus-menerus tanpa memperoleh kesempatan berelaksasi. 2.1.4 Beban kerja Beban kerja dapat dibedakan menjadi 2 bagian; 1. External load(stressor) beban kerja yang berasal dari pekerjaan itu sendiri dan hal tersebut berlaku pada kesemua orang. Beban kerja ini termasuk task, organisasi, lingkungan. Task ; aktivitas kerja otot static dan dinamik, frekuensi, kecepatan, penggunaan alat Bantu kuantitas dan kualitas. Organisasi berhubungan dengan team work,, shiftwork, jadwal istirahat kerja. Lingkungan yang berkaitan dengan hambatan fisik, klimat, penerangan, noise, aspek antropometri, jangkauan, tinggi tempat kerja. 2. Internal load beban kerja yangbberasal dari dalam tubuh pekerja sendiri, diharapkan adanya kepuasan, keinginan, harapan dapat dikreteriakan; - Obyektif, dapat diukur dilakukan oleh pihak lain seperti; reaksi fisiologi, misalnya denyut nadi, psikologis, perubahan tindak-tanduk. - Subyektif, dapat dilakukan oleh yang bersangkutan atas pengalamannya, misalnya beban kerja yang dirasakan sebagai kelelahan yang tidak mengenakan, rasa sakit atau pengalaman lain yang dirasakan. (Adiputra, 1998) Untuk mengetahui beban kerja fisik dapat dilakukan dengan mengukur denyut nadi/jantung disaat melakukan pekerjaan. Nadi kerja dihitung selisih denyut nadi saat kerja dengan nadi istirahat. Peningkatan denyut nadi istirahat kedenyut nadi saat bekerja diijinkan 35 denyut/menit untuk laki-laki (dihitung pada saat istirahat duduk) 30 denyut/menit bagi wanita (dihitung pada saat istirahat duduk) agar kerja bisa berlangsung 8 jam berkelanjutan. (Gradjean, 1993). Katagori beban kerja berdasarkan perhitungan denyut nadi kerja No Katagori beban kerja Denyut nadi kerja (denyut per menit) 1 Sangat ringan (istirahat 60 70

2 3 4 5 6 Ringan Sedang Berat Sangat berat Luar biasa beratnya (ekstrim) 75 100 100 125 125 150 150 175 Diatas - 175 Sumber ;(Grandjean,1993) Fitting the tasks to the man 2.1.5 Sikap Kerja Sikap tubuh (posture) manusia secara mendasar keadaan istirahat menurut Pheasant (1986) adalah : 1. Sikap berdiri (standing), 2. Sikap duduk (sitting), 3. Sikap berbaring (lying), 4. Sikap jongkok (squatting). Apabila dari sikap tubuh terdapat alat / peralatan yang digunakan untuk bekerja selanjutnya disebut dengan sikap kerja (Dul dan Weerdmeester, 1993). Prinsip kerja secara ergonomis, agar terhindar dari resiko cidera antara lain: 1) Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau dihilangkan, perhitungan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu, 2) Sikap kerja duduk, berdiri dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsipprinsip ergonomi, 3) Panca indera dapat dipergunakan sebagai kontrol, bila payah harus istirahat (jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan atau minum (jangan ditahan), 4) Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur melalui denyut nadi per menit yaitu jangan lebih dari jumlah maksimum yang diperbolehkan. Dengan mengetahui kriteria sikap kerja yang ideal, prinsip dasar untuk mengatasi sikap tubuh selama bekerja dapat ditentukan. Kasus yang paling umum berkaitan dengan sikap kerja yang tidak ergonomis, dapat diambil langkah-langkah yang lebih spesifik didalam melakukan perbaikan-perbaikan. 2.2 Metode 2.2.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan sama subjek (Treatment by Subjects Design), yang secara bagan dapat diilustrasikan sebagai berikut: P RS S O1 02 Keterang - P : Populasi Gambar 3.. Rancangan Penelitian Treatment by Subjects Design

- RS : Random Sederhana - O1 : Observasi awal pada pre (K) - O2 : Observasi akhir post(p) - K : Subjek bekerja dengan sebelum bekerja (pre) yaitu sebelum melakukan praktek ukir. - P : Subjek bekerja setelah selesai jam praktek ukir (post) 2.2.2 Variabilitas populasi Populasi dari penelitian ini adalah para siswa jurusan ukir kayu pada Sekolah Menengah Industrian Kejuruan, Batubulan, Gianyar. 2.2.3 Kriteria sampel Kriteria sampel yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a) siswa jurusan ukir kayu sedang duduk di kelas 3 pada Sekolah Menengah Industrian Kejuruan, Batubulan, Gianyar. b) Jenis kelamin Pria c) Lama studi minimal 3 tahun d) Tidak dalam kondisi sakit mata atau cacat mata e) Umur antara 17 sampai 18 tahun f) Bersedia menjadi subjek penelitian 2.2.4 Teknik penentuan sampel Teknik penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah acak sederhana (simple random sampling) dengan menggunakan tabel bilangan random. Para siswa jurusan ukir kayu sedang duduk di kelas 3 pada Sekolah Menengah Industrian Kejuruan, Batubulan, Gianyar, berjumlah 20 orang. Berdasarkan kriteria inklusi ditargetkan sebanyak 20 orang memenuhi persyaratan. Dari jumlah tersebut akan ditentukan sampel sebanyak 12 orang. 2.2.5 Indentifikasi dan klasifikasi variabel Berdasarkan fungsi dan peranannya, variabel penelitian dapat diklasifikasikan menjadi variabel; bebas; kendali/kontrol dan tergantung (Suryabrata, 1990). Penjabaran lebih jauh adalah sebagai berikut: 1) Variabel bebas meliputi; Sikap kerja dalam praktek ukir kayu. 2) Variabel kendali/kontrol, meliputi; Karakteristik Subyek: Umur, Jenis kelamin 3) Variabel Tergantung meliputi: Keluhan muskuloskeletal, dan beban kerja Sedangkan teknik pengukuran subyektif para siswa yang berlokasi di Sekolah Menengah Industri Kejuruan Batubulan Sukawati Gianyar, dengan menunjukan diagram tubuh atau kuesioner untuk menentukan lokasi keluhan sistem muskuloskeletal disebut Nordic Body Map (NBM). Metode pengambilan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini pada siswa SMIK dengan kuesioner Nordic Body Map telah dimofikasi dengan 4 skala likter sehingga dapat mempermudah menganalisa hasilnya. Jumlah sampel yang dipakai obyek penelitian sebanyak 12 orang siswa SMIK Batubulan 2.2.6 Alur Penelitian

Alur penelitian dapat dilihat sebagai berikut Populasi Target Populasi terjangkau Random Sample 12 0rang siswa Kontrol Sebelum bekerja : Nordic Body Map, denyut nadi istirahat Perlakuan Setelah bekerja : denyut nadi kerja, Nordic Body Map Analisis Data Alur Penelitian III HASIL DAN BAHASAN 3.1 Hasil 3.1.1 Analisis Uji Normalitas Data Dari hasil uji normalitas dengan one sample kolmogorov-smirnov t test pada tingkat kepercayaan α = 0,05 nampak nilai p pada denyut nadi pre kontrol, dan post perlakuan lebih kecil dari 0,05 (P<0,05). Menunjukkan bahwa variabel tersebut berdistribusi normal. Sedangkan denyut nadi pre perlakuan dan post pada kelompok kontrol lebih besar dari 0,05 (P>0,05) menunjukkan variabel tersebut berdistribusi normal. Tabel one sampel kolmogorov-smirnov t test dapat dilihat pada lampiran 1. Maka dilanjutkan uji Paired Sample Test terhadap data sampel Denyut Nadi pre dan post dan variabel keluhan muskuloskeletal pre dan post. Tabel 1 : Analisis Uji Normalitas Data dengan Uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)

HasilPenelitian Data variabel denyut nadi dan keluhan muskuloskeletal dari siswa SMIK Batubulan Gianyar No Variabel N Rerata SB p 1 Denyut nadi pre 12 61,833 7,271 2 Denyut nadi post 12 105,416 5, 822 0,085 1 Keluhan subyektif 12 35,500 4,231 Pre 0,000 2 Keluhan subyektif 12 45,250 5, 986 post Dari tabel data di atas dapat dilhai bahwa menunjukkan variabel tersebut berdistribusi normal. 3.1.2 Analisis Beban kerja Beban kerja diukur berdasarkan denyut nadi pekerja, baik pada waktu istirahat (denyut nadi pre) maupun pada saat kerja (denyut nadi post). Sebelum dilakukan analisis efek perlakuan, perlu dilakukan uji normalitas terhadap data denyut nadi tersebut. Hasil Uji Paired Sample Test terhadap denyut nadi pre dengan 12 sampel, menunjukan rerata 61,83 simpang baku 7,271 dan p= 0,000 (p<0,05) dan denyut nadi post rerata 105,416 SB 5,822,denyut nadi kerja menunjukan tidak adanya perbedaan bermakna bahwa p=0,085 (p>0,05) Tabel 3 : Analisis beban kerja dengan ujit Paired Sample Test HasilPenelitian Data variabel Denyut Nadi (beban kerja) dari siswa SMIK Batubulan Gianyar No Variabel N Rerata SB p 1 Denyut nadi pre 12 61,833 7,271 2 Denyut nadi post 12 105,416 5, 822 0,085 3.1.3 Analisa Keluhan Muskuloskeletal Berdasarkan hasil pengisian koesioner, sebelum dilakukan uji kemaknaan karena efek perlakuan, perlu dilihat terlebih dahulu komparabilitas kondisi awal untuk keluhan muskuloskeletal para pekerja, untuk meyakinkan apakah perbedaan keluhan muskuloskeletal benar-benar karena efek perlakuan atau ada faktor lain yang ikut mempengaruhi. Uji statistik yang digunakan dalam hal ini adalah uji t-paired dengan membandingkan kondisi keluhan muskuloskeletal sebelum bekerja dan keluhan muskuloskeletal sesudah bekerja pada masing-masing perlakuan. Kondisi awal (pre) pada

masing-masing perlakuan 12 sampel menunjukkan nilai rerata 33,500 simpang baku 4,231 p= 0,000 ( p>0,05), yang menandakan kondisi pre tidak berbeda secara signifikan dan bisa dianggap sama. Kondisi post dari 12 sampel masing-masing perlakuan didapat nilai rerata 45,25 simpang baku 5,986 p=0,000 (p<0,05) yang menandakan bahwa terjadi perbedaan secara signifikan antara masing-masing perlakuan. Tabel 4 : Analisis beban kerja dengan ujit Paired Sample Test HasilPenelitian Data variabel keluhan muskuloskeletal dari siswa SMIK Batubulan Gianyar No Variabel N Rerata SB p 1 Keluhan subyektif 12 35,500 4,231 Pre 0,000 2 Keluhan subyektif 12 45,250 5, 986 post 3.2 Bahasan Dari hasil dari penelitian tentang sikap duduk yang dilakukan di lantai adanya peningkatan keluhan-keluhan pada siswa SMIK Batubulan, maka dapat di bahas sebagai berikut: 3.2.1 Beban Kerja Beban kerja dapat diprediksikan denyut nadi adalah salah satu indikator yang bisa dipakai untuk menentukan tingkat beban kerja seseorang. Kondisi pre denyut nadi awak subyek dianggap sama atau memberi pengaruh yang sama terhadap masing-masing perlakuan. Sedangkan untuk denyut nadi kerja diperoleh perbedaan yang bermakna antara masing-masing perlakuan. Rerata denyut nadi subyek pada pre (sebelum melakukan kerja praktek sedang istirahat) adalah 61,83. Rerata denyut nadi subyek pada post (setelah melakukan praktek ukir) adalah 105,41 p= 0,85 terjadi perbedaan yang tidak signifikan (p>0,05). Pada subyek pre dan kelompok post beban kerja termasuk beban kerja sedang (Grandjean, 1988) karena aktivitas praktek ukir tidak banyak memerlukan gerakan tubuh tapi beberapa membutuhkan gerakan tangan. Dengan sikap duduk di atas lantai menyebabkab adanya perbedaan (meningkat) antara denyut nadi istirahat pre dengan denyut nadi kerja post atau mengalami peningkatan tidak ada perbedaan yang bermakna.

Data Dn Pre dan Post 120 100 80 60 40 N SB Rerata 20 0 Dn Pre Dn Post Grafik 1: Sampel, Rerata pre dan post dan Simpang baku pre dan post denyut nadi. 3.2.2 Meningkatnya Keluhan Muskuloskeletal Praktek ukir yang dilakukan siswa SMIK batubulan sedikit melakukan kerja yang memaksa, secara tidak langsung akan terjadi sikap duduk bersila yang merunduk yang berakibat terjadinya keluhan pada leher, punggung, dan bagian kaki. Keluhan siswa diprediksi dengan munculnya keluhan kelelahan secara umum bisa diketahui dari hasil pengisian Nordic Body Map pada tabel 4 ditampilkan rerata keluhan muskuloskeletal pre sebesar: 33,500. Sedangkan rerata keluhan pada post sebesar: 45,250. p= 0,000 menunjukan bahwa terjadi perbedaan yang signifikan (p<0,05). Dengan demikian terjadi adanya peningkatan keluhan karena adanya rasa sakit, pegal pada bagian-bagian tubuh siswa, disebabkan sikap duduk diatas lantai sikap yang tidak fisiologis dan tidak ergonomis. Dalam hal ini terutama sikap duduk yang terlalu posisi membungkuk dengan sikap duduk bersila.

Data Keluhan Subyektif pre dan post 50 40 30 20 N SB Rerata 10 0 Keluhan Suby pre Keluhan Suby post Grafik 2: Sampel, Rerata pre dan post dan Simpang baku pre dan post keluhan muskuloskeletal. IV PENUTUP 4.1 Simpulan Dari hasil pembahasan yang diuraikan pada bab III pada siswa SMIK Batubulan dalam melakukan praktek ukir dengan sikap duduk yang tidak fisiologis tanpa melakukan intervensi ergonomi, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Praktek ukir merupakan wajib dalam kurikulum SMIK Batubulan, maka siswa yang melakukan kerja praktek siswa wajib melakukannya. 2. Meningkatnya beban kerja setelah melakukan kerja praktek ukir antara rerata pre 61,83 dan post 105,41. p=0,850. 3. Melakukan kerja praktek ukir dengan sikap duduk bersila di atas lantai mengakibatkan munculnya keluhan- keluhan muskuloskeletal pada bagian tubuh. Dengan rerata pre 33,500 post 45,250 p=0,000. 4.2 Saran Berdasarkan simpulan hasil penelitian maka disarankan sebagai berikut: 1. Bagi pihak lembaga dalam usaha meningkatkan kesehatan secara umum dan kesehatan siswa khususnya, maka aktivitas kerja praktek ukir diupayakan atau agar pimpinan dapat menyarankan cara kerja dengan sikap yang fisiologis. 2. Bagi siswa disarankan tidak memaksa sikap duduk berlebihan atau secara terus menerus dan sikap yang tidak fidiologis. 3. Diharapkan peneliti lain, penelitian ini sebagai acuan untuk meneliti bagian yang lebih komplek. Daftar Pustaka

Adiputra, N. 1998. Metodologi Ergonomi. Monograf yang diperbanyak oleh Program Studi Fisiologi Kerja-Ergonomi, Universitas Udayana Denpasar. Bridger, R.S. 1995. Introduction to Ergonomics. Singapore: Mc Graw-Hill Grandjean, E. 1988. Fitting the Task To the Man. A Texbook of Occupational Ergonomics, 4 th Edition London: Taylor & Francis. Manuaba, A. 1986 Penerapan Ergonomi Kesehatan Kerja Di Rumah Tangga. Disampaikan pada Pembahasan Teknis Peningkatan Peranan Dharma Wanita dalam Gerakan Keluarga Sehat,di Jakarta 21 Oktober 1986 Suryabrata, S. 1990. Metodologi Penelitian, Jakarta:PT Raja grafindo Persada Tarwaka, 1991. Produktivitas dan Pemanfaatan Sumber Daya Manusia. Majalah Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Jakarta: XXIV (2) 55-57.