Bab I Pendahuluan. Tabel I.1 Contoh penerimaan PPh final penilaian kembali aktiva tetap disatu kanwil DJP tahun Nilai Aktiva Tetap.

dokumen-dokumen yang mirip
Bab IV Analisis dan Pembahasan

PER - 50/PJ/2008 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN

Bab III Pelaksanaan Penelitian. III.1 Bahan dan Alat Penelitian Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah ;

PER - 36/PJ/2011 PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERHUTANAN

PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN

SE - 81/PJ/2008 PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-50/PJ/2008 TENTANG

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2010 TENTANG

BAB III PELAKSANAAN PENYELESAIAN KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERKEBUNAN. akan masuk ke kas negara, komponen utama penerimaan dalam APBN.

1 of 11 7/26/17, 12:19 AM

PENGEMBANGAN ALAT BANTU PENELITIAN PERMOHONAN PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP PERKEBUNAN MENGGUNAKAN CITRA IKONOS DAN NJOP TESIS

2011, No Indonesia Tahun 1985 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3312) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No

Adapun pemenuhan kewajiban perpajakan PT..., dapat kami laporkan sebagai berikut : 1. PEMBAYARAN PAJAK TAHUN BERJALAN BULAN... S/D BULAN...

KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PELAYANAN PAJAK... NOMOR : KEP-...

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.03/2014 TENTANG

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Nomor :... (3) : Permohonan untuk Penetapan Kelompok Harta Berwujud Bukan Bangunan Untuk Keperluan Penyusutan

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 254/PMK.03/2014

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP UNTUK TUJUAN PERPAJAKAN Bagi Permohonan yang Diajukan Pada Tahun 2015 dan Tahun 2016

BESARNYA INDEKS BIAYA TANAMAN (IBT) UNTUK PENENTUAN SATUAN BIAYA TANAMAN (SBt) KELAPA SAWIT

PERLAKUAN PAJAK PENGHASILAN ATAS BIAYA PEMAKAIAN TELEPON SELULER DAN KENDARAAN PERUSAHAAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 220/PJ.

KOP SURAT WAJIB PAJAK

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 150/PMK.03/2010 TENTANG

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KANTOR WILAYAH DJP... KANTOR PELAYANAN PAJAK...

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Agar tujuan perusahaan dapat tercapai, maka semua faktor-faktor

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SALINAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 45/PJ/2013 TENTANG

Landasan Filosofi Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah sebagai berikut:

Yth. Kepala Kantor Wilayah DJP... Dengan ini kami selaku pengurus/kuasa *) dari: Nama Wajib Pajak :... NPWP :... Alamat :...

KOP SURAT WAJIB PAJAK. Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-05/PJ/2012 TENTANG

PER - 11/PJ/2012 TATA CARA PENGENAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN SEKTOR PERTAMBANGAN UNTUK PERTAMBANGAN

BAB I PENDAHULUAN. Belanja negara(apbn) berasal dari sektor pajak, maka tidak dapat dipungkiri bahwa

(Kop Surat) KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR... (1) TENTANG KEBERATAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN ATAS SPPT/SKP PBB *) NOMOR... (2) TANGGAL...

1 Catatan Revaluasi Aktiva Tetap Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. secara adil dan merata. Pembangunan yang baik harus memiliki sasaran dan tujuan

Manajemen Pajak. Penilaian Kembali (Revaluasi) Aktiva Tetap

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan terbesar dari APBN negara Indonesia adalah

Nomor : Lampiran : Perihal : Permohonan Persetujuan Penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan Untuk Tujuan Perpajakan

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-09/PJ/2015 TENTANG

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan atau mengadakan perubahan perubahan kearah keadaan yang lebih

LAPORAN PERKEMBANGAN PELAKSANAAN DAN PENGGUNAAN ALOKASI ANGGARAN KEGIATAN EKSTENSIFIKASI, PENDATAAN DAN PENILAIAN KANTOR WILAYAH DJP...

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 13 TAHUN 2015 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Realisasi Penerimaan Pajak 2005 dan 2006 (Rp miliar)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENILAIAN KEMBALI AKTIVA TETAP

BAB I PENDAHULUAN. penting untuk kelangsungan sistem pemerintahan suatu negara. Pembayaran

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER-10/PJ/2014 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA LUBUK PAKAM. A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Pratama Lubuk Pakam

BAB I PENDAHULUAN. Suatu perusahaan perlu menyusun dan menyajikan laporan keuangan

PENERAPAN PSAK 16 (REVISI 2007) TENTANG ASET TETAP DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERPAJAKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP - 519/PJ./2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemajuan. negeri yaitu berupa pajak. Untuk dapat meningkatkan penerimaan dari sektor pajak,

Perbedaan Data antara SPT Tahunan PPh dengan Profil Wajib Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. paling populer bagi negara. Hal ini terjadi akibat pengaruh pergeseran penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

150/PMK.03/2010 KLASIFIKASI DAN PENETAPAN NILAI JUAL OBJEK PAJAK SEBAGAI DASAR PENGENAAN PAJAK BUMI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 533/KMK.04/2000 TENTANG

DIREKTUR JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 28/PJ/2012 TENTANG

BAB III OBYEK PENELITIAN. III.1.1. Sejarah Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kalideres

DAFTAR KANWIL DJP BERDASARKAN KELOMPOK TARGET RASIO KEPATUHAN PENYAMPAIAN SPT TAHUN 2011

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER- 50/PJ./2009

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 40/PJ/2017 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

KOP SURAT WAJIB PAJAK. Nomor : Lampiran : Hal : Pemberitahuan Besarnya Pajak Penghasilan Pasal 25 Masa Pajak Januari-Juni 2009

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. dibayarkan oleh Masyarakat Indonesia atau dikenal dengan sebutan Wajib Pajak Dalam

SE - 03/PJ.01/2010 USULAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK KEGIATA

Pasal 26 UU No.6/1983 s.t.d.t.d. UU No. 16/2009. Pasal 36 ayat (1) huruf a, UU No.6/1983 s.t.d.t.d. UU No. 16/2009.

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE - 43/PJ/2017 TENTANG

3. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437)

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

bahwa menurut Terbanding, dasar Terbanding melakukan koreksi karena:

BAB I PENDAHULUAN. Pajak dipungut melalui pemerintah daerah maupun pemerintah pusat

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR... (1) TENTANG PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEUANGAN,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. menyediakan jalan umum, membayar gaji pegawai dan lain sebagainnya. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. karena hampir sebagian besar sumber penerimaan dalam Anggaran. Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berasal dari pajak.

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dibutuhkan dana dalam jumlah yang besar, dana yang

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82/PMK.03/2017 TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab dibidang perpajakan sebagai pencerminan kewajiban kenegaraan

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB I PENDAHULUAN. dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran. ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

BAB II DESKRIPSI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA JAKARTA SAWAH BESAR DUA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-20/PJ/2017 TENTANG PENGAWASAN WAJIB PAJAK PASCA PERIODE PENGAMPUNAN PAJAK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pajak Bumi Bangunan

PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

KOP SURAT WAJIB PAJAK

SE - 28/PJ/2012 TARGET RASIO PEMBETULAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN BERBASIS PROFIL WAJIB PAJAK PA

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-06/PJ/2012 TENTANG

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Analisis Pelaksanaan Ekstensifikasi Wajib Pajak Orang Pribadi yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan suatu negara yang menerapkan tarif pajak yang

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-14/PJ/2013 TENTANG

Transkripsi:

1 Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Salah satu penerimaan pajak yang belum dimaksimalkan adalah Pajak Penghasilan (PPh) final sebesar 10% atas selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap diatas nilai sisa buku fiskalnya. Potensi PPh tersebut sebenarnya sangat besar mengingat nilai aktiva tetap yang dinilai kembali akan cenderung bertambah besar dibanding nilai sisa bukunya. Sebagai gambaran dapat dilihat pada Tabel I.1 data penerimaan PPh final yang berasal dari satu Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (Kanwil DJP) tahun 2005 berikut ini : Tabel I.1 Contoh penerimaan PPh final penilaian kembali aktiva tetap disatu kanwil DJP tahun 2005 No Nama Wajib Pajak Nilai Aktiva Tetap PPh Final (10%) Sisa Nilai Setelah Buku Penilaian Kembali Selisih Lebih 1 PT. X 10.961.149.392 22.451.636.400 11.490.487.008 1.149.048.701 2 PT. Y 33.816.221.836 42.925.480.000 9.109.258.164 910.925.816 Penilaian kembali aktiva tetap berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 486/KMK.03/2002 tanggal 28 November 2002, diantaranya mengatur hal-hal sebagai berikut : Aktiva tetap yang dapat dilakukan penilaian kembali adalah aktiva tetap berwujud dalam bentuk tanah, kelompok bangunan, dan bukan bangunan yang tidak dimaksudkan untuk dialihkan atau dijual; Penilaian kembali aktiva tetap dapat dilakukan terhadap seluruh aktiva ataupun sebagian berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap pada saat penilaian dilakukan oleh perusahaan penilai atau penilai yang diakui pemerintah. Dalam hal nilai nilai pasar atau nilai wajar aktiva ternyata kemudian tidak mencerminkan keadaan yang sebenarnya, maka Direktur Jenderal Pajak akan menetapkan kembali nilai pasar atau nilai wajar yang

2 bersangkutan. Walaupun pada kenyataannya tidak ada peraturan yang jelas mengatur bagaimana menetapkan dan nilai apa yang dapat digunakan sebagai nilai pasar atau nilai wajar aktiva. Kepala Kantor Wilayah DJP diberikan wewenang melakukan penelitian permohonan yang diajukan Wajib Pajak (WP) dengan batas waktu penyelesaian dari saat pengajuan dinyatakan lengkap sampai dengan terbitnya surat keputusan adalah 30 hari kerja, dengan ketentuan apabila melebihi waktu tersebut maka permohonan Wajib Pajak dianggap diterima dan dalam waktu satu minggu harus menerbitkan Surat Keputusan Persetujuan. Khusus terhadap Wajib Pajak sektor perkebunan/sektor P3 dalam hal ini kelapa sawit, kondisi yang ada adalah : 1. Tidak adanya data pendukung penelitian permohonan yang dimiliki internal DJP, dimana SISMIOP (Sistem Manajemen Objek Pajak) perkebunan /Sektor P3 belum ada. Data yang ada hanya sebatas yang disampaikan oleh Wajib Pajak seperti SPOP (Surat Pemberitahuan Objek Pajak) dan Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan baik Tahunan maupun Masa. 2. Jarak antara kanwil DJP dengan lokasi kebun yang dilakukan penilaian kembali dimungkinkan oleh ketentuan berada pada jarak yang jauh. Sebagai ilustrasi lokasi kebun penelitian ini berada di Musi Banyuasin Sumatera Selatan sementara pengajuan permohonan karena WP terdaftar di Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA) Lima disampaikan ke Kanwil Khusus Jakarta. Atau PT. Y seperti contoh pada Tabel I.1 memiliki lokasi kebun pada suatu pulau kecil di Selatan Pulau Bintan Propinsi Riau Kepulauan, sementara pengajukan permohonan penilaian kembalinya di kanwil DJP Medan karena lokasi kantor pusat berada di Medan. Dengan demikian penelitian lapangan akan sangat sulit dilakukan mengingat terbatasnya waktu penyelesaian. Kendala-kendala tersebut membuat penelitian permohonan penilaian kembali aktiva tetap hanya sebatas meneliti kelengkapan persyaratan permohonan dan konsistensi penyusutan aktiva tetap dari tahun-tahun sebelumnya tanpa meneliti

3 kebenaran fisik dan data spasial aktiva tetap perkebunan. Sementara data spasial aktiva tetap tersebut akan menentukan besar kecilnya PPh yang harus dibayar. Memperhatikan kondisi yang ada maka perlu digunakan alat bantu penelitian kebenaran aktiva tetap perusahaan perkebunan. Alat bantu yang dapat digunakan dalam melakukan identifikasi aktiva tetap adalah menggunakan teknik penginderaan jauh. Penginderaan jauh dengan satelit memanfaatkan sensor untuk merekam daerah atau area dari udara bertujuan mengidentifikasi dan mengukur parameter objek dari radiasi elektromagnetik yang direfleksikan atau dipantulkan oleh objek tersebut. Karakteristik objek yang tidak nampak dapat diwujudkan dalam citra sehingga memungkinkan pengenalan objek (Danoedoro, 1996). Untuk dapat dimanfaatkan citra Ikonos harus terlebih dahulu diinterpretasikan. Interpretasi yang dapat dilakukan adalah secara digital atau visual. Interpretasi tersebut ditujukan untuk mengidentifikasi dan menentukan karakteristik objek perkebunan seperti luas masing-masing kelas tanaman, penentuan umur tanaman, penentuan areal kebun yang belum diolah, areal kebun sudah diolah tapi belum dimanfaatkan, areal emplasemen, bangunan dan lain-lain. Alat bantu lain yang dapat digunakan untuk mengisi kekosongan nilai pasar apabila ternyata hasil penilaian kembali tidak mencerminkan keadaan sebenarnya adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). Nilai Jual Objek Pajak adalah harga ratarata yang diperoleh dari transaksi jual beli objek pajak yang ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau nilai jual objek pengganti. Tujuan penilaian kembali aktiva tetap adalah agar perusahaan dapat melakukan penghitungan penghasilan dan biaya lebih wajar sehingga mencerminkan kemampuan dan nilai perusahaan (asset) yang sebenarnya. Namun demikan apabila hasil penilaian kembali tersebut dibandingkan dengan Nilai Jual Objek Pajak atas aktiva tetap yang sama maka hasilnya seperti pada tabel I.2 ;

4 Tabel I.2 Nilai aktiva tetap hasil penilaian kembali dan NJOP Bumi dan Bangunan aktiva tetap pada tahun 2005 Nama Wajib Pajak PT. Y Nilai Aktiva Hasil Penilaian Kembali NJOP Bumi & Bangunan Selisih 42.925.480.000 67.258.547.400 24.333.067.400 Berdasarkan tabel I.2 maka dapat ditarik kesimpulan bahwa nilai baru aktiva tetap masih jauh dibawah NJOP untuk tahun yang sama, walaupun seharusnya NJOP dan nilai baru hasil penilaian kembali tidak berselisih. Antara NJOP dan nilai yang ditetapkan oleh perusahaan jasa penilai sama-sama merupakan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap menurut hasil perhitungan masing-masing. NJOP sebagai nilai pasar hasil penetapan DJP dapat diarahkan menjadi nilai pasar untuk berbagai keperluan (single value for multipurpose) dalam hal ini juga dapat digunakan sebagai nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap dalam hal penilaian kembali aktiva tetap. Berdasarkan hal tersebut maka diperlukan suatu kajian teknis tentang penggunaan NJOP sebagai nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap dalam proses penilaian kembali aktiva tetap. I.2 Rumusan Masalah Proses penelitian permohonan kembali aktiva tetap hanya berdasarkan laporan penilaian yang disampaikan oleh WP, tanpa ada usaha penelitian kebenarannya oleh fiskus. Laporan penilaian tersebut diantaranya berisi : luas areal kebun dan umur tanaman kelapa sawit, sementara kedua komponen tersebut merupakan komponen utama dalam menentukan nilai baru aktiva tetap yang kemudian dikurangi dengan akumulasi penyusutan menjadi dasar pengenaan PPh final terutang. Untuk itu diperlukan alat bantu yang efisien dan cepat untuk mengidentifikasi data spasial aktiva tetap dengan menggunakan metode penginderaan jauh berupa citra satelit Ikonos. Selain itu dengan tidak adanya ketentuan formal mengenai nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap yang dapat

5 dijadikan standar menyebabkan nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap ditentukan sepihak oleh perusahan jasa penilai. Dengan demikian perumusan masalahnya adalah : a. Apakah hasil interpretasi terhadap citra Ikonos dapat menjadi alat bantu dalam proses permohonan penilaian kembali aktiva tetap dengan memberikan hasil yang maksimal dalam mengidentifikasi aktiva tetap perkebunan dalam hal ini luasan masing-masing kelas areal kebun? b. Sejauhmana ketelitian hasil penghitungan luas tersebut dibandingkan dengan luas menurut Wajib Pajak dan hasil interpretasi visual citra? c. Apa dasar yang dapat digunakan untuk menjadikan NJOP sebagai nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap? I.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini melakukan kajian atas alat bantu yang dapat digunakan dalam proses penelitian permohonan penilaian kembali aktiva tetap perusahaan yaitu : Suatu kajian teknis yang dapat dijadikan dasar penggunaan NJOP sebagai nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap. Kajian tingkat ketelitian identifikasi aktiva tetap perkebunan menggunakan interpretasi citra digital yaitu dengan klasifikasi multispektral dan interpretasi visual dengan cara penghitungan pohon kelapa sawit. Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan alat bantu yang dapat digunakan dalam proses penelitian penilaian kembali aktiva tetap. I.4 Hipotesis Penelitian 1. Luasan masing-masing kelas hasil klasifikasi multispektral langsung dapat digunakan sebagai luasan aktiva tetap yang dilakukan penilaian kembali dan tidak melewati batas toleransi beda luas menurut keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-533/PJ/2000 yaitu batas toleransi 10% (dengan asumsi peta WP merupakan luasan di SISMIOP).

6 2. Interpretasi visual dengan cara penghitungan pohon sawit dapat digunakan dalam menentukan luas masing-masing kelas tanaman kelapa sawit. 3. NJOP dapat digunakan sebagai nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap. I.5 Manfaat Penelitian Sebagai masukan yang dapat digunakan dalam proses penelitian permohonan penilaian kembali aktiva tetap agar lebih memberikan kepastian hukum baik bagi fiskus maupun Wajib Pajak. Meningkatkan potensi penerimaan PPh Final atas penilaian Kembali Aktiva Tetap Perusahaan. Mendorong penggunaan NJOP sebagai standar nilai dari suatu harta berwujud (single value for multipurpose). I.6 Pembatasan Masalah Batasan masalah yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Aktiva tetap sektor perkebunan kelapa sawit yang menjadi penelitian adalah tanah (luasan), aktiva tetap berupa tanaman yaitu areal kelapa sawit berikut kelas-kelasnya (luasan perkelas), dan aktiva tetap non tanaman seperti bangunan, jalan, dan emplasemen (luasan). 2. Referensi yang digunakan dalam interpretasi umur tanaman adalah peta tematik kebun Wajib Pajak. 3. Referensi untuk luas masing-masing kelas areal kelapa sawit adalah hasil digitasi peta kebun WP dan hasil interpretasi visual citra yang diperoleh dari penelitian Isman Hariyanto atas objek yang sama dengan judul tesis Analisis Keakuratan Peta Hasil Interpretasi Citra Ikonos Dalam Mengidentifikasi Objek PBB Sektor Perkebunan, ITB, tahun 2006.

7 I.7 Metodologi Peneltian Penelitian dilakukan sesuai dengan diagram alir penelitian sebagai berikut : Gambar I.1 Diagram alir penelitian

8 I.8 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan diuraikan sebagai berikut : Bab I Pendahuluan, memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan maksud penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistimetika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang penelitian terdahulu dan landasan teori yang terkait dengan penelitian. Bab III Pelaksanaan Penelitian, berisi tahapan penelitian secara rinci, metode pengumpulan data dan metode analisis data. Bab IV Hasil dan Pembahasan, berisi hasil dan pembahasan penelitian, meliputi hasil interpretasi citra, dan tinjauan teknis atas NJOP digunakan sebagai nilai pasar atau nilai wajar aktiva tetap. Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran