KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA

dokumen-dokumen yang mirip
DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi 1. Pendahuluan 10 menit Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini

CSL5_Manual apusan darah tepi_swahyuni 2015 Page 1

BAB III METODE PENELITIAN

PENUNTUN PEMBELAJARAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis panelitian yang digunakan adalah analitik, karena akan membahas

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIS MALARIA BALAI LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara keberadaan Soil Transmitted Helminths pada tanah halaman. Karangawen, Kabupaten Demak. Sampel diperiksa di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN BTA ( BAKTERI TAHAN ASAM )

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian dilaksanakan di Balai Kesehatan Paru Masyarakat Wilayah

PENGOLAHAN DAN PEMUSNAHAN LIMBAH LABORATORIUM

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik.

E. coli memiliki bentuk trofozoit dan kista. Trofozoit ditandai dengan ciri-ciri morfologi berikut: 1. bentuk ameboid, ukuran μm 2.

BUKU PANDUAN KETERAMPILAN KLINIK

Pemeriksaan Darah Samar Benzidine Test. Metode yang digunakan adalah metode benzidine test.

BAB 4 HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Puskesmas Kemangkon Kabupaten

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan menggunakan. hygiene dan status gizi (Notoatmodjo, 2010).

BUKU PANDUAN KERJA KETERAMPILAN

Karakteristik Responden. 2. Lama Bertugas / pengalaman bekerja. 3.Mengikuti pelatihan APN ( Asuhan persalinan Normal)

PENUNTUN PEMBELAJARAN ASPIRASI SUPRAPUBIK

PENUNTUN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. disebabkan oleh protozoa, seperti Entamoeba histolytica, Giardia lamblia dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian bersifat analitik karena akan membandingkan jumlah

BAB III METODE PENELITIAN

MAKALAH BIOLOGI DAN PERKEMBANGAN TENTANG VAGINA SWAB

BAB IV METODE PENELITIAN. Ilmu Kesehatan Anak, dan Ilmu Kesehatan Masyarakat.

BAB III METODE PENELITIAN. cross sectional (potong lintang), dimana pengukuran variabel hanya dilakukan

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 8. Penggunaan Alat Dan Bahan Laboratorium Latihan Soal 8.3

MODUL PRAKTIKUM PARASITOLOGI PARASIT DARAH DAN JARINGAN BLOK 14 (AGROMEDIS DAN PENYAKIT TROPIS)

Faktor yang Berhubungan dengan Anemia Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Wajo Kota Bau-Bau Provinsi Sulawesi Tenggara

PENUNTUN CSL Keterampilan Pengambilan Sampel Usap Tenggorok

Keterampilan Laboratorium PADA BLOK 2.2 HEMATOIMUNOLIMFOPOETIK:

PEDOMAN PRAKTIKUM. Nama : NIM : Kelompok : Kelas : Asisten :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODE PENELITIAN

TIGA PEWARNAAN UNTUK MELIHAT GRANULA METAKROMATIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Mikrobiologi klinik dan infeksi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN

PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK MALARIA

MIKROSKOP A. PENDAHULUAN

LAMPIRAN Lampiran 1. Surat Permohonan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di bulan april - mei tahun 2012, lokasi dalam

BAB III METODE PENELITIAN

Pemeriksaan mikroskopis tinja terhadap parasit metode kwantitatif : 1. Metode Stoll 2. Metode Kato-Katz

2. Prosedur Isolasi ke Media Padat

BAB III METODE PENELITIAN. dan Laboratorium Kulit RSUP dr. Kariyadi. tahun 2016 di Puskesmas Mangkang, Semarang.

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUNGAI KAKAP

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB 4 METODE PENELITIAN. 4.1 Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Unit Pelayanan Tekhnis Daerah Balai

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

MANUAL KETERAMPILAN KLINIK

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PERAWATAN JENAZAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian mengenai penambahan starter ekstrak nanas dengan level berbeda

LAPORAN PRAKTIKUM HISTOTEKNIK Disusun oleh: Jekson Martiar Siahaan

PEMERIKSAAN ERYTROSIT CARA PIPET

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBAR OBSERVASI HIGIENE SANITASI PENGOLAHAN BUBUR AYAM DI KECAMATAN MEDAN SUNGGAL TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 3 Botupingge Kecamatan

DINAS KESEHATAN KABUPATEN LEBONG PUSKESMAS MUARA AMAN. Jalan Lapangan Hatta No. 1 Kelurahan Pasar Muara aman

Undang Ruhimat. Herdiyana. Program Studi D-III Analis Kesehatan STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Kejadian kecacingan STH di Indonesia masih relatif tinggi pada tahun 2006,

Buku Panduan Pendidikan Keterampilan Klinik 1 Keterampilan Sanitasi Tangan dan Penggunaan Sarung tangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERIKSAAN KESEHATAN MATA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

TATALAKSANA SKISTOSOMIASIS. No. Dokumen. : No. Revisi : Tanggal Terbit. Halaman :

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari pada bulan

BAB I PENDAHULUAN. Giardia intestinalis. Penyakit ini menjadi salah satu penyakit diare akibat infeksi

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian analitik. UNIMUS, Jl. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang. Waktu penelitian yaitu

Tujuan Praktikum Menentukan waktu beku darah (waktu koagulasi darah) dari seekor hewan/manusia.

PERMINTAAN PEMERIKSAAN LABORATORIUM, PENERIMAAN, PENGAMBILAN DAN PENYIMPANAN SPESIMEN No. Dokumen : C/VIII/SOP/I/16/002 No.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penduduk di dunia. Biasanya bersifat symtomatis. Prevalensi terbesar pada daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah analitik. Wonodri Sendang Raya 2A Semarang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) untuk

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pemeriksaan cacing parasit

III. METODE 3.1. Waktu dan Tempat 3.2. Alat dan Bahan 3.3. Tahap Persiapan Hewan Percobaan Aklimatisasi Domba

Teknik Pengelolaan Sediaan Sitologi

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS Jl. Perintis Kemerdekaan Padang Telp.: Fax:

III. MATERI DAN METODE

SISTEM UROGENITALIA PENUNTUN PEMBELAJARAN TEHNIK PEMERIKSAAN PROSTAT DENGAN COLOK DUBUR

Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan salah satu bagian dari kewaspadaan standar.

BAB 4 METODE PENELITIAN. dan mulut. Penelitian ini dilakukan di kota Jogjakarta karena penambahan

Transkripsi:

1 KETERAMPILAN MEMBUAT APUSAN, MEWARNAI, MENGAWETKAN TINJA, DAN MENGIDENTIFIKASI PARASIT PADA APUSAN TINJA Sitti Wahyuni, MD, PhD Bagian Parasitologi Universitas Hasanuddin, wahyunim@indosat.net.id INDIKASI PEMERIKSAAN Kompetensi Penyakit dengan indikasi kecacingan dan infeksi protozoa usus harus bisa didiagnosis oleh dokter umum berdasarkan pemeriksaan laboratorium sederhana Indikasi klinis Diare Disentri Anemia Gangguan pertumbuhan Lesu Nyeri kronis pada perut bawah TUJUAN PEMERIKSAAN Umum: Setelah mengikuti pelatihan keterampilan ini, mahasiswa diharapkan mampu dan terampil membuat apusan, mewarnai, mengawetkan sampel tinja dan mengidentifikasi parasit yang terdapat pada spesimen tinja. Khusus: Setelah melakukan latihan ini, mahasiswa akan terampil dalam : 1. menerangkan kepada pasien/keluarganya mengenai tujuan pemeriksaan, cara melakukan, keuntungan dan resiko yang mungkin timbul, kerahasiaan data dan hak untuk menolak diperiksa 2. memperlihatkan sikap empati dan sikap professional 3. menerangkan kepada pasien cara mengambil sampel tinja 4. melakukan kegiatan secara asepsis (steril, memakai sarung tangan dan membuang sampah ditempat yang telah disediakan) 5. membuat apusan dan membuat pewarnaan tinja untuk sediaan langsung pada objek gelas 6. mengawetkan sediaan tinja untuk dikirim ke laboratorium rujukan

2 7. mampu dan terampil memakai mikroskop untuk identifikasi parasit pada apusan tinja 8. memakai mikroskop untuk identifikas parasit pada apusan darah tebal dan tipis DESKRIPSI KEGIATAN Kegiatan Waktu Deskripsi Pendahuluan 10 mnt Instruktur menelaskan tujuan dari kegiatan ini Demonstrasi 20 mnt 1. Seorang mahasiswa bertindak sebagai pasien 2. memperlihatkan cara berkomunikasi, melakukan inform consent, cara bersikap empati dan profesional 3. memperlihatkan alat dan bahan beserta fungsinya 4. menjelaskan cara menjelaskan kepada pasien cara mengambil sampel tinja 5. memperlihatkan cara membuat apusan dan pewarnaan tinja untuk pemeriksaan langsung 6. memperlihatkan cara melakukan pengawetan tinja untuk dirujuk 7. memperlihatkan cara mengidentifikasi parasit yang terdapat pada apusan tinja dengan menggunakan mikroskop 8. mahasiswa diminta untuk menanyakan hal hal yang belum jelas sehubungan dengan kegiatan kemampu dan terampilan ini Praktek bermain peran dengan umpan Balik 70 mnt 1. Mahasiswa melakukan kegiatan seperti yang didemonstrasikan oleh instruktur 2. Instruktur berkeliling diantara mahasiswa dan melakukan supervisi dan mengoreksi hal hal yang belum sempurna ALAT DAN BAHAN Umum Meja kerja Tempat sampah biohazard Tempat sampah biasa

3 Sabun cuci tangan Wastafel Sarung tangan Marker Apusan tinja dan pewarnaan sediaan langsung Sampel tinja Objek gelas dan kaca penutup Larutan saline solution & larutan Lugol's iodine (1% solution) Kayu aplikator Pengawetan tinja Dua buah pot dengan volume 20 ml yang mempunyai tutup yang rapat Kayu aplikator Marker Formalin (Formaldehyde)10% Pengawet Poly Vinil (PV) Selotip Lembaran rujukan Identifikasi parasit pada apusan tinja dengan mikroskop Mikroskop Apusan tinja pada objek gelas KEGIATAN A. Persiapan pasien dan cara mengambil sampel Cara kerja: 1. Menjelaskan tujuan pemeriksaan, meminta persetujuan dan hak untuk menolak serta menjamin kerahasiaan data pasien. 2. Memperlihatkan sikap empati dan profesionalisme pada pasien 3. Meminta contoh tinja dari pasien dengan memberikan pot ukuran diameter 3 cm dan tinggi 4 cm yang sudah dilabel denganidentitas pasien diseratai dengan sendoknya 4. Menerangkan kepada pasien bahwa tinja yang diambil: Harus dalam keadaan segar Tidak terkontaminasi oleh air kencing atau bahan lain Tiba di tempat pemeriksaan 1-2 jam setelah dikeluarkan

4 B. Membuat pewarnaan sediaan langsung 1. Dengan spidol tulis identitas pasien pada objek gelas 2. Pasang sarung tangan 3. Letakkalah objek glass tersebut mendatar di atas meja 4. Teteskan 1 tetes saline solution pada kaca tengah kiri dan 1 tetes larutan lugol iodine pada tengah kanan dari objek gelas 5. Ambil sedikit faeces (bagian yang berlendir) dengan menggunakan kayu aplikator, letakkan pada tetesan larutan saline, campurkan sampai rata Catatan : Faeces keras: ambil bagian yang terletak diluar dan didalam specimen. Faeces bercampur atau darah : ambil didaerah yang berlendir atau berdarah Faeces encer: ambil dibagian mana saja. 6. Tutup kedua tetesan itu masing masing dengan kaca penutup 7. Isaplah dengan kertas isap cairan yang berlebih dan terdapat diluar kaca penutup 8. Lepaskan sarung tangan dan buang ke tempat sampah biologis 9. Cucilah tangan dengan sabun antiseptik C. Pengawetan spesimen tinja Prosedur 1. Pasang sarung tangan 2. Label kedua pot dengan identitas pasien 3. Beri tanda F pada bagian atas pot untuk pot yang tinjanya akan diawetkan dengan formalin dan beri tanda PV untuk pot yang tinjanya akan diawetkan dengan Poly Vinil 4. Isi pot "F" dengan formalin 10% sampai pertengahan pot dan pot PV dengan pengawet PV sampai pertengahan pot. 5. Dengan kayu aplikator ambil tinja kira kira sebanyak 1 sendok teh, masukkan kemasing masing pot yang sudah diisi dengan pengawet. Perbandinga antara pengawet dan tinja adalah kira kira 1:1. Aduk sehingga tinja dan pengawetnya tercampur dengan baik. 6. Tutup pot dengan rapat, gunakan selotip untuk mencegah kebocoran pada mulut pot 7. Tuliskan pengantar dari specimen ini meliputi:

5 nama, umur, dan jenis kelamin pasien Keluhan utama tanggal pengiriman 8. Lepaskan sarung tangan buang ke tempat sampah biologis 9. Cuci tangan dengan sabun antiseptik D. Identifikasi parasit dengan mikroskop Letakkan objek gelas pada meja obyektif dibawah mikroskop Turunkan kondensor dan aturlah cahaya melalui diafragma. Lihatlah obyek dengan menggunakan lensa obyektif 10 kali, putarlah makrometer sampai obyek terlihat.. Tajamkan fokus dengan memutarmikrometer perlahan-lahan Tingkatkan pembesaran sampai 45 kali jika dibutuhkan Lakukanlah pemeriksaan sistematis dengan metode sigzag. Lakukanlah identifikasi parasit: Telur dan larva cacing Protozoa: bentuk trophozoites dan kista dari amuba dan flagellate Telur dan larva cacing pada larutan saline dan lugol iodine Telur dan larva cacing dapat diidentifikasi dengan mudah dalam larutan saline. Mereka tampak tidak berwarna dan mudah dilihat dengan pembesaran 10x Protozoa pada larutan saline Bentuk trophozoites and kista dari amuba dan flagellate mungkin bisa terlihat Kista akan tampak bulat atau oval dengan dinding yang jelas Trofozoit akan tampak bulat atau oval dengan dinding irreguler. Pada faeces segar (faeces yang tidak lebih dari 2 jam setelah dikeluarkan), pergerakan trofozoit dapat terlihat terutama pada flagella. Mula-mula lihat objek dengan pembesaran 10x, untuk melihat lebih jelas bagianbagian dari parasit seperti nucleus, chromatoid bodies, sucking discs, spiral grooves, atau filaments dari parasit, tingkatkan pembesaran secara bertahap. Protozoa pada Lugol Iodine. Sitoplasma dari trofozoit atau kista akan tampak kuning atau coklat muda dan nucleus akan tampak coklat tua.

6 Pada kista Entamoeba peripheral chromatin dan posisi karyosome dapat terlihat (jika tidak terlihat, bukan Entamoeba). Peripheral chromatin akan tampak kuning muda. Kadang kadang pada kista muda yang masih mengandung glikogen, glikogen akan tampak coklat tua. Kista flagella dan filamennya juga terlihat jelas dengan pewarnaan lugol iodine. Interpretasi Laporkan semua jenis parasit yang ditemukan Sediaan dinyatakan negatif jika tidak ditemukan parasit dalam 100 lapangan pandang dan sampel tinja diperiksa sebanyak 3x berturut turut dalam hari pemeriksaan yang berbeda Kepustakaan WHO. Basic laboratory methods in medical parasitology. http://whqlibdoc.who.int/publications/9241544104_%28part2%29.pdf