BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA DI DESA MERGOSARI KAB. TUBAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV ANALISIS TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA DALAM PRAKTIK TRANSAKSI JUAL BELI SAWAH TAHUNAN DI DESA MADIGONDO

BAB III PRAKTIK JUAL BELI NELETHONG DI DESA TERGAMBANG KECAMATAN BANCAR KABUPATEN TUBAN

BAB III PRAKTEK DARI HUTANG PIUTANG KE JUAL BELI DI DESA KARANGMALANG WETAN KECAMATAN KANGKUNG KABUPATEN KENDAL

BAB III TRANSAKSI UTANG PINTALAN DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG DENGAN SISTEM NGAMBAK DI DUKUH BURAN KELURAHAN BABAT JERAWAT KECAMATAN PAKAL KOTA SURABAYA

Muza>ra ah dan mukha>barah adalah sama-sama bentuk kerja sama

BAB III GAMBARAN UMUM DESA BATUR KECAMATAN GADING DAN PRAKTEK HUTANG PANENANAN KOPI BASAH. 1. Sejarah Desa Batur Kecamatan Gading

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN GADAI TANAH DAN PEMANFAATAN TANAH GADAI DALAM MASYARAKAT KRIKILAN KECAMATAN SUMBER KABUPATEN REMBANG

KWINTALAN DI DESA TANJUNG KECAMATAN KEDAMEAN

BAB III DATA TENTANG GAMBARAN UMUM PRAKTIK JUAL BELI BAWANG MERAH KELILING DI KECAMATAN BABADAN

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB III TRANSAKSI SEWA JASA ANJING PEMBASMI HAMA TIKUS DI DESA BUDUGSIDOREJO KECAMATAN SUMOBITO KABUPATEN JOMBANG

BAB III PELAKSANAAN PERJANJIAN PENGGARAPAN SAWAH (MUZARA AH) DI DESA PONDOWAN KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

BAB III PRAKTIK SEWA TANAH PERTANIAN DENGAN PEMBAYARAN UANG DAN BARANG DI DESA KLOTOK PLUMPANG TUBAN

GAMBARAN UMUM PENGUASAAN BARANG GADAI OLEH YANG MENGGADAIKAN. A. Kondisi Geografis, Demografis Desa Kumesu

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB III TRANSAKSI UTANG PIUTANG DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN. A. Gambaran Umum Desa Brumbun Kecamatan Wungu Kabupaten Madiun

BAB III PRAKTIK TEBUSAN GADAI TANAH SAWAH YANG DIKURS DENGAN REPES DI DESA BANGSAH

BAB III PRAKTEK UTANG PIUTANG DI DESA KENTENG KEC.TOROH KAB. GROBOGAN

BAB III PRAKTEK GANTI RUGI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA BRANGSONG KECAMATAN BRANGSONG KABUPATEN KENDAL

BAB III LAPORAN PENELITIAN. A. Sejarah Pekon Way Suluh Kabupaten Pesisir Barat

BAB IV GADAI TANAH PERTANIAN SEBAGAI BARANG GADAI DAN PEMANFAATANNYA OLEH PENERIMA GADAI DI DESA GUNUNGANYAR KECAMATAN SOKO KABUPATEN TUBAN

BAB III PRAKTEK PELUNASAN UTANG SAPI UNTUK PENANAMAN TEMBAKAU BERDASARKAN KETENTUAN KREDITUR DI DS. SEJATI KEC. CAMPLONG KAB.

BAB III PRAKTIK AKAD MUKHA>BARAH DI DESA BOLO KECAMATAN UJUNGPANGKAH KABUPATEN GRESIK. sebagaimana tertera dalam Tabel Desa Bolo.

BAB III PELAKSANAAN TRANSAKSI JUAL BELI SAWAH DENGAN PENETAPAN SYARAT DAN AKIBATNYA DI DESA KARANG REJO KEC. GEMPOL-PASURUAN

BAB III PRAKTIK JAMINAN HUTANG BERUPA AKTA KELAHIRAN ANAK DI DESA WARUREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS DATA

BAB III PEMBAGIAN KEUNTUNGAN DI RENTAL PLAY STATION DESA MLORAH KEC. REJOSO KAB. NGANJUK

BAB III KEGIATAN PRAKTIK JUAL BELI ANAK SAPI DALAM KANDUNGAN DAN PANDANGAN TOKOH AGAMA DI DESA SUMBER ANYAR KECAMATAN MAESAN KABUPATEN BONDOWOSO

adalah suatu transaksi yang sering terjadi saat masyarakat membutuhkan adalah penjual mencari seorang pembeli melalui jasa makelar.

BAB III TRANSAKSI GADAI SAWAH DI DESA BETON KECAMATAN SIMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III PELAKSANAAN GADAI TANAH SAWAH DI DESA ULU LOR KECAMATAN PRACIMANTORO KABUPATEN WONOGIRI. A. Tinjauan Umum tentang Kabupaten Wonogiri

BAB III PENYITAAN BARANG AKIBAT HUTANG PIUTANG YANG TIDAK DITULISKAN DI DESA BERAN KECAMATAN NGAWI KABUPATEN NGAWI

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK SEWA TANAH TEGALAN YANG DI KELOLA KELOMPOK TANI DI DESA PUTAT KECAMATAN TANGGULANGIN KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTIK KASUS PEMANFAATAN JAMINAN UTANG PIUTANG YANG DI MANFAATKAN PIUTANG DI DESA KENANTEN KECAMATAN PURI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTEK TRANSAKSI NYEGGET DEGHENG DI PASAR IKAN KEC. KETAPANG KAB. SAMPANG

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III PRAKTEK SEWA SUNGAI KALIANYAR DAN PEMANFAATANNYA DI DESA SUNGELEBAK KECAMATAN KARANGGENENG KABUPATEN LAMONGAN

BAB III GAMBARAN TERHADAP TRADISI PENITIPAN BERAS DI TOKO BERAS DI DUSUN BANYUURIP DESA SUMBERINGIN KECAMATAN SANAN KULON KABUPATEN BLITAR

BAB III PELAKSANAAN UTANG PIUTANG EMAS DI KEBOMAS GRESIK

BAB III DEKRIPSI PELAKSANAAN PERJANJIAN BAGI HASIL PENGOLAHAN. TANAH di DUSUN DARAH DESA SADENGREJO KEC. REJOSO KAB. PASURUAN

BAB III IMPLEMENTASI HUTANG PUPUK DENGAN GABAH DI DESA PUCUK KECAMATAN DAWARBLANDONG KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK PENGGARAPAN TANAH SAWAH DENGAN SISTEM SETORAN DI DESA LUNDO KECAMATAN BENJENG KABUPATEN GRESIK

BAB III PELAKSANAAN PEMBAYARAN HUTANG DENGAN MEMPEKERJAKAN DEBITUR STUDI KASUS DI DUSUN JERUK KIDUL DESA MABUNG KECAMATAN BARON KABUPATEN NGANJUK

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB III KERJA SAMA PENGAIRAN SAWAH DI DESA KEDUNG BONDO KECAMATAN BALEN KABUPATEN BOJONEGORO. Tabel 3.1 : Batas Wilayah Desa Kedung Bondo

BAB III PRAKTIK PERSEWAAN ALAT-ALAT PESTA MAHKOTA INDAH DI KELURAHAN BIBIS KARAH KECAMATAN JAMBANGAN SURABAYA

BAB III PRAKTIK TAKSIRAN DAN KOMPENSASI DALAM JUAL BELI PADI TEBASAN DI DESA POJOK WINONG KECAMATAN PENAWANGAN KABUPATEN GROBOGAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD PROLIMAN DALAM PENGAIRAN SAWAH DI DESA BEGED KECAMATAN KALITIDU KABUPATEN BOJONEGORO

BAB III. A. Proses Pelaksanaan Transaksi Tambahan Harga dari Harga Normal yang. Diminta Tukang Bangunan Dalam Praktek Jual Beli Bangunan di Kecamatan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengatur hubungan manusia dan pencipta (hablu min allah) dan hubungan

BAB III GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB III POLA KERJASAMA PEMBUATAN BATU BATA DI DESA GEMEKAN MOJOKERTO

BAB III JUAL BELI SAPI SECARA KHIY<AR DI PASAR PEGIRIAN SURABAYA. 1. Sejarah Pasar Pegirian Surabaya.

BAB III PELAKSANAAN PRAKTEK SEWA SAWAH DI DESA TAMANREJO KECAMATAN TUNJUNGAN KABUPATEN BLORA

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TENTANG SEWA POHON MANGGA

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Cina dan Arab. Sebagian besar penduduknya adalah pemeluk agama

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP POLA KERJA NGEDOK DI DESA BRANGKAL KECAMATAN SOOKO KABUPATEN MOJOKERTO

BAB III PRAKTIK JUAL BELI POWER BANK DI COUNTER VANDHIKA CELL KECAMATAN KAUMAN KABUPATEN PONOROGO

BAB III PRAKTEK PELAKSANAAN JUAL BELI IKAN DENGAN SISTEM OYORAN DI DESA TAJUNGWIDORO KEC. BUNGAH KAB. GRESIK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA

BAB IV PEMANFAATAN GADAI SAWAH PADA MASYARAKAT DESA SANDINGROWO DILIHAT DARI PENDAPAT FATWA MUI DAN KITAB FATH}UL MU I<N

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS MENURUT EMPAT MAZHAB TERHADAP JUAL BELI CABE DENGAN SISTEM UANG MUKA DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN BANYUPUTIH KABUPATEN SITUBONDO

BAB IV ANALISIS PRAKTIK PENIMBANGAN DALAM JUAL BELI TEMBAKAU DALAM PRINSIP KEADILAN DI DESA PITROSARI, KEC. WONOBOYO, KAB. TEMANGGUNG.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMANFAATAN OBJEK DARI PRAKTIK PARON HEWAN (SAPI) DI DESA GUNUNG SERENG KECAMATAN KWANYAR KABUPATEN BANGKALAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah berdirinya Bank Syari ah Indonesia. Bank syari ah diminati karena bank

BAB IV. dijadikan obyek dari penelitian ini adalah tanah ladang, dengan tujuan di ambil

BAB IX MUZARA AH. Bagian Pertama Rukun dan Syarat Muzara ah

BAB III PRAKTIK KERJASAMA BUDIDAYA LELE ANTARA PETANI DENGAN PEMASOK BIBIT DI DESA TAWANGREJO KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III PERBANDINGAN GADAI GANTUNG SAWAH DALAM PERSPEKTIF KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN HUKUM ADAT

BAB IIl LAPORAN PENELITIAN DI DESA BANANGKAH

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP SISTIM JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN TEMBAKAU DI DESA RAJUN KECAMATAN PASONGSONGAN KABUPATEN SUMENEP

BAB III TRADISI PELAKSANAAN UTANG PIUTANG BENIH PADI DENGAN SISTEM BAYAR GABAH DI DESA MASARAN KECAMATAN MUNJUNGAN KABUPATEN TRENGGALEK

BAB III PRAKTIK SISTEM SEWA DIESEL ANTARA PEMILIK DAN PETANI DI DESA BULAKREJO KECAMATAN BALEREJO KABUPATEN MADIUN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI TANAH PERHUTANI DI DESA KENDALREJO KECAMATAN TEGALDLIMO KABUPATEN BANYUWANGI

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL PANEN KELOMPOK PETANI JAGUNG DI KABUPATEN ACEH TENGGARA

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis lakukan

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG PIUTANG PUPUK DALAM KELOMPOK TANI DI DESA KALIGAMBIR KECAMATAN PANGGUNGREJO KABUPATEN BLITAR

BAB III PELAKSANAAN JUAL BELI BENSIN ECERAN DI JALAN MEDOHO RAYA KEL. SAMBIREJO SEMARANG

BAB IV ANALISIS PRAKTEK MAKELAR. A. Praktek Makelar Dalam Jual Beli Mobil di Showroom Sultan Haji Motor

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil pembahasan penelitian bab sebelumnya, maka peneliti dapat. menyimpulkan :

PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP JUAL BELI MOWALU DI TINJAU DALAM PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA AMOHOLA KECAMATAN MORAMO KABUPATEN KONAWE SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan sehari-hari, dan dalam hukum Islam jual beli ini sangat dianjurkan

BAB III PRAKTEK SEWA-MENYEWA TANAH SAWAH DIJADIKAN TAMBAK DI DESA MOJOPUROGEDE KECAMATAN BUNGAH KABUPATEN GRESIK

BAB V PENUTUP. Dari hasil pembahasan penelitian pada bab-bab sebelumnya, maka. penelitidapat menyimpulkan beberapa hal antara lain :

BAB III SISTEM PENGELOLAAN DAN BAGI HASIL WARUNG KOPI DI DESA PABEAN KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB III PRAKTIK BAGI HASIL PENGOLAAN LAHAN TAMBAK DI DESA REJOSARI KECAMATAN DEKET KABUPATEN LAMONGAN

BAB I PENDAHULUAN. sedang menjamur di kalangan masyarakat desa Sidomulyo kecamatan. Silo kabupaten Jember, di mana kasab (penghasilannya) mereka

BAB III PRAKTIK GADAI KTP DI KELURAHAN SIMOLAWANG KECAMATAN SIMOKERTO SURABAYA

BAB III. PRAKTIK SISTEM PEMBAYARAN DALAM PENGGILINGAN GABAH di DESA DADAPMULYO KECAMATAN SARANG KABUPATEN REMBANG

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PELAKSANAAN SEWA MENYEWA RUKO DI DESA KUWASEN KECAMATAN GUNUNGPATI SEMARANG

Transkripsi:

BAB III PANDANGAN TOKOH AGAMA ISLAM TERHADAP HUKUM JUAL BELI CABE TANPA KESEPAKATAN HARGA DI DESA MERGOSARI KAB. TUBAN A. Keadaan Geografis Dan Struktur Pemerintah Desa 1. Keadaan Geografis Pada bab ini aka diuraikan tentang obyek penelitian dengan maksud untuk menggambarkan obyek penelitian secara gobal, dimana obyek yang penulis amati adalah tentang hokum praktek akad jual beli cabe tanpa kesepakatan harga di desa Mergosari kecamatan singgahan kabupaten tuban. Untuk obyek agar jelasnya akan diuraikan hal-hal sebagai berikut : 1) Keadaan geografis dan struktur peerintahan desa a. Letak geografis Sebagaimana wilayah Indonesia yang beriklim tropis, maka demikian juga dengan kondisi di desa mergosari yang terdiri dari 2 musim yaitu musim panas dan peghujan. Adapun luas desa Mergosari Kecamatan Singgahan Kabupaten Tuban yaitu 218.29 Ha dengan rincian sebagai berikut: 46

47 tanah sawah seluas 118.46 Ha tanah basah seluas 16.15 Ha, serta tanah kering seluas 83.68 Ha 1 Dan batas-batas desa sebagai berikut: Batas wilayah Sebalah utara Sebalah selatan Sebelah barat Sebelah timur : Krajan : Tawangsari : Semampir : Sukorejo 2. Keadaan sosial pendidikan Bidang pedidikan adalah salah satu aspek yang diperhatikan dalam membangun nasional dalam rangka peningkatan sumber daya manusia diharapkan dengan kualitas SDM yang baik maka produtifitas dan hasil pembangunan akan semakin meningkat, kemampuan membaca dan menulis merupakan ketrampilan minimum yang dibutuhkan penduduk untuk dapat menuju hidup sejahtera. 3. Keadaan sosial ekonomi Lapangan pekerjaan sebagai petani dan buru tani adalah mata pencarian penduduk desa mergosari. Hal ini berkaitan dengan kondisi fisik wilayah desa mergosari yakni berupa tanah yang luas yang dapat dimanfaatkan untuk pertanian, walaupun tidak semuanya penduduk memiliki 2009 1 Data monografi kantor desa mergosari kec. singgahan tuban tahun 2007,tgl.15 desember

48 lahan persawahan, namun kemungkinan yang lain untuk bekerja sebagai penggarap sawah atau buruh tani yang faktanya memang ada. Tetapi kebutuhan kehidupan mereka terkadang sehari-hari sangatlah dalam kondisi kekurangan. Bagi para petani untuk menutupi kekurangannya itu mereka merelakan hasil tani mereka menjualnya meski tanpa harus ada kesepakatan harga dalam jual beli tersebut antara penjual dan pembeli supaya hasil panen mereka dapat cepat di beli oleh para pembeli, sehingga tidak dapat di pungkiri jika jual beli seperti ini adalah sudah menjadi kebiasaan di desa tersebut. B. Praktek Pelaksanaan Jual Beli Cabe Tanpa Kesepakaan Harga 1. Latar Belakang Terjadinya Jual Beli a) Faktor Yang Melatarbelakangi Transaksi Jual Beli Telah menjadi kenyataan untuk memenuhi kehidupan sehari-hari masyarakat selalu senempatkan biaya semua kebutuhan salah satu unsur pokok yang senantiasa dapat menutupi semua kebutuhan mereka, termasuk kebutuhan yang bersifat dadakan. Selain untuk menutupi kebutuhan keseharian masyarakat, biayapun menjadi suatu unsur penting untuk melakukan suatu kegiatan usaha dari segi permodalan.

49 Jual beli cabe tanpa kesepakatan harga banyak di praktekkan masyarakat di desa mergosari, karena disebabkan oleh beberapa faktor yaitu faktor ekonomi yang mendesak, serta tingginya kebutuhan hidup yang terkadang membuat penghasilan sehari-hari tidak bisa untuk mencukupi dan kurang untuk memenuhi kebutuhan. Sehingga masyarakat banyak mengambil alternatif untuk dapat cepat memenuhi kebutuhannya termasuk hal ini adalah dengan cara menjual dari hasil penen sawah mereka dengan tanpa adanya kesepakatan harga. Karna dengan cara ini petani bisa mendapatkan uang sesuai kebutuhannya, misalnya untuk kebutuhan sekolah anaknya, kebutuhan untuk berobat kebutuhan untuk makan dan untuk kebutukan sehari hari lainnya. Faktor petani yang telah mendapatkan hasil panennya namun ketidak mampuanya untuk menjual hasil mereka secara eceran, jauhnya tempat dari pasar, dan keterbatasannya dari alat transportasi pengangkut barang. Sehingga mereka memilih untuk menjual cabe mereka dengan cara jual beli tanpa adanya kesepakatan harga. Beberapa faktor inilah yang melatarbelakangi masyarakat desa Mergosari untuk melakukan jual beli tanpa adanya kesepakatan harga yang masih dilakukan sampai sekarang. 2 2 Hasil wawancara dengan bpk, Mawardi selaku pihak penjual, tgl. 16 desember 2009

50 2. Proses Pelaksanaan Akad Jual Beli Cabe Tanpa Kesepakatan Harga Di desa mergosari kecamatan singgahan, bertani adalah salah satu mata pencaharian mereka yang paling pokok bagi sebagian besar warga masyarakat, karna dari yang mereka miliki untuk memperoleh penghasilan untuk memenuhi kebutuhan perekonomian mereka sehari hari. Pengertian jual beli cabe tanpa kesepakatan harga menurut masyarakat desa mergosari adalah jual beli yang sangat mudah untuk dilakukan demi mendapatkan uang yang di butuhkanya, bagi penjual dengan cara jual beli tersebut lebih mempermudah untuk lakunya hasil yang mereka panen dan cepat di cari oleh pembeli. 3 Penentuan harga dalam jual beli ini adalah berdasarkan atas saling percaya antara kedua belah pihak penjual dan pihak pembeli, misalnya petani yang bertindak sebagai penjual ingin menjual dari seluruh hasil panenanya, kemudian ada pihak pembeli yang ingin membeli seluruh hasil panennya tersebut, karena pihak pembeli dan pihak penjual satu sama lain sudah saling mengenal dan saling mempercayai maka pembeli mengatakan kepada pihak penjual untuk membawa dan memiliki barang pembelianya tersebut, kemudian beberapa hari setelah kepemilikan atas barang tersebut kemudian pembeli memberikan harga kepada penjualnya. 4 2009 3 Sumber dengan bpk, Toha sebagai kepala Desa, desa mergosari. Tuban,tgl.15 desember 4 Hasil wawancara dengan perantara, tgl 16 desember 2009

51 Tabel II Nama pelaku jual beli di desa mergosari 5 No Penjual Pembeli 1. Mawardi Maspur 2. Yono Jainuri 3. Gimin Sapi i 4. Suyanto Sulton 5. Warsono H. Yasin a. Cara mencari pembeli Untuk memperoleh kemudahan dalam melakukan praktek jual beli cabe tanpa kesepakatan harga ini, maka pihak petani selaku penjual untuk mencari pembeli kabanyakan dengan menggunakan jasa para perantara. Hal ini dapat di lihat dalam tabel dibawah ini. Tabel III Cara mencari pembeli No Kategori Jumlah 1. Perantara 60% 2. Sendiri 40% Jumlah 100% 5 Data responden yang diambil untuk penelitian,16 desember 2009

52 Dari tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa penjualan dalam cara mencari pembeli kebanyakan dengan melalui jasa para perantara orang lain untuk dapat kemudahan dalam pencarian pembeli memparcepat penjualanya. 6 b. Cara menetapka harga Masalah harga dala jual beli cabe di desa mergosari tersebut yaitu hanya dengan berdasakan atas saling percaya antara satu sama lain yaitu penjual dan pembeli, adapun cara prakteknya adalah sebagai berukut: Penjual punya hasil panen cabe sebanyak 2 kwintal, kemudian ada pembeli yang menginginkan, kemudian setelah melakukan pembicaraan penjual menyetujuinya untuk dibeli akan tetapi mereka belum menetapkan kesepakatan terhadap jual belinya. 7 c. Cara melakukan ijab Qobul Dari data yang berhasil diperoleh penulis, terutama tata cara pelaksanaan ijab qobul yang dilakukan oleh para penjual dan pembeli tanpa adanya kesepakatan harga yang pasti di desa mergosari, dapat dilihat pada tabel di bawah ini 6 Hasil wawancara dengan bpk, Suyanto selaku pihak penjual, tgl. 16 desember 2009 7 Ibid, tgl. 16 desember 2009

53 Tabel IV Cara melakukan Ijab Qobul No Kategori Jumlah 1. Dengan ucapan 100% 2. Dengan syarat - 3. perbuatan - Jumlah 100% Dari data tabel diatas dalam melakukan ijab qobul baik penjual dan pembeli dalam pengucapanya dengan jelas. Artinya penjual dan penbeli dalam pengucapanya lafadz ijab sebagaimana biasanya saya jual cabe ini kepadamu dan pembeli mengucapkan iya saya beli cabe ini yang telah kamu jual padaku dilakukan dengan jelas sebagaimana disebutkan diatas yakni dengan mengucapkan kebiasaan ucapan yang mengandung makna jual beli. 8 d. Cara membayar Hasil dari observasi menunjukkan bahwa pembayaran uang dari jual beli tersebut yang dilakukan oleh pihak pembeli yang datang kepada penjual setelah beberapa hari dari penyerahan barang kepada pembeli dengan mengatakan cabe yang diterima kemarin saya beli dengan harga Rp 6000,-/ kg, dan terkadang pihak penjual meminta 2009 8 Sumber wawancara dengan bpk, abd Munir selaku tokoh masyarakat, tgl. 17 desember

54 untuk penambahan harga dari harga yang telah diberikan oleh pembeli, meski dengan harga tersebut penjual merasa rugi dan itu sudah menjadi resiko penjual. Tabel V Cara membayar No Kategori Jumlah 1. Tidak tunai 100% 2. Tunai - Jumlah 100% Dari data tersebut diatas menunjukkan 100% pembayaran dalam jual beli cabe tanpa kesepakatan harga ini degan pembayaran sistim tidak tunai, akan tetapi mereka hanya menggunakan unsur atas dasar kepercayaan dan kepastian bahwa cabe tersebut benar-benar dibeli dan dibayar. Sedangkan 0% dalam jual beli ini menggunakan cara pembayaran dengan tunai/ Cash. Dalam jual beli cabe tanpa kesepakatan harga tersebut seperti halnya jual beli pada umumnya dengan menggunakan alat bukti berupa kwitansi sebagai alat penguat dalam perikatan, untuk lebih jalasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini

55 Tabel VI Cara pembuktian No Kategori Jumlah 1. Tidak Tertulis 80% 2. Tertulis 20% Jumlah 100% Dari data tabel diatas dapat di ketahui bahwa dalam jual beli ini yang menggunakan alat bukti pembayaran atau kwitansi hanya 25% saja, sedangan dalam prakteknya dalam keseharian yang lebih menonjol dengan dasar kepercayaan yaitu 75% jadi dengan dasar saling percaya inilah yang berlaku di masyarakat desa mergosari. 9 C. Pandangan Tokoh Agama Islam Terhadap Hukum Jual Beli Cabe Tanpa Kesepakatan Harga Di Desa Mergosari Kab Tuban 1. Pandangan Tokoh Agama Islam Sebagaimana telah dijelaskan di bab sebelumnya, maka dapat ditemukan dua pendapat yang berbeda dari masing-masing tokoh agama, yaitu pihak yang membolehkan dan pihak yang tidak membolehkan. a) Dari pihak yang membolehkan Yaitu K.H Khoiruddin yang berpendapat dengan mengatakan bahwa praktik pelasanaan akad jual beli cabe tanpa kesepakatan harga yang ada di 9 Hasil wawancara dengan bpk, jainuri sebagai pembeli, tgl. 17 desember 2009

56 desa mergosari kecamatan singgahan, karena terdapat beberapa faktor yang menjadi kebutuhan perekonomian yang sangat mendesak dan praktik jual beli tersebut pula sudah menjadi bagian dari suatu kebiasaan yang dilakukan oleh warga masyarakat di desa mergosari yang rata-rata bekerja sebagai petani, yang menganggap bahwasanya hanya dengan cara jual beli tanpa kesepakatan harga itu mereka dapat menjual dari hasil panennya. Maka dengan cara jual beli seperti itulah para petani desa mergosari melakukan perdagangan yang dianggap lebih cepat diperjual belikan dan lebi mudah untuk mendapatkan kebutuhannya. meskipun jual beli secara itu para petani banyak kerugiannya, dari pada harus mencari pinjaman uang di bank ataupun koprasi, karna harus melalui proses yang sangat rumit. Pernyataan yang disampaian oleh beliau tersebut sangat fleksibel hal ini dikarenakan karena beliau dari lingkungan masyarakat yang dikenal lebih erat dengan warga masyarakat desa mergosari dan beliau adalah salah satu tokoh agama yang mempunyai latarbelakang ediologi NU di desa mergosari. Kemudian dari hasil wawancara dengan bapak abd.munir dan bapak Kafit yang selaku tokoh masyarakat setempat didesa mergosari beliau mengatakan bahwa jual beli tanpa kesepakatan harga adalah boleh, hal tersebut didasarkan pada faktor kebutuhan perekonomian yang sangat mendesak yang mendorong warga masyarakat di desa mergosari untuk melaksanakan praktik jual beli tersebut, dan selama dalam jual beli cabe

57 tanpa kesepakatan harga tersebut telah ada unsur kerelaan antara kedua belah pihak penjual dan pihak pembeli, dan tidak adanya unsur penipuan sehingga salah satu dari penjual atau pembeli tidak ada yang merasa dirugikan. Pernyataan beliau ini muncul dikarenakan beliau adalah tokoh masyarakat yang selama ini selalu menjadi orang yang terpandang dan beliau juga terjun langsung dalam praktek jual beli tersebut. Dari pendapat-pendapat tersebut diketahui bahwa beliau memberikan keadilan suatu permasalahan yang telah berlaku secara umum dan berjalan dengan baik di tengah-tengah masyarakat desa mergosari adalah sah ataupun boleh karena sangat dibutuhkan, kebutuhan terkadang bisa menempati kedudukan yang (sama hukumnya dengan ) kondisi darurat. b) Pihak yang tidak membolehkan Yaitu pendapat dari bapak H.Mansur yang mengatakan bahwa praktik pelaksanaan jual beli tanpa adanya kesepakatan tantang harga tersebut adalah tidak sah atau batal hukumnya, dengan dasar bahwa jual beli tersebut adalah tidak sesuai dengan syarat-syarat sah-nya ijab dan qobul yaitu tidak memberi kesepakatan harga. Karna dalam akad jual beli harus jelas barangnya dan penentuan harganya atas kesepakatan, dan karena akad jual beli adalah akad yang mengakibatkan pindahnya hak milik seseorang secara penuh dari pihak penjual maupun dari pihak pembeli.

58 Dan karena faktor kebutuhan perekonomian yang sangat mendesak itulah yang menjadi suatu alasan bagi warga desa mergosari dalam melakukan praktik jual beli tanpa kesepakatan harga ini, jual beli tersebut dapat diatasi dengan jalan lain seperti menerapkan bentuk sistim jual beli secara kredit, utang piutang ataupun dengan cara lainya yang tidak merugikan dan jelas hukumnya tidak lagi diperdebatkan. Dari pendapat beliau dapat diketahui bahwa beliau sejalan dengan pendapat mazhab hanafi yang menyatakan bahwa suatu akad dikatakan fasid apabila suatu akad pada dasarnya dibenarkan akan tetapi sifat yang diakadkan tidak jelas. Meskipun dalam pelaksanaan praktik pada jual beli tanpa kesepakatan harga ijab qobul yang mereka lakukan sudah menunjukan kerelaan bersama dari penjual maupun pembeli, akan tetapi dari unsur kerelaan tersebut masih saja mengandung unsur-unsur ketidak jelasan ataupun ketidak pastian pada harga yang nantinya akan diterima oleh penjual diakhir, hal ini tidak dibenarkan oleh islam. Dari hal ini dapat diketahui bahwa pada dasar pelaksanaan jual beli tanpa kesepakatan harga di desa mergosari ini adalah atas dasar faktor ekonomi yang sangat dibutuhkan dari masyarakatdesa yang kemudian menjadi kebiasaan yang dilaksanakan hingga saat ini.