Sensitivitas Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum terhadap Meropenem di Neonatal Intensive Care Unit

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sepsis neonatorum merupakan penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Perinatologi. I Made Kardana Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar.

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

POLA RESISTENSI Staphylococcus

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

Sepsis pada neonatus merupakan suatu sindrom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

Profil Mikroorganisme Penyebab Sepsis Neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Apendisitis akut merupakan penyebab akut abdomen yang paling sering memerlukan

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Jaka Kurniawan 1, Erly 2, Rima Semiarty 3

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

IDENTIFIKASI BAKTERI UDARA PADA INSTALASI RADIOLOGI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU. Rosa Dwi Wahyuni

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

Evaluasi Terapi Obat pada Pasien Sepsis Neonatal Di Ruang Perinatologi RSUP Fatmawati Januari Februari Tahun 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

BAB I PENDAHULUAN. sinus yang disebabkan berbagai macam alergen. Rinitis alergi juga merupakan

BAB 4 METODE PENELITIAN. Pulmonologi serta Ilmu Mikrobiologi Klinik.

POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah suatu proses fisiologi yang terjadi hampir pada setiap

KARTHIKEYAN A/L KALIMUTU

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

ABSTRAK. Lingkan Wullur, 2009; Pembimbing I : Penny S. M, dr., Sp.PK., M.Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra., Apt., DMM., MS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

PENGARUH LAMA INKUBASI TERHADAP PERTUMBUHAN KUMAN PADA KULTUR DARAH PENDERITA SEPTIKEMIA DI RSUP DR. KARIADI SEMARANG

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

POLA KUMAN PENYEBAB INFEKSI SALURAN KEMIH DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIKA DI RSUP H.ADAM MALIK PERIODE JANUARI 2009-DESEMBER 2009.

Hasil Uji Kepekaan Bakteri Yang Diisolasi Dari Sputum Penderita Infeksi Saluran Pernafasan Bawah Di Poliklinik BP 4 Medan

Pseudomonas aeruginosa adalah kuman patogen oportunistik yang dapat

ABSTRAK AKTIVITAS TEH HIJAU SEBAGAI ANTIMIKROBA PADA MIKROBA PENYEBAB LUKA ABSES TERINFEKSI SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan angka kematian ibu (AKI) dan bayi sampai pada batas angka

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

ALUR GYSSEN Analisa Kualitatif pada penggunaan Antibiotik

BAB I PENDAHULUAN. kesakitan dan kematian di dunia.salah satu jenis infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI IRINA E RSUP PROF. DR. R. D.

POLA BAKTERI AEROB PENYEBAB INFEKSI NOSOKOMIAL PADA RUANGAN NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) BLU RSUP PROF. DR. R.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN PERIODE AGUSTUS 2013 AGUSTUS 2015 SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA INSIDEN IKTERUS NEONATORUM DENGAN PERSALINAN SECARA INDUKSI

Infeksi nosokomial (IN) pada bayi baru lahir

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sumber infeksi, seperti: gigi, mulut, tenggorok, sinus paranasal, telinga

I. PENDAHULUAN. kematian di dunia. Salah satu jenis penyakit infeksi adalah infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

HUBUNGAN CRP (C-REACTIVE PROTEIN) DENGAN KULTUR URIN PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK DI RSUP. HAJI ADAM MALIK TAHUN 2014.

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata kunci : ICU, pola kepekaan, pola mikroba, pola kuman, antibiotik

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi Syarat dalam menempuh program pendidikan sarjana Fakultas Kedokteran

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak. Pemberian antibiotik merupakan pengobatan yang utama dalam

Transkripsi:

475 Artikel Penelitian Sensitivitas Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum terhadap Meropenem di Neonatal Intensive Care Unit dan Perinatologi RSUP DR M Djamil Padang Padang Tahun 2012 Susan Insani Putri, Aziz Djamal, Rahmatini Abstrak Sepsis neonatorum merupakan salah satu penyebab kematian terbanyak pada neonatus. Manifestasi klinis sepsis neonatorum stadium dini tidak spesifik sehingga sulit dibedakan dari masalah neonatus lainnya. Meropenem merupakan antibiotika lini ketiga dengan ultra broad spectrum. Meropenem banyak digunakan dibeberapa instalasi RSUP DR M Djamil Padang terutama di bagian perinatologi dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) untuk mengobati infeksi berat seperti sepsis. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2013 sampai Desember 2013 di bagian Rekam Medik RSUP DR M Djamil Padang. Tujuannya untuk mengetahui bakteri penyebab sepsis neonatorum serta sensitivitasnya terhadap meropenem. Penelitian ini merupakan studi deskriptif yang bersifat cross-sectional. Dari hasil penelitian ditemukan bakteri penyebab sepsis neonatorum adalah Klebsiella sp. (79.2%) diikuti oleh Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aerogenosa masing-masing sebanyak (5.7%), E. coli sebanyak (3.8%), Proteus mirabilis, Staphylococcus epidermidis serta Streptococcus alfa hemoliticus masing-masing (1.9%). Persentase sensitivitas bakteri penyebab sepsis neonatorum terhadap meropenem sebesar 77.4%. Disimpulkan bahwa bakteri penyebab terbanyak pada sepsis neonatorum adalah Klebsiella sp dan sensitivitas bakteri terhadap meropenem masih baik. Kata kunci: Sepsis neonatorum, bakteri penyebab, meropenem Abstract Sepsis neonatorum is one of the diseases that cause the highest number of deaths in neonatal period. Because clinical manifestations of early onset sepsis neonatorum is not specific, it is quite difficult to differentiate it from other neonatal problems. Meropenem is a third line antibiotics with ultra-broad spectrum. It is widely used in many installations at RSUP DR M. Djamil especially in the section of perinatology and Neonatal Intensive Care Unit (NICU) to treat severe infections such as sepsis. This research was conducted from June 2013 until December 2013 at Medical Record Section of RSUP DR M. Djamil Padang. The goal of this research is to discover which bacterium causes sepsis neonatorum and its sensitivity to meropenem. This research is a cross-sectional descriptive study. According to the research result, bacteria that cause sepsis neonatorum are Klebsiella sp. (79.2%), Staphylococcus aureus (5.7%), Pseudomonas aerogenosa (5.7%), E. coli (3.8%), Proteus mirabilis (1.9%), Staphylococcus epidermis (1.9%) and Streptococcus alfa hemoliticus (1.9%). These bacteria has 77.4% sensitivity to meropenem. It can be concluded that the bacteria which cause the highest number of sepsis neonatorum cases is Klebsiella sp. and still has good sensitivity to meropenem. Keyword: Sepsis neonatorum, bacteria, meropenem Affiliasi penulis : Fakultas Kedokteran Universitas andalas Korespondensi : Susan Insani Putri, email: susan.insani@gmail.com, Telp: 081363932691 PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) memperkirakan secara global setiap tahun terdapat 5

476 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupannya, dengan 98% kematian tersebut berasal dari negara berkembang. Angka kematian bayi 50% terjadi pada periode neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan. 1 Salah satu penyebab kematian terbanyak pada bayi adalah sepsis neonatorum. Insiden sepsis neonatorum di negara maju sebesar 1 sampai 4 dari 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 10.3% dan dinegara berkembang sebesar 10 sampai 50 dari 1000 kelahiran hidup dengan angka kematian 12-68%. 2 Sepsis neonatorum merupakan istilah yang menggambarkan respon sistemik terhadap infeksi berat pada bayi baru lahir dengan kultur darah positif pada empat minggu pertama kehidupan neonates. 3 Pola kuman penyebab sepsis berbeda-beda antar negara dan selalu berubah dari waktu ke waktu. Bahkan di negara berkembang sendiri ditemukan perbedaan pola kuman, walaupun bakteri Gram negatif rata-rata menjadi penyebab utama dari sepsis neonatorum. Perbedaan pola kuman ini akan mempengaruhi tata laksana sepsis dalam hal pemilihan antibiotika, prognosis dan komplikasi yang akan terjadi. 4 Berbagai studi menemukan bahwa sekitar 40-62% antibiotika digunakan secara tidak tepat antara lain pada penyakit-penyakit yang sebenarnya tidak memerlukan antibiotika. Pada penelitian kualitas penggunaan antibiotika di berbagai bagian rumah sakit ditemukan 30% - 80% tidak didasarkan pada indikasi. Intensitas penggunaan antibiotika yang relatif tinggi menimbulkan berbagai permasalahan dan merupakan ancaman global bagi kesehatan terutama resistensi bakteri terhadap antibiotika. 5 Meropenem merupakan antibiotika ultra broad spectrum golongan karbapenem yang diindikasikan untuk bakteri Gram positif, Gram negatif dan anaerob. 6 Meropenem banyak digunakan dibeberapa instalasi RSUP DR M Djamil Padang terutama di bagian perinatologi dan Neonatal Intensive Care Unit (NICU) untuk mengobati infeksi berat seperti sepsis. Berdasarkan survei pendahuluan, dari 50 status pasien yang didiagnosis sepsis neonatorum didapatkan 36 pasien yang menggunakan meropenem. Meropenem seharusnya menjadi antibiotika pilihan terakhir untuk mengobati infeksi yang sangat berat. Apabila pemakaiannya tidak sesuai dengan indikasi maka dapat menyebabkan resistensi terhadap meropenem dan pengobatan selanjutnya akan lebih sulit serta akan memberatkan pasien karena harga antibiotika meropenem cukup mahal. METODE Penelitian ini merupakan penelitian crosssectional dengan mengambil data dari status rekam medik pasien sepsis neonatorum di Intalasi rekam medik dan data pemeriksaan kultur darah di laboratorium mikrobiologi RSUP DR M. Djamil Padang periode 1 Januari 2012 31 Desember 2012, dengan diagnosis sepsis neonatorum. Subyek penelitian ini adalah semua bayi sepsis dengan data rekam medis lengkap, didapatkan hasil kultur dan uji kepekaan kuman. Data yang didapatkan diolah secara manual untuk mengetahui insiden sepsis neonatorum, persentase jenis kuman penyebab sepsis neonatorum dan persentase sensitivitas antibiotika meropenem terhadap bakteri penyebab sepsis neonatorum. Hasil pengamatan yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk gambar dan tabel. HASIL Pada periode Januari Desember 2012 dari 863 orang yang dirawat di ruang Neonatal Intensive Care Unit (NICU) dan Perinatologi, 290 orang diantaranya menderita sepsis neonatorum sehingga didapatkan insiden sepsis neonatorum sebesar 33.6%. Dari 290 orang pasien yang didiagnosis sepsis neonatorum didapatkan persentase pasien yang diperiksa kultur darah sebesar 87.9% dan pasien yang tidak dilakukan pemeriksaan kultur darah sebesar 12.1%. Jumlah pasien dengan hasil kultur darah positif sebanyak 53 orang. Ditemukan bakteri penyebab sepsis neonatorum terbanyak adalah Klebsiella sp sebanyak (79.2%) diikuti oleh Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aerogenosa masing-masing sebanyak (5.7%). E. Coli sebanyak (3.8%). Proteus mirabilis, Staphylococcus epidermidis, serta Streptococcus alfa hemoliticus masing-masing (1.9%) (Lihat tabel 1).

477 Tabel 1. Pola kuman sepsis neonatorum di RSUP Dr. M. Djamil Padang tahun 2012 Jenis mikroorganisme Jumlah Klebsiella sp 42 Staphylococcus aureus 3 Pseudomonas aerogenosa 3 E. coli 2 Proteus mirabilis 1 Staphylococcus epidermidis 1 Streptococcus alfa hemolitikus 1 Total 53 Tabel 2. Sensitivitas antibiotika meropenem terhadap bakteri penyebab sepsis neonatorum Meropenem Jenis mikroorganisme Tidak ada S I R data Klebsiella sp 34 2 5 1 Staphylococcus aureus 3 0 0 0 Pseudomonas aerogenosa 2 0 1 0 E. coli 2 0 0 0 Proteus mirabilis 0 0 1 0 Staphylococcus epidermidis 0 0 1 0 Streptococcus alfa hemolitikus 0 0 1 0 Total 41 2 9 1 Sensitivitas meropenem terhadap bakteri penyebab terbanyak sepsis neonatorum yaitu Klebsiella sp sebesar 80.8% (Lihat tabel 2). PEMBAHASAN Insiden sepsis neonatorum di RSUP DR M Djamil Padang periode 1 Januari 2012 31 Desember 2012 cukup tinggi. Hal ini salah satunya disebabkan oleh masih banyaknya sumber infeksi yang didapat oleh bayi baru lahir baik dari jalan lahir ibu maupun didapat dari lingkungan sekitar atau rumah sakit (infeksi nosokomial). 4 Pada Januari 2010 Desember 2010 di Rumah sakit Sanglah ditemukan insiden sepsis neonatorum sebesar 5%. 7 Insiden sepsis neonatorum beragam pada setiap rumah sakit. Hal ini dihubungkan dengan angka prematuritas, perawatan prenatal, penatalaksanaan persalinan, dan kondisi lingkungan di ruang perawatan. 8 Biakan darah positif terdapat pada 20.8% subyek, lebih sedikit dibandingkan dengan data dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta periode Juli 2004 Mei 2005 sebesar 65.26% yang menggunakan media kultur bactec. 9 Sedangkan pada tempat yang sama periode Desember 2006 Juli 2007 didapatkan hasil kultur positif sebesar 41.2%. 10 Hasil kultur positif di RSUP Sanglah Denpasar sebesar 48%. Hasil biakan negatif dapat disebabkan oleh volume darah yang diambil untuk kultur terlalu sedikit, pemberian antibiotika profilaksis pada ibu hamil dan bayi baru lahir, pemberian antibiotika sebelum biakan darah diambil, dan mungkin sepsis disebabkan oleh bakteri anaerob yang sulit tumbuh. 11 Beberapa faktor yang dapat menentukan apakah biakan darah akan memberikan hasil positif yaitu volume darah yang dibiakkan, pengenceran darah dalam pembenihan biakan, penggunaan pembenihan biakan aerobik dan anaerobik serta lamanya inkubasi. 12 Pada penelitian ini, hasil kultur darah negatif salah satunya disebabkan oleh pengambilan sampel darah yang sulit. Pada penelitian ini, bakteri Gram negatif sebagai penyebab sepsis jauh lebih tinggi dibanding Gram positif (90.6% versus 9.4%). Penelitian Kardana di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2008-2009 didapatkan perbandingan bakteri Gram negatif dengan Gram positif sebesar 68.3% versus 31.7%. Di negara berkembang, bakteri Gram negatif rata-rata menjadi penyebab utama sepsis neonatorum. 4 Penelitian sebelumnya di RSUP DR M. Djamil Padang pada periode 1 Januari 31 Desember 2009 oleh Mayetti dan Ied Imilda, didapatkan bakteri penyebab sepsis neonatorum terbanyak adalah Staphylococcus aureus (32.6%), diikuti oleh Klebsiella sp dan Enterobacter sp (masingmasing 22.6%). 13 Di RS Cipto Mangunkusumo periode Desember 2006 - Juli 2007 seperti yang dilaporkan Juniatiningsih dkk. didapatkan bakteri penyebab sepsis neonatorum terbanyak Acinetobacter calcoaceticus (14.7%), diikuti oleh Staphylococcus epidermidis (6.9%), Enterobacter aerogens (4.9%). 10 Di RSUP Sanglah Denpasar periode 1 Januari 2008-31 Desember 2009 ditemukan bakteri terbanyak penyebab sepsis neonatorum adalah Serratia marcescens (23.5%), Staphylococcus coagulase positive (16.4%) dan Staphylococcus coagulase negative (10.7%). 11 Di RSUP H. Adam Malik Medan periode Januari 2008 - Desember 2010 ditemukan bakteri penyebab sepsis neonatorum yang terbanyak adalah Staphylococcus sp diikuti Pseudomonas sp dan

478 Enterobacter sp. 1 Perbedaan pola kuman tersebut disebabkan oleh berbagai hal seperti tingginya insiden kolonisasi kuman pada ibu, perbedaan pola kuman di lingkungan ibu dan bayi, perbedaan respon imun dan faktor genetik dari populasi, perbedaan cara analisis mikrobiologis, perbedaan tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan serta perubahan pola antibiotika dan gaya hidup. 8 Pola kuman penyebab sepsis neonatorum pada penelitian ini didominasi oleh kuman Enterobacteriaceae yaitu Klebsiella sp (79.2%), Pseudomonas aerogenosa (5.7%), E. Coli (3.8%) dan Proteus mirabilis (1.9%). Sebanyak 80% dari kuman batang Gram negatif yang disolasi di laboratorium Mikrobiologi Klinik adalah kuman Enterobacteriaceae dan 50% dari jumlah tersebut adalah isolat yang berasal dari bahan klinik. Organisme dalam famili ini mempunyai peranan penting dalam infeksi nosocomial. 14 Dari hasil uji sensitivitas, secara keseluruhan didapatkan sensitivitas antibiotika meropenem terhadap bakteri penyebab sepsis neonatorum masih baik (77.4%). Di RS Cipto Mangunkusumo periode Februari 2006 13 Juni 2006 ditemukan meropenem masih mempunyai sensitivitas cukup baik terhadap bakteri Gram negatif yaitu 66.67-100% dan bakteri Gram positif 66.67%. 15 Di RSUP Sanglah Denpasar ditemukan bakteri penyebab sepsis neonatorum mempunyai sensitivitas yang rendah terhadap antibiotika lini pertama (ampisilin dan gentamisin) yaitu sekitar 0-57.1%. Sedangkan pada sebagian besar bakteri penyebab sepsis neonatorum mempunyai sensitivitas yang tinggi terhadap meropenem. Di RS Dr Moewardi Surakarta, dilaporkan sensitivitas terhadap meropenem adalah Enterobacter (73.3%), Staphylococcus (25%) dan Citrobacter (100%). 11 Penelitian sebelumnnya yang dilakukan di RSUP DR M. Djamil Padang periode 1 Januari 30 Juni 2009 didapatkan sensitivitas meropenem terhadap Staphylococcus aureus (18.7%), Klebsiella sp (58.3%), dan Enterobacter sp (83.3%). 13 KESIMPULAN 1. Insiden sepsis neonatorum masih tinggi di RSUP DR M. Djamil Padang. 2. Klebsiella sp. merupakan kuman yang paling sering ditemukan pada sepsis neonatorum. 3. Sensitivitas bakteri penyebab sepsis neonatorum terhadap meropenem masih baik DAFTAR PUSTAKA 1. Sianturi Pertin, Beby S. Hasibuan, dkk. Gambaran Pola Resistensi Bakteri di Unit Pelayanan Neonatus. Sari Pediatri. 2011; 13: 431-6. 2. Wilar Rocky, Ellen Kumalassari, Diana Yuliani. Faktor resiko sepsis awitan dini. Sari pediatri. 2010; 12:265-9. 3. Gotoff SP. Infections of the neonatal infant. Dalam: 4. Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, editor (penyunting). Textbook of Pediatrics. Edisi ke-15. Philadelphia: WB Saunders; 2000. Hlm. 653-5. 5. Departemen kesehatan RI. Penatalaksanaan sepsis neonatorum. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. 6. Peraturan Menteri kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2011. 7. Mohanty. Guideslines For Antimicrobial Therapy 2011. Safdarjang Hospital. 2011. 8. Putra Putu Junara. Insiden dan Faktor yang Berhubungan Dengan Sepsis Neonatorum di RSUP Sanglah Denpasar. Sari pediatri. 2012; 14: 205-10. 9. Aminullah A. Masalah terkini sepsis neonatorum. Dalam: Hegar B, Partini PP, Bermansyah EB, editor (penyunting). Update in neonatal infection. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI- RSCM; 2005. Hlm. 1-15. 10. Rohsiswatmo R. Multidrug resistance in a neonatal unit and therapeutic implications. Paediatrica Indonesiana. 2006; 46: 25-31. 11. Juniatiningsih A, Aminullah A, Firmansyah A. Profil mikroorganisme penyebab sepsis neonatorum di Departemen Ilmu kesehatan Anak Rumah sakit Ciptomangunkusumo. Sari pediatri. 2008; 10: 60-5.

479 12. Kardana I Made. Pola kuman dan sensitivitas antibiotika di ruang perinatologi. Sari pediatri. 2011; 12: 381-5. 13. Jawetz E, Melnick JL, Adelberg E. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta: EGC; 2007. 14. Mayetti, Ied Imilda. 2010. Pola bakteriologis dan uji sensitivitas pada sepsis neonatorum awitan dini. Sari pediatri. 2010; 11: 326-9. 15. Karsinah, Lucky H.M, Suharto, Mardiastuti. Batang Negatif Gram. Dalam: Agus Syahrurachman, dkk, editor (penyunting). Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta: Binarupa Aksara Publisher; 2009. Hlm. 211-4.