BAB II LANDASAN TEORI. komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas

dokumen-dokumen yang mirip
POTENSI EDUWISATA KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BALURAN. Ambar Kristiyanto NIM

BAB I PENDAHULUAN. Alam Hayati dan Ekosistemnya pengertian Taman Nasional adalah kawasan pelestarian

BAB I PENDAHULUAN. asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Pembibitan Ceriops tagal

6 PERTIMBANGAN KAWASAN KARST DALAM PENYUSUNAN ZONASI TNMT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

III. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi berputar sangat cepat dari masa ke masa,

BALAI TAMAN NASIONAL BALURAN 2004

LAPORAN IDENTIFIKASI DAN INVENTARISASI OBYEK WISATA ALAM DI KARANGTEKOK BLOK JEDING ATAS. Oleh : Pengendali EkosistemHutan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Evaluasi Rehabilitasi Merak Hijau (Pavo muticus) Dari Hasil Sitaan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di Seksi Karangtekok

BAB I PENDAHULUAN. II/1999 seluas ha yang meliputi ,30 ha kawasan perairan dan

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. penjelasan-penjelasan mendetail beserta sumber-sumber teoritis yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan aslinya (Hairiah, 2003). Hutan menjadi sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kepada yang menonton, dan juga merupakan bagian dari media massa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SURVEY POTENSI SUMBER BIBIT / BENIH JENIS RUMPUT PAKAN SATWA DI SEKSI KONSERVASI WILAYAH III KARANGTEKOK

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan. Ujicoba Teknik Pembakaran Terkendali Dalam Upaya Pemeliharaan Savana Bekol

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN. positif yang cukup tinggi terhadap pendapatan negara dan daerah (Taslim. 2013).

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara beriklim tropis yang kaya raya akan

PEMANTAUAN PERUBAHAN PENUTUPAN LAHAN MENGGUNAKAN APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN

BAB I PENDAHULUAN. Wisatawan. Tabel 1.1 Jumlah Pengunjung Taman Nasional Ujung Kulon

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pariwisata merupakan sektor mega bisnis. Banyak orang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

BAB I PENDAHULUAN. TSI II Prigen ini merupakan Safari Park terbesar di Asia yang berlokasi di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Wilayah pesisir dan lautan Indonesia terkenal dengan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Produksi Iklan Audio _ Visual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa kekayaan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAWASAN KONSERVASI UNTUK PELESTARIAN PRIMATA JURUSAN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Ekologi Hidupan Liar HUTAN. Mengapa Mempelajari Hidupan Liar? PENGERTIAN 3/25/2014. Hidupan liar?

PROGRAM PHBM DI SEKITAR KAWASAN KONSERVASI. LAYAKKAH DIPERTAHANKAN???

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I. PENDAHULUAN. sebagai sebuah pulau yang mungil, cantik dan penuh pesona. Namun demikian, perlu

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II DESKRIPSI TEMPAT WISATA Sejarah Taman Wisata Alam Mangrove Pantai Indah Kapuk. lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Penilaian pengelolaan lingkungan pulau wisata, di kawasan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu, Jakarta Utara Siregar, Mara Oloan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sedangkan kegiatan koleksi dan penangkaran satwa liar di daerah diatur dalam PP

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

BAB I PENDAHULUAN. batas pasang surut air disebut tumbuhan mangrove.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 menyebutkan bahwa: Negara Indonesia ialah

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBAR INFORMASI JARINGAN MASYARAKAT HUTAN KORIDOR GUNUNG SALAK-HALIMUN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Kehutanan Nomor 41 tahun 1999, hutan adalah

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.22, 2008 DEPARTEMEN KEHUTANAN. KAWASAN. Pelestarian.Suaka Alam. Pengelolaan. Pedoman.

BAB I PENDAHULUAN. hal yang dikomunikasikan yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Komunikasi merupakan hal yang paling mendasar dan paling penting dalam interaksi sosial. Manusia berkomunikasi

Pembangunan KSDAE di Eko-Region Papua Jakarta, 2 Desember 2015

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. artinya bagi usaha penanganan dan peningkatan kepariwisataan. pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari daratan dan lautan seluas ± 5,8 juta Km 2 dan sekitar 70 %

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

I. PENDAHULUAN. perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan yang lestari.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar didunia. Memiliki potensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN km dan ekosistem terumbu karang seluas kurang lebih km 2 (Moosa et al

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Usulan Penelitian Untuk Skripsi S-1 Program Studi Geografi DISUSUN OLEH : DYDIK SETYAWAN E

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

KARYA ILMIAH PELUANG BISNIS PELUANG BISNIS PARIWISATA DI KARIMUNJAWA

BAB I PENDAHULUAN. Desa Karangtengah merupakan salah satu desa agrowisata di Kabupaten Bantul,

PENDAHULUAN. dan juga nursery ground. Mangrove juga berfungsi sebagai tempat penampung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA R. SOERJO

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini penulis akan menjelaskan teori-teori yang melandasi proses pengerjaan laporan kerja praktik ini. 2.1 Film Film adalah bagian dari karya cipta seni dan budaya yang merupakan komunikasi massa audio visual yang dibuat berdasarkan asas sinematografi, dimana cahaya direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik, dan sistem lainnya (UU No.8 Tahun 1992, pasal 1 angka 1). Film berupa media sejenis plastik yang dilapisi emulsi dan sangat peka terhadap cahaya yang telah diproses sehingga menimbulkan, atau menghasilkan gambar bergerak pada layer yang dibuat dengan tujuan tertentu untuk ditonton. Film sebagai hasil seni dan budaya mempunyai fungsi dan manfaat yang luas dan besar baik dibidang sosial, ekonomi, maupun budaya dalam rangka menjaga dan mempertahankan keanekaragaman nilai-nilai dalam penyelanggaraan berbangsa dan bernegara. Film berfungsi sebagai : 1. sarana pemberdayaan masyarakat luas 2. pengekspresian seni, budaya, pendidikan, dan hiburan 8

9 3. sebagai sumber penerangan dan informasi 4. bagian dari komoditas ekonomi ( saat ini ). 2.2 Film Sebagai Media Komunikasi Massa Film sebagai media komunikasi yang juga bersifat audio visual untuk menyampaikan suatu pesan pada sekelompok orang yang berkumpul di suatu tempat tertentu. (Effendy, 1986: 134). Pesan film pada komunikasi massa dapat berbentuk apa saja tergantung dari misi film tersebut. Akan tetapi, umumnya sebuah film mencakup berbagai pesan, baik itu pesan pendidikan, hiburan, dan informasi. Pesan dalam film adalah menggunakan mekanisme lambang-lambang yang ada pada pikiran manusia berupa isi pesan, suara, perkataan, percakapan dan sebagainya. Film yang juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasarannya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak dalam waktu singkat. Ketika menonton film, penonton seakanakan dapat menembus ruang dan waktu yang dapat menceritakan kehidupan dan bahkan dapat mempengaruhi audiens. Film juga dianggap sebagai media komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi sasaranya, karena sifatnya yang audio visual, yaitu gambar dan suara yang hidup. Bersama gambar dan suara, film mampu memberi banyak cerita dalam waktu yang singkat. Dan bahkan dapat mempengaruhi audiens.

10 2.3 Pra Produksi Pra produksi adalah persiapan-persiapan yang dilakukan sebelum menuju studio atau lapangan untuk memproduksi sebuah film. Persiapan ini dibagi menjadi dua tahapan utama yaitu aktivitas mentransformasi sebuah ide, sampai menjadi naskah dan perincian kebutuhan-kebutuhan produksi seperti lokasi, kru, peralatan, dan sebagainya (Stradling, 2010: 42). Dalam pra produksi terdapat beberapa proses dalam pembuatan cerita. Diawali dengan: 1. Konsep Konsep merupakan awal mula proses pra produksi yang akan dikembangkan dalam proses selanjutya. Penentuan konsep diawali dengan penentuan ide yang ingin kita ciptakan setelah melihat atau mengalami sebuah kejadian yang terjadi di lingkungan sekitar. Kemudian ide tersebut dikembangkan menjadi sebuah cerita, baik untuk novel, cerpen, sinetron, komik, atau animasi. Setelah ide berkembang menjadi sebuah cerita maka, dimulailah tahap penentuan tema dengan berisikan pesan yang akan disampaikan pada audiens. Penentuan tema ini kemudian berkebang menjadi sebuah struktur cerita dengan memperhatikan penentuan plot,karakter tokoh, dan lingkungan dimana adegan itu terjadi guna menciptakan struktur cerita yang dramatis. Pembuatan sinopsis. Sinopsis merupakan isi keseluruhan cerita yang berawal dari mana dan berakir dimana, konflik cerita, percintaan, hingga misi yang ingin disampaikan.

11 2. Sinopsis Setelah konsep dimatangkan, maka konsep tersebut dapat dikembangkan menjadi sebuah cerita lengkap namun singkat dan jelas yang disebut sebagai sinopsis. 3. Treatment Treatment masuk dalam tahap breakdown, dimana adegan ditentukan secara kasar namun terperinci dan belum terdapat dialog di dalamnya. 4. Naskah Berbeda dari treatment, naskah merupakan penjabaran cerita menjadi adegan yang sudah menjadi dialog serta detail pengadeganan. 5. Storyboard Storybard merupakan tahap pengambaran dari naskah adegan dimana tokoh berada dalam set lokasi syuting. Tahap persiapan teknis. menetukan peralatan peralatan yang dibutuhkan, seperti kamera, tripod, monopod, slider, lighting, serta peralatan audio. Penjadwalan transportasi akomodasi, hingga mengurus perijinan lokasi dan perhitungan anggaran biaya yang akan digunakan, Sutradara menetukan lokasi syuting bersama storyboard artist dan pengarah fotografi untuk menentukan angle yang tepat, lalu menentukan dan mempersiapkan kostum beserta make up yang tepat untuk kondisi lokasi syuting. Tahap terakhir sutradara dan talent melakukan reading naskah dan penguatan karakter tokoh sebagai gladibersih sebelum menuju lokasi syuting.

12 2.4 Taman Nasional Baluran Taman Nasional Baluran adalah kawasan Konservasi Sumber Daya Alam. Di Taman Nasional Baluran terdapat pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatanya dilakukan secara bijaksana, untuk menjamin kesinambungan ketersediaan sumber daya alam dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Gambar 2.1 Logo Taman Nasional Baluran Kawasan Taman Nasional Baluran bertempat di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Jawa Timur. Dengan batas batas wilayah sebelah utara selat Madura, sebelah selatan sungai Bajulmati, sebelah timur selat Bali, dan sebelah barat Sungai Klokoran. Luas Wilayah12.000 Ha, zona rimba seluas 5.537 Ha (perairan =1.063 Ha dan daratan = 4.574 Ha), zona pemanfaatan khusus dengan luas 5.780 Ha, dan zona rehabilitasi seluas 783 Ha. Tujuan pembangunan konservasi sumberdaya alam sendiri adalah mengusahakan terwujudnya kelestarian sumberdaya alam hayati serta

13 keseimbangan ekosistemnya, sehingga dapat lebih mendukung upaya peningkatan kesejahteraan dan mutu kehidupan masyarakat sekitar. Taman Nasional Baluran memiliki potensi keanekaragaman hayati yang cukup tinggi baik bagi flora, fauna maupun ekosistimnya. Taman Nasional Baluran sendiri memiliki 3 fungsi utama yaitu: a. Fungsi Perlindungan sistem penyangga kehidupan b. Pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa c. Pemanfaatan untuk tujuan penilitian, ilmu pengetahunan pendidikan, menunjang budidaya, budaya, rekreasi dan pariwisata. Tempat ini memiliki beberapa obyek dan daya tarik wisata alam yang cukup beragam, terdiri dari kombinasi berbagai bentang alam mulai dari ekosistem laut hingga pegunungan savana dan keanekaragaman jenis satwa dan tumbuhan. Beberapa daerah di Taman Nasional Baluran yang sering di kunjungi wisatawan mancanegara maupun domestik antara lain: Goa Jepang, Curah Tangis, Sumur Tua, Evergreen Forest, Bekol, Bama, Manting, Dermaga kramat, kajang, balanan, lempuyang, talpat, kacip, bilikm sejileh, teluk air tawar, batu numpuk, pandean, dan candi bang. Adapun wisatawan yang berkunjung ke taman nasional baluran meliputi wisatawan domestik dan wisatawan mancanegara. Dari berbagai obyek wisata yang ada di taman nasional ini sebagian telah dikembangakan menjadi produk wisata. Taman Nasional yang satu-satunya memiliki padang savana alami di Pulau Jawa ini luasnya sekitar 10.000 Ha atau sekitar 40% dari luas kawasan. Kawasan baluran memiliki ekosistem yang lengkap, yaitu hutan mangrove, hutan pantai,

14 hutan payau/rawa, hutan savanna, dan Hutan musim (dataran tinggi dan dataran rendah). Tumbuhan khas baluran adalah pohon widoro bekol, tumbuhan lainya adalah asam, gadung, pilang, kemiri, gebang, talok, walikukun, mimbo, kesambi, lontar, dan lain-lain. Selain daripada flora yang beragam, di kawasan ini juga terdapat sekitar 155 jenis burung yang sudah langka antara lain walet ekor jarum, mamalia besar yang merupakan satwa langka adalah banteng, dan ajag, satwa lainya yang terdapat di Baluran adalah babi hutan, kijang, rusa, macan tutul/kumbang, kerbau liar, lutung, kera abu-abu, burung merak, ayam hutan, dan lain-lain. Untuk perairan, selain terumbu karang dan ikan hias, daerah ini juga memiliki berbagai jenis Mollusca, crustaceae, Echinodermata serta biota laut lainya, sehingga kawasan ini memiliki daya tarik sendiri.