BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan. Setelah dilakukannya pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat. dirumuskan kesimpulan berupa:

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III. A. Mahkamah Partai Politik Menurut Undang-Undang No 2 Tahun 2011

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

Sengkarut Konflik Parpol Rabu, 01 April 2015

GOLKAR PASCA PUTUSAN MENKUMHAM. LSI DENNY JA Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat), hal ini terbukti didalam

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 24/PUU-XV/2017 Penyelesaian Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

PARTAI POLITIK. R. HERLAMBANG PERDANA WIRATRAMAN, SH., MA. Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI MAHKAMAH KONSTITUSI, MAHKAMAH AGUNG, PEMILIHAN KEPALA DAERAH

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PEMBEKALAN HUKUM CALON PESERTA PEMILUKADA. Dr. Humphrey R Djemat, S.H., L.LM., FCB. Arb

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Oleh : Gunarto, SH, SE, Akt,MHum

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 82/PUU-XI/2013 Pengaturan Organisasi Kemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN (UUD NRI Tahun 1945) terutama pada Pasal 18 ayat (4) yang menyatakan,

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

MEDIASI. Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan

PUTUSAN Nomor 45/PUU-XIV/2016 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

2008, No.2 2 d. bahwa Partai Politik merupakan sarana partisipasi politik masyarakat dalam mengembangkan kehidupan demokrasi untuk menjunjung tinggi k

Buku Pintar Calon Anggota & Anggota Legislatif

HASIL MASUKAN KUNJUNGAN KERJA DARI PROVINSI MALUKU, JAWA TENGAH, DAN KALIMANTAN TIMUR

Charlyna S. Purba Fakultas Hukum Universitas Panca Bhakti Pontianak. korespondensi: Abstrak

Hubungan Antar Lembaga Negara IRFAN SETIAWAN, S.IP, M.SI

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. selanjutnya disebut UUD 1945 secara tegas menyatakan bahwa. berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar

b. bahwa Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik perlu diperbarui sesuai dengan tuntutan dan dinamika perkembangan masyarakat;

*14671 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 2004 (4/2004) TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi


UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

MAHKAMAH KONSTITUSI. R. Herlambang Perdana Wiratraman Departemen Hukum Tata Negara Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya, 19 Juni 2008

KEDUDUKAN DAN PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA DI KABUPATEN SUKOHARJO T E S I S

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

RechtsVinding Online

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

ROBBY ANDRE / / 2EA26 TUGAS III. Disini saya akan coba untuk menjelaskan dan menggambarkan bagaimana

ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH MENGENAI ORGANISASI KEMASYARAKATAN PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI

BEBERAPA CARA PENYELESAIAN SENGKETA PERBURUHAN DI DALAM DAN DI LUAR PENGADILAN

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PARTAI POLITIK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 20/PUU-XVI/2018 Parliamentary Threshold

I. PENDAHULUAN. Konflik internal yang terjadi pada Partai Golongan Karya ( GOLKAR) bukan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 142/PUU-VII/2009 Tentang UU MPR, DPR, DPD & DPRD Syarat menjadi Pimpinan DPRD

BAB IV. A. Analisa terhadap Prosedur Mediasi di Pengadilan Agama Bangkalan. cepat dan murah dibandingkan dengan proses litigasi, bila didasarkan pada

Beberapa Cara Penyelesaian Sengketa Perburuhan Di dalam Dan Di Luar Pengadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 60/PUU-XIII/2015 Persyaratan Menjadi Calon Kepala Daerah Melalui Jalur Independen

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 84/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 3/PUU-XII/2014 Pengaturan Organisasi Masyarakat dan Sistem Informasi Ormas

RechtsVinding Online. Naskah diterima: 21 Januari 2016; disetujui: 27 Januari 2016

Faridah T, S.Pd., M.Pd. NIP Widyaiswara LPMP Sulawesi Selatan

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

BAB III PERALIHAN KEWENANGAN MAHKAMAH AGUNG KEPADA MAHKAMAH KONSTITUSI DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILUKADA

REKONSTRUKSI KEDUDUKAN DAN HUBUNGAN ANTARA MAHKAMAH AGUNG, MAHKAMAH KONSTITUSI DAN KOMISI YUDISIAL DI INDONESIA. Oleh: Antikowati, S.H.,M.H.

PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. OLEH : Prof. Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2007 TENTANG PARTAI POLITIK LOKAL DI ACEH

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG ORGANISASI MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ABSTRAK (RINGKASAN PENELITIAN)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

PERUBAHAN KETIGA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN

2016, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI KEMASYARAKATAN.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbagai permasalahan politik salah satunya dapat diamati dari aspek

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

Term Of Reference. Diskusi Publik Proyeksi Penegakan Hukum Pemilu dan Pemilihan Kepala Daerah Kedepan. Jakarta, 13 November 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

Konspirasi Politik Yasonna Laoly*)

UNDANG-UNDANG IKATAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG BADAN PERWAKILAN MAHASISWA

BAB I PENDAHULUAN. mencerminkan dengan agak akurat partisipasi serta aspirasi masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

Transkripsi:

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Setelah dilakukannya pembahasan pada bab-bab sebelumnya maka dapat dirumuskan kesimpulan berupa: 1. Pasca bergulirnya reformasi, euforia akan hadirnya wadah untuk menampung aspirasi rakyat menyebabkan jamaknya kehadiran partai politik di Indonesia. Hal itu dikenal dengan sebutan sistem multi partai. Beberapa rezim yang pernah ada di Inonesia seperti rezim Orde Lama (Demokrasi Liberal/Parlementer dan Demokrasi Terpimpin), rezim Orde Baru hingga rezim reformasi partai politik tidak pernah terlepas dari konflik internal terutama dalam hal perselisihan kepengurusan. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya konflik di dalam tubuh partai pun tidak jauh-jauh dari masalah perebutan kekausaan. Konflik yang sering kali melibatkan para elit-elit partai itu sendiri, yang sama-sama mengklaim bahwa pihaknyalah yang paling benar. Dalam menghadapi konflik, masing-masing pihak lebih mengutamakan egosentris mereka untuk berebut kusi sebagai Ketua Umum partai politik, sehingga sulit untuk menemukan jalan keluar dengan menempuh jalur internal melalui perundingan islah, konsolidasi bahkan hingga ke ranah pengadilan. Pada akhirnya ikut campur pemerintah dalam menyelesaikan konflik sering berujung pada kehendak pemerintah yang dapat menyebabkan partai politik bubar

dengan sendirinya. Tiga Undang-Undang Partai Politik yang telah hadir pada era reformasi seperti, Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2002, Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 mengakomodasi penyelesaian perkara partai politik. mekanisme yang diatur dimulai dari adanya musyawarah mufakat, mediasi, arbitrase dan rekonsiliasi tetap saja belum mengjasilkan penyelesaian yang maksimal dalam sengketa internal partai politik. Hingga diintroduksikannya Mahkamah Partai dalam penyelesaian perselisihan internal partai politk pada saat ini masih belum mengakomodasi penyelesaian yang cepat. Tidak hanya penambahan kewenangan kepada badan internal partai politik. kewenangan pemerintah dalam penyelesaian melalui jalur litigasi tetap disertakan hingga saat ini. 2. Pasca Pemilu 2014, dua partai besar dan tergolong berusia tua sebagai kontestasi demokrasi di Indonesia mengalami permasalahan yang sama di internal partai politiknya. Partai Golongan Karya (Golkar) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) menghadapi perselisihan dalam hal kepengurusan partai politik. Perselisihan ini berujung pada dualisme kepemimpinan dewan pimpinan pusat di masing-masing partai. Karena para pihak yang berselisih melakukan musyawarah nasional (munas) atau muktamar atau sebeutan lain oleh partai politik yang menganggap bahwa munas/muktamar di pihak merekalah yang

sah. Sebagaimana yang telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang perubahan Atas Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Partai Politik (Undang-Undang Partai Politik) pada Pasal 32 menyatakan, bahwa persselisihan partai politik diselesiakan melaui Mahkamah Partai atau sebutan lain yang dibentuk oleh partai politik, dimana putusannya bersifat final dan mengikat secara internal dalam hal perselisihan yang berkenaan dengan kepengurusan namun inkonsisten pembuat norma terlihat ketika Pasal 33 Undang-Undang Partai Politik menyebutkan, bila penyelesaian pada Pasal 32 tidak tercapai, penyelesaian perselisihan dilakukan melalui pengadilan negeri. Putusannya merupakan putusan tingkat pertama dan terakhir, dan hanya dapat diajukan kasasi kepada Mahkamah Agung. Partai golkar telah menempuh dua jalur yang telah diperintahkan oleh undang-undang, baik melalui mahkamah partai maupun pengadilan negeri. Namun, tidak halnya dengan PPP. Meskipun permasalahan yang terjadi di kedua partai politik ini pada prinsipnya sama. Dalam penyelesaiannya PPP memilih jalur yang berbeda dari yang dilakukan oleh Partai Golkar. PPP juga tidak melibatkan mekanisme yang telah diatur didalam Undang-Undang Partai Politik. Persamaan dalam melihat titik awal permasalahan yang terjadi dari kedua partai politi ini adalah ketika Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) mengeluarkan Surat Keputusan (SK) atas pengesahan salah satu pihak kepengurusan. Sehingga membwa

penyelesaian perselisihan kepengurusan ini ke ranah Peradilan Tata Usaha Negara. B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dirumuskan maka saran yang dianggap perlu berupa: 1. Diperlukan perubahan terhadap Undang-Undang Partai Politik yang ada saat ini. Karena dalam penyelesaian perselisihan kepengurusan partai politik di Indonesia terkhusus di era reformasi, terjadi beberapa kendala yuridis antara lain: a. Dalam pelaksanaannya aturan yang dijadikan dasar hukum masih bersifat multitafsir dimana proses penyelesaian perselisihan partai politik khususnya perselisihan kepengurusan partai politik belum adanya cerminan konsistensi pejabat pembuat norma (legislatif). Hal ini menyebabkan kewenangan yang seharusnya dimiliki penuh oleh mahkamah partai sebagaimana yang diamanatkan oleh undang-undang dimana putusannya bersifat final dan mengikat secara internal (Pasal 32 UU Partai Politik) terpangkas kewenangannya ketika norma lain di undang-undang partai politik yang sama memerintahkan penyelesaian kepada pengadilan (Pasal 33 UU Partai Politik). b. Dalam hal penjelasan Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Partai Politik, seharusnya tidak menambahkan norma baru di dalam penjelasan, karena didalam perancangan peraturan perundang-

udangan penambahan norma haruslah dimasukkan kedalam batang tubuh suatu undang-undang bukan di dalam penjelasan. c. Perlu adanya ketegasan didalam Undang-Undang Partai Politik terkait kedudukan Mahkamah Partai yang harus indpenden, karena kita mengetahui Mahkamah Partai dibentuk oleh forum tertinggi partai pollitik. Sedangkan dalam kenyataannya pengambilan keputusan dalam ruang tertinggi pimpinan partai politik adalah ketua umum partai politik itu sendiri. Sehingga perlu kembali penyempurnaan terhadap Undang-Undang Partai Politik itu sendiri. d. Pemasukan norma sanksi bagi partai politik atau pihak terkait yang berkonflik berlarut-larut dapat juga menjadi solusi untuk mengantisipasi penyelesaian perselisihan kepengurusan yang menghabiskan waktu cukup lama. Sehingga menyebabkan distabilitas politik dapat merugikan pihak lain atau bangsa dan negara dalam pelaksanaan demokrasi di Indonesia 2. Terkait Surat Keputusan yang dikeluarkan oleh Kementerian Hukum dan HAM haruslah terlebih dahulu menunggu penyelesaian perselisihan kepengurusan yang memiliki kekuatan hukum tetap. Sehingga tidak menyebabkan pihak berselisih membawa objek sengketa ke Pengadilan Tata Usaha Negara yang pada putusannya memiliki perbedaan dengan putusan pengadilan negeri.

3. Selain itu kendala-kendala yang terjadi dalam penyelesaian perselisihan kepengurusan partai politik tidak hanya terjadi pada kendala yuridis, namun juga non yuridis. Adapun yang menjadi kendala non yuridis dalam penyelesaian perselisihan kepengurusan partai politik tersebut adalah: a. Partai politik masih gagap dengan keberadaan Mahkamah Partai Politik. karena partai belum punya desain jelas ihwal penempatan Mahkamah Partai dalam penyelesaian internal dan masih merabaraba bagimana Mahkamah Partai bekerja dan bagaimana putusan serta pelaksanaannya ditindaklanjuti. b. Mahkamah Partai dalam mengeluarkan putusannya terkadang dinilai juga melampaui kewenangan yang diberikan bahkan putusan Mahkamah justru membingungkan dan membuat interpretasi yang berbeda dari pihak yang berselisih. Sehingga menyebabkan pihak terkait tidak menghormati sepenuhnya putusan Mahkamah Partai.