BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu

dokumen-dokumen yang mirip
KAJIAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURU IPA DI SMP KOTA SEMARANG 1. Abstrak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Indonesia Kirim Guru ke Korea untuk Pelajari HOTS

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Hal ini berkaitan dengan ha kikat pendidikan yaitu sebagai upaya

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sesuai tanggung jawabnya bahwa guru adalah tenaga pendidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Perolehan Skor Rata-Rata Siswa Indonesia Untuk Sains

BAB I PENDAHULUAN. utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya menggunakan prinsip-prinsip matematika. Oleh karena itu,

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. negara. Jika dalam suatu negara pendidikan semakin baik, maka dapat

BAB I PENDAHULUAN. generasi yang mampu bersaing di era globalisasi. Negara dengan kualitas

I. PENDAHULUAN. sains siswa adalah Trends in International Mathematics Science Study

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai tanggung jawab besar dalam menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan.

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diarahkan kepada tabiat manusia dan kepada sesamanya (Fa turrahman dkk,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan sarana strategis untuk meningkatkan kualitas suatu

BAB I PENDAHULUAN. pendidikannya. Fathurahman, dkk (2012: 1) mendefinisikan bahwa. pendidikan merupakan suatu usaha pengaruh perlindungan dan bantuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ika Citra Wulandari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

I. PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan salah satu aspek kehidupan yang penting

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan pendidikan yang dilakukan pemerintah saat ini sangatlah

PUISI DERITA GURUKU DAN SEMANGAT MENINGKATKAN KUALITAS. Puji Iryanti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purnama Adek, 2014

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 53 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dibalik itu semua tindak tanduk seorang guru akan digugu dan ditiru oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu kemajuan suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya para siswa di tingkat pendidikan Sekolah Dasar hingga

I. PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai arti penting dalam kehidupan. Melalui pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Esa Unggul

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG

(Invited Speaker dalam Seminar Nasional di Universitas Bengkulu, 29 Nopember 2009)

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

NEED ASSESSMENT PENGEMBANGAN KEPROFESIONALAN BERKELANJUTAN GURU SMK TEKNIK AUDIO VIDEO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan wahana yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan pembangunan nasional khususnya di bidang pendidikan,

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. maka dikemukakan kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan kompetensi setiap individu akan berkembang sesuai dengan jenjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN KEMAMPUAN PROFESIONAL PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. sangat berdampak besar terhadap dunia pendidikan, khususnya terhadap kualitas

BAB I PENDAHULUAN. kompetensi professional para guru dan pengelola sekolah. pendidikan adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

No Tahun Peringkat Jumlah Peserta

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

BAB I PENDAHULUAN. guru dan siswa. Proses ini akan berkembang lebih baik dan mencapai hasil yang

BAB I PENDAHULUAN. dan dirinya sendiri. Orang tua tidak memiliki waktu yang cukup dan tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

Majalah METODIKA, terbit di Jakarta, Edisi IV Oktober 2006

I. PENDAHULUAN. cerdas, terbuka dan demokratis. Pendidikan memegang peran dalam. tertuang dalam pembukaan Undang-undang Dasar 1945.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan Sistem Pendidikan Nasional. Upaya peningkatan kualitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sains dan teknologi adalah suatu keniscayaan. Fisika adalah

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR: 21 TAHUN 2010 TENTANG

DIKLAT CALON TIM PENILAI JABATAN FUNGSIONAL GURU

LAPORAN PENGEMBANGAN DIRI

BAB I PENDAHULUAN. global. Kualitas pendidikan dapat dilihat salah satunya melalui hasil (output) yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur dalam. manusia (human development index) yang dikembangkan oleh United Nations

PEMENUHAN PENILAIAN KINERJA GURU (PKG) BAGI GURU SDN DAN SDN KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi. Dengan adanya gaya kepemimpinan akan terjalin kerjasama serta

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. diperbincangkan, baik dari kalangan praktisi pendidikan, politisi, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. 1 Evy Yosita, Zulkardi, Darmawijoyo, Pengembangan Soal Matematika Model PISA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan belajar mengajar akan berjalan dengan efektif apabila satuan

PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN GURU BK MELALUI PENILAIAN KINERJA DAN PENGEMBANGAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN. Siti Fitriana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan pendidikan formal. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. martabat manusia secara holistik. Hal ini dapat dilihat dari filosofi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erie Syaadah, 2013

Sosialisasi Implementasi Gerakan Literasi Sekolah

KINERJA GURU DI SD KECAMATAN DELI TUA KABUPATEN DELI SERDANG. Halimatussakdiah dan Khairul Anwar Surel :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Prestasi Indonesia terutama dalam mata pelajaran matematika, masih rendah. Banyak data yang menukung opini ini, seperti:

BAB I PENDAHULUAN. Kendala yang dihadapi dalam pengelolaan pendidikan Indonesia adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

diselenggarakan secara internasional dapat dijadikan acuan guna mengetahui sejauh mana daya saing siswa Indonesia secara global (Fatmawati dan

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemampuan matematika merupakan suatu kemampuan dasar yang perlu mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika terlihat pada catatan International Association for the Evaluation of Educational Achievement (IEA) tahun 2007 dalam program Trends in International Mathematics and Science Study yang melakukan penilaian komparatif internasional bagi siswa grade 4 (setingkat Sekolah Dasar) dan 8 (setingkat Sekolah Menengah Pertama) di seluruh dunia dalam bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Lembaga ini mencatat bahwa kemampuan Matematika siswa grade 8 Indonesia hanya berada pada peringkat 36 dari 48 negara peserta, dengan rerata skor 397 dari rerata skor internasional 500. Prestasi rendah di bidang Matematika juga tercatat pada hasil survei tahun 2009 yang dilakukan OECD (Organisation for Economic Co-operation and Development) pada program PISA (Programme for International Student Assessment), suatu program internasional yang dilakukan setiap tiga tahun dan bertujuan untuk mengevaluasi sistem pendidikan seluruh dunia dengan menguji pengetahuan dan keterampilan siswa-siswi berusia 15 tahun untuk negara-negara yang berpartisipasi pada PISA. Survei ini menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat ke-57 dari 65 negara yang disurvei. Indonesia memperoleh

2 pencapaian rerata Matematika sebesar 371 yang tentu saja masih sangat jauh dari rerata OECD sebesar 496. Kenyataan rendahnya kemampuan Matematika seperti yang disebutkan di atas, terjadi merata di seluruh Indonesia, tidak terkecuali di Kota Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini terlihat pada nilai sekolah mata pelajaran matematika sebagai kontribusi 40% dari nilai akhir kelulusan Matematika ujian nasional tahun 2011 yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1.1. Rerata Nilai Sekolah Tingkat SMP Tahun 2011 Rerata Bahasa Bahasa Matematika IPA Nilai Sekolah Indonesia Inggris Nasional 8,03 7,83 7,79 7,87 Sulawesi Selatan 8,09 7,88 7,81 7,93 Kota 8,02 7,86 7,68 7,88 Sumber: Balitbang, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2012 Rerata nilai sekolah untuk mata pelajaran matematika sebagai kelompok mata pelajaran teknologi yang diujikan pada ujian nasional memiliki tingkat pencapaian paling rendah di tingkat Kota, Provinsi Sulawesi Selatan, maupun tingkat nasional jika dibandingkan dengan mata pelajaran lain yang diujikan pada ujian nasional tingkat SMP (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dan IPA). Pencapaian hasil belajar siswa di bidang Matematika tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor sebagaimana Slameto (2010:54) menggolongkan faktor tersebut sebagai faktor internal dan eksternal, dimana faktor internal terdiri atas faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan sedangkan faktor eksternal terdiri atas faktor keluarga, sekolah, dan masyarakat. Lebih jauh Slameto (2010: 64) menguraikan faktor sekolah yang mempengaruhi hasil belajar siswa mencakup

3 metode mengajar, kurikulum, relasi guru dan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung sekolah, metode belajar, dan tugas rumah. Meskipun banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa, guru merupakan faktor yang memiliki kontribusi penting bagi peningkatan hasil belajar siswa. Hattie (2003) dalam penelitiannya yang berjudul Teachers Make a Difference menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa dipengaruhi enam faktor penting yaitu siswa itu sendiri, rekan-rekan atau teman mereka, apa yang mereka dapat di rumah, apa yang terjadi di sekolah mereka, kepala sekolah, dan guru. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keenam faktor, guru merupakan faktor terbesar kedua yang mempengaruhi prestasi belajar siswa setelah faktor internal siswa itu sendiri. Studi serupa dilakukan Nordenbo et. al (2008) dengan merangkum 70 penelitian sejak tahun 1998 sampai 2007 mengenai faktor-faktor kompetensi guru yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Penelitian ini didasari pada sebagian besar penelitian yang telah dilakukan mengenai pembelajaran di sekolah yang menyimpulkan bahwa guru adalah faktor tunggal yang memiliki pengaruh besar pada apa yang dipelajari siswa. Faktor-faktor kompetensi guru yang dikemukakan sebagai faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa yaitu kompetensi guru untuk masuk ke dalam hubungan sosial sehubungan dengan individual murid dan seluruh kelas (semua murid), kompetensi guru untuk mengarahkan pekerjaan mengajar kelas dimana guru sebagai pemimpin terlihat sepanjang perjalanan pengajaran yang secara bertahap menyerahkan tanggung jawab kepada siswa dan

4 kelas untuk mengembangkan peraturan dan mendorong siswa untuk membangun dan mempertahankan peraturan tersebut, serta kompetensi guru dalam proses belajar-mengajar secara umum dan pengajaran secara individu. Realitas menunjukkan bahwa mutu guru di Indonesia dinilai masih memprihatinkan. Hal ini terlihat pada data kualifikasi guru berikut ini. Tabel 1.2. Jumlah Guru SMP Menurut Ijazah Tertinggi Tahun 2009/2010 Pendidikan Jumlah Ijazah Tertinggi (dalam %) Guru <S1 S1 S2 Indonesia 608.164 24,31 74,27 1,42 Sulawesi Selatan 26.078 19,41 79,95 0,64 Sumber: Pusat Statistik Pendidikan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (2012) Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 telah menetapkan bahwa standar kualifikasi minimal guru profesional adalah Sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) namun pada Tabel 1.2 di atas terlihat bahwa masih terdapat 24,31% guru pada tingkat nasional dan 19,41% guru pada tingkat Provinsi Sulawesi Selatan yang masih memiliki kualifikasi di bawah standar. Berdasarkan data yang diperoleh dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan tahun 2012, diketahui pula bahwa dari jumlah 685 guru Matematika yang ada di Kota, baru sekitar 330 guru yang telah mendapatkan sertifikat pendidik. Hal ini menunjukkan bahwa hanya setengah dari jumlah guru Matematika keseluruhan yang ada di yang telah mendapatkan pengakuan profesionalitas sebagai guru dan dianggap layak untuk mengajar.

5 Peran guru dalam konteks pendidikan merupakan peran yang sangat penting dan strategis. Guru berada pada barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan, yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanan. Peserta didik yang berkualitas secara akademis, skill (keahlian), kematangan emosional, moral maupun spiritual akan diproduksi di tangan guru. Oleh karena itu, sosok guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi sangat diperlukan dalam menjalankan tugas profesionalnya (Kunandar, 2009). Banyak cara yang dapat ditempuh untuk dapat menghasilkan sosok guru yang berkualitas, salah satunya adalah melalui continuing profesional development (CPD) yaitu pengembangan keprofesian guru secara berkelanjutan. CPD merupakan usaha yang dilakukan guru untuk mempertahankan, meningkatkan, dan memperluas pengetahuan dan keterampilan yang relevan dengan spesialisasi subjek guru dan pengajarannya sehingga memiliki dampak yang positif bagi praktek dan pengalaman siswa (IFL dalam Scales et al.,2011:3). Scales et al. (2011:53-54) menyatakan bahwa penggerak CPD memperhitungkan tiga elemen penting yaitu spesialisasi subjek, belajar mengajar, dan prioritas (kebijakan organisasi). Meskipun Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005, Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005, dan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 menetapkan bahwa guru-guru di Indonesia harus memiliki empat kompetensi yaitu kompetensi profesional, pedagogik, sosial, dan kepribadian, Scales et al. (2011:87) hanya menekankan pada pengembangan

6 subjek spesifik dan keterampilan mengajar dalam rangka pengembangan diri berkelanjutan sehingga hal awal yang perlu diinformasikan dalam pelaksanaan CPD guru adalah spesialisasi subjek (kompetensi profesionalisme) dan spesialisasi pengajarannya (kompetensi pedagogik). Oleh karena itu, penelitian ini hanya akan membahas mengenai kompetensi profesional dan pedagogik guru saja. Terdapat sembilan model CPD yang diajukan oleh Kennedy dalam Scales et al. (2011:117), yaitu training model, award-bearing model, deficit model, cascade model, standard-based model, coaching mentoring model, community of practice model, action research model, dan transformative model. Model CPD yang dilakukan di Indonesia dilaksanakan Pemerintah Indonesia dalam suatu program terobosan yang diberi nama Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) yang menfasilitasi guru dalam mengembangkan keprofesiannya secara berkelanjutan. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009 tentang jabatan fungsional guru dan angka kreditnya menetapkan unsur kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan Guru yang terdiri dari tiga macam kegiatan yaitu pengembangan diri, publikasi ilmiah, dan karya inovatif. Pengembangan diri dapat dilakukan melalui kegiatan diklat fungsional dan kegiatan kolektif guru. Kegiatan diklat fungsional merupakan kegiatan guru dalam mengikuti pendidikan atau latihan yang bertujuan untuk meningkatkan keprofesian guru dalam kurun waktu tertentu. Guru sebagai sales agent merupakan kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan. Baik buruknya perilaku atau cara mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan. Oleh sebab itu sumber daya guru harus

7 dikembangkan baik melalui pendidikan dan pelatihan maupun kegiatan lain agar kemampuan profesionalnya semakin meningkat (Alma, 2009:123). Penelitian-penelitian terdahulu yang mengkaji variabel pelatihan, kompetensi pedagogik dan profesional guru, serta prestasi belajar siswa antara lain dilakukan Laksana (2009) yang menemukan bahwa pelatihan berpengaruh secara signifikan terhadap profesionalisme guru dan penelitian Wulandari (2010) yang menemukan bahwa kompetensi pedagogik dan profesional guru berpengaruh terhadap proses dan hasil pembelajaran Matematika siswa. Penelitian-penelitian terdahulu hanya membahas hubungan antara pelatihan guru terhadap kompetensi guru atau hubungan antara kompetensi guru terhadap prestasi belajar siswa, oleh karena itu penelitian ini membentuk hal baru dengan melakukan penelitian secara komprehensif mengenai pengaruh pelatihan pengembangan profesionalisme guru terhadap kompetensi pedagogik dan profesional guru serta dampaknya terhadap hasil belajar siswa. Keterkaitan antara keempat variabel tersebut tentunya akan memiliki pengaruh dan kontribusi yang berbeda apabila diukur secara komprehensif dibandingkan jika hanya diukur sebatas dua atau tiga variabel saja. Penelitian ini akan menghasilkan gambaran mengenai tingkat kompetensi pedagogik dan profesional guru matematika SMP di Kota Provinsi Sulawesi Selatan ditinjau dari keikutsertaannya pada pelatihan-pelatihan dalam rangka pengembangan profesionalisme guru dan kontribusinya terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari kajian ilmu penjaminan mutu pendidikan sebagai salah satu usaha untuk memperoleh input bagi perencanaan upaya continuing professional development (Pengembangan

8 Keprofesian Berkelanjutan) tenaga pendidik yang pada akhirnya akan berujung pada penjaminan terhadap peningkatan kualitas pendidikan peserta didik. 1.2. Identifikasi dan Perumusan Masalah Peningkatan prestasi belajar siswa merupakan tujuan utama dilaksanakannya proses belajar mengajar. Perkembangan baru terhadap pandangan belajar mengajar membawa konsekuensi kepada guru untuk meningkatkan peranan dan kompetensinya karena proses belajar mengajar dan hasil belajar siswa sebagian besar ditentukan oleh peranan dan kompetensi guru. Guru yang kompeten akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif dan akan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga hasil belajar siswa berada pada tingkat optimal (Usman, 2009:9). Saud (2009:105) mengemukakan salah satu alternatif Program Pengembangan Profesionalisme Guru menurut Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional tahun 2005 adalah program pelatihan terintegasi berbasis kompetensi yaitu program pelatihan yang menyesuaikan dengan kebutuhan guru dan mengacu pada kompetensi yang akan dicapai dan diperlukan oleh peserta didik. Berdasarkan latar belakang mengenai pengaruh pelatihan terhadap kompetensi pedagogik dan profesional guru serta dampaknya pada prestasi belajar siswa, penelitian ini akan menelusuri serta mengkaji mengenai: 1. Bagaimanakah gambaran pelatihan-pelatihan pengembangan profesionalisme yang telah diperoleh guru-guru Matematika SMP di Kota? 2. Bagaimanakah gambaran kompetensi profesional yang dimiliki guru-guru Matematika SMP di Kota?

9 3. Bagaimanakah gambaran kompetensi pedagogik yang dimiliki guru-guru Matematika SMP di Kota? 4. Bagaimanakah gambaran prestasi belajar bidang Matematika siswa-siswi SMP di Kota? 5. Apakah pelatihan yang diperoleh berpengaruh terhadap kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru-guru matematika SMP di Kota? 6. Apakah pelatihan yang diperoleh berpengaruh terhadap kompetensi pedagogik yang dimiliki guru-guru matematika SMP di Kota? 7. Bagaimanakah hubungan antara pelatihan terhadap kompetensi profesional dan pedagogik guru berdampak terhadap prestasi belajar matematika siswasiswi SMP di Kota? 1.3. Tujuan Penelitian berikut: Secara garis besar tujuan penelitian ini dibagi menjadi dua bagian sebagai 1.3.1. Tujuan Umum Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kompetensi profesional dan pedagogik guru-guru Matematika SMP ditinjau dari keikutsertaan guru pada pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pengembangan keprofesian guru serta dampaknya terhadap prestasi belajar siswa di Kota Provinsi Sulawesi Selatan. 1.3.2. Tujuan Khusus Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk:

10 a. Mengetahui gambaran pelatihan-pelatihan pengembangan profesionalisme yang telah diperoleh guru-guru Matematika SMP di Kota. b. Mengetahui gambaran tingkat kompetensi pedagogik yang dimiliki guru-guru Matematika SMP di Kota. c. Mengetahui gambaran tingkat kompetensi profesional yang dimiliki guruguru Matematika SMP di Kota. d. Mengetahui gambaran tingkat prestasi belajar bidang Matematika siswa-siswi SMP di Kota. e. Mengetahui hubungan pelatihan yang diperoleh guru terhadap kompetensi profesional yang dimiliki oleh guru-guru matematika SMP di Kota. f. Mengetahui hubungan pelatihan yang diperoleh guru terhadap kompetensi pedagogik yang dimiliki guru-guru matematika SMP di Kota. g. Mengetahui hubungan antara pelatihan terhadap kompetensi profesional dan pedagogik guru serta dampaknya terhadap prestasi belajar matematika siswasiswi SMP di Kota. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, baik manfaat akademis maupun praktis. 1.4.1. Manfaat Akademis Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk memberikan kajian secara komprehensif mengenai hubungan antara pelatihan

11 pengembangan profesionalisme guru, tingkat kompetensi pedagogik dan profesionalisme guru, serta prestasi belajar siswa di bidang Matematika. 1.4.2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk: a. Kementerian Pendidikan Nasional, sebagai salah satu input dalam hal penentuan kebijakan program peningkatan kualitas pendidikan terutama peningkatan kompetensi guru. b. Pemerintah Kota terutama Dinas Pendidikan Kota sebagai rujukan dalam usaha pembinaan dan pemberian bantuan pelatihan sebagai salah satu usaha Continuing Professional Development (Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan) guru di. c. Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan dan lembaga-lembaga diklat daerah sebagai informasi mengenai keefektifan pelaksanaan pelatihan serta tingkat kompetensi profesional dan pedagogik guru yang dapat menjadi dasar ataupun rujukan pengembangan program pelatihan guru selanjutnya.

12