ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN

dokumen-dokumen yang mirip
Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: STUDI KEANDALAN PLTP YANG MEMASOK SUBSISTEM 150 KV JAWA BARAT PADA TAHUN 2019

ANALISA KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK JAKARTA DAN BANTEN PERIODE TAHUN

ANALISA PENAMBAHAN IBT (INTER BUS TRANSFORMER) 500/150 KV GITET UNGARAN TERHADAP KEANDALAN SISTEM TENAGA LISTRIK DI REGION JAWA TENGAH-DIY

BAB III METODE STUDI SEKURITI SISTEM KETERSEDIAAN DAYA DKI JAKARTA & TANGERANG

Suatu sistem tenaga listrik memiliki unit-unit pembangkit yang bertugas menyediakan daya dalam sistem tenaga listrik agar beban dapat terlayani.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai peralatan listrik. Berbagai peralatan listrik tersebut dihubungkan satu

STUDI TENTANG INDEKS KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK WILAYAH JAWA TENGAH DAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

ANALISIS KEANDALAN SISTEM 150 KV DI WILAYAH JAWA TIMUR

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2018), ( X Print) B 1

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi gangguan di salah satu subsistem, maka daya bisa dipasok dari

SISTEM TENAGA LISTRIK

BAB IV STUDI KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN

III. METODE PENELITIAN. Waktu pengerjaan tugas akhir ini dimulai pada bulan Januari 2015, tempat

BAB IV STUDI ALIRAN DAYA

ANALISIS PERENCANAAN KETERJAMINAN ALIRAN DAYA DAN BIAYA PRODUKSI PLN SUB REGION BALI TAHUN TESIS

STUDI PERENCANAAN SISTEM KELISTRIKAN SUMATERA BAGIAN UTARA DENGAN OPSI NUKLIR

PENILAIAN KEANDALAN SISTEM INTERKONEKSI 150 KV DI WILAYAH JAWA TENGAH DAN DIY DENGAN METODE MONTE CARLO

Evaluasi Keandalan Perencanaan Pembangkit Wilayah Jawa-Bali dengan Mempertimbangkan Ketidakpastian Peramalan Beban

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

Sistem Tenaga Listrik. 4 sks

STUDI KEANDALAN KETERSEDIAAN DAYA PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PT PLN SISTEM SULSELBAR TAHUN

MANFAAT DEMAND SIDE MANAGEMENT DI SISTEM KELISTRIKAN JAWA-BALI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penambahan unit pembangkit. (Zein dkk, 2008), (Subekti dkk, 2008) meneliti

ANALISIS SUSUT ENERGI PADA SISTEM KELISTRIKAN BALI SESUAI RENCANA OPERASI SUTET 500 kv

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

BAB III SISTEM TENAGA LISTRIK INTERKONEKSI JAWA-BALI

UNIVERSITAS INDONESIA STUDI ANALISIS PROGRAM PERCEPATAN MW TAHAP I PADA OPERASI SISTEM TENAGA LISTRIK JAWA BALI TESIS

LOSS OF LOAD PROBABILITY (LOLP) INDEX UNTUK MENGANALISIS KEANDALAN PEMBANGKIT LISTRIK (Studi Kasus PT Indonesia Power UBP Suralaya)

UNIVERSITAS INDONESIA. Analisa Perencaaan Keandalan Pembangkit Proyek IPP Wilayah Riau Tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Load Flow atau studi aliran daya di dalam sistem tenaga merupakan studi

ISSN : NO

Intensitas pemakaian energi adalah parameter yang menyatakan besarnya pemakaian energi untuk melakukan suatu aktivitas tertentu.

ANALISIS KONTINGENSI GENERATOR PADA SISTEM TRANSMISI 500 KV JAWA BALI

Data yang disajikan merupakan gabungan antara data PLN Holding dan Anak Perusahaan,

DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN...

I. PENDAHULUAN. dalam melakukan kehidupan sehari-hari. Besar kecilnya beban serta perubahannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan

Kajian Potensi Kerugian Akibat Penggunaan BBM pada PLTG dan PLTGU di Sistem Jawa Bali

LAMPIRAN 1 : Konfigurasi Jaringan Sistem Jawa-Bali 500 kv

Studi Keandalan Sistem Kelistrikan Hingga Level Beban Tegangan Menengah di PT.Pupuk Kalimantan Timur Nama : Prita Lukitasari NRP :

Analisis Unjuk Kerja Tiga Unit Inter Bus Transformers 500 MVA 500/150/66 kv di GITET Kediri

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. BAB I Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. serta dalam pengembangan berbagai sektor ekonomi. Dalam kenyataan ekonomi

Studi Keandalan Ketersediaan Daya Pembangkit Listrik pada Jaringan Daerah X

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Energi adalah salah satu kebutuhan yang paling mendasar bagi umat manusia

gangguan terjadi secara bersamaan sistem tidak mampu melayani beban resiko

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Flow Chart Flow chart diagram alir digunakan untuk menggambarkan alur proses atau langkah-langkah secara berurutan.

BAB I PENDAHULUAN. pendukung di dalamnya masih tetap diperlukan suplai listrik sendiri-sendiri.

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indar Chaerah G, Studi Penurunan Frekuensi pada Saat PLTG Sengkang Lepas dari Sistem

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

STUDI PERENCANAAN PENGEMBANGAN PEMBANGKIT WILAYAH BANGKA BELITUNG DENGAN OPSI NUKLIR

PLN Dari 1973 Sampai 2005

OPTIMASI ECONOMIC DISPATCH PEMBANGKIT SISTEM 150 KV JAWA TIMUR MENGGUNAKAN METODE MERIT ORDER

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia dan juga dapat berpengaruh pada peningkatan pertumbuhan

Optimasi Operasi Pembangkit Termis Dengan Metode Pemrograman Dinamik di Sub-Regional Bali

ANALISIS TEKNIS DAN EKONOMIS PEMANFAATAN ENERGI PANAS BUMI DI JAWA TENGAH DALAM MENUNJANG SISTEM KELISTRIKAN DI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-21 Periode Mei 2017

PENGARUH PENAMBAHAN PLTU TELUK SIRIH 100 MEGAWATT PADA SISTEM SUMATERA BAGIAN TENGAH

OPTIMASI UNIT PEMBANGKIT LISTRIK DENGAN PENAMBAHAN PASOKAN GAS DAN PEMANFAATAN PEMBANGKIT PLTU BATUBARA DI SISTEM JAWA BALI

STIKOM SURABAYA BAB II. PROFIL PT PLN (Persero) DISTRIBUSI JAWA TIMUR. 2.1 Sejarah dan perkembangan Sejarah PLN

ANALISIS SISTEM PROTEKSI GENERATOR PADA PUSAT PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR WONOGIRI

KEBIJAKAN DAN PENGEMBANGAN ENERGI LISTRIK DI BALI

1. BAB I PENDAHULUAN

STUDI KEAMANAN SUPLAI ENERGI LISTRIK BALI SAMPAI DENGAN TAHUN 2025

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR BAB I PENDAHULUAN

Jumlah Penduduk dan Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur, 2010, 2014, dan Jumlah Penduduk (ribu)

BAB III METODE PENELITIAN

Operasi Sistem Tenaga Listrik

ANALISIS PEMBANGUNAN PLTU MADURA KAPASITAS 2 X 200 MW SEBAGAI PROGRAM MW PT. PLN BAGI PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PULAU MADURA

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan industri serta pertambahan penduduk. Listrik

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zenny Jaelani, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-20 Periode Mei 2017

Kata kunci Kabel Laut; Aliran Daya; Susut Energi; Tingkat Keamanan Suplai. ISBN: Universitas Udayana

STUDY KASUS BLACKOUT 30 SEPTEMBER 2007 SISTEM SUSELTRABAR

TUGAS AKHIR ANALISIS POTENSI LIMBAH PADI SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN SOFTWARE LEAP

Analisa Kinerja Proteksi Gardu Induk Garuda Sakti Menggunakan Software Berbasis Visual Basic 6.0

PERENCANAAN SMARTGRID JARINGAN LISTRIK SUMBAGUT 150 KV MENGGUNAKAN SIMULINK MATLAB

PT PLN (PERSERO) DISTRIBUSI JAWA TENGAH DAN DI YOGYAKARTA. HARDIAN SAKTI LAKSANA, Ir, MT, M.Eng. Semarang, 29 Februari 2016

I. PENDAHULUAN. tertentu, pada periode tertentu, dan pada tingkat harga tertentu. Demand adalah

BAB IV ANALISIS PENGEMBANGAN PEMBANGKIT DI KALIMANTAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE KOEFISIEN ENERGI UNTUK PERAMALAN BEBAN JANGKA PENDEK PADA JARINGAN JAWA MADURA BALI

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

ANALISIS PENGARUH GANGGUAN BEBAN LEBIH PADA INTER BUS TRANSFORMER (IBT) TERHADAP KINERJA OVER LOAD SHEDDING (OLS) DI SUBSISTEM KRIAN-GRESIK

SIMULASI PEMISAHAN BEBAN BERDASARKAN TINGKAT FLUKTUASI BEBAN PADA SUBSISTEM TENAGA LISTRIK 150KV

Evaluasi Operasi Mingguan Sistem Tenaga Listrik Khatulistiwa Minggu ke-18 Periode 28 April 4 Mei 2017

Politeknik Negeri Sriwijaya BAB 1 PENDAHULUAN

UNIVERSITAS INDONESIA ANALISIS PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM PEMBANGKITAN TENAGA LISTRIK PULAU BINTAN TESIS SAHAT SIMANGUNSONG

KEANDALAN PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK

Transkripsi:

ANALISIS KEANDALAN SISTEM PERENCANAAN PEMBANGKIT LISTRIK PLN REGION 3 TAHUN 2008-2017 Massus Subekti 1), Uno Bintang Sudibyo 2), I Made Ardit 3) Departemen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Indonesia 1,2,3) Kampus Baru UI Depok 16424 Telp. (021) 7270077-78, fax: (021) 7270077 Dosen Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta 1) E-mail: massussubekti@yahoo.com 1) Abstrak PLN Region 3 (Jawa Tengah & DIY) merupakan bagian dari sistem interkoneksi Jawa Madura Bali (JAMALI) dimana sistem ini disuplai dari beberapa pembangkit dan IBT (Inter Bus Transformer) 150/500 kv. Selain terhubung melalui sistem 500 kv, region-3 juga terhubung dengan region lain melalui sistem 150 kv, hal tersebut memungkinkan terjadinya tranfer daya listrik antar region, kondisi ini tentu saja akan mempengaruhi keandalan sistem pembangkit region 3. Penelitain ini menganalisa keandalan sistem region 3 selama 10 tahun dengan menghitung LOLP dan ENS berdasarkan data perkiraan beban harian dan rencana pembangunan pembangkit baru PLN. Analisis terbagi dalam 2 skenario, skenario pertama adalah tambahan daya 3x100 MW dan skenario kedua adalah peningkatan kebutuhan daya 4x100 MW dari region 2 dan atau region 4. Dari kedua skenario, skenario kedua menghasilkan keandalan sistem terburuk, hal ini ditunjukkan dengan LOLP di atas 1 hari/tahun. Guna mendapatkan LOLP di bawah 1 hari/tahun selama 10 tahun ke depan maka harus dilakukan penambahan unit pembangkit baru sebelum tahun 2015. Penambahan PLTU Batubara 2x300 MW pada tahun 2014 dan 2016, menghasilkan LOLP lebih kecil dari 1 hari/tahun. Guna mengantisipasi tingginya LOLP tahun 2008 skenario 2, dilakukan pembatasan peningkatan kebutuhan daya maksimum 200 MW ke region 2 dan atau region. Kata Kunci : Keandalan, Region 3, Tranfer Daya. PENDAHULUAN Keandalan merupakan indikator atau tolak ukur unjuk kerja dari suatu sistem pembangkit sekaligus sebagai tingkat jaminan pasokan energi listrik. Besarnya kendalan sistem dapat dilihat dari nilai LOLP (Loos of Load Probability) dari sistem yang bersangkutan, nilai LOLP dinyatakan dalam besaran hari per tahun yang berarti berapa hari dalam setahun kemungkinan daya tersedia (capacity outage) melampaui besarnya kapasitas cadangan yang ada. Dilihat dari LDC (Load Duration Curve) region 3 (Jawa Tengah & DIY) sebagai bagian dari Jaringan Jawa Bali Madura (JAMALI) memiliki perbedaan cukup signifikan antara beban puncak dengan beban rata-rata sehingga mempunyai load factor (LF) yang rendah yakni 72 %, [ 1 ] konsumsi listrik pada siang hari relatif lebih kecil jika dibadingkan pada malam hari, hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan energi dari sektor industri (21,1%) relatif kecil jika dibadingkan dengan konsumsi energi listrik pada sektor rumah tangga (61,5%).[2] Selain menggunakan sistem 500 kv, jaringan JAMALI juga terhubung dengan sistem 150 kv, hal tersebut memungkinkan terjadinya penyaluran energi listrik antar region, dimana region 3 dapat menerima atau menyalurkan energi ke atau dari region 2 dan 4. dengan kondisi tersebut tentu saja akan berpengaruh terhadap keandalan dari sistem pembangkit di region 3. Dari tren tersebut penulis mencoba untuk menganalisa tingkat kendalan sistem pembangkit region 3 selama 10 tahun (2008-2017) dengan jalan menghitung nilai LOLP dan ENS berdasarkan data perkiraan pertumbuhan beban dan rencana pembangunan pembangkit baru PLN dengan skenario transfer daya antar region E-51

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Elektro Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisa tingkat keandalan sistem pembangkit listrik PLN region 3 selama 10 tahun (2008-2017) berdasarkan data perkiraan pertumbuhan beban dan rencana pembangunan pembangkit baru PLN dan skenario transfer daya antar region 2-3-4 untuk memenuhi tingkat keandalan sistem dengan LOLP sebesar 1 hari/tahun Beban Dan Pembangkit Region 3 Berdasarkan data PLN,[3] perkiraan pertumbuhan beban harian untuk region 3 selama 10 tahun (2008-2017) dapat diilustrasikan seperti terlihat pada gambar 1. Beban ( MW) 6000 5000 4000 3000 2000 1000 Pekiraan Pertumbuhan Beban Region 3 (Jawa Tengah & DIY) Selama 10 (2008-2017) 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Waktu (Jam) Gambar 1. Perkiraan pertumbuhan beban harian selama 10 tahun. Sumber data : Bidang Perencanaan PT PLN (Persero) P3B Saat ini region 3 telah memiliki 20 unit pembangkit dan 4 unit Inter Bus Tranformer 150/500 kv, sebagaimana terlihat pada tabel 1. Tabel.1. Nama, Kapasitas dan FOR Pembangkit.[4] No Nama Kpsitas p q Generator MW FOR 1 PLTA Unit 1 111 0,70 0.30 2 PLTA Mrica 1 60 0,98 0.02 3 PLTA Mrica 2 60 0.98 0.02 4 PLTA Mrica 3 60 0.99 0.01 5 PLTU Clacap 1 281 0.82 0.18 6 PLTU Clacap 2 281 0.90 0.10 7 PLTP Dieng 50 0.85 0.15 8 Trafo Ungar 1 400 0.99 0.01 9 Trafo Ungar 2 400 0.99 0.01 10 Trafo Pedan 1 400 0.99 0.01 11 Trafo Pedan 2 400 0.99 0,01 12 PLTU Tbrok 1 42 0.88 0.12 13 PLTU Tbrok 2 42 0.87 0.13 14 PLTU Tbrok 3 105 0.75 0.25 15 PLTGU Tbrok 1 100 0.69 0.31 16 PLTGU Tbrok 2 100 0.90 0.10 17 PLTGU Tbrok 3 100 0.99 0.01 18 PLTGU Tbrok 4 152 0.92 0.08 19 PLTGU Tbrok 5 100 0.99 0.01 20 PLTGU Tbrok 6 100 0.89 0.11 21 PLTGU Tbrok 7 100 0.84 0.16 22 PLTGU Tbrok 8 152 0.99 0.01 23 PLTG Clacap 1 20 0.95 0.05 24 PLTG ilacap 2 20 0.99 0.01 Total 3636 Sumber data : Bagan Analsis & Evaluasi, Bidang Operasi Siserm PT PLN (Persero), PT PLN (Persero) P3B Rencana Penambahan Pembangkit & Ibt Baru Sampai dengan tahun 2017, PLN telah berencana melakukan penambahan pembangkit dan IBT untuk wilayah region 3 sebagaimana terlihat pada table 2. Khusus pada PLTU Pacitan dengan kapasitas 2 x 300 MW, karena PLTU ini dibangun untuk mensupplay region 3 dan 4, maka pada penelitian ini diasumsikan bahwa PLTU Pacitan hanya mensupplay region 3 sebesar 300 MW (dibagi dua dengan region 4) Tabel.2. Rencana Penambahan Pembangkit oleh PLN.[3] PEMBANGKIT/ IBT TAHUN 150/500 kv 2009 2010 2011 2013 PLTU REMBANG 600 IBT RAWALO (MVA) 500 PLTU PACITAN* 600 PLTP DIENG 60 IBT PEMALANG (MVA) 500 Sumber data :Bidang Perencanaan PT PLN (Persero) P3B Tranfer Daya Antar Region Keandalan sistem pembangkit di region 3 selain dipengaruhi oleh kapasitas pembangkit, FOR, biaya bahan bakar, pertumbuhan beban, juga dipengaruhi oleh adanya transfer daya antar region melalui jaringan tranmisi 150 kv. Pada wilayah barat, region 3 telah terhubung dengan region Jawa Barat melalui transmisi Brebes Sunyaragi untuk wilayah utara dan transmisi Banjar-Majenang untuk wilayah selatan. Untuk wilayah timur, region 3 telah terhubung dengan region Jawa Timur & Bali melalui transmisi Cepu-Bojonegoro untuk wilayah utara dan transmisi Sragen-Ngawi untuk wilayah selatan. Sragi Bbes Cepu Bjgoro R 2 R 3 R 4 Bjar Mjnang Srgen Ngwi Gambar 2. Jaringan transmisi antar region 2, 3, dan 4 Tranfer daya antar region ini terjadi disamping karena kemungkinan teknis seperti perbaikan, umumnya guna menanggulangi kekurangan pasokan daya pada wilayah-wilayah tertentu yang jauh dari IBT 500 MW, E-52

ISBN : 978-979-3980-15-7 Yogyakarta, 22 November 2008 sehingga arah tranfer umumnya dipengaruhi oleh seberapa dekat GI dekat dengan IBT, seperti untuk wilayah barat tranfer dari Sunyaragi ke Brebes karena GI Sunyaragi lebih dekat dengan IBT Mandirancang 2 x 500 MW dibandingkan GI Brebes dengan IBT Ungaran. Hal tersebut juga berlaku untuk dari Banjar ke Majenang, karena Banjar lebih dekat dengan IBT Tasikmalaya 1 x 500 MW. Pada wilayah timur tranfer umumnya dari arah Sragen ke Ngawai karena Sragen lebih dekat dengan IBT Pedan & IBT Ungaran 2 x 500 MW, sedangkan pada Cepu - Bojonegoro umumnya masih dua arah Berdasarkan kapasitas penghantar, transmisi antar region ini memiliki kapasitas maksimum 200 MW per penghantar, dengan 2 penghantar untuk masing-masing transmisi, namun karena sifatnya hanya meng-kaver kekurangan pasokan pada wilayah tertentu maka tranfer tersebut umumnya masih di bawah kapasitas maksimum. Oleh kerena itu, maka pada penelitian ini akan digunakan 100 MW untuk mensimulasikan keandalan sistem pembangkit region 3 selama 10 tahun sampai dengan tahun 2017. METODOLOGI PENELITIAN Metode yang digunakan adalah kajian pustaka dan simulasi dengan tahapan sebagai berikut : 1. Melakukan studi literatur untuk mengumpulkan landasan teori 2. Mengumpulkan data-data pembangkitan dan beban meliputi kapasitas pembangkit, biaya pembangkitan, Force Outage Rates (FOR), perkiraan pertumbuhan beban dan data-data lain yang menunjang. 3. Menghitung tingkat keandalan sistem pembangkit selama 10 tahun berdasarkan data perkiraan pertumbuhan beban dan rencana pembangunan pembangkit baru PLN 4. Menghitung tingkat keandalan sistem pembangkit selama 10 tahun dengan memasukan skenario transfer daya antar region 5. Membandingkan tingkat keandalan sistem pembangkit berdasarkan data perkiraan pertumbuhan beban dan rencana pembangunan pembangkit baru PLN dengan skenario transfer daya antar region 6. Menentukan besarnya tambahan pasokan daya pada masing-masing skenario untuk memenuhi tingkat keandalan sistem pembangkit 7. Membandingkan besarnya tambahan pasokan daya pada masing-masing skenario untuk dapat menentukan besarnya pasokan daya yang tepat untuk region 3 selama 10 tahun 8. Menyusun kesimpulan Skenario Tranfer Daya Kemungkinan terjadinya tranfer daya antara region 3 dengan region 2 dan 4 dapat diilustrasikan sebagaimana terlihat pada gambar 3 R 3 to R 2 Skenario 1 +100 0 +100 +200 +300-300 -200-100 0 +100-400 -300-200 -100 0 Skenario 2 R 4 to R 3 no transfers in -200-100 region 3 +100 +200 R 2 to R 3 R 3 to R 4 Gambar.3. Ilustrasi tranfer daya region 3 Pada gambar 3, daerah di sebelah kanan bujur sangkar (region 3) menunjukkan kemungkinan adanya tranfer daya dari region 2 ke region 3 sebesar 2 x 100 MW dan sebelah kiri menunjukkan kemungkinan adanya tranfer daya dari region 3 ke region 2 sebesar 2 x 100 MW. Daerah di bagian atas menunjukkan kemungkinan adanya tranfer daya dari region 4 ke region 3 sebesar 1 x 100 MW dan bagian bawah menunjukkan kemungkinan adanya tranfer daya dari region 3 ke region 4 sebesar 2 x 100 MW. Dengan pertimbangan kondisi terekstrim, maka skenario penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: 1. Skenario 1, keandalan sistem pembangkit listrik PLN region 3 jika ada tambahan daya sebesar 3 x 100 MW di jaringan 150 kv baik dari region 2 dan atau region 4 untuk 10 tahun ke depan 2. Skenario 2, keandalan sistem pembangkit listrik PLN region 3 jika ada peningkatan kebutuhan daya sebesar 4 x 100 MW di jaringan 150 kv baik dari region 2 dan atau region 4 untuk 10 tahun ke depan Diagram Alir Program Flowchart perhitungan dengan metode Konvolusi dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini. E-53

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Elektro f ( n ) ( x ) = pn Mulai Baca Data: Beban dan Pembangkit Tentukan Kurva LDC Tentukan Kurva ILDC n = 1 Tentukan Kurva ELDC f ( n 1) ( x ) + f ( n 1) qn ( x Cn ) n = n+1 [ 4] Tabel.3. Hasil Perhitungan Matlab LOLP (Hari/Th) Data PLN Skenario 1 Skenario 2 2008 0,173398 0,010305 4,186218 2009 0,000164 0,000007 0,008214 2010 0,000260 0,000012 0,010879 2011 0,001190 0,000064 0,040539 2012 0,009062 0,000587 0,229705 2013 0,003071 0,000198 0,084851 2014 0,028645 0,002287 0,548306 2015 0,242320 0,025065 3,066369 12,07495 1,588499 0,226870 2016 8 33,48514 8,775824 1,945715 2017 9 n > jp Tdk Ya Hitung Energi Keluran Pembangkit (Egn) Hitung Total Energi Beban (Et) ANALISA DAN PEMBAHASAN Dengan menggabungkan ketiga grafik LOLP di atas, maka akan didapatkan perbandingan nilai indeks keandalan LOLP pada ketiga kondisi tersebut sebagaimana terlihat terlihat pada gambar 5. Hitung LOLP Hitung EENS Selesai Gambar 4. Diagram alir program 34 31 28 25 22 19 16 13 10 Perbandingan Nilai Indeks LOLP Rencana PLN Dengan Skenario 1 dan 2 Sken 2 PLN HASIL PERHITUNGAN MATLAB Pada penelitian ini digunakan program Matlab dalam perhitungan LOLP, EENS, energi beban dan energi generator dengan metode konvolusi. Berdasarkan data perkiraan pertumbuhan beban dan rencana pembangunan pembangkit baru PLN region 3 serta skenario transfer daya antar region, maka dapat dihasilkan nilai indeks keandalan (LOLP) dalam hari/tahun, Energi Not Serve (ENS), energi beban dan energi generator dalam MWh untuk data perencanaan PLN dan 2 skenario tranfer daya antar region selama 10 tahun (2008-2017). Dengan mengasumsikan bahwa nilai LOLP < 1 hari per tahun sebagai batas keandalan sistem pembangkit, maka dari hasil perhitungan data perencanaan PLN, skenario 1 dan 2 menunjukkan bahwa nilai indeks keandalan (LOLP) region 3 telah masuk dalam ketegori tidak handal masing-masing pada tahun 2016-2017, 2017, dan 2015-2017. 7 4 1-2 Sken 1 Gambar 5. Perbandingan Nilai indeks LOLP Berdasarkan gambar 5, skenario peningkatan kebutuhan daya sebesar 4 x 100 MW (skenario 2) menghasilkan indeks keandalan terburuk, karena terdapat 4 dari 10 tahun (2008, 2015, 2016 dan 2017) nilai indeks LOLP yang telah melewati batas ambang (1 hari/tahun). Sedangkan skenario penambahan daya 3 x 100 MW (skenario 1) menghasilkan nilai indeks keandalan terbaik, karena hanya terdapat 1 dari 10 tahun (2017) nilai indeks LOLP yang telah melewati batas ambang. Untuk mendapat LOLP 1 hari per tahun dapat dilakukan dengan penambahan unit pembangkit baru, dengan pertimbangan biaya pembangkitannya (236 Rp/kWh) PLTU batubara merupakan alternatif yang baik, sedang untuk pembangunan PLTP kapasitasnya terlalu kecil dan PLTA karena terbatasnya potensi air yang ada. Khusus pada skenario 2 tahun 2008, karena tidak memungkinkan lagi membangun pembangkit baru, langkah yang dapat dilakukan adalah membatasi besarnya tranfer daya yang terjadi. E-54

ISBN : 978-979-3980-15-7 Yogyakarta, 22 November 2008 Berdasarkan Data Pln Berdasarkan hasil perhitungan, nilai indeks LOLP data perencaan PLN tahun 2016 dan 2017 menghasilkan tingkat keandalan yang buruk. Upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tingkat keandalan tersebut adalah dengan menambah pembangkit PLTU Batubara baru dengan 2 alternatif yaitu penambahan sebesar 300 MW pada tahun 2015 (alternatif 1) atau 300 MW pada tahun 2015 dan 2017 (alternatif 2). Dengan asumsi FOR 0,08, maka didapatkan nilai indeks LOLP yang baru sebagaimana terlihat pada gambar. LOLP Rencana PLN Setelah Penambahan Pembangkit Baru H a ri/ta h u n _ 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0-0.5 LOLP Skenario Peningkatan Daya 3x100 MW Setelah Penambahan Pembangkit Baru Gambar 7. Nilai indeks LOLP skenario 1 yang telah ditambah dengan pembangkit baru Lama Baru 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0-1 Gambar 6. Nilai indeks LOLP berdasarkan data PLN yang telah ditambah dengan pembangkit baru Berdasarkan gambar 6 terlihat bahwa alternatif pertama masih menyisakan LOLP di atas 1 hari/tahun yakni pada tahun 2017, sedangkan alternatif kedua seluruhnya di bawah 1 hari/tahun, sehingga dapat disimpulkan bahwa dengan penambahan pembangkit PLTU baru 300 MW pada tahun 2015 dan 2017 dapat menekan indeks LOLP di bawah 1 hari/tahun selama 10 tahun ke depan. Lama Alter 1 Alter 2 Skenario Penambahan Daya 3 X 100 MW Berdasarkan hasil perhitungan, nilai indeks LOLP skenario penambahan daya sebesar 3 x 100 MW menghasilkan tingkat keandalan yang buruk. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki tingkat keandalan tersebut adalah dengan menambah pembangkit baru PLTU Batubara sebesar 300 MW pada tahun 2016 sebagaimana terlihat pada gambar 7. Berdasarkan gambar 7 dapat disimpulkan bahwa dengan menambahkan pembangkit PLTU Batubara baru 300 MW pada tahun 2016 dapat menekan indeks LOLP di bawah 1 hari/tahun. Grafik pergeseran nilai indeks LOLP skenario 1 yang telah ditambah dengan pembangkit baru. Skenario Peningkatan Kebutuhan Daya 4 X 100 MW Khusus pada tahun 2008, karena tidak memungkinkan lagi membangun pembangkit baru, langkah yang dapat dilakukan adalah dengan membatasi besarnya tranfer daya yang terjadi (besarnya peningkatan kebutuhan daya). Dengan mensimulasikan pengurangan transfer daya dari 400 MW sampai 0 MW, maka akan dihasilkan data sebagaimana terlihat pada gambar 8. 5 4 3 2 1 0 Pembatasan Tranfer Daya Batas maksimum transfer daya 0 50 100 150 200 250 300 350 400 Gambar 8. Pergerakan nilai indeks LOLP terhadap besarnya peningkatan kebutuhan daya Berdasarkan gambar 8, untuk mengantisipasi rendahnya tingkat keandalan di region 3, maka khusus pada tahun 2008 batas maksimum peningkatan kebutuhan daya adalah 200 MW lewat dari itu akan mengakibatkan keandalan sistem menjadi buruk. Sedangkan untuk memperbaiki tingkat keandalan pada tahun 2015, 2016 dan 2017 dapat dilakukan dengan menambah pembangkit PLTU Batubara baru dengan 4 alternatif yaitu alternatif pertama hanya menambahkan sebesar 300 MW pada tahun 2014, alternatif kedua menambahkan sebesar 300 MW pada tahun 2014 dan 2016, alternatif ketiga menambahkan sebesar 300 MW pada tahun 2014 dan 2x300 MW pada tahun 2016, serta alternatif keempat menambahkan sebesar 2x300 MW pada tahun 2014 dan 2x300 MW pada tahun 2016 MW E-55

Prosiding Seminar Nasional Teknoin 2008 Bidang Teknik Elektro menghasilkan nilai indeks LOLP yang baru sebagaimana terlihat pada gambar 9. 34.0 31.0 28.0 25.0 22.0 19.0 16.0 13.0 10.0 7.0 4.0 1.0-2.0 LOLP Skenario Peningkatan Kebutuhan Daya 4x100MW Setelah Penambahan Pembangkit Baru Gambar 9. Nilai indeks LOLP skenario 2 yang telah ditambah dengan pembangkit baru Berdasarkan gambar 9, alternatif keempat merupakan pilihan yang tepat karena dapat menekan LOLP di bawah 1 hari/tahun. Dengan menggunakan perencanaan pada skenario peningkatan kebutuhan daya 4 x 100 MW yang menambah PLTU Batubara 2 x 300 MW pada tahun 2014 dan 2016 sebagai acuan untuk penambahan pembangkit, maka akan dihasilkan nilai LOLP baru sebagaimana terlihat pada gambar 10. 1.0 0.9 0.8 0.7 0.6 0.5 0.4 0.3 0.2 0.1 0.0-0.1 Gambar 10. Nilai indeks LOLP ketiga kondisi yang telah ditambah dengan pembangkit baru Berdasarkan gambar 10, maka dapat disimpulkan bahwa penambahan PLTU Batubara 2 x 300 MW pada tahun 2014 dan 2016 pada perencanaan PLN dan kedua skenario menghasilkan nilai indeks LOLP di bawah 1 hari/tahun LOLP Region 3 Stelah Penambahan Pembangkit Baru Lama Alter 1 Alter 2 Alter 3 Alter 4 Sken 2 Sken 1 PLN 3. Penambahan PLTU Batubara 300 MW tahun 2015 dan 2017 (alternatif 2) pada data PLN dapat menekan laju kenaikan LOLP tahun 2015, 2016 dan 2017 masing-masing menjadi 0,041628 hari/tahun, 0,329775 hari/tahun, dan 0,570602 hari/tahun. Sedangkan pada skenario 1, penambahan 2 x 300 MW pada tahun 2016 dapat menekan laju kenaikan LOLP pada tahun 2016 dan 2017 masing-masing menjadi 0.038981 hari/tahun dan 0.417712 hari/tahun. Pada skenario 2, penambahan 2 x 300 MW pada tahun 2014 dan 2016 (alternatif 4) dapat menekan laju kenaikan LOLP pada tahun 2014 sampai 2017 masingmasing menjadi 0,017261 hari/tahun, 0,135336 hari/tahun, 0,034887 hari/tahun, 0,313967 1 hari/tahun 4. Guna mengantisipasi tingginya nilai LOLP khusus pada tahun 2008 skenario 2, dapat dilakukan dengan membatasi peningkatan kebutuhan daya maksimum 200 MW. 5. Dengan penambahan PLTU Batubara 2 x 300 MW di tahun 2014 dan 2016 pada kedua skenario dan rencana PLN, menghasilkan nilai LOLP lebih kecil dari 1 hari/tahun.. DAFTAR PUSTAKA [1] PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban. Faktor Beban Distribusi Se Jawa-Bali 2007, Diakses 14 Januari 2008, dari http://www.pln-jawa-bali.co.id/~fbkontrib/ lf_2007.jpg [2] PT. PLN (persero) Pusat. Data Statistik Publik: Daya Tersambung per Kelompok Pelanggan. Diakses 14 Januri 2008, dari http://202.162.220.3/statistik/statistik.asp [3] PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban, Bidang Perencanaan. [4] PT PLN (Persero) Penyaluran dan Pusat Pengatur Beban, Bidang Operasi Sistem, Bagian Analsis & Evaluasi. [5] X. Wang, J.R. McDonald. (1994). Modern Power System Planning (Internatianal Edition). McGraw Hill, Singapore. KESIMPULAN 1. Dari kedua skenario, skenario penambahan daya 3 x 100 MW (skenario 1) menghasilkan nilai indeks keandalan terbaik, sedangkan skenario peningkatan kebutuhan daya sebesar 4 x 100 MW (skenario 2) menghasilkan indeks keandalan terburuk, hal tersebut terlihat dari seberapa banyak nilai LOLP di atas 1 hari/tahun 2. Untuk mendapat LOLP lebih kecil dari 1 hari/tahun selama 10 tahun ke depan maka harus dilakukan penambahan unit pembangkit baru sebelum tahun 2015. E-56