PENGARUH PEMBERIAN NAUNGAN DAN MULSA TERHADAP KADAR AIR TANAH DALAM PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH PADA MUSIM PENGHUJAN ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum L.) merupakan komoditas sayuran yang mempunyai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari China dan telah dibudidayakan setelah abad ke-5 secara luas di

3. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Asal Terjadinya Tanah. 4. List Program Pertanyaan Untuk Ciri-Ciri Sifat Dan Bentuk Tanah

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

BAB I PENDAHULUAN. tanaman kedelai, namun hasilnya masih kurang optimal. Perlu diketahui bahwa kebutuhan

I. PENDAHULUAN. Radish (Raphanus sativus L) merupakan salah satu tanaman perdu semusim yang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki keanekaragaman tumbuhtumbuhan,

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

USING SOME MULCH ON PRODUCTION OF HYBRID VARIETIES OF BABY CARROT (Daucus carota L.)

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

II. TINJAUAN PUSTAKA. udara yang baik untuk pertumbuhan tanaman cabai adalah 25-27º C pada siang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

PEMULSAAN ( MULCHING ) Pemulsaan (mulching) merupakan penambahan bahan organik mentah dipermukaan tanah. Dalam usaha konservasi air pemberian mulsa

TINJAUAN PUSTAKA Pemadatan Tanah

I. PENDAHULUAN. Ubikayu merupakan sumber bahan makanan ketiga setelah padi dan jagung.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TANAH / PEDOSFER. OLEH : SOFIA ZAHRO, S.Pd

TINJAUAN PUSTAKA. Ubi kayu merupakan bahan pangan yang mudah rusak (perishable) dan

Respons Pertumbuhan Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Terhadap Aplikasi Mulsa dan Perbedaan Jarak Tanam

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang termasuk dalam famili Cruciferae dan berasal dari Cina bagian tengah. Di

TINJAUAN PUSTAKA. Survei Tanah. potensi sumber dayanya adalah survei. Sebuah peta tanah merupakan salah satu

AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA

STAF LAB. ILMU TANAMAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

PENGARUH PEMBERIAN BIO URIN SAPI TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill).

PERBENIHAN BAWANG MERAH PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Bobot isi tanah pada berbagai dosis pemberian mulsa.

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

I. PENDAHULUAN. tanaman kedelai secara signifikan. Perbaikan sistem budidaya kedelai di Indonesia,

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

PENYIAPAN LAHAN. Oleh : Juwariyah BP3K Garum

geografi Kelas X PEDOSFER II KTSP & K-13 Super "Solusi Quipper" F. JENIS TANAH DI INDONESIA

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI PADA PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN KEDELAI (Glycine max (L.) Merr.)

IV. SIFAT FISIKA TANAH

TINJAUAN PUSTAKA. yang dikeringkan dengan membuat saluran-saluran drainase (Prasetyo dkk,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH MACAM MULSA DAN DOSIS PUPUK KANDANG AYAM TERHADAP HASIL TANAMAN SELADA (Lactuca sativa, L.) VAR. NEW GRAND RAPID

θ t = θ t-1 + P t - (ETa t + Ro t ) (6) sehingga diperoleh (persamaan 7). ETa t + Ro t = θ t-1 - θ t + P t. (7)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Subhan dkk. (2005) menyatakan bahwa pertumbuhan vegetatif dan generatif pada

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

Pertumbuhan tanaman dan produksi yang tinggi dapat dicapai dengan. Pemupukan dilakukan untuk menyuplai unsur hara yang dibutuhkan oleh

PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merrill) merupakan komoditas pangan penghasil

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat

PEDOSFER BAHAN AJAR GEOGRAFI KELAS X SEMESTER GENAP

TANAM DAN POLA TANAM SERTA PEMULSAAN I. PENDAHULUAN

PEMANFAATAN KOMPOS KOTORAN SAPI DAN ARA SUNGSANG UNTUK MENURUNKAN KEPADATAN ULTISOL. Heri Junedi, Itang Ahmad Mahbub, Zurhalena

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 4. Dinamika Lithosferlatihan soal 4.6

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)

II. TINJAUAN PUSTAKA. sampai beriklim panas (Rochani, 2007). Pada masa pertumbuhan, jagung sangat

BAB I PENDAHULUAN. (Wibowo, 2009). Umbi bawang merah terbentuk dari lapisan-lapisan daun yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sifat Umum Latosol

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Sukabanjar Kecamatan Gedong Tataan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

SYARAT TUMBUH TANAMAN KAKAO

HUBUNGAN TANAH - AIR - TANAMAN

1. PENDAHULUAN. pokok masyarakat Indonesia dan komoditas agrikultur yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanah dan air merupakan sumberdaya yang paling fundamental yang

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH SUNGKUP DAN MULSA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL UMBI BAWANG MERAH (Allium ascalonicum L.) VARIETAS LEMBAH PALU DI DATARAN MEDIUM

Pola Pemupukan dan Pemulsaan pada Budidaya Sawi Etnik Toraja di Pulau Tarakan

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani tanaman. Tanaman jagung termasuk dalam keluarga rumput rumputan dengan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari umbi. Ubi kayu atau ketela pohon merupakan tanaman perdu. Ubi kayu

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

I. PENDAHULUAN. dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. pada perakaran lateral terdapat bintil-bintil akar yang merupakan kumpulan bakteri

AGROVIGOR VOLUME 7 NO. 2 SEPTEMBER 2014 ISSN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Pemberian Kotoran Kambing Terhadap Sifat Tanah. Tabel 4.1. Karakteristik Tanah Awal Penelitian

TUGAS TUTORIAL IRIGASI DAN DRAINASE : Hubungan Tanah-Air-Tanaman (2)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Nanas merupakan tanaman buah berupa semak yang memiliki nama ilmiah

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak Geografis. Daerah penelitian terletak pada BT dan

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BAWANG SABRANG (Eleutherine americana Merr) TERHADAP PEMBELAHAN UMBI DAN PERBANDINGAN MEDIA TANAM ABSTRACT

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Botani, Klasifikasi, dan Syarat Tumbuh Tanaman Cabai

TEKNOLOGI PEMANFAATAN LAHAN MARGINAL KAWASAN PESISIR

SISTEM MONITORING KELEMBABAN TANAH MENGGUNAKAN BORLAND DELPHI 7.0 DAN MySQL TUGAS AKHIR. Oleh: Berlian Asmarani J0D

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Caulifloris. Adapun sistimatika tanaman kakao menurut (Hadi, 2004) sebagai

PENGARUH OLAH TANAH DAN MULSA JERAMI PADI TERHADAP AGREGAT TANAH DAN PERTUMBUHAN SERTA HASIL JAGUNG

HUBUNGAN AIR DAN TANAMAN STAF LAB. ILMU TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccarata L.) atau yang lebih dikenal dengan

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN KERTAS UNTUK PENGENDALIAN GULMA PADA TANAMAN KEDELAI DENGAN SISTEM TANPA OLAH TANAH

BAB VI PEMBAHASAN. lambat dalam menyediakan unsur hara bagi tanaman kacang tanah, penghanyutan

Transkripsi:

Pengaruh Naungan Mulsa Terhadap Kadar Air Tanah (Rokhman Wakhid, dkk.) PENGARUH PEMBERIAN NAUNGAN DAN MULSA TERHADAP KADAR AIR TANAH DALAM PRODUKSI TANAMAN BAWANG MERAH PADA MUSIM PENGHUJAN Rohman Wakhid 1), Suhardjo Widodo, Muharjo Pudjojono 1) Lab. Teknik Pengendalian dan Konservasi Lingkungan (TPKL), PS Teknik Pertanian, FTP UJ Jl. Kalimantan I No. 37 Kampus Tegalboto, Jember, 68121 ABSTRACT Onion (Allium ascalonicum L.) has a high demand and need, but it has not been followed by an increase in production. This is due to the limitations of cultivation and to avoid the rainy season. Therefore, the need for shade and mulch to the planting medium that aims to control soil moisture and increase the production of onion plants effectively and efficiently. The study was conducted 7 shade and mulch treatments with 3 replications. Production control treatment weighing 70 grams and the amount of 18.7 tubers with soil moisture content (SMC) 35.8%; black-silver plastic mulch treatments weight of 426.7 grams the amount of 122.7 tubers SMC 34.4%; transparent plastic mulch treatments weight of 556.7 grams the amount of 174 tubers SMC 33.4%; silver plastic mulch treatments weight of 443.3 grams the amount of 130.7 tubers SMC 33.8%; paranet shade treatment weight of 80.7 grams the amount of 22.7 tubers SMC 35, 4%; straw mulch treatments weight of 46.7 grams the amount of 12.7 tubers SMC 36.5%; and vegetative shade treatment weight of 173.7 grams the amount of 51.3 tubers SMC 34.8%. Onion production in the rainy season can be done with plastic mulching. Keywords: providing shade and mulch, soil moisture content, production PENDAHULUAN Tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L.) merupakan salah satu tanaman telah lama diusahakan petani sebagai usahatani komersial. Tanaman ini mempunyai permintaan dan kebutuhan yang terus meningkat setiap tahunnya, namun belum dapat diikuti oleh peningkatan produksinya. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan dalam hal budidaya tanaman seperti pengendalian hama, penyakit dan gulma, pemupukan, pengendalian kelembaban tanah, keberagaman jenis tanah, serta penanganan pascapanennya. Selain itu, pada umumnya petani menghindari budidaya bawang merah pada musim penghujan, karena dianggap akan merugikan petani baik finansial maupun material. Oleh karena itu, perlu adanya pemberian naungan dan mulsa pada media tanam, agar dapat meningkatkan kualitas produksi bawang merah secara efektif dan efisien. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh pemberian naungan dan mulsa terhadap kadar air tanah dan produksi tanaman bawang merah pada musim penghujan. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dusun Jatisari Desa Wonorejo Kecamatan Kencong Kabupaten Jember, pada bulan Desember 2011 sampai Oktober 2012. Rancangan Penelitian Penelitian dilakukan menggunakan perbandingan rata-rata dari tiga pengulangan beberapa bentuk perlakuan naungan sebagai berikut. A. Perlakuan dengan tanpa naungan (lahan kontrol) B. Perlakuan mulsa plastik hitam-perak C. Perlakuan mulsa plastik transparan D. Perlakuan mulsa plastik perak E. Perlakuan naungan paranet F. Perlakuan mulsa jerami padi G. Perlakuan naungan vegetatif tanaman jagung. 51

AGROTEK Vol.6, No. 1, 2012: 51-58 Berdasarkan data dari Dinas Pertanian Jember (2001), tanah di daerah Kencong rata-rata bertekstur lempung (clay), memiliki derajat keasaman (ph) 6,24 atau asam sedang, formasi geologi satuan Qvat atau tufa argopuro dan berjenis tanah alluvial hidromorf. Penelitian ini dilakukan berdasarkan pengukuran data suhu udara, kelembaban udara, curah hujan, evaporasi, kadar air tanah, dan pengukuran produksi tanaman (Berat Produksi Tanaman, Jumlah Umbi Produksi Tanaman). HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan Pemberian Naungan dan Mulsa Terhadap Kadar Air Tanah 40 25 KA Tanah (% Volume) 34 28 22 16 20 15 10 5 Curah Hujan (mm/5 hari) Curah Hujan A (Kontrol) B (Hitam-perak) C (Transparan) D (Perak) E (Paranet) 10 5 15 25 35 45 0 F (Jerami) G (Vegetatif) Umur Tanaman (hari) Gambar 1.1. Grafik kadar air tanah per perlakuan dan curah hujan (sumber: hasil olah data, 2012). Pada gambar 1.1, grafik menunjukkan pada perlakuan mulsa jerami memiliki angka kadar air tanah tertinggi dari semua perlakuan pada saat curah hujan tertinggi yaitu 19,4 mm/5 hari dengan kadar air tanah 36,9% volume. Hal ini terjadi karena mulsa jerami memiliki sifat dapat menyerap air dan melindungi dari penguapan, sehingga mulsa jerami sangat cocok pada tanaman dataran rendah yang ditanam di dataran tinggi. Pada perlakuan kontrol dengan curah hujan yang sama memiliki kadar air tanah 36,5% volume. Hal ini terjadi karena media tanam tidak dapat menahan air hujan. Pada perlakuan paranet dengan curah hujan yang sama memiliki kadar air tanah 35,8% volume. Hal ini terjadi karena sifat fisik paranet yang seperti jaring-jaring mengakibatkan perlindungan media tanam lebih kecil atau hampir mendekati perlakuan kontrol, sehingga air hujan 52 masih dapat langsung jatuh ke media tanam. Pada perlakuan naungan vegetatif dengan curah hujan yang sama miliki kadar air tanah 35,7% volume. Hal ini terjadi karena air hujan masih ada yang lolos jatuh langsung ke media tanam, meskipun media sudah ternaungi dan tanaman vegetatif menghalangi radiasi sinar matahari yang menjadi salah satu penyebab terjadinya penguapan. Pada perlakuan mulsa plastik (mulsa plastik hitam-perak, mulsa plastik transparan, dan mulsa plastik perak) menjadi prioritas alternatif sebagai rekayasa naungan terhadap tanaman bawang merah pada musim penghujan. Meskipun pada perlakuan mulsa plastik mengalami kenaikan angka kadar air tanah, namun angka ini tidak terlalu besar dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Hal ini terjadi karena sifat fisik mulsa plastik sulit ditembus oleh air hujan,

Pengaruh Naungan Mulsa Terhadap Kadar Air Tanah (Rokhman Wakhid, dkk.) sehingga fungsi mulsa plastik selain dapat mengurangi angka penguapan tanah juga sebagai pelindung dari air hujan. Selain itu, jenis tanah merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman dan pergerakan air tanah, karena jenis tanah menentukan karakteristik dari tanah tersebut. Hal ini terbukti bahwa jenis tanah di tempat penelitian adalah Alluvial Hidromorf. Tanah ini umumnya berwarna kelabu, terdapat di dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air, tekstur geluh hingga lempung, struktur berlumpur hingga masif, konsistensi lekat, bersifat asam (ph 4.5 6.0), dan memiliki permeabilitas lambat. Oleh karena itu, jenis tanah ini berpengaruh terhadap kadar air tanah hingga mencapai 36,9% volume. Angka kadar air tanah ini dikatakan tinggi karena mendekati angka total pori tanah di tempat penelitian yaitu 49,1%. Artinya pori-pori tanah tersebut 36,9% berisi air dan 12,2% berisi udara. Menurut AAK (2007:54), struktur tanah yang baik adalah tanah yang kandungan udara dan airnya dalam jumlah cukup dan seimbang. Hal semacam ini terdapat pada struktur yang ruang pori-porinya besar dengan perbandingan yang sama antara pori-pori makro dan mikro, dikatakan pula bahwa struktur yang baik bila perbandinganya sama antara padatan, air dan udara. Pengaruh Perlakuan Pemberian Naungan dan Mulsa Terhadap Produksi Tanaman Bawang Merah Produksi 600 400 200 0 556 426 443 174 173 122 130 70 80 46 51 18 22 12 A B C D E F G Keterangan: A : Kontrol B : Hitamperak C : Transparan D : Perak Berat E : Paranet (gram) F : Jerami G : Vegetatif Perlakuan Gambar 1.2. Grafik produksi berat (gram) dan jumlah umbi bawang merah (sumber: hasil olah data, 2012) Pada gambar 1.2, perbedaan produksi bawang merah, terjadi karena adanya perbedaan karakteristik jenis naungan dan mulsa dari setiap perlakuan dalam mempertahankan kondisi tanah sesuai keperluan tanaman bawang merah. Pada musim penghujan, peran naungan dan mulsa sangat dibutuhkan, karena selain fungsi naungan dan mulsa sebagai pertahanan kadar air tanah dari penguapan, naungan dan mulsa juga berfungsi sebagai pelindung dari tingginya curah hujan yang langsung mengenai media tanam. Menurut AgroMedia (2007:1), keuntungan menggunakan naungan dan mulsa yaitu mengurangi penguapan air dan pupuk oleh sinar matahari, sehingga mampu menekan biaya pemupukan, penyiraman, mencegah erosi tanah media tanam pada musim hujan, menjaga kelembaban, menjaga suhu dan kegemburan tanah, mengoptimalkan sinar matahari untuk fotosintesis dengan pantulan sinar matahari dari lapisan atas mulsa, mencegah hilangnya pupuk karena tercuci oleh siraman air hujan dan mencegah kelebihan air di media tanam. 53

AGROTEK Vol.6, No. 1, 2012: 51-58 Pada perlakuan naungan vegetatif, perlakuan naungan paranet, perlakuan kontrol, dan perlakuan mulsa jerami, memiliki produksi bawang merah yang lebih kecil dibandingkan dengan produksi perlakuan mulsa plastik. Hal ini diduga karena media tanam terlalu lembab atau perlakuan pemberian naungan dan mulsa kurang mampu menahan jatuhnya air hujan dibandingkan dengan perlakuan mulsa plastik. Selain itu, karakteristik tanah tempat media tanam tidak sesuai dengan tanaman bawang merah dengan jenis tanah alluvial hidromorf. Tanah ini umumnya ada di dataran rendah, memiliki sifat fisik berwarna kelabu akibat dari genangan air terlalu lama, bertekstur lempung, struktur gumpal hingga pejal, dan memiliki draenase yang buruk akibat dari permeabilitas yang lambat. Menurut Rukmana (1995:30), tanaman bawang merah tumbuh baik di tanah yang subur gembur dan banyak mengandung bahan organik, tekstur tanah yang paling baik adalah lempung berpasir atau lempung berdebu, memiliki tata air (drainase) dan tata udara (aerasi) dalam tanah yang baik atau seimbang. Oleh karena itu, banyak ditemukan tanaman bawang merah yang mengalami pembusukan pada akar tanaman bahkan mengalami kematian. Produksi bawang merah perlakuan mulsa plastik sangat berbeda nyata bila dibandingkan dengan perlakuan kontrol/ tanpa naungan. Hal ini terjadi karena pada perlakuan mulsa plastik diduga memiliki kemampuan fisik melindungi tanah dari terpaan langsung butir hujan, menggemburkan tanah-tanah di bawah naungan mulsa, mencegah pencucian hara pada media tanam, mencegah percikan butiran tanah ke tanaman, mencegah penguapan air tanah, dan memperlambat pelepasan karbon dioksida tanah hasil respirasi aktivitas mikroorganisme. Oleh karena itu, produksi tanaman bawang merah pada perlakuan mulsa plastik memiliki angka yang lebih tinggi dan dapat dijadikan alternatif dalam pemberian naungan dan mulsa tanaman bawang merah khususnya pada musim penghujan. Pada naungan paranet air hujan diduga dapat melewati naungan karena sifat paranet seperti jaring-jaring yang mampu mengurangi radiasi sinar matahari dan mengurangi jatuhnya air hujan langsung ke media tanam yang berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah. Pada mulsa jerami mampu menurunkan suhu tanah pada musim panas, pada musim penghujan justru akan mempertahankan kelembaban tanah, karena sifat mulsa jerami mampu melindungi jatuhnya air hujan ke media tanam, namun dapat meresap air dan melindungi dari penguapan air dalam tanah. Pada naungan vegetatif tanaman jagung mampu mengendalikan kelembaban tanah, karena daun tanaman jagung mengurangi jatuhnya air hujan yang langsung ke media tanam. Jumlah Hidup (Unit) 50 40 30 20 10 0 0 10 20 30 40 50 Umur (5 Harian) A (Kontrol) B (Hitam-perak) C (Transparan) D (Perak) E (Paranet) F (Jerami) G (Vegetatif) Gambar 1.3. 54 Grafik jumlah tanaman bawang merah yang hidup per 5 hari (sumber: hasil olah data, 2012).

Pengaruh Naungan Mulsa Terhadap Kadar Air Tanah (Rokhman Wakhid, dkk.) Pada gambar 1.3, grafik jumlah tanaman yang hidup per 5 hari menunjukkan bahwa tanaman yang pertumbuhannya lebih cepat seperti pada perlakuan kontrol, mulsa jerami dan naungan paranet akan mengalami kematian lebih dini. Hal ini diduga karena tanaman yang lebih cepat tumbuh akan memiliki dedaunan yang lebih banyak, sehingga jarak antar tanaman lebih berdempetan, kondisi tanah yang lembab, sulit mengalami penguapan dan berakibat pembusukan pada akar tanaman dengan diikuti angka curah hujan yang tinggi. Tabel 1.1. Pengaruh pemberian naungan dan mulsa terhadap produksi tanaman bawang merah Perlakuan/Produksi Berat rata-rata (gram) Jumlah rata-rata (umbi) Jerami 140 a 38 A Lahan control 210 a 56 A Paranet 242 a 68 A Vegetatif 260.5 a 77 A Hitam-Perak 426.7 b 122.7 B Perak 443.3 b 130.7 B Transparan 556.7 b 174 B Keterangan: Angka yang diikuti huruf sama tidak berbeda nyata pada taraf uji Duncan = 0.05 (Sumber: Hasil olah data, 2012). Berdasarkan uji Duncan (tabel 1.1), bahwa perlakuan mulsa jerami, perlakuan kontrol, perlakuan naungan paranet dan perlakuan naungan vegetatif memiliki produksi bawang merah yang tidak berbeda nyata, namun bila dibandingkan dengan perlakuan mulsa plastik (mulsa plastik hitam-perak, mulsa plastik transparan dan mulsa plastik perak) memiliki produksi yang berbeda nyata. Hal ini diduga karena perlakuan mulsa plastik memiliki sifat fisik yang sulit ditembus oleh air hujan dibandingkan dengan yang lain, sehingga perlakuan mulsa plastik dapat melindungi tanah dari curah hujan yang mengakibatkan pembusukan pada umbi bawang merah bila kondisi tanah terlalu lembab. KESIMPULAN Perlakuan mulsa plastik transparan dapat menurunkan kadar air tanah pada saat curah hujan tertinggi. Penurunan ini hingga 34,3% dibandingkan perlakuan kontrol 36,5%. Pemberian mulsa plastik (mulsa plastik hitam-perak, mulsa transparan, mulsa perak) memiliki produksi bawang merah pada musim penghujan lebih tinggi daripada perlakuan kontrol, naungan paranet, mulsa jerami dan naungan vegetatif. DAFTAR PUSTAKA AAK (2007). Dasar-dasar Bercocok Tanam. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. AgroMedia (2007). Penggunaan Mulsa Plastik pada Tanaman Cabai di Musim Hujan. [Serial Online]. http://agromedia.net/info/ penggunaan mulsa plastik pada tanaman cabai di musim hujan.html. [18 Juni 2012]. Ambarwati E & Yudoyono P (2003). Keragaan Stabilitas Hasil Bawang Merah. Staf Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian UGM. Ilmu Pertanian Vol.10 No.2: 1-10. Dewanti D (2011). Pengaruh Suhu Terhadap Tanaman. [Serial Online]. http://elearning.upnjatim.ac.id/course s/mkk2113a/document/suhu.ppt? cidreq=mkk2113a. [18 Juni 2012]. Dinas Pertanian Jember (2001). Karakteristik Tanah Di Kecamatan Kencong Kabupaten Jember. Jember: Dinas Pertanian Jember. 55

AGROTEK Vol.6, No. 1, 2012: 51-58 Mapegau (2006). Pengaruh Cekaman Air terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L. Merr). Program Studi Agronomi Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi. Ilmiah Pertanian KULTURA Vol.41 No.1. Rukmana R (1995). Bawang Merah Budidaya & Pengolahan Pascapanen. Yogyakarta: Penerbit Kanisius (Anggota IKAPI). Widianto (2011). Irigasi dan Drainase: Hubungan Tanaman Air Tanah. Malang: Program Studi Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. 56

Pengaruh Naungan Mulsa Terhadap Kadar Air Tanah (Rokhman Wakhid, dkk.) Lampiran No PERIODE Ratarata T ( C) Ratarata RH (%) Jumlah CH (mm/5hari) Rata-rata Evaporasi (mm/5hari) A (Kontrol) B (Hitamperak) Rata-rata Kadar Air Tanah (% Volume) C D E (Transparan) (Perak) (Paranet) F (Jerami) G (Vegetatif) 1 Dekade I/1 30.74 77.53 2.42 7.58 22.7 24.1 25.0 24.7 23.3 25.9 25.6 2 Dekade I/2 30.79 76.33 4.04 8.54 25.5 26.8 27.5 27.1 26.4 28.7 27.9 3 Dekade II/1 30.23 77.53 5.46 9.04 28.2 28.1 28.8 28.4 28.2 30.1 28.8 4 Dekade II/2 30.32 76.13 7.68 12.22 30.6 29.9 29.7 29.8 30.4 31.3 29.9 5 Dekade III/1 30.53 78.93 4.85 9.39 28.9 28.1 27.5 27.5 28.3 30.2 27.8 6 Dekade III/2 30.03 83.00 12.12 15.31 31.9 30.3 29.4 29.9 31.4 32.6 30.8 7 Dekade IV/1 30.06 82.07 18.99 22.27 34.2 32.4 31.7 31.9 33.5 34.9 32.8 8 Dekade IV/2 29.26 83.93 18.99 22.49 36.3 34.5 33.6 33.9 35.6 36.9 34.8 9 Dekade V/1 29.76 83.33 19.80 22.99 36.5 35.3 34.3 34.9 35.8 36.9 35.7 10 Dekade V/2 29.93 80.53 17.38 22.14 35.8 34.4 33.4 33.8 35.4 36.5 34.7 Rata-rata Produksi Bawang Merah (gram)/petak 70 426.7 556.7 443.3 80.7 46.7 173.7 Rata-rata Jumlah Bawang Merah (umbi)/petak 18.7 122.7 174 130.7 22.7 12.7 51.3 57

AGROTEK Vol.6, No. 1, 2012: 51-58 No PERIODE A (Kontrol) B (Hitamperak) Rata-rata Jumlah Tanaman yang Hidup (tanaman) C D E (Transparan) (Perak) (Paranet) F (Jerami) G (Vegetatif) 1 Dekade I/1 25.7 34.7 2.3 6.3 36.7 28.0 34.0 2 Dekade I/2 54.0 54.0 47.0 47.7 53.7 53.3 54.0 3 Dekade II/1 48.3 54.0 54.0 54.0 50.7 52.0 53.3 4 Dekade II/2 26.7 54.0 54.0 54.0 32.0 38.3 52.3 5 Dekade III/1 25.3 53.3 53.3 54.0 30.0 35.3 51.3 6 Dekade III/2 23.0 51.3 52.3 52.0 26.3 32.7 48.3 7 Dekade IV/1 18.0 49.0 51.0 49.7 23.7 29.7 46.0 8 Dekade IV/2 12.3 46.0 47.7 47.3 18.7 22.0 35.7 9 Dekade V/1 6.0 42.0 44.3 43.3 13.0 9.0 30.7 10 Dekade V/2 4.0 33.3 43.0 40.0 10.7 4.3 22.7 58